Anda di halaman 1dari 113

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.

Y DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN AKIBAT HIPERBILIRUBINEMIA DI
RUANG PERINATOLOGI GEDUNG C LANTAI 4 RSUD
CIBABAT KOTA CIMAHI

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :
KUSWENDI
NPM. 2111.15.056

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.Y DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN AKIBAT HIPERBILIRUBINEMIA DI
RUANG PERINATOLOGI GEDUNG C LANTAI 4 RSUD
CIBABAT KOTA CIMAHI

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai
Gelar Ahli Madya Keperawatan

OLEH :
KUSWENDI
NPM. 2111.15.056

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2018
PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan pada seminar ujian
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.Y DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN AKIBAT HIPERBILIRUBINEMIA DI
RUANG PERINATOLOGI GEDUNG C LANTAI 4 RSUD
CIBABAT KOTA CIMAHI ”

Pada Tanggal : 25 Mei 2018


Nama Mahasiswa : Kuswendi
NPM : 211115056
Program Studi : Keperawatan (D-3)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani Cimahi

Pembimbing I Pembimbing II

Fauziah Rudhiati.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An Dyna Apriany,S.Kp.,M.Kep

i
PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan
masukan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Keperawatan
(D-3)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani

Pada Tanggal 20 Mei 2018

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.Y DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN AKIBAT HIPERBILIRUBINEMIA DI
RUANG PERINATOLOGI GEDUNG C LANTAI 4 RSUD
CIBABATKOTA CIMAHI ”

Nama Mahasiswa : Kuswendi


NPM : 211115056

Program Studi Keperawatan (D-3)


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani

Pembimbing I Pembimbing II

Fauziah Rudhiati.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An Dyna Apriany,S.Kp.,M.Kep

Penguji

Chatarina S,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Mengetahui
Program Studi Keperawatan (D-3)
Ketua

Dyna Apriany,S.Kp.,M.Kep

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ASUHAN


KEPERAWATAN PADA BAYI NY.Y DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN AKIBAT HIPERBILIRUBINEMIA DI RUANG PERINATOLOGI
GEDUNG C LANTAI 4 RSUD CIBABAT KOTA CIMAHI ” ini, sepenuhnya karya
saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat karya orang
lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.

Cimahi, 20 mei 2018

Yang membuat pernyataan

Kuswendi
NPM 211115056

iv
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI 2018

KUSWENDI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.Y DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN AKIBAT HIPERBILIRUBIN DI RUANG PERINATOLOGI
GEDUNG C LANTAI 4 RSUD CIBABAT KOTA CIMAHI

xii+ 91 Halaman + 6 Tabel + 2 Gambar + 1 lampiran

ABSTRAK
Latar Belakang : Hiperbilirubin merupakan penyebab ketiga kematian bayi di
bulan pertama kelahiran di indonesia. Kasus hiperbilirubin merupakan kasus
tertinggi ke – 3 di ruang perinatologi gedung C lantai 4 pada RSUD Cibabat Kota
Cimahi tahun 2017
Tujuan : Untuk mendapatkan penagalaman nyata dalam proses asuhan
keperawatan pada bayi Hiperbilirubinn di ruang perinatologi gedung C lantai 4
RSUD Cibabat kota Cimahi tahun 2018.
Metode : Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan laporan kasus (case
report). Subjek atau sumber informasi diperoleh dengan wawancara, observasi
partisipatif, dan studi literatur. Observasi partisifatif dengan melakukan
pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi).
Hasil : Masalah keperawatan yang ditemukan pada kasus ini adalah kekurangan
volume cairan, resiko hipertermi dan defisit pengetahuan. Ini memberikan
gambaran adanya kesamaan antara studi kasus dan studi literatur.
Kesimpulan : Dari masalah yang dirumuskan dapat diselesaikan sesuai tujuan
yang dibuat, tujuan pemberian asuhan keperawatan telah tercapai secara
komprehensif melalui tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian,
perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi hingga evaluasi.

Kata kunci : Hiperbilirubin, sistem pencernaan.


Kepustakaan : Literatur (2005 - 2017)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan

Karunia-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Pada Bayi NY.Y Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Akibat

Hiperbilirubinemia di Ruang Perinatologi gedung C lantai 4 RSUD Cibabat

Kota Cimahi ” dapat selesai tepat pada waktunya.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk

mencapai Gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi Keperawatan

(D-3) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Gunawan Irianto,dr.,M.Kes(MARS). selaku Ketua Stikes Jenderal

Achmad Yani Cimahi yang telah memberikan kesempatan menyusun

Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Trias Nugrahadi,dr., Sp.KN, selaku Direktur RSUD Cibabat Kota Cimahi,

yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan praktik klinik

keperawatan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Dyna Apriani,S.Kp.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Keperawatan

(D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi dan pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat terselesaikan.

v
4. Fauziah Rudhiati.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi sehingga Karya tulis

Ilmiah ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh dosen dan staf Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi yang telah

memberikan berbagai ilmu yang berharga sebagai bekal bagi penulis.

6. Bapak Daya, Ibu Karwen dan keluarga atas cinta, dukungan moral,

materil dan do’a yang selalu diberikan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini

selesai pada waktunya.

7. Rekan-rekan seangkatan D3 Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani

Cimahi yang selalu memberikan dukungan dan semangat sehingga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai pada waktunya.

8. Sahabat-sahabat saya Irvan, Angga, Rialdy dan Suryani yang telah

memberi dukungan moral, serta semangat dalam penulisan karya tulis

ilmiah ini.

9. Furi susanti yang telah memberikan suport serta doanya.

10. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal

baik yang telah diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna

bagi semua pihak yang memanfaatkan.

Cimahi, 25 Mei 2018


Penulis

Kuswendi
NPM.21111505

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 6

1. Tujuan Umum ........................................................................................ 6

2. Tujuan Khusus....................................................................................... 6

C. Kerangka Penulisan ................................................................................... 7

1. Pengumplan Data .................................................................................. 7

2. Tempat dan Waktu ................................................................................ 8

D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Masalah Kesehatan

1. Pengertian Hiperbilirubinemia ............................................................... 10

2. Klasifikasi .............................................................................................. 10

3. Anatomi ................................................................................................. 11

vii
4. Etiology ................................................................................................. 19

5. Patofisiologi ........................................................................................... 20

6. Manifestasi Klinis ................................................................................... 22

7. Penatalaksanaan Medis ........................................................................ 23

8. Pathway................................................................................................. 27

9. Komplikasi ............................................................................................. 28

10. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 28

B. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi

C. Konsep Hospitalisasi

D. Adaptasi Kehidupan Ekstrauteerin Bayi

E. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Bayi

1. Pengkajian ............................................................................................. 38

2. Analisa Data .......................................................................................... 42

3. Diagnosa ............................................................................................... 47

4. Rencana Intervensi ................................................................................ 48

BAB III LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. LAPORAN KASUS

1. Pengkajian ............................................................................................. 54

2. Analisa Data .......................................................................................... 68

3. Diagnosa ............................................................................................... 71

4. Rencana Intervensi ................................................................................ 72

5. Implementasi ......................................................................................... 76

B. PEMBAHASAN

1. Pengkajian ............................................................................................. 81

2. Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 86

viii
3. Perencanaan Keperawatan ................................................................... 87

4. Implementasi Keperawatan ................................................................... 87

5. Evaluasi ................................................................................................. 88

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan............................................................................................... 89

B. Saran ......................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 91

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Skema 2.1 Pemeriksaan Kremer ................................................................... 30

Skema 3.1 Identitas Saudara Kandung ......................................................... 56

Skema 3.2 Genogram ................................................................................... 57

Skema 3.3 Pola Kebutuhan Sehari-hari ........................................................ 61

Skema 3.4 Hasil Laboratorium ...................................................................... 67

Skema 3.5 Terapi Obat .................................................................................. 68

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomy Sistem Pencernaan ..................................................... 11

Gambar 2.2 Anatomi Fisiologi Hepar ............................................................. 12

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Satuan Acara Pendidikan Kesehatan

Lampiran 2. Leaflet Hiperbilirubinemia

Lampiran 3. Riwayat Hidup

xii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan

beberapa indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian),

status gizi dan morbiditas (kesakitan). Mortalitas adalah kejadian

dimana yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang

diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun

sebab lainnya. Mortalitas terdiri dari angka kematian neonatus, angka

kematian bayi dan angka kematian balita. Angka kematian yang

tertinggi adalah pada BBL (Kemenkes RI, 2012).

Neonatus atau Bayi Baru Lahir (BBL) adalah bayi yang berusia 0

– 28 hari. BBL normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2.500-

4.000 gram, umur kehamilan 37-42 minggu, bayi segera menangis,

bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap Air Susu Ibu (ASI) dengan

baik dan tidak ada cacat bawaan. Neonatus masa usia anak dari sejak

lahir kedunia sampai dengan 4 minggu (Kementerian Kesehatan RI,

2010).

Anak mengalami perkembangan dan pertumbuhan tidak hanya di

mulai dari masa neonatus, namun sejak dalam kandungan. Masa

neonatus ini terbagi dalam dua masa, yaitu antara lain : masa portune

dan masa Neonate. Masa Portune pada bayi berlangsung antara 15-

1
30 menit pertama sejak bayi lahir sampai tali pusatnya dipotong dan

masa neonate berlangsung pada saat pengguntingan tali pusat, anak

1
2

menjadi individu yang terpisah dan berdiri sendiri ditandai dengan

penyesuaian terhadap lingkungan baru. Empat penyesuaian utama

yang harus dilakukan sebelum anak dapat memperoleh kemajuan

perkembangan tingkah laku yaitu : Perubahan suhu dalam rahim ibu

dengan suhu lingkungan, Perubahan pernafasan sebelum lahir bayi

bernafas dengan plasenta dan setelah lahir bernafas dengan paru-

paru, Menghisap dan Menelan sebagai cara untuk memperoleh

makanan yang semulai dari plasenta melalui tali pusat. Pada masa

neonatus, bayi akan lebih banyak tidur dan untuk mempertahankan

hidupnya neonatus diperalati dengan beberapa kemampuan-

kemampuan antara lain : insting, refleks dan kemampuan untuk belajar

(Kemenkes RI, 2012).

Perubahan fisiologis paling kritis dan segera yang harus

dilakukan oleh bayi adalah memulai bernafas. Rangsang yang

membantu memulai respirasi adalah kimia dan suhu. Faktor kimia

dalam darah (oksigen rendah, karbon dioksida tinggi dan pH rendah)

akan mulai merangsang pusat respirasi dalam medula. Rangsang

suhu primer adalah suhu dingin mendadak pada bayi saat

meninggalkan suasana hangat dan memasuki udara luar yang relatif

dingin. Perubahan suhu yang mendadak ini akan merangsang impuls

sensori di kulit yang kemudian disalurkan ke pusat respirasi (Wong,

2009).
3

Penyebab peningkatan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia

terutama pada BBL adalah Hiperbilirubinemia, Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR), Asfiksia neonatorum dan infeksi (Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013)

menyatakan bahwa, presentase AKB sebesar 32%. Capaian

penanganan neonatal dengan komplikasi mengalami peningkatan dari

tahun 2013 sebesar 51,47% menjadi 59,68% pada tahun 2014.

Provinsi jawa barat menjadi salah satu penyumbang angka kematian

tertinggi, dimana capaian jumlah AKB di Jawa Barat tahun 2012

mencapai 30 per 1.000 kelahiran hidup atau sebesar 4.803 bayi

(Kemenkes RI, 2012).

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan kadar bilirubin serum

total yang lebih 10mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan

ikterus pada kulit, sklera dan organ lain, keadaan ini mempunyai

potensi menimbulkan kem ikterus (Royyan, 2012). Tanda dan gejala

hiperbilirubinemia adalah jaundice yang merupakan keadaan

diskolorasi kuning pada jaringan (kulit, sclera dan lain-lain) ditandai

dengan kadar bilirubin serum lebih dari 10 mg/dL (Juffrie, 2010).

Penyebab hiperbilirubinemia adalah peningkatan bilirubin dapat terjadi

karena polycetlietnia, isoimmun hemolytic disease, kelainan struktur

enzim sel darah merah, keracunan obat dan gangguan fungsi hati

(Suriadi, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO), 2015 angka

kematian neonatal mengalami penurunan dari 5,1 juta pada tahun

1990 menjadi 2,7juta pada tahun 2015, kematian neonatal


4

diproyeksikan akan meningkat dari 45% kematian pada tahun 2015

menjadi 52% pada tahun 2030, target pada tahun 2030 angka

kematian neonatal adalah 12 kematian per 1.000 kelahiran hidup,

kejadian hiperbilirubinemia di amerika serikat adalah 65% dari 4 juta

neonatus yang lahir setiap tahunnya, terjadi dalam minggu pertama

kehidupannya. Di Indonesia, angka kejadian hiperbilirubinemia di

rumah sakit Jawa Barat adalah 25,2% dan angka kematian karena

hiperbilirubinemia di rumah sakit rujukan provinsi di Indonesia sebesar

41,94% (Dharmasetiawani, 2008).

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu kegawatan pada BBL

karena dapat menjadi penyebab gangguan tumbuh kembang bayi.

(Royan,2012). Bahaya lainya dari hiperbilirubinemia adalah kern

icterus. Kern icterus atau ensefalopati bilirubin adalah sindrom

neurologis yang disebabkan oleh deposisi bilirubin tidak terkonjungsi

(bilirubin tidak langsung atau bilirubin indrek) di basal ganglia dan

nuclei batang otak. Patogenis kern icterus bersifat multifaktorial dan

melibatkan interaksi antara kadar billirubin indrek, pengikatan oleh

albumin, kadar bilirubin yang tidak terikat, kemungkinan melewati

sawar darah otak, dan suseptibiltas saraf terhadap cedera. Kerusakan

sawar darah otak, asfiksia, dan perubahan permeabilitas sawar darah

otak mempengaruhi risiko terjadinya kern icterus (Richard, 2003).

Pencegahan hiperbilirubinemia dapat dilakukan apabila Ibu hamil

menjaga kesehatan selama kehamilan agar tetap sehat dan terhindar

dari berbagai gangguan kehamilan yang bisa memicu bayi prematur

dan bayi lahir dengan berat badan yang kurang. Selama hamil ibu
5

harus mendapatkan nutrisi yang penuh untuk membantu janin atau

bayi dalam kandungan agar dapat bertumbuh sempurna. Janin yang

tumbuh dengan sempurna akan lahir dalam usia kehamilan yang

cukup bulan dan memeiliki fungsi tubuh yang normal. Persiapan ASI

(Air Susu Ibu) selama proses kehamilan dapat melancarkan pemberian

ASI saat bayi baru lahir. ASI sebagi sumber nutrisi utama bagi bayi

baru lahir dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi sehingga fungsi

tubuh bayi dapat bekerja secara optimal (Richard,2003). Pengawasan

antenatal yang baik, dapat menghindarkan ibu dari konsumsi obat

yang dapat meningkatkan resiko ikterus pada bayi. Pengawasan

antenatal tersebut contohnya adalah penggunan oksitosin,

pencegahan dan pengobatan hipoksia pada janin dan neonatus,

penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus, pemberian

makanan yang bergizi dan pencegahan infeksi (Royyan, 2012).

