Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA INGUINALIS


LATERALIS

Dosen Pengampu : Wahyu Rima Agustin

NAMA : Nella Alfita Lohmay


NIM : SN211094

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK
2021/2022
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFENISI

Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus


inguinalis internusatau lateralis menyelusuri kanalis inguinalis dan
keluar rongga perut melalui anulusinguinalis externa atau medialisis.
Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Dari
kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hernia
adalahpenonjolan isi rongga perut yang keluar melalui bagian yang
lemah dari dindingrongga yang bersangkutan dan dapat terjadi
melalui aspek congenital maupun karenaadanya factor yang didapat.
Klasifikasi Hernia
 Menurut lokalisasi atau topografinya: Hermia Inguinalis
(medialis dan latralis), hermia umbilikalis femoral dan
sebagainya
 Menurut isinya: Hernia usus halus, hernia omentum dan
sebagainya
 Menurut terlihat atau tidaknya, bila terlihat disebut hernia
eksterna misalnya hernia inguinalis, hernia skotalis, dan
sebagainya. Sedang bila tidak terlihat dari luar disebut hernia
interna, contohnya hernia diafragmatika, hernia foramen
winslowi, hernia obturatoria dan sebagainya
 Hernia menurut kawasannya : Hernia traumatika, hernia
insisional dan sebagainya
 Menurut keadaan : Hernia reponibilis, hernia ireponibilis,
hernia inkaserata, herniastrangulata.
 Disebut reponibilis, bila isi hernia dapat dimasukkan kembali.
Bila tidak dapatdimasukkan kembali maka disebut hernia
ireponibilis.
 Bila selain tidak dapat masuk terdapat juga gangguan jalannya
isi usus, makadinamakan hernia inkarserata. Bila selain
inkarserasi terdapat gangguan sirkulasidarah, maka keadaan
itu disebut hernia strangulata.

2. ETIOLOGI
Hal yang yang mengakibatkan hernia sebagai berikut,
1) Kelainan kongenital atau kelainan bawaan, kelaianan didapat
meliputi:
 Kelemahan jaringan
 Luasnya daerah di dalam ligament inguinal
 Trauma
 Kegemukan
 Melakukan pekerjaan berat
 Terlalu mengejan saat buang air besar

3. MANIFESTASI KLINIK
1) Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering
tampak menonjol. Benjolan ini dapat menghilang ketika
berbaring atau tidur.
2) Adanya rasa nyeri di daerah benjolan
3) Obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri,
nyeri tekan, massa yang tidak dapat direposisi, bising usus
yang berkurang, mual dan muntah
4) Obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi,
bising usus yang tidak terdengar, feses yang mengandung
darah
5) Nyeri punggung hebat pada punggung bagian bawah yang
menjalar hingga gluteus, tungkai, kaki, dan biasanya
unilateral

4. KOMPLIKASI
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukan
kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis. Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi
hernia yang tersering menyebabkan keadaan irreponibilis
adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding
hernia dan isinya dapat menjdi lebih besar karena infiltrasi
lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan irreponbilis
dari pada usus halus.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin
banyaknya usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan
gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler
(proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia ingunalis
strangulata. Pada keadaan strangulate akan muncul gejala
ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan opstipasi. Pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu,
daerah benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah.

3. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada
bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium kedaerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritonium yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonel.Terjadinya hernia disebabkan oleh dua
factor utama, yang pertama adalah faktor kongenital yaitu kegagalan
penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan Pada bayi yang
sudah lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi.
Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup,
karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya
yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal. Kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila proses terbuka
terus (karena tidak mengalami obliterasi) akantimbul hernia
inguinalis lateralis kongenital.
Faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil,
batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia.
Riwayat pembedahan abdomen, kegemukan, meruapakan factor lain
yang dapat menyebabkan terjadinya hernia. Masuknya isi rongga
perut melalui kanal ingunalis, jika cukup parah maka akan menonjol
keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia 8 ini berlanjut
tonjolan akan sampai ke skrotum.
Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual
juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual
akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Peningkatan isi abdomen, memasuki kantung hernia. Jika terjadi
penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia kantong hernia
tidak dapat kembali ke posisi awal dan terjepit sehingga
menimbulkan nyeri dan kerusakan organ sehingga terjadi hernia
strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala
obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu
yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan Iskemik dan terjadi kerusakan jaringan, penumpukan
jaringan menjadi mati sehingga timbul respon inflamasi hingga
timbul masalah risiko infeksi.
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika
terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga
menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan
konstipasi, kembung, mual-muntah, intake menurun, sehingga klien
berisiko mengalami penurunan beratbadan dan akhirnya timbul
masalah ketidakseimbangan nutrisi. Apa bila tidak dilakukan
pembedahan maka isi perut akan lepas didalam rongga dan terdapat
nekrosis sampai ganggren karena peredaran darah terganggu.
4. PENATALAKSANAAN
a) Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian posisi
(dengan cara mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual)
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Pengurangan hernia secara non-operatif
dapat segera dilakukan dengan berbaring, posisi pinggang
ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan
sedatif (penenang) yang cukup untuk memberikan relaksasi otot.
Perbaikan hernia terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat
tanda-tanda klinis strangulasi. Penggunaan bantalan penyangga
hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak
pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Hal ini
biasanya dipilih jika kita menolak dilakukan perbaikan secara operasi
atau terdapat kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak
dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak
kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan
strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat
menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali
sperma yang mengandung pembuluh darah testis. Penggunaan
penyangga tidak menyembuhkan hernia.
b) Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis,
terutama jenis yang strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu
diagnosis ditegakkan. Banyak pasien hernia inguinal yang memiliki
gejala minimal. Menurut sebuah penelitian pada pasien ini observasi
dapat menjadi pilihan yang baik, karena pasien dengan gejala
minimal jarang menyebabkan komplikasi akut. Penundaan operasi
hingga gejala memberat dinyatakan aman. Operasi hernia dapat
dilakukan secara laparoskopi (semi tertutup).
Menurut beberapa penelitian dinyatakan metode ini memiliki
hasil yang lebih baik daripada operasi anterior konvensional
(terbuka). Penelitian menyatakan bahwa perbaikan hernia inguinal
secara laparoskopi lebih nyaman (pasien mengalami nyeri pre dan
post operatif yang lebih rendah) dibandingkan operasi terbuka 15 dan
pemulihan pasien lebih cepat. Selain itu angka rekurensi pada
metode laparoskopi lebih rendah daripada pasien yang menjalani
operasi anterior konvensional. Namun kekurangannya ialah waktu
operasi yang sedikit lebih panjang, penggunaan anestesi umum, dan
biaya yang lebih mahal.Setiap penderita hernia inguinalis lateralis
selalu harus diobati dengan jalan pembedahan. Pembedahan secepat
mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan
hernia inguinalis lateralis adalah sebagai berikut:
 Herniotomi : membuang kantong hernia. Hal ini terutama pada
anak-anak karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya
kelemahan dinding perut.
 Hernioplasti.
 Herniorafi : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah
plastic untuk memperkuat dinding perut bagian bawah
dibelakang kanalis inguinalis. Indikasi pembedahan pada hernia
inguinalis, meliputi hal-hal

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. RIWAYAT
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu di
kaji pada penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat
pekerjaan mengangkat beban berat, duduk yang terlalu lama,
terdapat benjolan pada bagian yang sakit, nyeri tekan, klien
merasa tidak nyaman karena nyeri pada perut.
b. POLA GORDON
Pola Gordon meliputi persepi pasien terhadap kesehatan , pola
nutris pasien, pola eliminasi urin dan bowel, pola latihan dan
aktivitas, pola tidur dan istirahat, persepsi diri dan hubungan
peran.
c. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan meliputi pengkajian head to toe dengan
penilaian IPPA yaitu inpeksi (melihat), perkusi (mengetuk),
palpasi (meraba) dan auskultasi (mendengar).
Pemeriksaan fisik focus hernia yaitu pemeriksaan abdomen
meliputi :
a) Inspeksi Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada
tidaknya benjolan, awasi tanda infeksi( merah,
bengkak,panas,nyeri, berubah bentuk).
b) Auskultasi Bising usus jumlahnya melebihi batas
normal >12 karena ada mual dan pasien tidak nafsu
makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung sonor.
c) Perkusi Kembung pada daerah perut, terjadi distensi
abdomen
d) Palpasi Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan
biasanya terdapat nyeri Post Operasi
d. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Herniaplasty: memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang.
 Herniatomy: pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat
setinggi lalu dipotong.
 Herniorraphy: mengembalikan isi kantong hernia ke dalam
abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan transversus internus dan muskulus abilkus
internus abdominus ke ligamen inguinal.
 Tindakan keperawatan:
o Istirahat di tempat tidur dan menaikan dengan kaki,
hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen
(reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
o Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan,
diberikan kompres hangat setelah 5 menit di evaluasi
kembali
o Celana penyangga
o Istirahat baring
o Pengobatan dengan pemeberian obat penawar nteri,
misalnya asetminofen, antibiotic, untuk membasmi
infeksi dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan program
pembatasan gerak (D.0054)

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


(D.0077)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam masalah nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a.Nyeri berkurang
b. Kenyamanan meningkat
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan program
pembatasan gerak (D.0054)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x24 jam masalah Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan program pembatasan gerak dengan kriteria hasil :
a. Nyeri berkurang
b. ROM meningkat dan mandiri
c. Kecemasan menurun

3. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini
dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.
Evaluasi akan mengarahkan asuhan keperawatan, apakah asuhan keperawatan
yang dilakukan kepada pasien berhasil mengatasi masalah pasien ataukah
asuhan yang sudah dibuat akan terus berkesinambungan terus mengikuti siklus
proses keperawatan sampai benar-benar masalah pasien teratasi. Adapaun
tujuan dari evaluasi keperawatan, yaitu:
a. Melihat dan menilai kemampuan pasien dalam mencapai tujuan
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan sudah tercapai atau belum
c. Mengkaji penyebab jika tujuan keperawatan belum tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai