2. Secondary journal
N KOMPONEN ISI
O
1 Peneliti dan tahun Alit Suwandewi, Dyah Yarlitasari, Solikin
penelitian 215
2 Judul Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui Masker Sederhana dan
Posisi Kepala 30º Terhadap Perubahan Tingkat Kesadaran Pada
Pasien Cedera Kepala Sedang Di RSUD Ulin Banjarmasin 2015
3 Latar belakang / Pemeriksaan awal yang dilakukan pasien dengan cedera
alasan diteliti kepala adalah dengan Glasgow coma scale (GCS) merupakan
sistem penilaian terstandarisasi yang digunakan untuk menilai
tingkat kesadaran pada pasien dengan gangguan kesadaran. GCS
adalah perhitungan angka dari kognitif, perilaku, dan fungsi
neurologis. GCS merupakan instrumen standar yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien trauma
kepala, merupakan salah satu komponen yang digunakan sebagai
acuan pengobatan, dasar pembuatan keputusan klinis umum
untuk pasien (Ricard Coton & Michelle 2010).
Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh
aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai
pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual, emosional,
sosial, dan keterampilan. Walaupun otak berada dalam ruang
yang tertutup dan terlindungi oleh tulang-tulang yang kuat namun
dapat juga mengalami kerusakan. Salah satu penyebab dari
kerusakan otak adalah terjadinya trauma atau cedera kepala yang
dapat mengakibatkan kerusakan struktur otak, sehingga fungsinya
juga dapat terganggu (Black & Hawks, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan Noor khalilati (2014) bahwa
pemberian oksigen yang tepat pada pasien cedera kepala adalah
dengan menggunakan masker biasa, karena lebih efektif
meningkatkan saturasi oksigen dibandingkan dengan nasal kanul.
menurut Summers,dkk (2009) untuk memaksimalkan oksigenasi
perlu pengaturan elevasi kepala lebih tinggi karena dapat
memfasilitasi peningkatan aliran darah keserebral, dimana pada
posisi kepala 30º terjadi peningkatan aliran darah ke otak
(cerebral blood flow, CBF).
4 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemberian oksigen melalui masker
sederhana dan posisi kepala 30º terhadap perubahan tingkat
kesadaran pada pasien cedera kepala sedang.
5 Tinjauan Pustaka Fokus utama penatalaksanaan pasien yang mengalami cedera
kepala adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder.
Pemberian oksigenasi dan memelihara tekanan darah yang baik
dan adekuat untuk mencukupi perfusi otak adalah hal yang paling
utama dan terutama untuk mencegah dan membatasi terjadinya
cedera otak sekunder yang akhirnya akan memperbaiki hasil
akhir penderita. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh
Patria (2012) bahwa pada pasien cedera kepala hendaknya
diberikan terapi oksigen dengan menggunakan masker ataupun
masker reservoir dengan konsentrasi oksigen 40-80%.
Christopher B, et.al (2012) mereka berkesimpulan bahwa
oksigenasi jaringan otak sangat berhubungan dengan beberapa
parameter outcome dan prognosa pasien. Penerapan terapi
intervensi untuk tetap menjaga oksigenasi jaringan otak diatas
ambang tertentu dapat memperbaiki angka mortalitas dan
outcome neurologis pada pasien-pasien cedera kepala.
Elevasi kepala berdasarkan pada respon fisiologi merupakan
perubahan posisi untuk peningkatkan aliran darah ke otak dan
mencegah terjadinya peningkatan TIK. Beberapa perawat klinik
melakukan tindakan bedrest dengan elevasi kepala tidak boleh
lebih dari 30°, dengan rasional mencegah peningkatan resiko
penurunan tekanan perfusi serebral dan selanjutnya dapat
memperburuk iskemia serebral jika terdapat vasospasme (Anne
et.al, 2005)
6 Metode Penelitian Penilitian ini merupakan penelitian Quasi-Experimental, dengan
desain penelitian Pretest-Postest control design. Pada penelitian
ini intervensi dilakukan satu kali yaitu intervensi pertama
dilakukan dengan mengukur GCS terlebih dahulu, setelah itu
diberikan oksigen melalui masker biasa dan posisi kepala 30°
kemudian GCS diukur kembali setelah 24 jam.
7 Hasil dan Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh pemberian oksigen
kesimpulan masker sederhana dan posisi kepala 30° terhadap perubahan
tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala sedang.
8 Saran hasil penelitian ini dapat diterapkan pada cara pemberian, jenis
serta dosis pemberian oksigen dengan posisi kepala 30° dalam
evidence based practice serta dapat dijadikan sebagai standar
operasional prosedur (SOP) untuk meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan mandiri.
C. Pembahasan
1. Cidera kepala
Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian
yang menjadi masalah kesehatan utama karena korban gawat darurat yang menyerang
sebagian orang sehat dan produktif. Cedera Kepala Sedang memiliki perubahan status
mental yang terkait berlangsung 30 menit hingga 6 jam.
Cedera kepala dapat menimbulkan kondisi, seperti gegar ootak ringan, koma,
sampai kematian, kondisi paling serius disebut dengan cedera otak traumatic (traumatic
brain injury (TBI).
