Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEGIATAN INOVASI

(Penerapan Evidnence Based Practice in Nursing/EBN)

Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh : Kelompok II


1. Chertlin S.Laturette
2. Muhammad Isnadur Rofiq
3. Sari Febriani
4. Selgia Siahaya
5. Tirsa Maria Mahulette

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2021
A. Pendahuluan
Secara global, insiden cedera kepala sedang meningkat terutama karena peningkatan
penggunaan kendaraan bermotor. Tahun 2018 WHO memperkirakan bahwa kecelakaan lalu
lintas akan menjadi penyebab penyakit dan trauma ketiga terbanyak didunia. Cedera kepala
menjadi permasalahan kesehatan global sebagai penyebab kematian, kecacatan dan
keterbelakangan mental. Kedaruratan neurologik yang beragam akan muncul apabila kepala
mengalami cedera. Hal ini dikarenakan kepala sebagai pusat kehidupan seseorang, dimana
didalamnya terdapat otak yang mempengaruhi segala aktivitas manusia. Oleh karenanya,
apabila terjadi kerusakan akan mengganggu semua sistem tubuh. Sampai saat ini kejadian
cedera kepala menjadi salah satu penyebab kecacatan dan kematian terbesar di dunia. Di
Amerika Serikat diperkirakan setiap tahunnya terjadi sekitar 200.000 kasus cedera kepala.
Angka kematian pada cedera kepala yang dirawat di rumah sakit mencapai 52.000 korban
jiwa. Dari jumlah tersebut, 10% korban meninggal sebelum sampai di rumah sakit. Sisanya
yang di rawat di rumah sakit, sebagian besar tergolong cedera kepala ringan yaitu 80%,
sedangkan yang 20% merupakan cedera kepala sedang dan cedera kepala berat.
Pemeriksaan awal yang dilakukan pasien dengan cedera kepala adalah dengan Glasgow
coma scale (GCS) merupakan sistem penilaian terstandarisasi yang digunakan untuk menilai
tingkat kesadaran pada pasien dengan gangguan kesadaran. GCS adalah perhitungan angka
dari kognitif, perilaku, dan fungsi neurologis. GCS merupakan instrumen standar yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien trauma kepala, merupakan salah satu
komponen kerusakan. Salah satu penyebab dari kerusakan otak adalah terjadinya trauma atau
cedera kepala yang dapat mengakibatkan kerusakan struktur otak, sehingga fungsinya juga
dapat terganggu (Black & Hawks, 2009).
Keseimbangan oksigen otak dipengaruhi oleh aliran darah otak yang besarnya berkisar
15-20 % dari curah jantung (Black & Hawks, 2009). Proteksi otak merupakan serangkaian
tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan sel-sel otak yang
diakibatkan oleh keadaan iskemia. Iskemia otak adalah suatu gangguan hemodinamik yang
akan menyebabkan penurunan aliran darah otak sampai ke suatu tingkat yang akan
menyebabkan kerusakan otak yang ireversibel. Metode dasar dalam melalukan proteksi otak
adalah dengan cara membebaskan jalan nafas dan oksigenasi yang adekuat (Simon M,
Andrew B, Mark CB, 2006).
B. Analisis jurnal
1. Primary journal
N KOMPONEN ISI
O
1 Peneliti dan tahun Luci Riani Br. Ginting , Kuat Sitepu , Renni Ariana Ginting
penelitian 2019
2 Judul Pengaruh Pemberian Oksigen Dan Elevasi Kepala 30º Terhadap
Tingkat Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala Sedang
3 Latar belakang / Pada umumnya Cedera kepala lebih identik mengenai usia muda
alasan diteliti (15-19 tahun). Angka kejadian cidera kepala pada laki-laki 2 kali
lebih sering terjadi dibandingkan pada anak perempuan. Hal ini
disebabkan karena anak laki-laki lebih sering mengendarai sepeda
motor. Prevalensi cedera kepala di Negara Amerika Serikat
adalah akibat terjatuh 35,2%, kecelakaan kendaraan bermotor
34,1%, perkelahian 10%, dan penyebab lain yang tidak diketahui
21% (Iwan A et al, 2015). Data World Health Organization
(WHO) tentang cedera kepala menunjukkan 40-50% mengalami
kecacatan permanen atau disabilitas. Oleh karena itu, seseorang
yang datang ke rumah sakit dengan cedera kepala membutuhkan
penanganan yang cepat dan tepat agar pasien terhindar dari
kecacatan dan kematian.
Cedera kepala termasuk gangguan pada otak yang bukan
diakibatkan oleh suatu proses degeneratif ataupun kongenital,
melainkan suatu kekuatan mekanis dari luar tubuh yang bisa saja
menyebabkan kelainan pada aspek kognitif, fisik, dan fungsi
psikososial seseorang secara sementara ataupun permanen dan
berasosiasi dengan hilangnya ataupun terganggunya status
kesadaran seseorang. Cedera kepala dapat disebut juga dengan
head injury ataupun traumatic brain injury (Dawodu, 2016;
Manley dkk , 2016).
4 Tujuan Penelitian Untuk menganalisis adanya pengaruh pemberian oksigen dan
elevasi kepala 300 terhadap tingkat kesadaran pada pasien cedera
kepala sedang
5 Tinjauan Pustaka Cedera Kepala dapat diklasifikasikan menjadi cedera primer
dan sekunder. Cedera primer adalah cedera utama, terjadi pada
saat cedera itu berlangsung, sedangkan cedera sekunder terjadi
setelah momen tumbukan, sering menyebabkan kerusakan