Menurut Ngastiyah (2005) menyampaikan beberapa peran perawat

yang berhubungan dengan anak seperti peran peran perawat sebagai

pengganti ibu yang memenuhi kebutuhan anak selama dirawat.

Misalnya, perawat membantu memberikan air susu ibu (ASI) pada

bayi, menyuapi, memandikan dan sebagianya, hal itu juga dilakukan

pada anak yang lebih besar yang masih memerlukan bantuan ibu.

Peran perawat sebagai pendidik, terutama pendidikan mengenai

kesehatan anak baik pasien langsung atau kepada orang tuanya,


6

RSUD Cibabat adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Kota

Cimahi Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2001 yang sebelumnya di

bawah naungan Pemerintah Kabupaten Bandung. Di Rumah Sakit

Umum Daerah Cibabat mempunyai Ruangan Perawatan Perinatologi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan

melakukan observasi dan wawancara kepada perawat Ruangan

Perinatologi didapatkan hasil bahwa : Terjadi peningkatan BBL dengan

hiperbilirubinemia pada bulan januari sampai dengan juli 2017 adalah

129 BBL yang terdeteksi.

Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

asuhan Keperawatan Tentang “Asuhan Keperawatan Pada Bayi

Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Hiperbilirubinnemia Di Ruang

Perinatologi Lantai C lantai 4 Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat

Kota Cimahi Tahun 2018”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan

asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada

masalah bayi hiperbilirubinemia di ruangf Perinatologi Gedung C

lantai 4 RSUD Cibabat Kota Cimahi 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui dan memahami konsep Hiperbilirubinemia sampai

dengan Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan

hiperbilirubinemia.
7

b. Melakukan Asuhan Keperawatan (Pengkajian, Merumuskan

Diagnosa Keperawatan, menganalisa dan mengelompokan data,

menyusun rencana tindakan keperawatan, melaksanakan

implementasi, mengevaluasi dan membuat catatan

perkembangan).

c. Melakukan penulisan dokumentasi

d. Menganalisa kesenjangan berdasarkan teori dan askep di Rumah

Sakit.

C. Kerangka Penelitian

Kerangka penulisan kesehatan menurut (Nursalam, 2008) antara lain :

1. Pengumpulan Data

Penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metoda

dengan pendekatan studi kasus (case study). Adapun pengumpulan

data menggunakan teknik sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara dilakukan pada keluarga dengan cara

melakukan pengkajian mulai dengan menanyakan identitas anak,

keluhan utama anak, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

kesehatan dahulu, serta riwayat penyakit keluarga anak

b. Observasi partisipatif

Observasi yang akan di lakukan pada anak dilakukan

secara langsung. Observasi secara langsung diloakukan dengan

cara melakukan pemeriksaan fisik dan observasi secara tidak

langsung dengan memperhatikan kondisi lingkungan disekitar

anak dan hasil pemeriksaan labolatorium.


8

c. Studi dokumentasi

Pengumpulan data yang akan di lakukan melalui sumber-

sumber informasi, seperti catatan rekam medik pada anak atau

yang lainnya.

d. Studi literature

Pengumpulan data yang akan dilakukan melalui pencarian

sumber-sumber baik berupa buku atau jurnal. Mengakses

internet atau sumber lain diperoleh terkait dengan asuhan

keperawatan pada anak dengan gangguan sistem pencernaan :

Hiperbilirubinemia.

2. Tempat dan Waktu

Pelaksanaan pengambilan data yang dimulai dari pengkajian

sampai dengan evaluasi di lakukan di RSUD Cibabat Kota Cimahi

Gedung C4 pada tanggal 19 sampai 23 Februari 2018.

3. Manfaat Penulisan

a. Manfaat Teoritik

Merupakan Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat

memberikan informasi dan meningkatkan hal yang baik dalam ilmu

pengetahuan Keperawatan Anak serta memberikan manfaat

sebagai bahan referensi atau bacaan bagi mahasiswa, khususnya

mahasiswa keperawatan.
9

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan untuk menigkatkan pelayan pada anak

dengan gangguan sistem pencernaan : hiperbilirubin secara

optimal.

2) Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah bahan dan referensi bacaan dalam

bidang Ilmu Keperawatan Anak khususnya dalam

penanganan bayi dengan hiperbilirubinemia.

3) Bagi Penulis Lain

Mengaplikasikan mata kuliah keperawatan anak dengan

pemberian asuhan keperawatan pada Bayi dengan

hiperbilirubinemia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Masalah kesehatan

1. Pengertian Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan kadar bilirubin serum total

yang lebih 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus

pada kulit, sklera dan organ lain, keadaan ini mempunyai potensi

menimbulkan kern ikterus (Royyan,2012). Hiperbilirubin adalah

meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari

normla (Suriadi & Yuliani). Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan

konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kern

ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan

(Mansjoer,2008). Disimpulkan bahwa Neonatus Hiperbilirubin adalah

meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar bilirubin lebih dari

10 mg% dan kadar bilirubin tidak terkendalikan.

2. Klasifikasi Hiperbilirubinemia

a. Hiperbilirubinemia fisiologis

Warna kuning akan timbul pada hari kedua atau ketiga dan

tampak jelas pada hari kelima sampai keenam dan menghilang pada

hari kesepuluh. Ikterus fisiologis tidak mempunyai dasar patologis

potensi menjadi kern ikterus. Bayi tampak biasa, minum baik, berat

badan naik biasa, bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih

dari 12 mg/dl dan pada BBLR 10 mg/dl, dan akan hilang pada hari ke

empat belas, kecepatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari

(Royyan,2012)

10
11

b. Hiperbilirubinemia patologis

Ikterus ini memiliki dasar patologis, ikterus timbul dalam 24 jam

pertama kehidupan dan serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.

Terjadi peningkatan kadar bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam.

Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan

(BBLR) dan 12,5 mg% pada bayi cukup bulan ikterus yang disertai

dengan proses hemolisis ( inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-

6-PD daan sepsis). Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl atau kenaikan

bilirubin serum 1 mg/dl per- jam atau lebih 5 mg/dl perhari. Ikterus

menetap sesudah bayi umur 10 hari (bayi cukup bulan) dan lebih dari

14 hari pada bayi baru lahir BBLR (Royyan,2012)

3. Anatomi fisiologi

Gambar 2-1 Anatomi sistem pencernaan

Sumber : Nurachmah (2011)


12

a. Organ Sistem Pencernaan

Menurut Nurachmah,. Angriani (2011) organ sistem pencernaan

terdiri atas (1) saluran cerna, disebut juga saluran gastrointestinal (GI),

merupakan saluran panjang yang dilalui makanan/minuman dan terdiri

atas mulut, faring, esofagus, usus halus, lambung, usus besar, rektum,

serta saluran anus. (2) kelenjar aksesoris yang merupakan kelenjar yang

melapisi organ, yang terdiri atas 3 pasang kelenjar ludah, pankreas, hati,

dan saluran empedu.

Gamabar 2.2 Anatomi fisiologi hepar

Sumber : Nurachmah(2011)
13

a. Hepar atau hati

Hepar merupakan kelenjar terbesar ditubuh, beratnya

sekitar 1-2,3 kg. Hati berasal di atas rongga abdomen yang

menempati bagian terbesar ragio hipokondria. Bagian atas dan

anterior memiliki atruktur yang halus terpasang tepat di bawah

permukaan diafragma. Hati terbungkus dalam kapsul tipis yang

tidak elastis dan sebagian tertutupi oleh lapisan pertoneum.

Lipata peritonium membentuk ligamen penunjang yang

meletakan hati pada permukaan inferior diafragma.

Hati memiliki empat lobus. Dua lobus yang berukuran paling

besar dan jelas terlihat adalah lobus kanan yang berukuran lebih

besar, sedangkan lobus yang berukuran lebih kecil, berbentuk

biji, adalah lobus kiri. Dua lobus lainnya adalah lobus kaundalus

dan kuadratus yang berada di permukaan posterior.

Fisura posta merupakan nama yang di berikan untuk

permukaan posterior hati di mana banyak struktur yang masuk

dan keluar kelenjar. Vena porta masuk dan membawa darah dari

lambung, limpa, pankreas, usus halus, dan usus besar.

Arteri hepatika masuk dan membawa darah dari arteri. Arteri

ini merupakan cabang dari arteri seliaka, yang merupakan

cabang dari aorta abdomen. Arteri herpatika dan vena porta

membawa darah ke hati. Aliran balik tergantung dari banyaknya

vena hepatika yang meninggalkan permukaan posterior dan

dengan segera masuk ke vena kava inferior tepat di bawah

diafragma.
14

Serat saraf simpatik dan parasimpatik mempersarafi bagian

duktus hepatika kanan dan kiri keluar, membawa empedu dari

hati ke kandung empedu. Pembulu limfe meninggalkan hati, lalu

mengalirkan sebagian limfe ke lobus di abdomen dan sebagian

lobus torasik.

1) Struktur

Lobus hati disusun oleh fungsional terkecil yang di sebut

lobulus, yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Lobus

hati berbentuk heksagonal (segi enam) di bagian luarnya dan

dibentuk oleh sel berbentuk kubus, yang disebut hepatosit,

disusun dalam pasangan kolom sel dan menyebar pada vena

sentral. Antara dua pasang kolom sel sinosoid (pembuluh

darah dengan dinding yang tidak lengkap) berisi campuran

darah dari cabang – cabang kecil vena porta dan arteri

hepatika. Susunan ini memungkinkan darah arteri dan darah

vena porta (dengan konsentrasi nutrien yang tinggi)

bercampur berdekatan dengan sel hati. Diantara sel yang

melapasi sinusoid, terdapat makrofag (sel kupffer) yang

berfungsi untuk menelan dan menghancurkan sel darah yang

usam dan kapiler asing yang ada di aliran darah menuju hati.

Darah mengalir dari sinusoid ke vena sentral atau vena

sentrilobulas. Vena ini bergabung dengan vena dari lobulus

lain, membentuk vena besar hingga akhirnya vena ini

membetuk vena hepatika, yang meninggalkan hati dan

menuju vena kava inferior.


15

2) Fungsi Hati

Hati mempunyai beberapa fungsi metabolisme :

a) Metabolisme karbohidrat

Salah satu fungsi hati adalah menyekresikan empedu.

Metabolisme karbohidrat, hati berperan penting dalam

mempertahankan kadar glukosa plasma. Setelah makan,

saat glukosa darah meningkat glukosa di ubah menjadi

glikogen sebgai cadangan mempengaruhi hormon insulin.

Selanjutnya, saat kadar glukosa turun, hormon glukagon

merangsang perubahan glikogen kembali menjadi glukosa

dan menjadi kadar dalam kisaran normal. Hati juga

mengubah zat buangan dan bahan racun agar mudah untuk

ekskresi kedalam empedu dan urin Setelah pemecahan

hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh protein

intraseluler “Y protein” dalam hatipengambilan tergantung

pada aliran darah hepatik dan adanya ikatan protein.

Bilirubin yang tak terkonjugasi yang larut dalam hati diubah

atau terkonjugasi enzim asam uridin disfosfoglukuronat urin

diphospho glucuranic acid (UPGA) glukuronil tranferase

menjadi bilirubin dab glucuronida yang polar, larut dalam air.

Bilirubin terkonjugasi yang larut dalam air dapat di eliminasi

melalui ginjal Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi

pigmen bilirubin yang larut lemak, tak terkonjugasi, nonpolar

(bereaksi inderek)
16

b) Metabolisme bilirubin

Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi/indirek Over produksi

Peningkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah

merah yang sudah tua atau yang mengalami hemolisis akan

meningkatkan produksi bilirubin. Penghancuran eritrosit

yang menimbulkan hiperbilirubinemia paling sering akibat

hemolisis intravaskular (kelainan autoimun, mikroangiopati

atau hemoglobinopati) atau akibat resorbsi hematom yang

besar. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus hemolitik.

Konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung normal, tetapi

suplai bilirubin tak terkonjugasi/indirek melampaui

kemampuan sel hati. Akibatnya bilirubin indirek meningkat

dalam darah. Karena bilirubin indirek tidak larut dalam air

maka tidak dapat diekskresikan ke dalam urine dan tidak

terjadi bilirubinuria. Tetapi pembentukkan urobilinogen

meningkat yang mengakibatkan peningkatan ekskresi dalam

urine feces (warna gelap). Beberapa penyebab ikterus

hemolitik : hemoglobin abnormal (cickle sel anemia),

kelainan eritrosit (sferositosis heriditer), antibodi serum (Rh.

Inkompatibilitas transfusi), dan malariatropika berat.

Penurunan ambilan hepatik Pengambilan bilirubin tak

terkonjugasi dilakukan dengan memisahkannya dari albumin

dan berikatan dengan protein penerima. Beberapa obat-

obatan seperti asam flavaspidat, novobiosin dapat

mempengaruhi uptake ini. Penurunan konjugasi hepatik


17

Terjadi gangguan konjugasi bilirubin sehingga terjadi

peningkatan bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini disebabkan

karena defisiensi enzim glukoronil transferase. Terjadi pada :

Sindroma Gilberth, Sindroma Crigler Najjar I, Sindroma

Crigler Najjar II.

