OLEH :
NAMA : IMAM . AY
NIM : G3A018003
PEMBIMBING AKADEMIK :
PEMBIMBING KLINIK :
i
KATA PENGANTAR
Semarang,
November 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................
A. PENGKAJIAN .......................................................................................
1. KENDALA .....................................................................................
2. SOLUSI ...........................................................................................
B. DIAGNOSA ...........................................................................................
1. PENGERTIAN DIAGNOSA ..........................................................
2. ALASAN PENGANGKATAN DIAGNOSA ................................
3. ALASAN MEMPRIORITASKAN DIAGNOSA ...........................
4. TINDAKAN YANG SUDAH DILAKUKAN, RASIONAL, KENDALA
DAN SOSULI .................................................................................
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ...................................................
BAB IV PENUTUP ......................................................................................
A. KESIMPULAN ......................................................................................
B. SARAN ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
SOL merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang
intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kuntusio serebri, hematoma, infark, abses
otak dan tumor intra kranial. ( Long, C 1996 ; 130 )
Abses Otak adalah suatu proses yang melibatkan parenkim otak terutama
disebabkan oleh penyebaran infeksi dari focus yg berdekatan oleh penyebaran
infeksi melalui vascular.
Tumor Otak adalah proses pertumbuhan termasuk benigna dan maligna
yang mengenai otak dan sumsum tulang belakang ( Bullock, 1996 ).
Timbunan abses pada daerah otak mempunyai daerah spesifik, pada
daerah cerebrum 75% dan cerebellum 25%.(long,1996;193)
Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah
radiologisnya disebut lesi desak ruang Space Occupying Lesion (SOL).
Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi progresif
disfungsi neurologis. Gejala yang disebabkan tumor yang pertumbuhannya
lambat akan memberikan gejala yang perlahan munculnya, sedangkan tumor
yang terletak pada posis yang vital akan memberikan gejala yang muncul
dengan cepat.
Tumor atau neoplasma sususan saraf pusat dibedakan menjadi tumor
primer dan tumor sekunder atau metastatik.Tumor primer bisa timbul dari
jaringan otak, meningen, hipofisis dan selaput myelin.Tumor sekunder adalah
suatu metastasis yang tumor primernya berada di luar susunan saraf pusat, bisa
berasal dari paruparu, mamma, prostat, ginjal,tiroid atau digestives. Tumor
primer dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di
Rumah Sakit Umum.
Selain itu, didapati (80%) tumor otak terletak pada intracranial dan (20%)
di dalam kanalis spinalis (Japardi,2002).
1
Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,25%), sedangkan
tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar ,medulla
spinalis, cerebellum, brainsteam, cerebellopontineangle dan multiple (Hakim,
2005).
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki dibanding dengan
perempuan. Tumor otak merupakan penyebab kematian kedua pada kasus
kanker yang terjadi pada anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun dan juga
pada pria berusia 20-39 tahun. Selain itu tumor otak merupakan penyebab
kematian nomor lima dari seluruh pasien kanker pada wanita yang berusia 20-
39 tahun.(ABTA,2012).
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel
abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel
ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya,
mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan
peningkatan tekanan intrakranial).
Menurut National Brain Tumor Society, penatalaksanaan standard untuk
tumor otak adalah operasi, terapi radiasi dan kemoterapi. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi
anatomi dapat dibedakan tumor benigna dan maligna. Pembedahan dilakukan
untuk mengeluarkan tumor otak bila mungkin. Radiasi dan kemoterapi
biasanya digunakan sebagai perawatan sekunder atau adjuvant dan dapat
digunakan tanpa operasi.
Menurut Chesnut RM (2006), Craniotomy adalah prosedur untuk
menghapus luka di otak melalui lubang di tengkorak (kranium). Operasi
membuka tengkorak (tempurung kepala) untuk mengetahui dan memperbaiki
kerusakan y ang diakibatkan oleh adanya luka y ang ada di otak.
Menurut Hamilton M (2007 ), Craniotomy adalah operasi pengangkatan
sebagian tengkorak. Post kraniotomi adalah setelah dilakukannya operasi
pembukaan tulang tengkorak untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK,
mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan perdarahan
2
Karena tingginya angka kematian yang disebabkan karena tumor otak.