tambahan ke otak yang sudah terluka. Klasifikasi lain membagi
Cedera Kepala menjadi cedera fokus (mis., memar atau laserasi)
atau cedera difus (seperti dengan gegar otak atau cedera aksonal
difus) Cedera Kepala juga dapat dinilai dengan keparahan: ringan,
sedang dan berat, dengan Cedera Kepala Berat dapat didefinisikan
pada Glasgow Coma Score dengan nilai score 8 atau kurang
dengan perubahan status mental melebihi 6 jam. Cedera kepala
ringan didefinisikan sebagai perubahan status mental yang
berlangsung lamakurang dari 30 menit dari waktu cedera, Cedera
Kepala Sedang memiliki perubahan status mental yang terkait
berlangsung 30 menit hingga 6 jam (Freire MA, 2012).
Penilaian awal keparahan cedera biasanya dilakukan melalui
penggunaan Glasgow Coma Scale (GCS), yang merupakan skala
lima belas poin berdasarkan pada tiga ukuran bruto fungsi sistem
saraf untuk memberikan tingkat koma yang cepat dan umum.
GCS dengan cepat membedakan keparahan cedera otak sebagai
"ringan", "sedang" atau "berat", menggunakan tiga tes, yang
mengukur respons mata, verbal, dan motorik.
Masalah keperawatan yang muncul dengan cedera kepala
sedang di antaranya adalah ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral pada pasien cedera kepala ringan ditandai dengan adanya
penurunan sirkulasi jaringan otak, akibat situasi O2 di dalam otak
dan nilai Gaslow Coma Scale menurun. Keadaan ini
mengakibatkan disorientasi pada pasien cedera kepala.
Ketidakefektifan perfusi apabila tidak di tangani dengan segera
akan meningkatkan tekanan intrakranial. Penanganan utama pada
pasien cidera kepala dengan meningkatkan status O2 dan
memposisikan pasien 15 - 30° (Soemarno Markam, 2018).
Hal yang harus diperhatikan untuk Kasus cidera kepala
kelancaran jalan napas (airway). Jika penderita dapat berbicara
maka jalan napas kemungkinan besar dalam keadaan adekuat.
Obstruksi jalan napas sering terjadi pada penderita yang tidak
sadar, yang disebabkan oleh benda asing, muntahan, jatuhnya
pangkal lidah, atau akibat fraktur tulang wajah. Usaha untuk
membebaskan jalan napas harus melindungi vertebra servikalis,
yaitu tidak boleh melakukan ekstensi, fleksi, atau rotasi yang
berlebihan dari leher. Dalam situasi ini dapat melakukan tindakan
chin lift atau jaw thrust sambil merasakan hembusan napas yang
keluar melalui hidung. Apabila ada sumbatan maka dapat
dihilangkan dengan cara membersihkan dengan jari atau suction
jika tersedia (Ester, 2014).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi Pernapasan pasien
yang mengalami cedera kepala, diantaranya adalah usia,
mekanisme terjadinya injuri, dan adanya penggunaan ventilasi
mekanik. Perubahan frekuensi pernafasan menyebabkan saturasi
oksigen dalam darah menurun yang diikuti perfusi jaringan yang
menurun juga. Perfusi jaringan otak yang rendah pada otak dapat
menyebabkan perburukan kondisi pasien cedera kepala, sehingga
pasien memiliki outcome yang buruk. Semakin tinggi perfusi
oksigen ke otak maka outcome pasien cedera kepala semakin baik
(Bouzat et al, 2015; Kondo et al; 2011; Laytin et al, 2015; Safrizal
et al, 2013).
6 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang
bersifat Quasy Eksperimen (eksperimen semu) dengan rancangan
penelitian Cross Sectional. Desain penelitian adalah pra
eksperimen (one group pretest postest design ) yaitu penelitian
yang menggunakan satu kelompok subyek. Pengukuran dilakukan
sebelum dan setelah perlakuan, yaitu menganalisa pengaruh
pemberian oksigenasi dan posisi elevasi kepala 30º terhadap
tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala sedang.
7 Hasil dan Hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh yang signifikan
kesimpulan terhadap tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala sedang
sebelum dan sesudah dilakukan pemberian oksigen dan elevasi
kepala 300.
Hal tersebut didukung dari hasil penelitian Oktavianus, 2014
yang didapatkan pasien cedera kepala sedang mengalami
penurunan tingkat kesadaran saat tidak diberikan oksigen dan
elevasi kepala 30º. Dengan hasil pemeriksaan dari respon mata
yang harus diberikan rangsangan nyeri, dari respon verbal yang
mengerang dan respon motorik yang deserebrasi terjadi ekstensi
pada siku. Hal ini salah satu penurunan kesadaran pada pasien
yang mengalami kegawatdaruratan karena belum diberikan
perlakuan oksigen dan elevasi kepala 30o.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat (Oktavianus,
2014) yaitu penanganan cedera kepala harus dilakukan dengan
benar dan tepat karena akan mempengaruhi keadaan pasien.
Tindakan utama yang dilakukan mencegah kerusakan otak yang
akan menyebabkan iskemik. Metode dasarnya dengan cara
pemberian oksigen yang adekuat dan elevasi kepala 30º.
8 Saran Dapat menjadi salah satu intervensi keperawatan yang dilakukan
oleh perawat terhadap tingkat kesadaran pada pasien dengan
cedera kepala sedang.