Hiperbilirubinemia konjugasi/direk

Hiperbilirubinemia konjugasi / direk dapat terjadi akibat

penurunan eksresi bilirubin ke dalamempedu.Gangguan

ekskresi bilirubin dapat disebabkan oleh kelainan

intrahepatik dan ekstrahepatik, tergantung ekskresi bilirubin

terkonjugasi oleh hepatosit akan menimbulkan masuknya

kembali bilirubin ke dalam sirkulasi sistemik sehingga timbul

hiperbilirubinemia. Kelainan hepatoseluler dapat berkaitan

dengan : Hepatitis, sirosis hepatis, alkohol, leptospirosis,

kolestatisobat (CPZ), zat yg.meracuni hati fosfor, klroform,

obat anestesi dan tumor hati multipel. Ikterus pada trimester

terakhir kehamilan hepatitis virus, sindroma Dubin Johnson

dan Rotor, ikterus pasca bedah. Obstruksi saluran bilier

ekstrahepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia

terkonjugasi yang disertai bilirubinuria. Obstruksisaluran

bilier ekstrahepatik dapat total maupun parsial. Obstruksi

total dapat disertai tinja yang akolik. Penyebab tersering

obstruksi bilier ekstrahepatik adalah : Obstruksi sal.empedu

didalam hepar, Sirosis hepatis, abses hati, hepatokolangitis,

tumor maligna primer dan sekunder. Obstruksi didalam


18

lumen sal.empedu : batu empedu, askaris Kelainan di

dinding sal.empedu : atresia bawaan, striktur traumatik,

tumor saluran empedu. Tekanan dari luar saluran empedu :

Tumor caput pancreas, tumor Ampula Vatery, pancreatitis,

metastasis tumor di lig.hepatoduodenale

b. Empedu

Menurut Pearce (2011) empedu adalah sebuah kantung

berbetuk terong dan merupakan membran berotot. Letaknya di

dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah hati, sampai

di pinggiran depannya. Panjangnya sekitar delapan sampai dua

belas sentimeter dan dapat berisi kira-kira 60 cm. Empedu terbagi

dalam sebuah fundus, badan, leher, dan terdiri atas tiga

pembungkus.

1) Disebelah luar pembungkus serosa peritoneal.

2) Disebelah tengah jaringan berotot tak bergaris.

3) Disebelah dalam membran mukosa, yang tersambung dengan

lapisan saluran empedu.Membran mukosanya membuat sel

epitel silinder yang mengeluarkan sekret musin dan cepat

mengabsopsi air dan elektrolit, tetapi tidak garam empedu atau

pigmen, karna itu empedunya menjadi pekat. Fungsi empedu

bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu. Juga

melakukan fungsi penting yaitu getah empedu yang tersimpan

di dalam dibuat pekak.

Menurut Nurachmah & Angriani (2011) Sekitar 500 ml

empedu disekresikan oleh hati setiap harinya. Asam empedu,


19

asam kolit, dan kenodeoksikolat disientesis oleh hepatosit dari

kolesterol, yang di kombinasikan dengan glisin atau taurin,

kemudian disekresikan kedalam empedu sebagai garam

natrium atau kalium. Bakteri di usus mengubah bentuk bilirubin

dan sebagian besar diekresikan sebagai sterkobilin di feses,

sebagian kecil direabsorsi dan dieksresikan dalam urine

sebagai urobilinogen. Ikterus adalah pigmentasi warna kuning

pada jaringan yang terlihat dikulit dan konjungtiva. Keadaan ini

disebabkan kelebihan bilirubin di dalam darah.

3. Etiologi

Menurut Suriadi & Yuliani (2010) ada beberapa penyebab hiperbilirubin:

a. Peningkatan bilirubin dapat terjadi karena polycetlietnia, isoimmun

hemolytic disease, kelainan struktur enzim sel darah merah, keracunan

obat (hemolisi kimia ; salisilat, kartikosteroid, klorampenikol), hemolisis

ektravaskuler; cephalhematoma,ecchymosis.

b. Gangguan fungsi hati; defesiensi glukoromil transferase, obstruksi

empedu/atresia biliari, inpeksi, masalah inetabolik; galaktosemia

hypothyroidisme, jaundice ASI

Menurut Ngastiyah (2005) beberapa faktor lain yang dapat

mempengaruhi terjadinya hiperbilirubin;

a. Faktor produksi yang berlebihan yang melampaui pengeluaranya.

Terdapat pada hemolisis yang mengikat seperti ada ketidakcocokan

golongan darah (Rh, ABO antagonis, defisiensi G - 6 – PD dan

sebagainya).
20

b. Gangguan dalam ambilan dan konjugasi hepar disebabkan

disebabkan imaturisasi hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi

(mengubah) bilirubin ; gangguan fungsi hepar akibat asidosis,

hipoksia, dan infeksi atau tidak terdapat enzim glukoronil

transferase (G – 6 – PD).

c. Gangguan transportasi bilirubin dalam darah terikat albumin

kemudian diangkut ke hepar. Ikatan ini dapat di pengeruhi oleh obat

seperti salisilat dan lain- lain. Defisiensi albumin menyebabkan lebih

banyak bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah

melekat pada otak (terjadi kern ikterus)

4. Patofisiologi

Metabolisme bilirubin Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi/indirek Over

produksi Peningkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah

merah yang sudah tua atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan

produksi bilirubin. Penghancuran eritrosit yang menimbulkan

hiperbilirubinemia paling sering akibat hemolisis intravaskular (kelainan

autoimun, mikroangiopati atau hemoglobinopati) atau akibat reabsorbsi

hematom yang besar. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus hemolitik.

Konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin

tak terkonjugasi/indirek melampaui kemampuan sel hati. Akibatnya bilirubin

indirek meningkat dalam darah. Karena bilirubin indirek tidak larut dalam air

maka tidak dapat diekskresikan ke dalam urine dan tidak terjadi

bilirubinuria. Tetapi pembentukkan urobilinogen meningkat yang

mengakibatkan peningkatan ekskresi dalam urine feces (warna gelap).

Beberapa.
21

penyebab ikterus hemolitik : hemoglobin abnormal (cickle sel anemia),

kelainan eritrosit (sferositosis heriditer), antibodi serum (Rh.

Inkompatibilitas transfusi), dan malariatropika berat. Penurunan ambilan

hepatik Pengambilan bilirubin tak terkonjugasi dilakukan dengan

memisahkannya dari albumin dan berikatan dengan protein penerima.

Beberapa obat-obatan seperti asam flavaspidat, novobiosin dapat

mempengaruhi uptake ini. Penurunan konjugasi hepatik Terjadi gangguan

konjugasi bilirubin sehingga terjadi peningkatan bilirubin tak terkonjugasi.

Hal ini disebabkan karena defisiensi enzim glukoronil transferase.

Hiperbilirubinemia konjugasi/direk Hiperbilirubinemia konjugasi / direk

dapat terjadi akibat penurunan eksresi bilirubin ke

dalamempedu.Gangguan ekskresi bilirubin dapat disebabkan oleh kelainan

intrahepatik dan ekstrahepatik, tergantung ekskresi bilirubin terkonjugasi

oleh hepatosit akan menimbulkan masuknya kembali bilirubin ke dalam

sirkulasi sistemik sehingga timbul hiperbilirubinemia. Kelainan

hepatoseluler dapat berkaitan dengan : Hepatitis, sirosis hepatis, alkohol,

leptospirosis, kolestatisobat (CPZ), zat yg.meracuni hati fosfor, koloform,

obat anestesi dan tumor hati multipel. Ikterus pada trimester terakhir

kehamilan hepatitis virus, sindroma Dubin Johnson dan Rotor, ikterus

pasca bedah.

Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik akan menimbulkan

hiperbilirubinemia terkonjugasi yang disertai bilirubinuria. Obstruksisaluran

bilier ekstrahepatik dapat total maupun parsial. Obstruksi total dapat

disertai tinja yang akolik. Penyebab tersering obstruksi bilier ekstrahepatik

adalah : Obstruksi sal.empedu didalam hepar, Sirosis hepatis, abses hati,


22

hepatokolangitis, tumor maligna primer dan sekunder. Obstruksi didalam

lumen sal.empedu : batu empedu, askaris Kelainan di dinding sal.empedu :

atresia bawaan, striktur traumatik, tumor saluran empedu. Tekanan dari

luar saluran empedu : Tumor caput pancreas, tumor Ampula Vatery,

pancreatitis, metastasis tumor di lig.hepatoduodenale (Suriadi&Yuliani

,2010)

5. Manifestasi klinis

Menurut Suriadi & Yuliani (2010) tanda dan gejala yang sering terjadi

pada hiperbilirubin;

1. Kulit berwarna kuning sampai jingga

2. Pasien tampak lemah

3. Nafsun makan berkurang

4. Reflek hisap berkurang

5. Urine pekat

6. Pembesaran lien dan hati

7. Feses seperti dempul

Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak berbahaya, tetapi kadar

bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak

(keadaanya disebut kernikterus). Kernikterus adalah suatu keadaan

dimana terjadi penimbunan bilirubin di dalam otak, sehingga terjadi

kerusakan otak. Biasanya terjadi pada bayi yang sangat prematur

atau bayi yang sakit berat.

Gejalanya berupa :
23

a) Rasa mengantuk

b) Tidak kuat menghisap

c) Muntah

d) Kejang

e) Bisa diikuti dengan kematian

6. Penatalaksanaan medis

Berdasarkan pada penyebab menurut Royyan (2012) maka

menajemen penatalaksanaan bayi dengan ikterus,diarahkan untuk

mencegah anemia dan membatasi efek dari ikterus. penatalaksanaan

mempunyai tujuan :

a. Menghilangkan anemia

b. Menghilangkan antibodi maternal dan eritrosit tersensitisasi

c. Meningkatkan badan serum albumin

d. Menurunkan serum bilirubin

Metode terapi pada ikterus meliputi : fototerapi dan transfusi tukar

a. Fototerapi

Terapi sinar diberikan jika bilirubin inderek darah mencapai 15 mg%.

Dengan penyinaran bilirubin dipecah menjadi dipyrole yang kemudian

melalui ginjal dan traktus digestivus.penggunaan fototherapi dengan

lampu neon biru yang berkekuatan 20 watt berguna untuk mengobati

Hiperbilirubinemia. Harus dilakukan hati-hati, karena jenis pengobatan

ini dapat menimbulkan komplikasi, yaitu dapat menyebabkan kerusakn

retina, dapat meningkatkan kehilangan air tidak terasa (insenible water

losses) dan dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan


24

bayi. Sebaiknya dipilih sinar dengan spektrum antara 420-480 nano

meter. Sinar ultraviolet harus dicegah dengan plexiglass dan bayi harus

mendapat cairan yang cukup. Alat-alat untuk fototherapi :

1) 10 lampu neon biru masing-masing berkekuatan 20 watt.

2) Susunan lampu dimasukan kedalam bilik yang diberi ventilasi

disampingnya.

3) Dibawah susunan dipasang plexiglass setebal 1,5 cm untuk

mencegah sinar ultraviolet.

4) Alat fototherapi diletakan 45 cm diatas permukaan bayi .

5) Terapi sinar diberikan selama 72 jam atau sampai kadar bilirubin

mencapai 7,5 mg%

6) Mata bayi dan alat kelamin ditutupi dengan bahan yang dapat

memantulkan sianar.

7) Gunakan kain pada boks bayi atau incobatur, dan letakan tirai putih

mengelilingi area sekeliling alat tersebut berada untuk memantulkan

kembali sinar sebanyak mungkin kearah bayi.

Pelaksanaan pemberian fototherapi dan yang diperlu diperhatikan

menurut Ladegwig,(2006)

1) Letakan bayi pada mengenakan pakain dibawah sinar fototherapi,

kecuali untuk menutupi alat kelamin, untuk memaksimalkan

terhadap sinar.

2) Tutup mata bayi saat disinar.

3) Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam.

4) Pantau asupan masuk dan keluaran setiap 8 jam.


25

5) Berikan asupan cairan 25% diatas kebutuhan cairan normal. Untuk

memenuhi peningkatan kehilangan cairan yang tidak tampak mata

serta feces.

6) Reposisi bayi sedikitnya setiap 2 jam.

7) Matikan sinar fototherapi saat orang tua berkunjung dan

memberikan ASI.

8) Pantau panjang gelombang sinar fototherapi menggunkan bilimeter,

setiap penggantian sorotan cahaya ke area mata lain.

9) Pantau kadar bilirubin setiap 8 jam selama 1 hingga 2 hari pertama

atau setiap pemberian sesuai dengan protokol instituasi setelah

penghentian fototherapi.

b. Transfusi tukar

Transfusi tukar (excharge transfusion-ET) dilakukan dengan indikasi :

1) Peningkatan bilirubin kadar bilirubin dalam tali pusat (> 70 umol/L

atau 4,5 mg/dL),

2) Peningkatan yang cepat kadar bilirubin serum (>15-20 umol/L/jam

atau 1 mg/dL/jam),

3) Peningkatan bilirubin 8-10 umol/L/jam atau 0,5 mg/dL/jam disertai

anemia moderat (11-13 g/dL

4) Pada ikterus hemolitik dengan kadar bilirubin dalm serum 350

umol/L atau 20 mg/dL

5) Bila terapi sinar tidak berhasil secara bermakna menurunkan

bilirubin kadar bilirubin serum

6) Kondisi klinik menggambarkan adanya kern ikterus


26

7) Bila kadar bilirubin mendekati kadar yang kritis pada bayi umur 1-2

hari maka juga dilakukan transfusi tukar dan tidak bila terdapat 4 hari

(BCB) atau 7 hari (BKB).

Transfusi tukar dilakukan dengan volume sebanyak dua kali volume

darah bayi (2x85 ml/kg) melalui kanula polivinil yang dipasang di

vena umbilikalis secara aseptik yang ketat. Komplikasi ET yang perlu

diantisipasi ialah asidosis metabolik, gangguan keseimbangan

elektrolit, beban volume lebih, aritmia, enterokolitis nekrotikan,

infeksi, penyakit graft versus bost dan meninggal. (Widgdo,2012)


27

7. Pathway

Bagan 2.1 Patofisiologi Hiperbilirubinemia

Hemoglobin
Pemecahan bilirubin berlebih
Hemo Globin
Suplai bilirubin melebihi
tampungan hepar
Feco Biliverdin
Hepar tidak mampu
Peningkatan destruksi eritrosit (gangguan melakukan konjugasi
konjugasi bilirubin/gangguan transport
bilirubin/ peningkatan siklus enteropetik)
Hb dan eritrosit abnormal Neonatus hiperbilirubin

Peningkatan bilirubin unconjugned


Hiperbilirubin pada
dalam darah, keluar meconium
sclera,leher, dan badan ,
terlambat,/ obstruksi usus, tinja
peningkatan kadar bilirubin
berwarna puca
indrek > 12 mg/dL

Kerusakan integritas Indikasi fototerapi Defisiensi pengetahuan


kulit

Gangguan Suhu Tubuh Tubuh terhadap sinar Resiko cidera


dengan intensitas tinggi

Hipertermi Gangguan Bonding


Kurangnya volume
cairan tubuh
Kecemasan Orang Tua

Sumber : Wong, 2009


28

8. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hiperbilirubin yaitu kern

ikterus (ensefalopati biliaris) adalah suatu kerusakan otak akibat adanya

bilirubin inderek pada otak. Kern ikterus ditandai dengan kadar bilirubin

darah tinggi ( >20mg% pada bayi cukup bulan atau >18mg% pada bayi

berat rendah) disertai dengan gejala kerusakan otak berupa mata

berputar, letargi, kejang, tak mau menghisap, tonus otot meningkat, leher

kaku, epistotonus, dan sianosis, serta dapat juga diikuti dengan ketulian,

gangguan berbicara, dan retardasi mental kemudian hari (Vivian Nanny

Lia Dewi, 2014). Kern ikterus ialah kerusakan otak akibat pelengketan

bilirubin inderek pada otak terutama pada korpus stritum, talamus,

nukleus subtalamus, hipokampus, nukleus merah didasar ventrikel IV

(Royyan,2012).

9. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium darah tepi/hematologi

Meliputi hitung sel darah merah (eritrosit), kadar hemoglobin (Hb),

hematrokit (Ht), hitung normoblas/retikulosit, hitung sel darah putih

(leukosit), hitung jenis leukosit, hitung keping darah (trombosit), dan laju

endap darah (LED), dan morfologi sel darah tepi. Uji fragilitas osmotik

eritrosit untuk menilai hemolisis. Pemeriksaan LDH dalam serum,

haptoglobin dalam serum, dan hemoglobin serta dalam urin perlu

dilakukan bila diduga terdapat hemoglobinuri paroksismal. Pemeriksaan

enzim dari eritrosit ialah piruvat kinase dan G-6-PD dan mungkin
29

diperlukan juga uji Coombs serta uji antibodi pada neonatus dengan

ikterus.

b. Analisis cairan serebrospinal

Pada kasus dengan gejala neurologik mempunyai arti penting untuk

nmengetahui adanya infeksi pada SSP. Pemeriksaan cairan aspirasi

pleura, perikard, abses, dan biopsi sumsum tulang mungkin juga

diperlukan. Pemeriksaan mikrobiologik termasuk serologi serta biakan

dari bakteri dan virus adalah penting pada kasus-kasus terkait dengan

infeksi.

c. Pemeriksaan mikroskopik

Terhadap sedian jaringan hepar atau organ lain yang diperoleh dari

biopsi atau operasi diperlukan untuk membantu menetapkan temuan

histopatologik.

d. Pemeriksaan pencitraan

Yang mungkin dibutuhkan adalah foto rontgen paru, USG abdomen,

elektrokardiografi (EKG), elekensefalografi (EEG), computed

tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI),

cbolescintigraphy, dan endoscopic retrograde cbolangio-

pancreatography atau ERCP (berguna untuk identifikasi batu empedu,

tumor, dan penyempitan saluran empedu).

e. Pemeriksaan analisis kromosom

Untuk menetapkan jenis kromosom yang mengalami kelainan dan

menjadi dasar penyebab dari penyakit hiperbilirubinemia.


30

f. Pemeriksaan rumus kremer

Tabel 2.1 pemeriksaan kremer

Kadar bilirubin
Daerah
Penjelasan (mg/dL)
ikteus
Prematur Aterm
1 Kepala dan leher 4-8 4-8
2 Dada sampai tali pusat 5-12 5-12
3 Pusat bagian bawah sampai 7-15 8-16
lutut
4 Lutut sampai pergelangan kaki 9-18 11-18
dan bahu sampai pergelangan
tangan
5 Kaki dan tangan termasuk 10> >15
telapak kaki dan telapak
tangan
Sumber : Mansjoer,(2017)

B. Konsep Pertumbuhan Dan Perkembangan bayi

Pada hari pertama dan minggu kedua dari kelahiran bayi, berat

badan akan turun karena bayi mulai kehilangan cairan melalui BAB /

BAK, keringat, uap air melalui pernafasan. Turunnya berat badan

disebut penurunan berat badan fisiologis tetapi tidak boleh lebih dari

10% dari berat badan lahir. Pada usia ini neonatus lebih banyak tidur

daripada terbangun. Masa bayi (4 minggu - 1 tahun), pada masa ini

disebut periode vital artinya bahwa periode ini memiliki makna

mempertahankan hidupannya untuk melanjutkan perkembangan

selanjutnya. Dua tahun pertama dalam kehidupan bayi merupakan


31

masa yang paling penting bagi perkembangan otaknya. Pada masa

ini terjadi apa yang disebut sebagai belajar memahami (learning

tolearn) secara maksimal. Semakin banyak rangsangan yang tepat

diberikan pada bayi pada saat yang tepat pula, akan makin besar

juga kemungkinan bayi untuk menjadi lebih cerdas. Perkembangan

kognitif terdiri dari dua tahap yaitu mengumpulkan informasi dan

belajar untuk memahami, misalnya melalui pengalaman (Wong,

2008).

C. Konsep Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan keadaan yang mengharuskan anak

tinggal di Rumah Sakit, menjalani terapi dan perawatan karena suatu

alasan yang berencana maupun kondisi darurat. Tinggal di Rumah

Sakit dapat menimbulkan stress bagi anak-anak, remaja dan

keluarga mereka (Yuniarti, Sri;, 2015)Bayi baru lahir dan bayi

beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim dengan pertumbuhan

dan perkembangan yang cepat serta pembentukan keterikatan yang

sehat dengan orang tua atau pengasuh bayi. Bayi memperoleh rasa

percaya di dunia melalui pola ritmis dan timbal balik ketika

memberikan makan serta melakukan kontak, yang menghasilkan

ikatan dengan pengasuh utama. Bayi memerlukan pola tidur tenang

yang menetap, kepuasan terhadap kebutuhan oral dan nutrisional,

relaksasi sistem tubuh, dan respon spontan terhadap komunikasi

serta stimulus yang lembut. Keterikatan antara pengasuh dan bayi

penting untuk kesehatan psikologis, terutama selama periode

penyakit dan hospitalisasi. Sayangnya , selama sakit dan


32

hospitalisasi pola yang penting dalam pemberian makan, kontak,

kenyamanan, keamanan, tidur, eliminasi, dan stimulasi ini terganggu

yang menghasilkan ketakutan, ansietas perpisahan dan kehilangan

kontrol pada usia 5 hingga 6 bulan, bayi mengalami perkembangan

kesadaran diri sebagai individu yang terpisah dari ibu. Akibatnya, bayi

pada usia ini secara langsung menyadari tidak adanya pengasuh

utama mereka dan mereka menjadi takut terhadap orang yang tidak

familiar. Bagi yang dapat terpisah dari orang tua mereka ketika di

hospitalisasi jika orang tua tidak dapat menemani bayi dalam ruangan

yang sama karena kebijakan di rumah sakit atau jika orang tua harus

bekerja atau merawat anak lain. Ansietas perpisahan dapat terjadi

kebutuhan oral bayi, sumber dasar keputusan bayi, sering kali tidak

terpenuhi di rumah sakit karena kondisi anak atau prosedur yang

harus dilakukan. Bayi terbiasa untuk terpenuhi kebutuhan dasarnya

oleh orang tua ketika ia menangis atau memperlihatkan sikap tubuh

tertentu. Hambatan hospitalisasi menyebabkan kehilangan kontrol

terhadap lingkungan, yang memicu ansietas tambahan pada bayi

(Kyle dan Carman, 2014).

1. Faktor yang Mempengaruhi Respon Anak pada Hospitalisasi

Menurut Kyle dan Carman, (2014) faktor yang mempengaruhi

respon anak terhadap penyakit dan hospitalisasi yaitu :

a. Frekuensi perpisahan dari orang tua/pengasuh.

b. Usia.

c. Tingkat perkembangan.

d. Tingkat kognitif.
33

e. Pengalaman sebelumnya dengan penyakit dan hospitalisasi.

f. Stres dan perubahan kehidupan saat ini.

g. Jenis dan jumlah persiapan.

h. Temperamen.

i. Keterampilan koping bawaan/alamiah yang didapat.

j. Keseriusan diagnosis/awitan penyakit atau cedera (mis., akut

dan kronis).

k. Sistem pendukung yang tersedia, termasuk keluarga dan

profesional perawatan kesehatan.

l. Latar belakang budaya.

D. Adaptasi Kehidupan Ekstrauterin Bayi

Menurut Wiknjosastro, (2005)

1. Setelah anak lahir anak bernapas untuk pertama kalinya maka,

terjadilah penurunan tekanan dalam arteri pulmonalis sehingga

banyak darah yang mengalir ke paru-paru.

2. Ductus arteriosus tertutup satu sampai dua menit setelah anak

bernapas

3. Dengan terguntingnya tali pusat, darah dalam vena cava inferior

berkurang.Dengan demikian, tekanan dalam atrium atau serambi

kanan berkurang.

4. Sebaliknya, tekanan dalam atrium kiri bertambah sehingga

menyebabkan penutupan voramen ovale.

5. Sisa ductus arteri menjadi ligamentum arteriosus.

6. Sisa ductus venosus menjadi ligamentum teres hepatic.


34

7. Arteri umbilikal menjadi ligamentum pesikoumbilical lateral kiri dan

kanan.

Struktur anatomi khas sirkulasi fetal, paru tidak berfungsi selama

kehidupan fetal dan hati hanya berfungsi sebagaian, maka tidak

perlu bagi jantung fetus untuk memompa banyak darah baik

melalui paru atau hati. Sebaliknya jatung fetus harus memompa

darah dalam jumlah yang besar melalui plasenta. Oleh karena itu,

susunan anatomi sistem sirkulasi fetal bekerja sangat berbeda

dengan sistem sirkulasi orang dewasa.

8. Peredaran darah

Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta

melalui vena umbilikalis lalu sebagian ke hati dan sebagian lainnya

langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung.

Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh,

sedangkan yang dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru

dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi

lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan tekanan

arteriol dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunnya

tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan

jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung

kanan, dan hal tersebutlah yang membuat foramen ovale

secarafungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama

setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan

tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan

biokimia (PaO2 yang naik) serta duktus arteriosus yang


35

berobliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama.Aliran darah paru

pada hari pertama kehidupan adalah 4-5 liter per menit/m²

(gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah

yaitu 2,96 liter/menit/m² dan bertambah pada hari kedua dan

ketiga (3,54 liter/m²) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan

darah pada waktu lahir di pengaruhi oleh jumlah darah yang

melalui transfuse plasenta yang pada jam-jam pertama sedikit

menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira

85/40 mmHg. Perinasia,(2012)

9. Transisi Pada Darah

Pada umumnya bayi baru lahir ( BBL) dilahirkan dengan nilai

hemoglobin ( Hb) yang tinggi. Hemoglobin F adalah Hb yang

dominan pada periode janin, namun akan lenyap pada satu bulan

pertama kehidupan selama beberapa hari pertama. Nilai Hb akan

meningkat sedangkan volume plasma akan menurun, akibatnya

hematokrit normal hanya pada 51 – 56% neonatus. Pada saat

kelahiran meningkat dari 3% manjadi 6% , pada minggu ke-7

sampai ke-9 setelah bayi baru lahir akan turun perlahan. Nilai Hb

untuk bayi berusia 2 bulan rata-rata 12 g/dl. Faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai hemoglobin pada bayi baru lahir

10.waktu pengkleman tali pusat.

Penundaan pengkleman tali pusat dapat meningkatakan volume

darah neonotus 25-40%, keuntungan penundaan pengkleman :

a.Volume yang besar meningkatkan perfusi kapiler baru


36

b.Berlanjutnya bolus darah teroksigenasi selama nafas pertama

yang tidak teratur.

11. Pencapaian oksigenasi adekuat yang lebih cepat membuat

penutupan struktur janin.

12. Posisi bayi baru lahir segera setelah lahir

Sedangkan darah merah BBL memiliki umur yang singkat , yaitu

80 hari , sedangkan sel darah merah orang dewasa 120 hari.

Pergantian sel yang cepata ini menghasilkan lebih banyak sampah

metabolic akibat penghancuran sel termasuk bilirubin yang harus di

metabolisme. Muatan bilirubin yang berlebihan ini menyebabkan

ikterus fisiologis yang terlihat pada bayi baru lahir. Oleh karena itu,

terdapat hitung retukulosit yang tinggi pada bayi baru lahir yang

mencerminkan pembentukan sel darah merah baru dalam jumlah

besar .Sel darah putih rata-rata pada bayi baru lahir memiliki rentang

dari 10.000 hingga 30.000/mm. peningkatan lebih lanjut dapat terjadi

pada BBL normal selama 24 jam pertama kehidupan. Pada saat

menangis yang lama juga dapat menyebabkan hitung sel darah putih

mengandung granulosit dalam jumlah yang besar.

13. Perubahan Sirkulasi Fetal Waktu Lahir

a. Hilangnya aliran darah dalam jumlah besar melalui plasenta.

Sebenarnya hal ini meningkatkan tekanan aorta serta tekanan

atrium kiri.

b. Tahapan vaskular paru sangat menurun.

Sebagai akibat dari pengembangan paru-paru. Pada fetus

yang tidak mengembang, pembuluh darah tertekan karena


37

volume paru yang kecil. Segera setelah mengembang,

pembuluh darah tersebut tidak lagi tertekan dan tahanan

terhadap aliran darah berkurang.

c. Penutupan foramen ovale

Tekanan atrium kanan yang rendah dan tekanan atrium

kiri yang tinggi, secara sekunder akan berpengaruh terhadap

perubahan tahanan paru dan sistem waktu lahir sehingga

menyebabkan kecenderungan darah mengalirkan balik dari

atrium kiri ke atrium kanan bukan sebaliknya,seperti yang

terjadi dalam kehidupan fetal. Akibatnya katup kecil yang

terletak diatas foramen ovale pada sisi kiri septum atrium

menutup lubang tersebut karena hal tersebut dapat mencegah

aliran lebih lanjut.

d. Penutupan duktus arteriosus

Efek yang sama terjadi dalam hubungannya dengan duktus

arteriosus karena meningkatkan tahanan pada paru dan

mengurangi trahanan pada arteri purmonalis. Sebagai

akibatnya, segera setelah lahir, darah mulai mengalir balik dari

aorta ke arteri pulmonalis bukan dengan arah sebaliknya dari

aorta seperti kehidupan fetal. Akan tetapi, hanya setelah

beberapa jam dinding otot duktus arteriosus mengadakan

kontraksi nyata, dan dalam 8 hari kontraksi cukup untuk

menghentikan aliran darah. Hal ini dinamakan penutupan

fungsional duktus arteriosus. Kemudian, terkadang selama


38

bulan ke-2 kehidupan, biasanya duktus arteriosus tertutup

secara anatomi oleh pertumbuhan jaringan fibrosa.

Pembentukan Sel-Sel Darah

a. Sel-sel darah berinti mulai dibentuk pada kantung kuning

telur dan lapisan mesotel plasenta sekitar minggu ke-3

perkembangan fetus. Satu minggu kemudian diikuti

pembentukan sel-sel darah merah oleh mesenkim dan

endotel pembuluh darah fetus.

b. Minggu ke-6, hati mulai membentuk sel darah.

c. Pada bulan ke-3 dan seterusnya sumsum tulang mulai

semakin membentuk sel-sel darah merah dan putih.

