2. ETIOLOGI
Hal yang yang mengakibatkan hernia sebagai berikut,
1) Kelainan kongenital atau kelainan bawaan, kelaianan didapat
meliputi:
Kelemahan jaringan
Luasnya daerah di dalam ligament inguinal
Trauma
Kegemukan
Melakukan pekerjaan berat
Terlalu mengejan saat buang air besar
3. MANIFESTASI KLINIK
1) Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering
tampak menonjol. Benjolan ini dapat menghilang ketika
berbaring atau tidur.
2) Adanya rasa nyeri di daerah benjolan
3) Obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri,
nyeri tekan, massa yang tidak dapat direposisi, bising usus
yang berkurang, mual dan muntah
4) Obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi,
bising usus yang tidak terdengar, feses yang mengandung
darah
5) Nyeri punggung hebat pada punggung bagian bawah yang
menjalar hingga gluteus, tungkai, kaki, dan biasanya
unilateral
4. KOMPLIKASI
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukan
kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis. Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi
hernia yang tersering menyebabkan keadaan irreponibilis
adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding
hernia dan isinya dapat menjdi lebih besar karena infiltrasi
lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan irreponbilis
dari pada usus halus.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin
banyaknya usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan
gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler
(proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia ingunalis
strangulata. Pada keadaan strangulate akan muncul gejala
ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan opstipasi. Pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu,
daerah benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. RIWAYAT
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu di
kaji pada penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat
pekerjaan mengangkat beban berat, duduk yang terlalu lama,
terdapat benjolan pada bagian yang sakit, nyeri tekan, klien
merasa tidak nyaman karena nyeri pada perut.
b. POLA GORDON
Pola Gordon meliputi persepi pasien terhadap kesehatan , pola
nutris pasien, pola eliminasi urin dan bowel, pola latihan dan
aktivitas, pola tidur dan istirahat, persepsi diri dan hubungan
peran.
c. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan meliputi pengkajian head to toe dengan
penilaian IPPA yaitu inpeksi (melihat), perkusi (mengetuk),
palpasi (meraba) dan auskultasi (mendengar).
Pemeriksaan fisik focus hernia yaitu pemeriksaan abdomen
meliputi :
a) Inspeksi Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada
tidaknya benjolan, awasi tanda infeksi( merah,
bengkak,panas,nyeri, berubah bentuk).
b) Auskultasi Bising usus jumlahnya melebihi batas
normal >12 karena ada mual dan pasien tidak nafsu
makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung sonor.
c) Perkusi Kembung pada daerah perut, terjadi distensi
abdomen
d) Palpasi Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan
biasanya terdapat nyeri Post Operasi
d. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Herniaplasty: memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang.
Herniatomy: pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat
setinggi lalu dipotong.
Herniorraphy: mengembalikan isi kantong hernia ke dalam
abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan transversus internus dan muskulus abilkus
internus abdominus ke ligamen inguinal.
Tindakan keperawatan:
o Istirahat di tempat tidur dan menaikan dengan kaki,
hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen
(reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
o Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan,
diberikan kompres hangat setelah 5 menit di evaluasi
kembali
o Celana penyangga
o Istirahat baring
o Pengobatan dengan pemeberian obat penawar nteri,
misalnya asetminofen, antibiotic, untuk membasmi
infeksi dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan program
pembatasan gerak (D.0054)
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
3. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini
dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.
Evaluasi akan mengarahkan asuhan keperawatan, apakah asuhan keperawatan
yang dilakukan kepada pasien berhasil mengatasi masalah pasien ataukah
asuhan yang sudah dibuat akan terus berkesinambungan terus mengikuti siklus
proses keperawatan sampai benar-benar masalah pasien teratasi. Adapaun
tujuan dari evaluasi keperawatan, yaitu:
a. Melihat dan menilai kemampuan pasien dalam mencapai tujuan
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan sudah tercapai atau belum
c. Mengkaji penyebab jika tujuan keperawatan belum tercapai
DAFTAR PUSTAKA