2. Secondary journal
N KOMPONEN ISI
O
1 Peneliti dan tahun Alit Suwandewi, Dyah Yarlitasari, Solikin
penelitian 215
2 Judul Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui Masker Sederhana dan
Posisi Kepala 30º Terhadap Perubahan Tingkat Kesadaran Pada
Pasien Cedera Kepala Sedang Di RSUD Ulin Banjarmasin 2015
3 Latar belakang / Pemeriksaan awal yang dilakukan pasien dengan cedera
alasan diteliti kepala adalah dengan Glasgow coma scale (GCS) merupakan
sistem penilaian terstandarisasi yang digunakan untuk menilai
tingkat kesadaran pada pasien dengan gangguan kesadaran. GCS
adalah perhitungan angka dari kognitif, perilaku, dan fungsi
neurologis. GCS merupakan instrumen standar yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien trauma
kepala, merupakan salah satu komponen yang digunakan sebagai
acuan pengobatan, dasar pembuatan keputusan klinis umum
untuk pasien (Ricard Coton & Michelle 2010).
Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh
aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai
pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual, emosional,
sosial, dan keterampilan. Walaupun otak berada dalam ruang
yang tertutup dan terlindungi oleh tulang-tulang yang kuat namun
dapat juga mengalami kerusakan. Salah satu penyebab dari
kerusakan otak adalah terjadinya trauma atau cedera kepala yang
dapat mengakibatkan kerusakan struktur otak, sehingga fungsinya
juga dapat terganggu (Black & Hawks, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan Noor khalilati (2014) bahwa
pemberian oksigen yang tepat pada pasien cedera kepala adalah
dengan menggunakan masker biasa, karena lebih efektif
meningkatkan saturasi oksigen dibandingkan dengan nasal kanul.
menurut Summers,dkk (2009) untuk memaksimalkan oksigenasi
perlu pengaturan elevasi kepala lebih tinggi karena dapat
memfasilitasi peningkatan aliran darah keserebral, dimana pada
posisi kepala 30º terjadi peningkatan aliran darah ke otak
(cerebral blood flow, CBF).
4 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemberian oksigen melalui masker
sederhana dan posisi kepala 30º terhadap perubahan tingkat
kesadaran pada pasien cedera kepala sedang.
5 Tinjauan Pustaka Fokus utama penatalaksanaan pasien yang mengalami cedera
kepala adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder.
Pemberian oksigenasi dan memelihara tekanan darah yang baik
dan adekuat untuk mencukupi perfusi otak adalah hal yang paling
utama dan terutama untuk mencegah dan membatasi terjadinya
cedera otak sekunder yang akhirnya akan memperbaiki hasil
akhir penderita. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh
Patria (2012) bahwa pada pasien cedera kepala hendaknya
diberikan terapi oksigen dengan menggunakan masker ataupun
masker reservoir dengan konsentrasi oksigen 40-80%.
Christopher B, et.al (2012) mereka berkesimpulan bahwa
oksigenasi jaringan otak sangat berhubungan dengan beberapa
parameter outcome dan prognosa pasien. Penerapan terapi
intervensi untuk tetap menjaga oksigenasi jaringan otak diatas
ambang tertentu dapat memperbaiki angka mortalitas dan
outcome neurologis pada pasien-pasien cedera kepala.
Elevasi kepala berdasarkan pada respon fisiologi merupakan
perubahan posisi untuk peningkatkan aliran darah ke otak dan
mencegah terjadinya peningkatan TIK. Beberapa perawat klinik
melakukan tindakan bedrest dengan elevasi kepala tidak boleh
lebih dari 30°, dengan rasional mencegah peningkatan resiko
penurunan tekanan perfusi serebral dan selanjutnya dapat
memperburuk iskemia serebral jika terdapat vasospasme (Anne
et.al, 2005)
6 Metode Penelitian Penilitian ini merupakan penelitian Quasi-Experimental, dengan
desain penelitian Pretest-Postest control design. Pada penelitian
ini intervensi dilakukan satu kali yaitu intervensi pertama
dilakukan dengan mengukur GCS terlebih dahulu, setelah itu
diberikan oksigen melalui masker biasa dan posisi kepala 30°
kemudian GCS diukur kembali setelah 24 jam.
7 Hasil dan Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh pemberian oksigen
kesimpulan masker sederhana dan posisi kepala 30° terhadap perubahan
tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala sedang.
8 Saran hasil penelitian ini dapat diterapkan pada cara pemberian, jenis
serta dosis pemberian oksigen dengan posisi kepala 30° dalam
evidence based practice serta dapat dijadikan sebagai standar
operasional prosedur (SOP) untuk meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan mandiri.