Sementara itu, struktur-struktur lain kehilangan

kemampuannya sama sekali untuk membentuk sel-sel

darah.

E. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Bayi Hiperbilirubin

1. Pengkajian/pemeriksaan fisik pada bayi Hiperbilirubin

Pengkajian/pemeriksaan fisik pada bayi merupakan pemeriksaan fisik

yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter untuk menilai status

kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir,

dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan pemeriksaan

fisik ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang dibawah lampu terang,

sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. Tujuan pemeriksaan fisik

atau penyesuain kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri


39

serta mencari kelainan pada bayi. Adapun pemeriksaan fisik yang dapat

dilakukan pada bayi antara lain sebagai berikut.(Ngastiyah,2015)

2. Identitas

Biodata klien terdiri dari nama, alamat jenis kelamin, umur,

agama,pekerjaan, suhu/bangsa, tanggal pengkajian

3. Keluhan utama

Keluhan utama pada hiperbilirubin pada umunya kulit berwarna kuning

pada saat bayi kurang dari 2 minggu

4. Riwayat penyakit sekarang

P (paliatif) yaitu faktor memperberat dan meringankan keluhan utama dari

hiperbilirubin, apabila tidak diberi fototerapi ASI eksluif dan meringankan

saat diberi fototerapi dan ASI ekslusif.

Q (quality) pada klien hiperbilirubin terdapat kulit berwarna kuning pada

saat umur kurang dari 2 minggu

R (region) pada klien dengan hiperbilirubin terdapat gaangguan hati

S (scale) klien dengan hiperbilirubin ditandai dengan kulit berawarna

kuning dan kadar bilirubin tinggi dalam darah

T (time) pada klien dengan hiperbilirubin sering terjadi pada usia kurang

dari 2 minggu.

5. Riwayat kesehatan dahulu

Keadaan masalalu yang ada hubunganya dengan apa yang dialami klien

saat ini misalnya :

1) Ibu klien mengkonsumsi obat- obatan tanpa anjuran dokter

2) Klien dengan anggota keluarga yang terkena penyakit yang sama


40

6. Pengkajian / Data Fokus

Data fokus menurut Ngastiyah,(2015)

a. Riwayat kesehatan

1) Riwayat antenatal

a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi

buruk, merokok, ketergantungan obat-obatan, atau penyakit

seperti diabetes melitus, kardiovaskuler, dan paru.

b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya

kelahiran multiple, kelainan kongenital, dan riwayat persalinan

preterm.

c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinuitas atau periksa

tetapi tidak teratur dan periksakehamilan tidak pada petugas

kesehatan.

d) Hari pertama & terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan

(kehamilan postdate atau preterm).

2) Riwayat natal

a) Kala I : pendarahan antepartum baik solusio plasenta maupun

plasenta previa.

b) Kala II : persalinan dengan tindakan bedah sesar,karena

pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan

sistem pusat pernafasan.

3) Riwayat postnatal

a) APGAR score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit

kedua A.S (0-3) asfiksia berat, A.S (4-6) asfiksia sedang, A.S

(7-10) asfiksia ringan.


41

b) Berat badan lahir : preterm / BBLR 2500 gr lingkar kepala

kurang atau lebih dari (34-36 cm).

c) Adanya kelainan kongenital : anencephal, hidrocephalus,

antrecial aesofagal.

1) Pemeriksaan Fisik Head To Toe : Pemeriksaan secara umum :

ukuran keseluruhan, kepala badan ekstremitas, tonus otot,

tingkat aktifitas, warna kulit dan bibir, tangis bayi, suhu, ukuran

antorometrik ( BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar

abdomen).

2) Tanda tanda vital yaitu suhu tubuh, laju nadi, laju jantung,

tekanan darah, dan laju nafas.

3) Pemriksaan Kepala meliputi besar / bentuk, ubun-ubun besar,

sutura, keadaan rambut, bentuk wajah dan pakah simetris kanan

dan kiri.

4) Mata : ketajaman dan lapang penglihatan, hipertelorisme,

supersilia, silia, eksptalmus, strabismus, nistagmus, miosis,

konjungtiva palpebra, sklera kuning, dan pemeriksaan retina

dengan funduskopi.

5) Telinga : posisi telinga, sekresi, tanda otitis media, dan nyeri

tekan.

6) Hidung : bentuk, nafas cuping hidung, sianosis dan sekresi.

7) Mulut dan tenggorokan: warna mukosa pipi / lidah, lidah kotor,

ulkus, tonsil mebesar dan hipermia, pembengkakan dan

perdarahan pada gingival.


42

8) Jantung : tonjolan prekodial, pulsasi, iktus kordis, batas jantung

kardiomegali, getaran, bunyi jantung, murmur, irama galop,

bising gesek perikard.

9) Paru-paru: simetris statik dan dinamik, pekak, hipersonor,

fremitus, batas paru-hati, suara nafas, ronki basah, ronki kering,

bronkofoni dan bisisng gesek.

10) Abdomen : bentuk, kolateral dan arah aliranya, pembesaran hati

dan limpa, tanda-tanda asites, gerakan peristaltik, nyeri tekan,

11) aktermitas : tonus otot / trofi otot, jari tubuh, sianosis, bengkak,

dan nyeri otot dan tulang, akral dingin, kapiler dan cacat bawaan.

Tulang belakang : kifosis, skoliosis, lordosis, tanda-tanda

rangsang meningeal.

12) Pemeriksaan kulit meliputi warna kulit, ruam kulit, lesi garukan,

petekie, pigmentasi, hiper/hipohidrosis, dan angiektas.

13) Pemeriksaan KGB di leher, aksila, dan inguinal meliputi

pembesaran, nyeri tekan, dan pelengketan dengan jaringan

sekitar.

1. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 Ds:- Pemecahan bilirubin

Do: berlebih

1. Penurunan

tekanan darah Hepar tidak mampu

2. Penurunan turgor melakukan konjugasi

kulit dan lidah


43

3. Kulit dan Sebaian masuk kembali

membran ke siklus emerohhepatik

mukosa kering Kekurangan volume

4. Kelemahan Peningkatan bilirubin cairan

5. Fontanel cekung unjongoned dalam darah

6. Terdapat ke pengeluaran meconium

penurunan BB terlambat

7. Terdapat

penurunan Indikasi fototerapi

produksi urine

kulit kering

kekurangan volume cairan

2 Ds:- peningkatan destruksi

Do: eritrosit

1. terpajan suhu

lingkungan suplai bilirubin melebihi

ekstrem tampungan

2. imaturitas sistem

regulasi suhu hepar tidak mau

bayi baru lahir melakukan konjugasi

ketidakmampuan

untuk neonatus

berkeringat hiperbilirubinemia Hipertermi

3. suhu bayi diatas dibawah lapisan kulit


44

37,5’C

indikasi fototerapi

tubuh terhadap sinar

dengan intensitas tinggi

hipertermi

3 Ds: Peningkatan destruksi

Do: eritrosit

1. invasi struktur

tubuh Suplai bilirubin melebihi

2. kerusakan tampungan

pada

permukaan Hepar tidak mau

kulit melakukan konjugasi

Neonatus

hiperbilirubinemia Kerusakan integritas

dibawah kulit kulit

Indikasi fototerapi

Kejadian pruritas pada

kulit
45

Kerusakan integritas kulit

4 Ds: Peningkatan destruksi

Do: eritrosit

1. peningkatan

kadar bilirubin di Suplai bilirubinmelebihi

lebih dari 20 tampungan Resiko cidera

mg/dL akan

mengakibatkan Hepar tidak mampu

kerusakan otak melakukan konjugasi

Jika tidak diatasi kadar

bilirubin indrect > 20

mg/dL

Sawar darah otak

Kerusakan otak

Resiko cidera
46

5 Ds:- ibu/ayah neonatus hiperbilirubin

mengatakan bahwa

mereka tidak indikasi fototerapi dan

mengetahui tentang transfusi tukar

penyakit yang

dialami oleh bayi nya membutuhkan perawatan Defisit pengetahuan

Do: RS orang tua

1. kurangnya

pengetahuan Defisit pengetahuan orang

orang tua tua

6 Ds: Indikasi fototerapi dan

Do: transfusi tukar

1. orang tua

terlihat Membutuhkan perawatan

gelisah RS

Kecemasan orang

Kurang pengetahuan tua

orang tua

Kecemasan pada orang

tua
47

3. Diagnosa keperawatan

Intervensi menurut Doenges, (2015)

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya

intake cairan

b. Hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi

c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

hiperbilirubinemia dan efek fototerapi

d. Resiko cidera berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin

e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

otang tua

f. Kecemasan orang tua berhubungan dengan terapi yang diberikan bayi


48
Diagnosa
no Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan

4. Intervensi keperawatan

Intervensi menurut Nanda nic-noc (2015)

Diagnosa
no Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan

1 Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Kaji Tanda-tanda vital. 1. Mengetahui status perkembangan

cairan berhubungan tindakan pasien

dengan tidak keperawatan selama 2. Monitor intake dan output 2. Mengetahui keseimbangan pemasukan

adekuatnya intake 3 x 24 jam, cairan dengan menimbang dan pengeluaran

cairan kekurangan volume popok (pemasukan dan

cairan seimbang pengeluaran)

dengan kriteria hasil 3. Periksa turgor kulit dengan 3. Menentukan kehilangan cairan

: memegang daerah abdomen berlebih/dehidrasi

1. Tekanan darah, 4. Ukur berat badan setiap hari 4. Indikator cairan dan status nutrisi

nadi, suhu
49
Diagnosa
no Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan

tubuh dalam

2. batas normal

3. Tidak ada

tanda-tanda

dehidrasi turgor

kulit baik,

gambaran

membran

mukosa

lembab, tidak

ada rasa haus

berlebihan.

2 Hipertermi Setelah dilakukan 1. observasi suhu badan setiap jam 1. Perubahan suhu dapat terjadi dengan

berhubungan tindakan selama fototerapi berlangsung cepat akibat pemaparan sinar yang

dengan efek keperawatan selama juga sebagai sumber panas.


50
Diagnosa
no Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan

fototerapi 3 x 24 jam, 2.monitor perubahan warna kulit 2. Perubahan warna kulit dapat

hipertermi dapat menunjukan bahwa adanya perubahan

teratasi dengan suhu tubuh

kriteria hasil : 3.kompres hangat pada lipatan paha 3. Pembrian kompres

Suhu tubuh dalam dan aksila bila suhu meningkat mengurangi/sebagai media konduksi
rentang normal 36’C –
37,5’C pembuang panas.

4.pantau suhu lingkungan 4. Suhu ruangan / jumlah selimut harus

batasi/tambahkan linen tempat diubah untuk mempertahankan suhu

tidur normal.

5. Mengembalikan suhu tubuh

5.pertimbangkan pemberian periode

istirahat dari fototerapi

3 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Monitor adanya kerusakan 1. Deteksi dini kerusakan integritas kulit

integritas kulit tindakan integritas kulit


51
Diagnosa
no Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan

berhubungan keperawatan selama 2. Hindari adanya kerutan pada 2. Kerutan dapat menyebabkan

dengan 3 x 24 jam, tempat tidur terjadinya iritasi

hiperbilirubinemia kerusakan integritas

kulit dapat teratasi 3. Bersihkan kulit bayi dari 3. Feses dan urin yang bersifat asam

dengan kriteria hasil kotoran setelah BAK dan BAB dapat mengiritasi kulit.

1.integritas yang

baik bisa

diperthankan

a.

4 Resiko cidera Setelah dilakukan 1. Kaji TTV 1. Mengetahui status perkembangan

berhubungan tindakan pasien

dengan keperawatan selama 2. Monitor hasil pemeriksaan kadar 2. Mengetahui hasil naik dan turunya

peningkatan kadar 3 x 24 jam, resiko bilirubin kadar bilirubin


52
Diagnosa
no Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan

bilirubin cidera dapat 3. Kolaborasi hasil pemeriksaan 3. Mengetahui hasil pemriksaan

teratasi dengan fototerapi kadar bilirubin fototerapi kadar bilirubin

kriteria hasil : 4. Kolaborasi pelaksanaan transsfusi 4. Mengetahui dan kolaborasi dalam

tukar jika kadar bilirubin > 20 m/dL pelaksanaan transfusi tukar

5 Defisit pengetahuan Setalah dilakukan 1. Kaji pengetahuan keluarga 1. Mengetahui tingkat pengetahuan

berhubungan tindakan keluarga terhadap kesehatan tentang

dengan kurangnya keperawatan ... x 24 penyebab hiperbilirubinemia beserta

pengetahuan orang jam diharapkan tanda gejalanya

tua orang tua pasien

mengenal dan tahu 2. Beri pendidikan kesehatan 2. Keluarga mengetahui tentang

mengenai penyakit tentang penyebab beserta hiperbilirubinemia

hiperbilirubinemia tanda fan gejalanya

dengan kriteria hasil 3. Beri pengetahuan tentang 3. Keluarga mengetahui terapi yang

: terapih yang diberikan pada diberikan bayi

1. Keluarga bayi
53
Diagnosa
no Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan

mampu

menjelaskan

sedikit

mengenal

penyakit

6 Kecemasan orang Setalah dilakukan 1. Gunakan pendekatan yang 1. Membangun kepercayaan antara

tua berhubungan tindakan tenang dan menyakinkan perawat dan keluarga

dengan terapi yang keperawatan 3 x 24 kepada ibu dan keluarga

diberikan bayi jam kecemasan 2. Jelaskan semua prosedur 2. Keluarga mengetahui efek samping

pada orang tua termasuk efek yang akan dari suatu tindakan

berkurang dengan dialami klien selama prosedur

kriteria hasil : 3. Jelaskan kepada keluarga 3. Keluarga mampu mengetahui

1. Orang tua rasionalis dilakukanya mengapa perlu dilakukanya tindakan

mengerti prosedur tersebut

tentang 4. Yakinkan keselamatan dan 4. Mengurangi kecemasan keluarga

perawatan keamanan klien mengenai keselamtan


54
Diagnosa
no Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan

dapat

mengidentifikasi

gejala-gejala

untuk

menyampaikan

kepada tim

kesehatan
BAB III

LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Laporan Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

1) Anak

a) Nama : Bayi Ny.Y.

b) Umur : 11 Hari.

c) Tanggal lahir : 10 Februari 2018.

d) Jenis kelamin : Perempuan.

e) Agama : Islam.

f) Anak ke : 2 (kedua)

g) Tanggal Masuk RS : 17 Februari 2018 jam 07.15 WIB.

h) Tanggal Pengkajian : 21 Februari 2018 jam 10.00 WIB.

i) No.RM : 998193.

j) Dx Medis : Hiperbilirubin

2) Orang Tua

a) Nama : Ny.Y .

b) Umur : 27 Tahun.

c) Agama : Islam.

d) Pendidikan : SLTA.

e) Pekerjaan : Honorer guru TK.

f) Suku bangsa : Sunda/Indonesia.

g) Alamat : JL. Kolonel masturi Gg marga bakti

55
56

6 No.88 RT 005/005, Cimahi,

Kab.Bandung, Prov.Jawa barat.

h) Hubungan dengan Anak : Ibu kandung.

b. Identitas Saudara Kandung

Tabel 3.1 Identitas saudara kandung

No Nama dan Usia Anak Ke Status Kesehatan

jenis kelamin

1 An.H 11 thn 1 Sehat

Laki-laki

c. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama : Warna kulit bayi berwarna kuning.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Alasan Masuk Rumah Sakit :

ibu klien mengatakan anaknya terlahir di bidan dan terlihat kuning

sehingga langsung dibawa ke rumah sakit. Diperberat dengan

kondisi bayi malas menyusui dan terlihat lemas dengan

penyebaran kuning keseluruh badan termasuk kulit, sklera dengan

kadar bilirubin total tanggal 17 Februari 2018 adalah 17,41 mg/dL.