Maka penulis tertarik mengambil kasus SOL sebagai kasus kelolaan dengan
judul “ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN
DENGAN SPACE OCCUPYING LESION DI RUANG RAJAWALI 3A
RSUP DR KARIADI SEMARANG”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat kita merumuskan malasaha
sebagai berikut : “Bagaimana Merawat Klien dengan Nyeri Akut Post Oprasi
Craniotomy di Ruang Rajawali 3A Rsup Dr Kariadi Semarang”
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar penulis mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan nyeri akut, dengan menggunakan pendekatan manajemen
keperawatan secara benar, tepat dan sesuai dengan standar keperawatan
secara profesional.
2. Tujuan Khusus
b. Penulis dapat mengkaji pasien yang mengalami nyeri akut di Ruang
Rajawali 3A Rsup Dr Kariadi Semarang
c. Penulis dapat mengidentifikasi data untuk menentukan diagnosa
keperawatan yang terjadi pada pasien dengan nyeri akut
d. Mengetahui prinsip implementasi asuhan keperawatan pada klien
dengan nyeri akut.
D. MANFAAT
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis sebagai berikut:
1. Bagi perkembangan keperawatan
Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri akut,
3
sehingga dapat dilakukan tindakan yang segera untuk mengatasi masalah
yang terjadi pada pasien dengan nyeri akut.
2. Bagi pembaca
Memberikan pengertian, pengetahuan dan pengambilan keputusan
yang tepat kepada pembaca. Khususnya dalam menyikapi dan mengatasi
jika ada penderita nyeri akut.
3. Bagi instansi RSUP DR KARIADI
Sebagai bahan masukan dan menambah referensi untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan pada penderita yeri akut
post oprasi craniotomy
4. Bagi perawat
Digunakan sebagai alat bantu evaluasi dalam upaya meningktkan
kualitas penanganan bagi pasien nyeri akut.
5. Bagi penulis
Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
yang lebih mendalam dalam memberikan asuhan keperawatan khusunya
pada pasien dengan nyeri akut.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Tumor adalah satu pertumbuhan abnormal di jaringan otak yang
bersifat jinak (benign) ataupun ganas (malignant), membentuk massa
dalam ruang tengkorak kepala (intrakranial) atau disusun tulang belakang
(medulla spinalis). Apabila sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri
disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain disebut
sebagai (metastasis) seperti kanker paru, kanker payudara, dan kanker
prostate disebut sebagai tumor otak sekunder (Harsono, 2015).
2. ETIOLOGI
Penyebab dari tumor otak belum dapat diketahui secara pasti faktor
risiko adalah sesuatu yang dapat meningkat kejadian penyakit tersebut.
Menurut (NationalCancer Institute 2009, Harsono, 2015 ;Herbert B.
Newton, 2016).
Faktor risiko untuk tumor otak :
a. Herediter
b. Radiasi
c. Virus
5
2) Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral (hilang
penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi yang berlawanan
dengan tumor) dan halusinasi penglihatan.
3) Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan
dengan kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak
terkoordinasi dan nistagmus ( gerakan mata berirama dan tidak
disengaja )
4) Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status
emosional dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental, pasien
sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri
5) Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli
(gangguan saraf kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan
lidah (saraf kelima), kelemahan atau paralisis (saraf kranial
keketujuh), abnormalitas fungsi motorik.
6) Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia. (
Brunner & Sudarth, 2003 ; 2170 )
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran,
kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta
memberi informasi tentang sistem vaskuler.
b. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam
batang otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam
gambaran yang menggunakan CT Scan
c. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam
dan untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.
d. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor
e. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal
5. PATHWAY
6
Idiopatik
Tumor otak
Resti.Cidera Perubahan
Aspirasi sekresi
proses pikir
Obs. Jalan nafas
Dispnea
Henti nafas Bradikardi progresif, Bicara terganggu,
hipertensi sitemik, afasia Hernialis ulkus
Perubahan pola
nafas gang.pernafasan
7
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian Primer :
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan:
1) Chin lift / jaw trust
2) Suction / hisap
3) Guedel airway
4) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi
/aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, dan sianosis pada tahap lanjut.
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur
GCS. Adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah
Awake :A
Respon bicara :V
Respon nyeri :P
Tidak ada respon :U
e. Eksposure
8
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera
yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi inline harus dikerjakan.
Pengkajian Sekunder :
a. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumha sakit dan askes.
b. Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian
tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal.
d. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga
(otitis media, mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis,
abses paru, empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan
kulit).
e. Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.
f. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis
Tanda : TD : meningkat
N : menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada
vasomotor).
g. Eliminasi
Gejala : -
Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
h. Nutrisi
Gejala : kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
i. Hygiene
Gejala : -
9
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri
(pada periode akut).
j. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.
Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori,
sulit dalam keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK),
nistagmus, kejang umum lokal.
k. Nyeri / kenyamanan
Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher /
pungung kaku.
Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
l. Pernapasan
Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan
mental (letargi sampai koma) dan gelisah
m. Keamanan
Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis,
telinga tengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit,
fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
2. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungn dengan kurangnya
darah ke jaringan otak
b. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
c. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi
d. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran
akibat tekanan pada serebelum (otak kecil)
e. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan
3. INTERVENSI
10
Intervensi keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungn dengan kurangnya
darah ke jaringan otak
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan perawatan 1. Pantau status neurologis dengan
selama 3x24 jam diharapkan teratur dan bandingkan dengan
perfusi jaringan kembali normal keadaan normalnya seperti GCS
dengan kriteria hasil : 2. Pantau frekuensi dan irama jantung
1. TTV normal 3. Pantau suhu juga atur suhu lingkungan
2. Kesadaran pasien kembali sesuai kebutuhan. Batasi penggunaan
seperti sebelum sakit selimut dan lakukan kompres hangat
3. Gelisah hilang jika terjadi demam
4. Ingatanya kembali seperti 4. Pantau masukan dan pengeluaran,
sebelum sakit catat karakteristik urin, tugor kulit dan
keadaan membrane mukosa
5. Gunakan selimut hipotermia
6. Kolaborasi pemberian obatse suai
indikasi seperti steroid, klorpomasin,
asetaminofen
11
6. Gunakan pelembab yang agak hangat
pada nyeri leher/punggung yang
tidak ada demam
7. Kolaborasi pemberian obat analgetik
seperti asetaminofen, kodein sesuai
indikasi
12
1. Klien dapat meningkatkan 2. Kaji derajat imobilitas pasien dengan
kekuatan dan fungsi tubuh yang menggunakan skala ketergantungan
sakit (0 – 4)
2. Mempertahankan integritas kulit 3. Letakkan pasien pada posisi tertentu,
dan kandung kemih dan fungsi ubah posisi pasien secara teratur dan
usus buat sedikit perubahan posisi antara
waktu
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPRASI CRANIOTOMY
13
PADA NY S DI RUANG RAJAWALI 3A RSUP DR KARIADI SEMARANG
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : NY. S
No Reg : C716635
Usia : 54 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jatibarang - Brebes
Tanggal masuk RS : 15 November 2018
Tanggal pengkajian : 26 November 2018
Diagnosa Medis : SOL
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama : Nyeri pada luka post oprasi dan tungkai kiri
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluarga klien mengatakan, 5 bulan yang lalu sebelum
dilakukan oprasi klien sering mengalami sakit kepala, ada benjolan di
pelipis, kemudian pada tanggal 25 september 2018 klien di bawa ke
rsud brebes setelah dirawat 5 hari kemudian klien di rujuk ke rsup dr
kariadi semarang. dan pada tangaal 10 oktober dilakukas oprasi
craniotomi namun tidak berjalan lancar, kemudian dilakukan oprasi
kembali pada tgl 23 oktober 2018 kemudian tgl 15 november klien di
pindah di ruan rajawali 3A dan terpasang infus rl 20 tpm dan terdapat
luka pos oprasi craniotomy, kesadaran composmentis sampai
pengkajian dilakukan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Sejak 5 bulan yang lalu klien sering mengalami sakit kepala.