C. Pembahasan
1. Cidera kepala
Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian
yang menjadi masalah kesehatan utama karena korban gawat darurat yang menyerang
sebagian orang sehat dan produktif. Cedera Kepala Sedang memiliki perubahan status
mental yang terkait berlangsung 30 menit hingga 6 jam.
Cedera kepala dapat menimbulkan kondisi, seperti gegar ootak ringan, koma,
sampai kematian, kondisi paling serius disebut dengan cedera otak traumatic (traumatic
brain injury (TBI).
2. Posisi Head Up 30o
Posisi head up 30 derajat merupakan posisi. untuk menaikkan kepala dari tempat
tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dan posisi tubuh dalam keadaan sejajar. Posisi head
up 30 derajat ini merupakan cara meposisikan kepala seseorang lebih tinggi sekitar 30
derajat dari tempat tidur dengan posisi tubuh sejajar dan kaki lurus atau tidak menekuk.
Posisi head up 30 derajat memiliki manfaat untuk menurunkan tekanan
intrakranial pada pasien cedera kepala. Selain itu posisi tersebut juga dapat meningkatkan
oksigen ke otak.
Prosedur kerja pengaturan posisi head up 30 derajat adalah sebagai berikut :
- Meletakkan posisi pasien dalam keadaan terlentang
- Mengatur posisi kepala lebih tinggi dan tubuh dalam keadaan datar
- Kaki dalam keadaan lurus dan tidak fleksi
- Mengatur ketinggian tempat tidur bagian atas setinggi 30 derajat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan posisi head up 30 derajat adalah fleksi,
ekstensi dan rotasi kepala akan menghambat venous return sehingga akan meningkatkan
tekanan perfusi serebral yang akan berpengaruh pada peningkatan TIK.
Posisi head up 30 derajat bertujuan untuk menurunkan tekanan intrakranial pada
pasien cedera kepala dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi di otak
sehingga menghindari terjadinya hipoksia pasien, dan tekanan intrakranial menjadi stabil
dalam batas normal. Selain itu, posisi ini lebih efektif untuk mempertahankan tingkat
kesadaran karena sesuai dengan posisi anatomis dari tubuh manusia yang kemudian
mempengaruhi hemodinamik pasien.
3. Tingkat Kesadaran
Penilaian awal keparahan cedera biasanya dilakukan melalui penggunaan Glasgow Coma
Scale (GCS), yang merupakan skala lima belas poin berdasarkan pada tiga ukuran bruto
fungsi sistem saraf untuk memberikan tingkat koma yang cepat dan umum. GCS adalah
perhitungan angka dari kognitif, perilaku, dan fungsi neurologis. GCS merupakan
instrumen standar yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien
trauma kepala, merupakan salah satu komponen yang digunakan sebagai acuan
pengobatan, dasar pembuatan keputusan klinis umum untuk pasien . GCS dengan cepat
membedakan keparahan cedera otak sebagai "ringan", "sedang" atau "berat",
menggunakan tiga tes, yang mengukur respons mata, verbal, dan motorik. Umum nya
yang menjadi titik pemisah yang memisahkan cidera kepala ringan pada kisaran 13 - 15,
cidera kepala sedang pada kisaran 9 - 12, dan cidera kepala berat pada 8 atau di bawah.
Tingkat kesadaran atau skor GCS ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap kesempatan
hidup dan penyembuhan pada pasien cedera kepala. Skor GCS awal yang rendah pada
awal cedera akan memiliki outcome yang buruk.
4. Pemberian Oksigen
Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena
di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan keterampilan. Walaupun otak berada dalam ruang yang tertutup
dan terlindungi oleh tulang-tulang yang kuat namun dapat juga mengalami kerusakan.
Salah satu penyebab dari kerusakan otak adalah terjadinya trauma atau cedera kepala
yang dapat mengakibatkan kerusakan struktur otak, sehingga fungsinya juga dapat
terganggu. Keseimbangan oksigen otak dipengaruhi oleh aliran darah otak yang besarnya
berkisar 15-20 % dari curah jantung. Proteksi otak merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan sel-sel otak yang diakibatkan oleh
keadaan iskemia. Iskemia otak adalah suatu gangguan hemodinamik yang akan
menyebabkan penurunan aliran darah otak sampai ke suatu tingkat yang akan
menyebabkan kerusakan otak yang ireversibel. Metode dasar dalam melalukan proteksi
otak adalah dengan cara membebaskan jalan nafas dan oksigenasi yang adekuat.
5. Hasil
Rerata nilai tingkat kesadaran responden sebelum dilakukan pemberian oksigen dan
elevasi kepala 300 pada pasien cedera kepala sedang sebanyak 10 orang yaitu 10.10 pada
tingkat kesadaran sedang dengan Standar Deviasi (SD) 0,876. Rerata nilai tingkat
kesadaran responden sesudah dilakukan pemberian oksigen dan elevasi kepala 300 pada
pasien cedera kepala sedang sebanyak 10 orang yaitu 12.90 pada tingkat kesadaran
sedang dengan Standart Deviasi (SD) 1.190. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Dependent Sample TTest / Paired T-Test menunjukkan bahwa p Value yaitu 0.000 yang
berarti p Value ≤ 0.05. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
kesadaran pada pasien cedera kepala sedang sebelum dan sesudah dilakukan pemberian
oksigen dan elevasi kepala 300.