Keadaan tersebut terjadi saat setelah 11 hari

b) Saat Pengkajian :

Bayi terlihat kuning saat lahir dan kuning pada seluruh badan,

warna kuning berkurang setelah dilakukan fototerapi sejak tanggal

17 februari 2018 sampai dengan saat pengkajian, saat dikaji kulit


57

klien tidak lagi tampak kuning begitupun dengan skelera, kadar

bilirubin klien 7,27 mg/dL. Akan tetapi saat dikaji mukosa bibir klien

tampak kering, turgor kulit jelek, tekstur kulit kasar, klien sedang

mendapatkan fototerapi. Klien sudah mampu menyusui secara

langsung pada ibu.

3) Riwayat Kesehatan lalu : klien belum pernah masuk ke

rumah sakit sebelumnya.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga :

(a) Struktur internal : ibu klien mengatakan kondisinya

dari awal mengandung baik-baik saja

(b) Genogram

Skema 3.1 Genogram

Keterangan :

= Laki-Laki, golongan darah ayah tidak terkaji

= Perempuan, golongan darah ibu tidak terkaji

= Klien, hiperbilirubin saat lahir

= Riwayat terlahir Hiperbilirubin

= Tinggal serumah
58

= Meninggal

(1) Pola komunikasi

Pola komunikasi yang digunakan dalam keluarga adalah

komunikasi bahasa indonesia.

(2) Interaksi personal

Interaksi personal antar anggota keluarga sudah dilakukan

dengan baik.

(3) Peran masing-masing anggota keluarga

 Ayah

Sebagai kepala keluarga menjalankan tugas dan

tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan keluarga .

 Ibu

Berperan sebagai ibu rumah tangga (IRT), yaitu merawat,

mengayomi anak dan suaminya.

(4) Nilai dan kepercayaan tentang kesehatan

Orang tua dan keluarga klien meyakini bahwa kesehatan itu

sangat penting.

(5) Fungsi ekonomi

Saat ini keluarga memiliki ekonomi yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

(c) Struktur eksternal :

(1) Budaya

Klien berasal dari keluarga dengan latar belakang suku sunda.

Orangtua, keluarga dan klien menganut agama islam.

(2) Status kelas sosial dan mobilitas


59

Status kelas sosial keluarga klien termasuk ke dalam keluarga

menengah dengan ekonomi yang cukup.

(3) Keluarga besar

Saat ini klien masih memiliki nenek dan kakek dari pihak ibunya

dan kakek dan nenek dari pihak ayahnya. Ayah klien merupakan

anak ke 4 dari 4 bersaudara terdiri dari 2 laki-laki dan 2

perempuan, ibu klien merupakan anak ke 1 dari 2 bersaudara

yang terdiri dari 1 laki-laki dan 2 perempuan.

(4) Perkembangan keluarga

Perkembangan keluarga saat ini cukup baik, harmonis tidak

mengalami selisih paham dan memiliki ekonomi yang cukup.

(5) Lingkungan

Lingkungan keluarga klien di rumah cukup bersih, rapih, ventilasi

cukup dan lingkungan seedikit sempit.

d. Riwayat Kehamilan

1) Pre Natal

a) HPHT : 13 Mei 2017

b) Kehamilan : ke 2 (dua)

c) Penerimaan kehamilan : By.Ny.Y merupakan kehamilan

yang di programkan.

d) Kesehatan ibu selama mengandung : Ibu klien mengatakan

selama mengandung mengalami keluhan nyeri punggung.

e) Gizi ibu selama mengandung : Ibu klien mengatakan gizi selama

mengandung baik dengan memakan-makanan yang bergizi.


60

f) Makanan yang dipantang : ibu klien mengatakan selama hamil

tidak ada makanan yang di pantang.

g) Penambahan BB selama mengandung : 12 kg

h) Masalah selama kehamilan : ibu klien mengatakan mengalami

nyeri punggung

i) Penyakit kehamilan : ibu klien mengatakan tidak

mengalami masalah kehamilan.

j) Imunisasi : By.Ny.Y belum diberikan imunisasi

namun sudah diberikan Vitamin K setelah dilahirkan.

k) Pemeriksaan kehamilan : ibu klien mengatakan selalu

memeriksakan kehamilan secara rutin ke bidan terdekat dengan

frekuensi 1 bulan sekali.

l) Penggunaan obat-obatan : ibu klien mengatakan mengunakan obat-

obatan sakit punggung, saat sakit kurang lebih selama satu minggu

2) Natal

a) Tempat melahirkan : Bidan

b) Jenis persalinan : Spontan Normal.

c) Lama persalinan : 15 menit.

d) Usia kehamilan saat deilahirkan : lahir cukup bulan

e) Penolong persalinan : Bidan.

f) BB waktu lahir : 2.000 gram.

g) TB waktu lahir : 38 Cm

h) Posisi janin waktu lahir : ibu klien mengatakan posisi kepala

terlebih dahulu yang keluar saat melahirkan.

i) Cara untuk memudahkan persalinan : tidak ada.


61

j) Komplikasi waktu persalinan : klien mengatakan tidak mengalami

komplikasi saat kehamilan.

k) Air ketuban saat lahir : tidak tercampur mekonium

3) Post Natal

a) Kondisi bayi : keadaan umum kulit bayi tampak

berwarna kuning, menangis lemah.

b) APGAR score : menit ke 1 = 4 menit ke 5 =6

c) Pengeluaraan mekonium : keluar mekonium

e. Pola Kebutuhan Sehari-hari

Tabel 3.3 pola kebutuhan sehari-hari

No Aktifitas Saat dikaji

1 Nutrisi

a. Jenis makanan Air susu ibu (ASI)

b. Frekuensi 8 x/hari

c. Jumlah 480 cc /hari, (60 cc /1xpemberian/peroral)

d. Keluhan Ibu klien mengatakan anaknya terlalu banyak

tidur.

2 Eliminasi

a. BAB

1) Frekuensi ± 2-3 x/hari

2) Jumlah feses ± 80 cc/hari

3) Warna feses Berwarna kuning tua

4) Bau feses Bau khas feses

5) Konsistensi Lembek berair

6) Keluhan Tidak ada keluhan


62

b. BAK

1) Frekuensi ± 4-6 x/hari

2) Jumlah ± 80 cc/hari

3) Warna urine Kuning muda dan jernih

4) Bau urine Bau khas urine

5) Keluhan Tidak ada keluhan

3 Istirahat dan tidur

a. Tidur malam

1) Kuantitas ± 10 jam/hari (07.00 - 17.00 WIB)

2) Kualitas Nyenyak

b. Tidur siang

1) Kuantitas ± 12 jam/hari (18.00 - 06.00 WIB)

2) Kualitas Nyenyak

c. Teman tidur Bayi tidak ditemani tidur oleh ibu atau

keluarganya namun di cek keadaan nya oleh

perawat setiap waktu.

4 Kebersihan diri

a. Mandi Bayi dimandikan 1 x/hari

b. Gosok gigi Tidak di gosok gigi

c. Keramas Di keramas

d. Kebersihan kuku Kebersihan kuku bersih

f. Riwayat Imunisasi

1) Jenis imunisasi dasar dan ulang : By.Ny.Y saat lahir tidak diberikan

imunisasi dasar, hanya diberikan Vitamin K saat setelah lahir.


63

g. Data Psikososial

1) Pola interaksi :

ibu klien mengatakan klien belum mampu berinteraksi dengan

orang sekitar, keluarga.

2) Pola emosi : tidak dapat dikaji.

3) Pola pertahanan keluarga dalam menghadapi stress :

ibu klien mengatakan dalam menghadapi masalah sekarang

beliau selalu berdoa dan menyerahkan diri kepada Allah SWT.

4) Support syistem dalam keluarga :

selama proses perawatan keluarga silih bergantian menengok,

mendukung dan memberikan bantuan moril maupun materil.

5) Pengasuh :

Ibu klien selalu berusaha berada sesering mungkin dan

melakukan kontak dengan anaknya serta memaksimalkan

pemenuhan kebutuhan ASI klien.

6) Hubungan dengan anggota keluarga :

klien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan seluruh

anggota keluarganya.

7) Watak/kebiasaan anak : tidak dapat dikaji

h. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : Tampak lemah.

2) Tingkat kesadaran : composmentis E4 V6 M6

3) Pengukuran antropometri : Berat badan : 2000 gram.

Panjang badan : 42 Cm.

Lingkar kepala : 32 Cm.


64

Lingkar dada : 33 Cm.

Lingkar badan : 34 Cm.

Lingkar lengan atas : 8 Cm.

4) Pengukuran fisiologis : Nadi 110 X/menit.

Respiras : 46 X/menit.

Suhu : 37,5 ºC

5) Head To Toe :

a) Kepala :

Bentuk kepala simetris, rambut dan kulit kepala terlihat bersih,

tidak ada lesi dan edema. Warna rambut hitam tekstur lembut dan

lurus distribusi rambut merata dan tidak rontok,pontanel posterior

dan anterior belum tertutup tidak melebar bentuk tidak cekung dan

cembung, saat di palpasi tidak terdapat nyeri tekan ditandai

dengan klien tidak menangis.

b) Wajah :

Bentuk wajah simetris, terdapat sedikit lanugo di dahi saat di

palpasi tidak terdapat nyeri tekan ditandai dengan klien tidak

menangis .

c) Mata :

Kesejajaran mata, bulu mata dan alis simetris, sclera mata

berwarna putih bening, reflek mengedip baik, mata tidak cekung

dan cembung.

d) Telinga :

Kesejajaran telinga kanan dan kiri simetris, telinga sejajar dengan

pina, bentuk telinga elastis dan tipis, tidak nampak pengeluaran


65

cairan dan pendarahan saat di palpasi tidak terdapat nyeri tekan

ditandai dengan klien tidak menangis, fungsi pendengaran baik.

e) Hidung :

Bentuk hidung simetris,mukosa hidung lembab, tidak nampak

pendarahan.

f) Leher :

Bentuk simetris, pergerakan normal, terdapat pergerakan leher,

kepala bayi dapat ditekuk kedepan dan dapat menoleh ke kanan/

kiri.

g) Mulut dan kerongkongan :

Tidak ada sianosis, mukosa bibir sedikit kering, bentuk simetris,

bibir berwarna kemerahan dalam kondisi normal, ovula posisi

ditengah, gusi kokoh, gigi belum tumbuh, pergerakan lidah

normal.

h) Dada :

bunyi paru ireguler dan tidak ada suara nafas tambahan, saat di

palpasi berbunyi redup, bayi bernafas spontan dan tidak

menggunakan bantuan oksigen.

i) Jantung :

Bunyi jantung ICS 1 lup dan ICS II dup, tidak terdapat bunyi

jantung tambahan seperti mur-mur dan lainnya.

j) Perut :

Warna kulit kuning dan kering, tampak simetris, kebersihan bersih,

tidak ada odema dan lesi, tidak mengalami kembung, tali pusat
66

sudah terlepas,tidak terlihat pembesaran abdomen, turgor kulit

jelek.

k) Punggung :

Bentuk punggung simetris, tidak teraba kelainan tulang belakang.

l) Genetalia :

Kebersihan bersih, tidak ada odema dan lesi, labia mayora, labia

minora dan klitoris menonjol dan terdapat sekresi mucus

keputihan.

m) Anus :

Kulit sekitar anus bersih, terdapat lubang anus, tidak ada kelainan

seperti atresia ani.

n) Ekstremitas :

(1) Atas : Bentuk simetris, terdapat sedikit lanugo, jumlah jari

lengkap ada 10 jari, tidak ada edema dan lesi, akral hangat,

warna putih kekuningan,kulit lembab, otot-otot sedikit hipotonis.

(2) Bawah : Bentuk simetris, terdapat sedikit lanugo, tidak edema

dan lesi, gerakan lemah, akral hangat, warna kulit putih

kekuningan otot-otot sedikit hipotonis.

o) Kuku dan kulit :

Kebersihan kuku dan kulit bersih, kulit terlihat tipis dan sedikit

transparan, kulit sedikit kering, tekstur kasar, akral hangat, warna

merah muda, tidak ada ruam, warna kuku merah muda.

7) Refleks

a) Reflek Sucking : Reflek hisap bayi masih lemah belum sempurna.


67

b) Reflek Rooting : Saat diberikan sentuhan pada pipinya bayi

tampak mencari sentuhan.

c) Reflek Swallowing : saat diberikan ASI bayi terlihat ada reflek

menelan.

i. Reaksi Hospitalisasi : Bayi cukup kooperatif ketika dilakukan tindakan

keperawatan.

j. Pengetahuan : Ibu klien mengatakan tidak mengetahui apa yang terjadi

pada anaknya

k. Pemeriksaan Diagnostik

Tabel. 3.4 Hasil laboratorium

Tgl : 17/02/2018

Nama Test Hasil Nilai rujukan Satuan

1 KIMIA KLINIK (darah)

Bilirubin Direk 0,57* <0,30 mg/dL

Bilirubin inderek 16,84* 0 – 1,0 mg/dL

Bilirubin Total 17,41* <1,1 mg/dL

Sumber : Buku rekam medik Ruang Perinatologi.

Tabel. 3.5 Hasil Laboratorium

Tgl : 21/02/2018

Nama Test Hasil Nilai normal Unit

1 KIMIA KLINIK (darah)

Bilirubin Direk 0,30 0 – 0,8 Mg/dL

Bilirubin inderek 6.97 0 – 10 Mg/dL


68

Bilirubin Total 7.27 1 – 10 Mg/dL

Sumber : Buku rekam medik Ruang Perinatologi.

l. Therapy

Tabel. 3.5 Therapy Obat

Rute Nama Obat Dosis Frekuensi Jam Pemberian

(WIB)

P.O Apyalis 0,3 mg 1 x/hari 16.00

P.0 : Pemberian Oral

Sumber : Buku rekam medik Ruang Perinatologi.