2. Posisi Head Up 30o
Posisi head up 30 derajat merupakan posisi. untuk menaikkan kepala dari tempat
tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dan posisi tubuh dalam keadaan sejajar. Posisi head
up 30 derajat ini merupakan cara meposisikan kepala seseorang lebih tinggi sekitar 30
derajat dari tempat tidur dengan posisi tubuh sejajar dan kaki lurus atau tidak menekuk.
Posisi head up 30 derajat memiliki manfaat untuk menurunkan tekanan
intrakranial pada pasien cedera kepala. Selain itu posisi tersebut juga dapat meningkatkan
oksigen ke otak.
Prosedur kerja pengaturan posisi head up 30 derajat adalah sebagai berikut :
- Meletakkan posisi pasien dalam keadaan terlentang
- Mengatur posisi kepala lebih tinggi dan tubuh dalam keadaan datar
- Kaki dalam keadaan lurus dan tidak fleksi
- Mengatur ketinggian tempat tidur bagian atas setinggi 30 derajat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan posisi head up 30 derajat adalah fleksi,
ekstensi dan rotasi kepala akan menghambat venous return sehingga akan meningkatkan
tekanan perfusi serebral yang akan berpengaruh pada peningkatan TIK.
Posisi head up 30 derajat bertujuan untuk menurunkan tekanan intrakranial pada
pasien cedera kepala dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi di otak
sehingga menghindari terjadinya hipoksia pasien, dan tekanan intrakranial menjadi stabil
dalam batas normal. Selain itu, posisi ini lebih efektif untuk mempertahankan tingkat
kesadaran karena sesuai dengan posisi anatomis dari tubuh manusia yang kemudian
mempengaruhi hemodinamik pasien.
3. Tingkat Kesadaran
Penilaian awal keparahan cedera biasanya dilakukan melalui penggunaan Glasgow Coma
Scale (GCS), yang merupakan skala lima belas poin berdasarkan pada tiga ukuran bruto
fungsi sistem saraf untuk memberikan tingkat koma yang cepat dan umum. GCS adalah
perhitungan angka dari kognitif, perilaku, dan fungsi neurologis. GCS merupakan
instrumen standar yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien
trauma kepala, merupakan salah satu komponen yang digunakan sebagai acuan
pengobatan, dasar pembuatan keputusan klinis umum untuk pasien . GCS dengan cepat
membedakan keparahan cedera otak sebagai "ringan", "sedang" atau "berat",
menggunakan tiga tes, yang mengukur respons mata, verbal, dan motorik. Umum nya
yang menjadi titik pemisah yang memisahkan cidera kepala ringan pada kisaran 13 - 15,
cidera kepala sedang pada kisaran 9 - 12, dan cidera kepala berat pada 8 atau di bawah.
Tingkat kesadaran atau skor GCS ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap kesempatan
hidup dan penyembuhan pada pasien cedera kepala. Skor GCS awal yang rendah pada
awal cedera akan memiliki outcome yang buruk.
4. Pemberian Oksigen
Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena
di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan keterampilan. Walaupun otak berada dalam ruang yang tertutup
dan terlindungi oleh tulang-tulang yang kuat namun dapat juga mengalami kerusakan.
Salah satu penyebab dari kerusakan otak adalah terjadinya trauma atau cedera kepala
yang dapat mengakibatkan kerusakan struktur otak, sehingga fungsinya juga dapat
terganggu. Keseimbangan oksigen otak dipengaruhi oleh aliran darah otak yang besarnya
berkisar 15-20 % dari curah jantung. Proteksi otak merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan sel-sel otak yang diakibatkan oleh
keadaan iskemia. Iskemia otak adalah suatu gangguan hemodinamik yang akan
menyebabkan penurunan aliran darah otak sampai ke suatu tingkat yang akan
menyebabkan kerusakan otak yang ireversibel. Metode dasar dalam melalukan proteksi
otak adalah dengan cara membebaskan jalan nafas dan oksigenasi yang adekuat.
5. Hasil
Rerata nilai tingkat kesadaran responden sebelum dilakukan pemberian oksigen dan
elevasi kepala 300 pada pasien cedera kepala sedang sebanyak 10 orang yaitu 10.10 pada
tingkat kesadaran sedang dengan Standar Deviasi (SD) 0,876. Rerata nilai tingkat
kesadaran responden sesudah dilakukan pemberian oksigen dan elevasi kepala 300 pada
pasien cedera kepala sedang sebanyak 10 orang yaitu 12.90 pada tingkat kesadaran
sedang dengan Standart Deviasi (SD) 1.190. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Dependent Sample TTest / Paired T-Test menunjukkan bahwa p Value yaitu 0.000 yang
berarti p Value ≤ 0.05. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
kesadaran pada pasien cedera kepala sedang sebelum dan sesudah dilakukan pemberian
oksigen dan elevasi kepala 300.
E. Daftar Pustaka
1. Luci Riani Br. Ginting , Kuat Sitepu , Renni Ariana Ginting. Pengaruh Pemberian
Oksigen Dan Elevasi Kepala 30º Terhadap Tingkat Kesadaran Pada Pasien Cedera
Kepala Sedang. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830, Vol. 2
No. 2 Edisi November 2019 – April 2020
2. Alit Suwandewi, Dyah Yarlitasari, Solikin. Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui Masker
Sederhana dan Posisi Kepala 30º Terhadap Perubahan Tingkat Kesadaran Pada Pasien
Cedera Kepala Sedang Di RSUD Ulin Banjarmasin 2015.