D. Simpulan dan saran


1. Kesimpulan
a. Tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala sedang sebelum dilakukan pemeberian
oksigen dan elevasi kepala 30º yang memiliki ratarata 10.10 dengan Standart Deviasi
(SD) 0.876
b. Tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala sedang sesudah dilakukan pemeberian
oksigen dan elevasi kepala 30º yang memiliki rata-rata 12.90 dengan Standart
Deviasi (SD) 1.197.
c. Tingkat kesadaran rata-rata sebelum dan sesudah dilakukan pemberian oksigen dan
elevasi kepala 30º 2.800 dengan Standart Deviasi (SD) 0,919
d. Ada pengaruh pemberian oksigen dan elevasi kepala 30º terhadap tingkat kesadaran
pada pasien cedera kepala sedang dengan nilai p Value = 0,000
2. Saran
Dapat menjadi salah satu intervensi keperawatan yang dilakukan perawat untuk
mengatasi penurunan kesadaran dan untuk meningkatkan perfusi jaringan otak pada
pasien cedera kepala sedang. Rumah sakit diharapkan mampu menyusun standar
operasional prosedur terkait pemberian posisi head up 30 derajat untuk pasien cedera
kepala yang dapat digunakan sebagai salah satu acuan perawat dalam memberikan
intervensi keperawatan.

E. Daftar Pustaka
1. Luci Riani Br. Ginting , Kuat Sitepu , Renni Ariana Ginting. Pengaruh Pemberian
Oksigen Dan Elevasi Kepala 30º Terhadap Tingkat Kesadaran Pada Pasien Cedera
Kepala Sedang. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830, Vol. 2
No. 2 Edisi November 2019 – April 2020
2. Alit Suwandewi, Dyah Yarlitasari, Solikin. Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui Masker
Sederhana dan Posisi Kepala 30º Terhadap Perubahan Tingkat Kesadaran Pada Pasien
Cedera Kepala Sedang Di RSUD Ulin Banjarmasin 2015.

Anda mungkin juga menyukai