2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

Keperawatan

1 DS : - Pemecahan bilirubin Kekurangan volume

DO : berlebih cairaan

- Kulit dan membran

mukosa sedikit hepar tidak mampu

kering. melakukan konjugasi

- Klien mendapatkan

fototerapi sebagian masuk

- Mukosa bibir kembali kesiklus

kering enterohepatik

- Tekstur kulit kasar


69

- Turgoe kulitr jelek peningkatan

biulirubin

unjongoned dalam

darah ke

pengeluaran

meconium terlambat

indikasi pototerapi

kulit kering

kekurangan volume

cairan

2 DS : peningkatan Resiko Hipertermi

- destruksi eritrosit

DO :

- Suhu klien 37,5 suplai bilirubin

- Ubah posisi klien 6 melebihi tampungan

jam sekali

- Pertahankan intake hepar tidak mau

cairan (pemberian melakukan konjugasi

ASI)

- Mengatur jarak neonatus

lampu dengan hiperbilirubinemia

pasien dibawah lapisan kulit


70

indikasi fototerapi

tubuh terhadap sinar

dengan intensitas

tinggi

resiko Hipertermi

3. DS: neonatus Defisit pengetahuan

- hiperbilirubin orang tua

DO:

- Orang tua klien indikasi fototerapi

tidak mengetahui dan transfusi tukar

apa yang terjadi

pad anaknya membutuhkan

perawatan RS

Defisit pengetahuan

orang tua
71

5. Diagnosa keperawatan

Intervensi menurut Nurarif & Kusuma, (2015)

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya

intake cairan

b. Resiko Hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

orang tua
72

4. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan keperawatan Intervensi keperawatan Rasional

1 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan NIC:

berhubungan dengan tindakan keperawatan 5. Kaji Tanda-tanda vital. 1. Mengetahui

adekuatnya intake cairan selama 3 x 24 jam, status perkembangan

kekurangan volume cairan 6. Monitor intake dan pasien

seimbang dengan kriteria output cairan dengan 2. Mengetahui

hasil : menimbang popok keseimbangan

4. Suhu tubuh dalam (pemasukan dan pemasukan dan

batas normal 36,5 C pengeluaran) pengeluaran

5. Tidak ada tanda- 7. Periksa turgor kulit 3. Menentukan

tanda dehidrasi dengan memegang kehilangan cairan

turgor kulit baik, daerah abdomen berlebih/dehidrasi

gambaran membran 8. Ukur berat badan setiap 4. Indikator cairan


73

mukosa lembab, hari dan status nutrisi

tidak ada rasa haus 9. Memberikan ASI setiap

berlebihan. 3 jam sekali sebanyak

60 cc

no Diagnosa keperwatan Tujuan keperawatan Intervensi keperawatan Rasional

2 Resiko Hipertermi Setelah dilakukan NIC:

berhubungan dengan efek tindakan keperawatan 1. observasi suhu badan 6. Perubahan suhu

pototerapi selama 3 x 24 jam, setiap jam selama dapat terjadi

gangguan termoregulasi fototerapi berlangsung dengan cepat

dapat teratasi dengan akibat pemaparan

kriteria hasil : sinar yang juga

1. Suhu tubuh dalam sebagai sumber


74

rentang normal 36’C – panas.

37,5’C 7. Perubahan warna

2.monitor perubahan warna kulit dapat

kulit menunjukan

bahwa adanya

perubahan suhu

tubuh

8. Pembrian kompres

mengurangi/sebag

3.kompres hangat pada lipatan ai media konduksi

paha dan aksila bila suhu pembuang panas.

meningkat 9. Suhu ruangan /

jumlah selimut

4.pantau suhu lingkungan harus diubah untuk

batsi/tambahkan linen mempertahankan


75

tempat tidur suhu normal.

10. Mengembalikan

suhu tubuh

5.pertimbangkan pemberian

periode istirahat dari

fototerapi

no Diagnosa keperawatan Tujuan keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional

3 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan NIC :

berhubungan dengan asuhan keperawatan 1. Kaji pengetahuan keluarga. 1. Mengetahui tingkat

kurangnya selama 3 x 24 jam pengetahuan keluarga

pengetahuan orang diharapkan orang tua terhadap kesehtan


76

tua pasien mengenaal dan tentang penyebab

tahu tentang penyakit hiperbilirubinemia

hiperbilirubinemia dengan beserta tanda dan

kriteria hasil : gejala.

- Keluarga mampu 2. Beri pendidikan kesehatan 2. Keluarga mengethui

menjelaskan tentang penyebab beserta tanda tentang

sedikit perihal dan gejala hiperbilirubinemia.

penyakit anaknya

3. Beri pengetahuan tentang terapi 3. Keluarga mengetahui

yang diberikan pada bayi. terapi yang diberikan

bayi.
4. Evaluasi pengetahuan orang tua

klien 4. Orang tua klien

mampu mengerti

pengetahuan
77

5. Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Hari/ Jam Implementasi Evaluasi Ttd dan

Keperawatan Tanggal Nama

1 Kekurangan Selasa, 14:01 1. mengkajiaji tanda – S: Kuswendi

volume cairan 21/02/2018 tanda vital -

b.d tidak 14:30 R: - suhu 37,5C O: - tekstur kulit lembut

adekuatnya - respirasi 46x/menit - Klien tidak

intake cairan - nadi 110x/menit mendapatkan efek

DS: 15:05 fototerapi

DO: - Kulit dan membran

2. memantau intake cairan mukosa tidak kering


78

16:06 R: mampu BAK dan A : masalah teratasi

BAB P: intervensi dihentikan

3. Periksa turgor kulit

dengan memegang

daerah abdomen

R: turgor kulit tidak jelek

4. Mengukur berat badan

R: berat badan klien 2

kg

5. Memberikan ASI setiap

3 jam sekali

R: Bayi tidak muntah


79

2 Resiko Selasa, 1. Memantau suhu badan S: Kuswendi

Hiperetermi 21/02/2018 setiap 1 jam selama O: - tidak terpasang fototerapi

berhubungan fototerapi berlangsung - Suhu tubuh 36 C

efek fototerapi R: suhu37,5C A: masalah teratasi

2. Memonitor perubahan P: intervensi dihentikan

warna kulit

R: warna kulit bayi tidak

ada kekuningan

3. Mengubah posisi setiap

6 jam sekali

R: Bayi tenang

4. Pertimbangkan

pemberian periode
80

istirahat dari fototerapi

R: Bayi terlihat tenang

3 Defisit Selasa, 1. Mengkaji pengetahuan S: Kuswendi

pengetahuan 21/02/2018 keluarga O: orang tua klien mengetahui

orang tua R: keluraga klien apa yang terjadi pada

berhubungan mampu mengetahui anaknya anaknya

dengan apa yang terjadi pada A: masalah teratasi

kurangnya anaknya P: intervensi dihentikan

pengetahuan 2. Memberikan pendidikan

orang tua kesehatan penyebab

beserta tanda dan

gejalanya

R: keluarga klien
81

mengerti gejala yang di

alami pasien

3. Beri pengetahuan

tentang terapi yang

diberikan pada bayi

R: keluarga klien

mengerti terapi yang di

alami klien

4 Rabu, Home care kerumah pasien Kuswendi

22/02/2018 Menjemur klien di pagi hari

5 Kamis, Home care kerumah pasien

23/02/2018 Menjemur klien di pagi hari


82

A. PEMBAHASAN

Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada By. Y yang dilakukan

pada tanggal 19-23 Febuari 2018 penulis menemukan beberapa kesenjangan

yang ditemukan antara teori yang terdapat pada BAB II dengan realita yang

dilaporkan pada BAB III.

Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan pada dasarnya meliputi tahapan

proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi yang dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan klien yang meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual klien.

Bila menghubungkan tinjauan pustaka dan kenyataan yang ditemukan,

penulis menemukan beberapa masalah yang memerlukan pembahasan yang

berhubungan dengan Asuhan Keperawatan yang diberikan yaitu :

1. Pengkajian

Proses keperawatan adalah proses pencegahan masalah yang dinamis

dalam usaha memperbaiki atau memelihara klien sampai ke taraf optimal

melalui pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu

kebutuhan klien. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantung

satu sama lainnya. Proses keperawatan terdiri dari 6 tahap, yaitu :

pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

yang dilaksanakan secara berurutan dan berkaitan secara dinamis.

Pada pengkajian terdapat beberapa kesamaan dan kesenjangan antara lain :

a. Biodata

Dalam proses pengumpulan data dan melakukan pengkajian, penulis

tidak menemukan kesulitan karena klien dan keluarga sangat kooperatif

sehingga memudahkan penulis dalam melakukan pengkajian.

Berdasarkan data yang terdapat di biodata klien, penulis tidak

menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada.

b. Keluhan utama
83

Menurut Widagdo (2012), keluhan utama pada hiperbilirubin pada

umumnya kulit bayi berwarna kuning. Data yang saya temukan pada By.

Y mengalami warna kulit kuning dengan ciri mendekati derajat VI. Maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan

tinjauan kasus.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Menurut Widagdo, (2012). Riwayat penyakit sekarang dikembangkan dari

keluhan utama dengan PQRST yang biasa terdapat pada pasien

hiperbilirubin adalah :

P (paliatif) yaitu faktor memperberat dan meringankan keluhan utama

dari hiperbilirubin, apabila tidak diberi fototerapi ASI eksluif dsan

meringankan saat diberi fototerapi dan ASI ekslusif.

Q (quality) pada klien hiperbilirubin terdapat kulit berwarna kuning pada

saat umur kurang dari 2 minggu

R (region) pada klien dengan hiperbilirubin terdapat gangguan bilirubin

S (scale) klien dengan hiperbilirubin ditandai dengan kulit berawarna

kuning dan kadar bilirubin tinggi dalam darah

T (time) pada klien dengan hiperbilirubin sering terjadi pada usia kurang

dari 2 minggu.

Dan pada saat dikaji didapatkan data :

P : reflek menghisap lemah dan terpasang fototerapi

Q : mendapatkan fototerapi

R : mukosa bibir klien kering, turgor kulit jelek, tekstur kulit kasar

S:

T : 3 hari mendapatkan terapi sinar

Keluhan kekurangan volume cairan tanpa dehidrasi

d. Riwayat penyakit dahulu


84

1) Menurut Widagdo, (2012). Keadaan masa lalu yang ada hubungannya

dengan apa yang dialami klien saat ini misalnya: Ibu klien

mengkonsumsi obat- obatan tanpa anjuran dokter

2) Klien dengan anggota keluarga yang terkena penyakit yang sama.

Sedangkan saat dikaji ibu klien mengatakan bahwa anaknya belum

pernah mengalami penyakit kekeuningan atau penyakit yang

dialami saat ini, dan anggota keluarga pun memiliki riwayat

penyakit yang dialami kakanya. Maka dari itu tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan kasus

e. Pemeriksaan Fisik

1) Tanda-tanda Vital

Menurut Widagdo, (2012), tanda tanda vital dengan bayi

hiperbilirubin :

Nadi : menurun (Bradikardia relative)<100-160x/menit

Respirasi : meningkat (30-40x/menit)

Suhu : meningkat (>38oc)

Dari data yang didapat tanda tanda vital klien :

Nadi : 110x/menit

Respirasi : 46x/menit

Suhu : 37,5oc

Maka dari itu terjadi kesenjangan antara teori dengan tinjauan

kasus. Hal ini bisa disebabkan oleh pada saat pengkajian bayi telah

mendapatkan perawatan lebih dari dua harui.

2) Pemeriksaan head to toe

a) Menurut Widagdo, (2012) kepala dikaji mengenai bentuk kepala,

warna rambut distribusi rambut, adanya lesi atau tidak, hygiene,

apakah ada hematoma. Sedangkan pada saat dikaji Bentuk

kepala simetris, warna rambut hitam, bersih, pendistribusian


85

rambut merata, tidak ada tanda-tanda pembengkakan, tidak ada

benonjolan area kepala rambut sedikit. Maka dari itu tidak ada

kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus.

b) Menurut Widagdo, (2012) Mata dikaji mengenai sklera berwarna

kuning , kaji reflek cahaya, konjungtiva anemia atau tidak,

pergerakan bola mata. Sedangkan yang didapat saat pengkajian

mata simetris, tidak ada terlihat adanya lesi di area mata, tidak

ada pembengkakan di area mata, konjungtiva merah muda,

sclera kuning, tidak adanya nyeri tekan di area mata, reflek

mengedip (+), kornea (+).Maka dari itu tidak ada kesenjangan

antara teori dengan tinjauan kasus.

c) Menurut Widagdo, (2012) Telinga dikaji mengenai bentuknya

simetris atau tidak, kebersihan dan tes pendengaran. Pada saat

pengkajian yang di dapat bentuk dan ukuran telinga simetris,

telinga tampak kotor, tidak teraba adanya benjolan dan nyeri

pada saat di palpasi area belakang telinga. Fungsi pendengaran

baik ketika krincing di bunyikan di kanan dan kiri, mata By. Y

mengikuti arah suara tersebut. Tidak ada kesenjangan antara

teori dan tinjauan kasus.

d) Menurut Widagdo, (2012) Hidung dikaji mengenai apakah

dihidung terdapat polip, tidak ada nyeri tekan, kebersihan

hidungnya, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, fungsi

penciuman. Yang didapat saat pengkajian hidung terlihat

simetris mukosa hidung lembab tidak ada polip. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus.

e) Menurut Widagdo, (2012) Mulut dikaji warna bibir, mukosa

bibirnya kering atau tidak, akan kering dan kaji reflek menghisap

pada umumnya pada anak dengan tidak adekuat, reflek


86

menelan. Yang di dapat pada saat pengkajian Mukosa bibir

kering dan pecah pecah, warna pucat, gigi belum tumbuh, tidak

ada lesi, lidah merah muda, bentuk mulut kecil dan simetris.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus.

f) Menurut Widagdo, (2012)