3. Pengkajian Primer
a. Airways (jalan nafas)
14
Tidak erdapat sumbatan
Bunyi nafas reguler
b. Breathing
RR : 18 x / menit
Pola nafas normal
tidak ada penggunaan alat bantu nafas
c. Circulation
Nadi : 94 x/ menit
TD : 130/70 mmHg
Ekstremitas hangat
Pengisian kapiler < 2 detik
d. Disabillity
Kesadaran composmentis
GCS : E4, M5, V:6
Reaksi cahaya +/+
Kekuatan tonus otot 5 5
5 5
e. Eksposure
Suhu 36 oC
Abdomen datar, mukosa kering
4. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Alergi : tidak ada
b. Penilaian nyeri : tidak ada
c. Resiko jatuh : tidak ada
d. Data penunjang :
1) Lab Darah
15
Tanggal 15 November 2018
Leukosit : 13,8
Eritrosit : 3,97
Hb : 11,1
Ht : 34,1
Trombosit : 285.000
Creatinin : 13
Kalium : 3,3
Natrium : 131
Ce : 97,2
5. Analisa Data
16
N
Hari/tgl Data Etiologi Masalah
o
1 Senin, 26 DS :pasien mengatakan nyeri Agen pencedera Nyeri akut
November pada luka pos op fisik
2018 P: nyeri bertambah saat
beraktivitas
Q: seperti tertusuk
R: kepala dan kaki kiri
S: skala 3
T: hilang timbul
DO:
TD: 130/70 mmHg
N: 94 x / menit
S: 36oC
RR : 18 x / menit
Terdapat luka post oprasi
craniotomy dan
terpasang infus RL 20
tpm
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
17
C. INTERVENSI
No Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC) Paraf
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 1. Kaji skala nyeri
24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria 2. Ajarkan tehnik non farmakologi
hasil : 3. Monitor TTV
1. Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol
2. Tampak rileks
3. Dapat beristirahat atau tidur
18
R: kepala dan kaki kiri
S: skala 3
T: hilang timbul
O:
TD: 130/70 mmHg
N: 94 x / menit
S: 36oC
RR : 18 x / menit
Terdapat luka post oprasi
craniotomy dan terpasang infus
RL 20 tpm
O:Klien kooperatif
S: -
19
O:
TD: 130/70 mmHg
N: 94 x / menit
S: 36oC
RR : 18 x / menit
2 Selasa, 27 09.00 Mengkaji skala nyeri S:
November WIB Pasien mengatakan nyeri pada
2018 10.30 Memberikan terapi relaksasi musik luka pos op
WIB P: nyeri saat beraktivitas
13.00 Mengukur TTV Q: seperti tertusuk
WIB R: kepala dan kaki kiri
S: skala 2
T: hilang timbul
O:
TD: 120/70 mmHg
N: 82 x / menit
S: 36oC
RR : 18 x / menit
20
Terdapat luka post oprasi
craniotomy dan terpasang infus
RL 20 tpm
S: -
O:
TD: 120/70 mmHg
N: 82 x / menit
S: 36oC
RR : 18 x / menit
21
EVALUASI HARI I
No Dx Hari/tgl Jam Evaluasi Paraf
1 Senin, 26 13.15 S : klien mengatakan nyeri pada luka post oprasi dan pada kaki
November WIB kiri
2018 O : klien tampak meringis menahan nyeri
TD: 130/70 mmHg
P : Lanjutkan intervensi :
1. Kaji skala nyeri
2. berikan terapi relaksasi musik
3. ukur TTV
EVALUASI HARI II
No Dx Hari/tgl Jam Evaluasi Paraf
1 Selasa, 27 13.15 S : klien mengatakan nyeri berkurang
November WIB O : klien tampak lebih rileks
2018 TD: 120/80 mmHg
22
N: 82 X / menit
P : Lanjutkan intervensi :
1. Kaji skala nyeri
2. Berikan terapi relaksasi musik
3. Ukur TTV
23
BAB IV
APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING
A. Identitas Pasien
Nama inisial : Ny. H
Usia : 57 Tahun
Alamat : Pati
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Diagnosa Medik : Space Occupying Lesion (SOL)
B. Data Fokus
1. Data subyektif
Pasien mengatakan nyeri pada luka pos op
2. Data obyektif
P: nyeri bertambah saat aktivitas
Q: seperti tertusuk
R: kepala dan kaki kiri
S: skala 3
T: hilang timbul
TD: 130/70 mmHg
N: 94 x / menit
S: 36oC
RR : 18 x / menit
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
24
D. Evidence Based Nursing (EBN)
Evidence Based Nursing (EBN) adalah proses penggunaan bukti-bukti
terbaik yang jelas, tegas dan berkesinambungan guna pembuatan keputusan
klinik dalam merawat individu pasien. Dalam penerapan EBN harus memenuhi
tiga kriteria yaitu berdasar bukti empiris, sesuai keinginan pasien, dan adanya
keahlian dari praktisi. Perkembangan ilmu keperawatan yang berkembang
membuat tenaga medis diberikan ilmu pengetahuan yang baru dan terbukti hasil
nya berdasarkan hasil penelitian-penelitian membuat tenaga medis memiliki
inovasi yang dapat memaksimalkan proses pemberian pelayanan kesehatan.