(1) Paru - paru dikai mengenai terdapat retraksi dada, irama

napas teratur, tidak ada adanya suara napas tambahan,

suara vesikuler, halus pada sisi yang sakit. Data yang

didapat saat pengkajian pada saat dilihat tidak ada

kelainan bentuk dada perbandingan anteroposterior 1:1

dengan ukuran lingkar dada 38cm. Terlihat pernafasan

kulit berwarna kuning pada ssat di palpasi tidak ada nnyeri

tekkan pada dada kiri dan kanan ekpansi paru kiri dan

kanan simetris bunyi nafas saat di auskultasi terdapat

suara vesikuler Maka tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus

(2) Abdomen dikaji mengenai Inspeksi bentuk abdomen terjadi

distensi atau tidak, menonjol, distensi lambung, saat di

palpasi hati mungkin lebih besar akibat pergeseran dari

diagfragma kebawah, komplikasi lebih lanjut terjadi

Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, turgor kulit <3

detik, saat di Auskultasi biasanya bising usus meningkat

(normal 4-9x/menit). Sedangkan yang ditemukan pada

saat pengkajian bentuk perut datar, tidak ada lesi, tidak

ada odem, kulit tampak lembab, bising usus 12x/menit,

saat diperkusi terdengan suara thympani dan dullness di

kuadran lain, tidak terjadi distensi saat di palpasi tidak ada


87

nyeri tekan dan pembesaran organ. Dari data yang di atas

terjadi kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus.

g) Menurut widagdo, (2012). Ekstremitas dikaji mengenai

pergerakan sendi terbatas karena terjadi nyeri sendi,

kelelahan, kelemahan, dan malaise, CRT <2 detik. Sedangkan

data yang didapat pada saat pengkajian Bentuk simentris, ,

jumlah jari lengkap, tidak ada lesi tidak ada odem, warna kulit

putih, tidak ada nyeri tekan, CRT kembali kurang dari 3 detik,

suhu dengan temperature 37,5oc. maka tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang muncul pada pasien Hiperbilirubin adalah menurut menurut

Nurarif & Kusuma, (2015)

Sedangkan diagnose yang muncul pada By. Y

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake

cairan

2) Ketidakseimbangan suhu berhubungan dengan efek fototerapi

3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang

tua

Dengan demikian ditemukan kesenjangan yaitu tidak diangkatnya krusakan

integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin dan efek

fototerapi, dikarnakan pasien tidak tidak nampak kuningf lagi, diagnosa resiko

cidera (kern ikterus) berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin, kadar

bilirubin klien di hari ke 5 turun menjadi 7,27 mg/dL, diagnosa kecemasan

orang tua berhubungan dengan terapai yang diberikan bayi di rumah sakit

karena orang tua By, Y dan keluarganya tidak mengalami kecemasan


88

dikarnakan pernah terjadi sebelumnya pada anak pertama dan

penangananya di rumah sakit..

3. Perencanaan

Menurut Nanda Nic Noc, (2015-2016). Intervensi keperawatan pada

hiperbilirubin diantaranya Kekurangan volume cairan berhubungan dengan

tidak adekuatnya intake cairan, Ketidakseimbangan suhu berhubungan

dengan efek fototerapi , Resiko cidera (kern ikterus,kerusakan integritas kulit)

berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin dan pemberian fototerapi,

Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua

m perencanaan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan tinjauan

kasus. Hal ini dikarenakan penulis merencanakan tindakan keperawatan

sesuai dengan teori yang ada.

4. Implementasi

Pada tahap implementasi, penulis tidak menemukan kesenjangan anatara

teori dengan kasus. Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang

telah direncanakan dan implementasi diberikan secara spesifik dan

berdasarkan rasional dalam perencanaan. Akan tetapi terdapat beberapa

intervensi yang tidak dilaksanakan pada tahap implementasi ini. Hal ini

disebabkan tidak dilakukan karena berdasarkan kebutuhan, kemampuan,

situasi, kondisi, serta sarana dan prasarana atau fasilitas yang ada diruangan.

Pada implementasi penulis melaksanakan semua tindakan sesuai dengan

teori yang direncanakan dan dibutuhkan oleh klien serta kondisi klien pada

saat itu. Proses ini tidak lain dibutuhkan untuk membantu kesembuhan klien

dan untuk mengatasi masalah kesehatannya. Implementasi yang dilakukan

antara lain pemeriksaan fisik bertujuan mengidentifikasi data yang menunjang

untuk menegakan diagnosa. Setelah pemeriksaan fisik ditemukan

kekurangan volume ciaran, hipertermi, resiko cidera, defisit pengetahuan

orang tua. Pemberian asuhan keperawatan secara mandiri dan kolaborasi


89

pemberian terapi farmakologi dilaksanakan untuk membantu mempercepat

atau meningkatkan proses kesembuhan klien saat dirawat di rumah sakit.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, tahap ini

dilakukan untuk menilai keberhasilan rencana dan pelaksanaan tindakan

yang telah dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan batas

waktu yang telah ditentukan. Pada prakteknya masalah yang dapat diatasi

hanya sebagian diantaranya kekurangan volume ciaran, hipertermi, defisit

pengetahuan orang tua.


BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Penulis telah melakukan Asuhan Keperawatan pada bayi Ny. y usia 10 hari dengan

gangguan sistem pencernaan : Hiperbilirubin di Ruang Perinatologi Gedung C Lantai 4

RSUD Cibabat Kota Cimahi Tahun 2018 pada tanggal 20 februari 2018 sampai dengan

23 Februari 2018 secara komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan.

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada bayi Ny.Y dengan Hiperbilirubin,

penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kasus Hiperbilirubin yang dialami oleh yang

diderita pasien disebabkan karena beberapa faktor yaitu Faktor resiko bayi Ny.Y yaitu

pada sering meminum obat-obatan yang tidak dianjurkan saat hamil, obat yang di

minum obat nyeri pinggul..

Penulis mendapatkan data berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada bayi Ny.Y

dengan ganguan sistem pencernaan : Hiperbilirubin terdapat beberapa masalah yang

muncul diantaranya adalah yaitu Hipetermi berhubungan dengan efek foto terapi,

resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubin dan efek fototerapi

dan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua.

Pada tahap intervensi penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan

kasus, implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah direncanakan dan

implementasi diberikan secara spesifik dan berdasarkan rasional dalam perencanaan,

dimana tindakan keperawatan memenuhi klien sehingga tujuan keperawatan dapat

tercapai dengan baik. Hal ini terlaksana karena adanya kerjasama yang baik dan

partisipasi dari keluarga klien dan keperawatan suatu tim medis lainnya.

Penulis melakukan implementasi terkait intervensi yang telah penulis rencanakan

untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami bayi Ny.Y selama 3 hari, dari

tanggal 21 februari 2018 sampai dengan 23 februari 2018. Setelah penulis melakukan

89
90

implementasi sesuai dengan masalah keperawatan yang dialami oleh klien, klien

menunjukan hasil yang positif terkait masalah keperawatan yang dihadapinya, asuhan

keperawatan dilakukan secara komprehensif sehingga masalah keperawatan yang ada

pada pasien dapat teratasi dan teratasi sebagian karena keterbatasan waktu penulis

untuk memberikan intervensi dan implementasi.

B. SARAN

Diharapkan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan dalam melakukan

asuhan keperawatan pada pasien dengan Hiperbilirubin secara komprehensif sesuai

dengan tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi dapat dilakukan secara lebih teliti dan

sistematis sesuai dengan prioritas dan kebutuhan pasien. Pada tahap pengkajian

dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik untuk

mengumpulkan dan mengelompokan data hendaknya lebih teliti sehingga semua aspek

kebutuhan pasien dapat terkaji dengan baik.

Pada tahap diagnosa keperawatan diharapkan dalam menegakkan diagnosa

keperawatan sesuai dengan pengkajian dan pengelompokan data yang telah dilakukan.

Pada tahap perencanaan tindakan keperawatan ditentukan setelah data-data terkumpul,

dianalisa dan diagnosa keperawatan telah teridentifikasi sesuai prioritas, tindakan

keperawatan yang direncanakan diharapkan dapat tersusun secara sistematis dengan

batas waktu yang di prioritaskan.

Pada tahap implementasi diharapkan tindakan keperawatan direncanakan dan dapat

dilaksanakan dengan lebih sistematis dengan memprioritaskan tindakan keperawatan

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Pada tahap evaluasi diharapkan penilaian

keberhasilan rencana dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan dalam memenuhi

kebutuhan pasien sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.


DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Royyan. Asuhan keperawatan Klien Anak : September 2012

Widagdo, Tatalaksana Masalah Penyaki t Anak Dengan Ikterus

Amin Huda nurarif & Hardhi kusuma ; Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan

Nanda Nic-Noc

Dewi (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : Salemba Medika.

KEMENKES. (2010). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta : Kementerian

Kesehatan RI 2013.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Diperoleh dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-

indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf.

Diperoleh tanggal 21 Januari 2018.

KEMENKES RI. (2010). Kinerja Dua Tahun Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia 2009 – 201. Diperoleh dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/laporan/kinerja/kinerja-

kemenkes-2009-2011.pdf.

Vivian. (2014). Penyebab kematian bayi diperoleh dari scholar.unand.ac.id

Putri & Mextalia, (2014).penyebab kematian bayi diperoleh dari scholar. Unand. ac.id

Perinasia. (2012). Buku Panduan Resusitasi Neonatus, Edisi ke-6

Nike ,(2014) Angka kematian bayi diperoleh dari scholar,unand.ac..id

Winkjosastro (2007), Asuhan neonatus hiperbilirubin diperoleh dari scholar.unand.ac.i

Richad (2003). hiperbilirubinemia. Jakarta:EGC.

Yuniarti, S;. (2015). ASUHAN TUMBUH KEMBANG NEONATUS BAYI-BALITA DAN

ANAK PRA-SEKOLAH. Jakarta: Refika Aditama.

Wong ,D.L(2009). Buku ajar keperawatan pedeatrik

. jakarta : EGC

91
Lampiran 2

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

A. Pokok Bahasan : tentang Hiperbilirubin

B. Sub Pokok Bahasan :

C. Sasaran : Orang tua klien

D. Hari/Tanggal : Selasa/ 20 Februari 2018

E. Jam/Waktu : 08.00 WIB s/d 08.20 WIB / 20 menit

a) Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 10 menit orang tua klien

dapat memahami cara benar Perawatan Metode Kangguru.

b) Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mendapatkan penjelasan tentang Perawatan Metode Kangguru orang

tua klien mampu :

1. Memahami apa itu penyakit hiperbilirubin

2. Mengetahui faktor pencetus kelebihan hiperbilirubin

3. Mengidentifikasi tanda inteegritas kulit

c) Pokok Bahasan

1. Pengertian hiperbilirubin

2. Tanda gejala hiperbilirubin

3. Penyebab hiperbilirubin

4. Pencegahan hiperbilirubin

d) Metode Pendidikan Kesehatan

Ceramah

e) Media dan Alat Peraga

1. Leaflet
Lampiran 2

f) Proses Kegiatan Pendidikan Kesehatan

No. Kegiatan Respon Waktu Keterangan

1 Pembukaan 5 menit Pembuka

a. Mengucapkan a. Orang tua klien acara oleh

salam menjawab salam Kuswendi

b. Menjelaskan dengan semangat

latar belakang b. Orang tua klien

pendidikan menyimak pembicara

kesehatan c. Orang tua klien ada

c. Apersepsi yang mengetahui

tentang hiperbilirubin

2 Inti 15menit Pemberi materi

a. Menjelaskan a. Orang tua klien oleh Kuswendi

materi tentang menyimak

perawatan penjelasan dari

metode pembicara dengan

kangguru baik

dengan b. Orang tua klien aktif

memperlihatka mengangkat tangan

n slide yang untuk bertanya

sudah c. Orang tua klien

disediakan mampu mengulang

b. Memberikan dan merespon

kesempatan dengan baik

kepada Orang

tua klien untuk

bertanya
Lampiran 2

No. Kegiatan Respon Waktu Keterangan

c. Meminta Orang

tua klien

mengulang

pengertian dan

penyebab

hiperbilirubin

3 Penutup 5 menit Penutup oleh

a. Melakukan a. Orang tua klien Kuswendi

evaluasi mampu memahami

penyuluhan materi yang diberikan

kesehatan dan dapat

b. Memberikan mengimplementasika

kesimpulan n

c. Mengucapkan b. Orang tua klien

salam penutup menyimak pembicara

c. Orang tua klien

membalas salam

F. Evaluasi

Metode : ceramah

Alat yang digunakan :

1. Leaflet

Pertanyaan :

1. Apa itu hiperbilirubin?

2. Apa tanda hiperbilirubin?


Lampiran 2

G. Satuan Acara Pendidikan Kesehatan ini menjadi pedoman dalam melakukan

pendidikan kesehatan pada Orang tua klien agar berjalan dengan baik.

Mengetahui Cimahi, 20 Februari 2018


Pembimbing Pemberi penyuluhan

Fauziah Rudhiati.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An Kuswendi


Lampiran 2
Apa itu kuning pada bayi? Hiperbilirubinemia pada bayi
Tanda bahaya harus diperhatikan :

1. Kuning timbul dalam 24 jam pertama


kelahiran, dan kadar bilirubin
meningkat secara pesat atau Kuning pada bayi (ikterik) adalah

progresif. menguningnya sklera, kulit, atau


jariingan kulit lain akibat penimbunan
2. Kuning terjadi lebih dari 14 hari . bilirubin dalam tubuh

3. Bayi tidak aktif, tidak mau menyusu,


cenderung lebih banyak tidur Lalu apakah bilirubin itu?

Bilirubin adalah zat yang terbentuk


Penatalaksanaan bayi kuning sebagai akibat dari proses pemecahan
hemoglobin (zat merah darah) dalam
tubuh. DISUSUN OLEH:

1. Bawa segera ke tenaga kesehatan KESWENDI


untuk memastikan kondisi ikterus
211115056
pada bayi kita
Bagaimana meliohat icterus pada bayi?
2. Dokter akan memberikan
Paling baik pengamatan dilakukan
pengobatan sesuai dengan analisa PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D3
dengan cahaya matahari dengan cara
penyebab dan keungkinan.
menekan sedikit kulit yang akan diamati STIKES ACHMAD YANI
3. Dirumah sakit, bila diperlukan akan untuk menghilangkan warna karena CIMAHI
dilakukan pengobatan dengan pengaruh sirkulasi,jika warna kuning
2018
fototerapi. tetap kuning, berarti kemungkinan bayi
kita telah mengalami icterus.
Lampiran 2

RIWAYAT HIDUP

Nama : Kuswendi

Tempat/Tanggal Lahir : Indramayu, 14 Desember 1997

Alamat : Dusun mangun sari, Desa Mangun jaya, Kecamatan

Anjatan, Kabupaten Indramayu.

Pendidikan

1. SDN Mangun Jaya II : Tahun 2003 – 2009

2. SMP N 2 Anjatan : Tahun 2009 – 2012

3. SMA N 1 Anjatan : Tahun 2012 – 2015

4. Stikes jendral Achmad Yani Cimahi : Tahun 2015 - 2018

Anda mungkin juga menyukai