Pada makalah ini tindakan yang diberikan adalah berupa terapi relaksasi
musik dengan menggunakan audio yang didasarkan pada studi penelitian oleh
Lenny Irmawaty dan Mekar Ratilasari Li dengan judul MANAJEMEN NYERI
MENGGUNAKAN TERAPI MUSIK PADA PASIEN POST SECTIO
CAESAREA (STUDI KASUS DI RSUD PASAR REBO TAHUN 2013) yang
digunakan dalam penerapan pada asuhan keperawatan ini berupa terapi musik
menggunakan headphone dan MP3 yang berisi musikmusik terapi yang
direkomendasikan oleh Nilsson (2009) yaitu musik yang memiliki karakteristik
non lirik, tempo 60-80 beat per menit, frekuensi 40-60 Hz, kombinasi dari 2-4
unsur alat musik yang memiliki unsur string, dengan ketukan pemilihan nada
dasar mayor dan minor berdasarkan hukum Pytagoras. Instrumen penelitian
pada variabel nyeri post craniotomy menggunakan salah satu alat pengukuran
skala nyeri yaitu Numeric Rating Scale (NRS). Skala ini menggunakan angka
0 sampai dengan 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri dimana tindakan
relaksasi musik akan dilakukan sebanyak 2 kali dalam 2 hari.
Idiopatik
25
TUMOR OTAK
NYERI AKUT
BAB V
PEMBAHASAN
26
A. Justifikasi pemilihan EBN
Mekanisme nyeri adalah ketika reseptor A Delta dan serabut C distimulasi
oleh rangsangan nyeri, axon perifer tingkat pertama mentransmisikan data
sensori ke badan sel pada ganglion akar dorsal. Menurut data survei nasional
pada tahun 2007 adalah 921.000 atau sekitar 22,8% persalinan dengan Sectio
caesarea dari 4.039.000 persalinan (Fitriana,2008). Tindakan operasi
menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan tubuh. Pada proses
operasi digunakan anastesi agar pasien tidak merasakan nyeri, namun setelah
operasi selesai dan pasien mulai sadar akan merasakan nyeri pada bagian tubuh
yang mengalami pembedahan. Nyeri yang dirasakan ibu post sectio caesarea
berasal dari luka yang terdapat dari perut (Sjamsuhidajat, 2005 dalam Fitriana,
2008). Tidak ada dua individu mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua
kejadian nyeri yang sama menghasilkan sensasi nyeri atau respon nyeri yang
identik sama pada seorang individu karena nyeri bersifat subjektif (Perry &
Potter, 2010). Nyeri merupakan gejala yang paling sering terjadi di bidang
medis, Oleh karena itu peran perawat/bidan sangat diperlukan untuk membantu
klien dan anggota keluarga dalam upaya mengatasi nyeri. Penting juga
perawat/bidan memahami makna nyeri secaraholistik pada setiap individu
sehingga dapat mengembangkan strategi penatalaksanaan nyeri selain
pemberian analgetik yaitu terapi non farmakologis. Oleh sebab ini penulis
memilih Evidence Based Nursing tersebut untuk diterapkan dalam asuhan
keperawatan.
B. Analisis Jurnal
1. Judul penelitian: MANAJEMEN NYERI MENGGUNAKAN TERAPI
MUSIK PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA (STUDI KASUS DI
RSUD PASAR REBO TAHUN 2013)
2. Peneliti: Lenny Irmawaty dan Mekar Ratilasari
3. Metode penelitian: quasi experiment
4. Hasil penelitian: Berdasarkan hasil penelitian diketahui adanya perbedaan
yang signifikan antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan
27
prosedur standar pada pasien post Sectio caesarea di RSUD Pasar Rebo
tahun 2013. Nilai signifikansinya sebesar 0,016 < 0,05, yang berarti ada
perbedaan yang signifikan dari hasil pengukuran data pretest dan posttest.
D. Hasil Penerapan
Berdasarkan hasil penelitian tingkat nyeri responden sebelum dan sesudah
diberikan terapi standar pada kelompok intervensi mengalami penurunan, tetapi
efektifitas intervensi non farmakologi pada Ny. S tidak dapat dinilai secara
28
maksimal karena keterbatasan waktu dan kejadian diluar kendali pemberi asuhan
sehingga hasil hanya dapat dievaluasi setelah 2 kali peneparan EBN.
29
30
31
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intervensi terapi relaksasi musik menggunakan gitar yang suaranya
menenangkan, berdasarkan EBN merupakan intervensi yang sangat dianjurkan
untuk mengontrol nyeri pada pasin post oprasi karena dapat mengurangi skala
nyeri.
B. Saran
Penulis memberikan saran-saran berdasarkan kesimpulan diatas, sebagai
berikut: intervensi non farmakologi menggunakan musik instrumen yang ada
unsur string (gitar, biola, piano) musik yang ber irama ketenangan
32
DAFTAR PUSTAKA