Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIF DAN INTRA OPERATIF

PADA PASIEN DENGAN SECTIO CAESAREA

NAMA : SELLA OKTAVIANI

NIM : 201802036

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

2020
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Operasi Sectio Caesarea adalah melahirkan janin melalui sayatan dinding
perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus).Section caesarea adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat jenis diatas
500 gram. (Wiknjosastro, 2005)
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
badan diatas 500 gram, melalui sayatan dinding uterus yang masih utuh (Smeltzer,
2001).

B. JENIS
1. Sectio caesarea klasik (corporal)
Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm panjangnya
2. Sectio caesarea ismika (profunda)
Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim ± 10 cm

C. ETIOLOGI
1. Indikasi yang berasal dari ibu
Menurut Prawirro (2001), pada primigravida dengan kelainan letak, primi
para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvic (disproporsi
janin/panggul) ada, sejarah kehamilan dan persalinan buruk, terdapat
kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solusio
plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu preeclampsia – eklamsia
atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gannguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya)
2. Indikasi yang berasal dari janin
Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum dan
forceps ekstraksi.

D. JENIS BEDAH SECTIO CAESARIA


1. Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga
memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi
jenis ini sudah sangat jarang dilakukan hari ini karena sangat berisiko
terhadap terjadinya komplikasi.
2. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan
pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko
terjadinya pendarahan dan cepat penyembuhannya.
3. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan rahim.
Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana pendarahan yang sulit tertangani
atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.
4. Bentuk lain dari bedah caesar seperti bedah sesar ekstraperitoneal atau bedah
sesar Porro.
5. Bedah sesar berulang dilakukan ketika pasien sebelumnya telah pernah
menjalan bedah sesar. Umumnya sayatan dilakukan pada bekas luka operasi
sebelumnya.

E. INDIKASI
Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan bedah sesar ketika proses
kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan risiko kepada sang
ibu atau si bayi. Hal-hal lainnya yang dapat menjadi per bangan disarankannya
bedah sesar antara lain: (Prawirro, 2001)
1. proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan
normal (distosia)
2. detak jantung janin melambat (fetal distress)
3. adanya kelelahan persalinan
4. komplikasi pre-eklampsia
5. sang ibu menderita herpes
6. putusnya tali pusar
7. risiko luka parah pada rahim
8. persalinan kembar (masih dalam kontroversi)
9. sang bayi dalam posisi sungsang atau menyamping
10. kegagalan persalinan dengan induksi
11. kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau vakum)
12. bayi besar (makrosomia - berat badan lahir lebih dari 4,2 kg)
13. masalah plasenta seperti plasenta previa  (ari-ari menutupi jalan
lahir), placental abruption atau placenta accreta)
14. kontraksi pada pinggul
15. sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam kontroversi)
16. sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum 
(oleh proses persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn)
17. CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala
bayi yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat)
18. Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus)
19. Ibu menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)
20. Gemeli (bayi kembar)
F. PATOFISIOLOGI
Hamil

posisi melintang o.k. Pergerakan bayi

persalinan

Indikasi SC

Tindakan pembedahan Insisi pembedahan Perubahan biologi


fisiologis

perubahan status Pembuluh luka post op

kesehatan darah
terputus
terputusnya
kontinuitas jaringan,
cemas
perdarahan saat pembuluh darah, dan
operasi
saraf-saraf di daerah
insisi
Resiko shock
hipovolemi
merangsang
pengeluaran histamin
dan prostaglandin
defisit volume
cairan

nyeri akut
G. PERAWATAN PERIOPERATIF DI KAMAR BEDAH
Perawatan intra operasi di kamar bedah menurut Prawirro (2001), diantaranya:
1. Perawatan Pre Operasi:
a. Persiapan Pre Operasi:
1. Pasien sebaiknya tiba di ruang operasi dengan daerah yang akan di
operasi sudah dibersihkan (di cukur dan personal hygiene)
2. Kateterisasi
3. Persiapan saluran pencernaan dengan puasa mulai tengah malam
sebelum operasi esok paginya (pada spinal anestesi dianjurkan untuk
makan terlebih dahulu)
4. Informed Consent
5. Pendidikan Kesehatan (Penkes) mengenai tindakan yang dilakukan di
meja operasi, seperti anestesi yang digunakan, tindakan yang dilakukan
dan lamanya operasi (terlampir)
b. Perawatan Pre Operasi:
1. Menerima Pasien:
a) Memeriksa kembali persiapan pasien:
1) Identitas pasien
2) Surat persetujuan operasi
3) Pemeriksaan laboratorium darah, rontgen, EKG.
4) Mengganti baju pasien
5) Menilai KU dan TTV
b) Memberikan Pre Medikasi: Mengecek nama pasien sebelum
memberikan obat dan memberikan obat pre medikasi.
c) Mendorong pasien kekamar tindakan sesuai jenis kasus pembedahan
d) Memindahkan pasien ke meja operasi
2. Perawatan Intra Operasi
a. Melaksanakan orientasi:
1. Memberi dukungan mental
2. Menjelaskan tentang fasilitas di sekitar meja operasi
3. Mengenalkan pasien kepada ahli anestesi, dokter ahli, dokter asisten,
perawat instrument.
b. Memasang alat-alat pemantau hemodinamik(infus, kateter, alat
monitoring,EKG)
c. Membantu pelaksanaan pembiusan
d. Mengatur posisi pasien
e. Menyiapkan bahan atau alat untuk desinfeksi daerah pembedahan
f. Memasang selang section
g. Memasang drapping
h. Membantu pelaksanaan tindakan
i. Memeriksa kelengkapan instrument
j. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan: Menyiapkan label,
menyiapkan tempat, menyiapkan formulir pemeriksaan.
k. Menutup luka dengan kasa steril dengan memberi NaCl 0,9% kemudian
diplester
BAB II
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Hari : Kamis
Tanggal : 20 Desember 2012
Tempat : Ruang OK 3
Jam : 09.02 WIB
Metode :
Sumber :
Oleh : Adi Prasetyo

A. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 34 tahun
Alamat : Panjer 2/11 Kebumen
Pekerjaan : IRT
Status : Kawin
Diagnosa : G3 P1 A1 ( letak lintang )
No. RM : 824577
Tgl. Masuk : 19 Desember 2012

B. Penanggungjawab
Nama : Tn.D
Umur : 36 tahun
Alamat : Panjer 2/11, Kebumen
Hubungan dengan pasien : Suami pasien

C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien merasa cemas dan mengatakan kenceng-kenceng sudah 2 kali
sejak pukul 05.00 WIB.
2. Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien di ruang operasi (persiapan SC), pasien sudah dipersiapkan untuk
operasi Sectio Caesarea (SC), pasien mengatakan khawatir dan takut
akan melakukan operasi SC untuk pertama kalinya dan tampak gelisah
dan berdoa.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami oprasi sebelumnya dan tidak punya
penyakit asma atau pun alergi lainnya
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga juga tidak ada yang mempunyai
penyakit keturunan.

D. Pola fungsional menurut V H


 Keb. Bernafas dengan normal
Sebelum sakit : klien bernafas dengan normal
Saat dikaji : Frekuensi 24x/menit, Irama teratur, tidak terlihat
gerakan cuping hidung, tidak terlihat Cyanosis, tidak
terlihat keringat pada dahi
 Kebutuhan nutrisi
Sebelum sakit : Ny.S  makan 3 kali sehari, minum 8 gelas perhari
Saat dikaji : Ny.S  makan 2 kali sehari, minum 5 gelas perhari
 Kebutuhan eliminasi
Sebelum sakit : Ny.S  BAB 1 kali sehari dan 4 -5 kali BAK
Saat dikaji : Ny.S BAB tidak bermasalah hanya 1 kali sehari,
terpasang slang kateter
 Keb. Gerak dan keseimbangan tubuh
Sebelum sakit : Ny.S  dapat melakukan semua aktifitas sehari – hari
tanpa masalah
Saat dikaji : Ny.S  aktifitasnya terbatas
 Keb. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit: Ny.S  dapat tidur 6 – 7 jam perhari.
Saat dikaji : Ny.S  tidak dapat tidur nyenyak karena terpasang
Infus
 Keb. Berpakaian
Sebelum sakit : Memakai pakaian tanpa bantuan siapapun
Saat dikaji : Ny.S berpakaian dibantu keluarga dan perawat
 Keb. Mempertahankan suhu tubuh dan temperature
Sebelum sakit : Ny.S  biasa berselimut dan memakai jaket ketika
dingin, dan memakai kaos  ketika udara panas
Saat dikaji : Ny.S berselimut ketika udara dingin
 Keb. Personal hygiene
Sebelum sakit: Ny.S  mandi 2 kali sehari, gosok gigi sesudah makan
tanpa bantuan suami
Saat dikaji : Ny.S  hanya diseka 2 kali sehari, gosok gigi kalau
merasa kotor.
 Keb. Rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit: Ny.S  merasa nyaman dengan dirinya maupun
keluarganya.
Saat dikaji : Ny.S merasa cemas akan dilakukan pembedahan dan
tidak nyaman karena pasien terpasang infus dan
kateter
 Keb. Komunikasi
Sebelum sakit : Ny.S  tidak ada gangguan komunikasi
Saat dikaji : Ny.S  juga masih dapat berkomunikasi dengan baik
 Keb. Bekerja
Sebelum sakit : Ny.S selalu mengerjakan pekerjaannya dengan baik
dan beristirahat jika merasa lelah
Saat dikaji : Ny.S tidak dapat mengerjakan pekerjaannya
dikarenakan keadaan yang tidak memungkinkan

 Keb. Rekreasi
Sebelum sakit : Ny.S  jarang berekreasi ,yang dilakukan adalah
menonton televisi untuk rekreasinya
Saat dikaji :  Ny.S melakukan rekreasinya dengan mengobrol
 Keb. Belajar
Sebelum sakit: Ny.S mengetahui banyinya dalam letak lintang dan
harus dilakukan pembedahan
Saat dikaji : Klien belum tahu tentang pembedahan

E. Keadaan Umum
TD : 130/80 mmHg TB : 155 cm
RR : 24x/menit BB : 68 kg
N : 88x/menit
S : 37 oC

F. Pemeriksaan fisik
KU : baik
Kesadaran : CM

Data Fokus
DS :
Klien merasa cemas akan dilakukan tindakan pembedahan
DO :

1. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Frekuensi 24x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping hidung,
tidak terlihat Cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi
2. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
130
Nadi 88x/menit kuat dan teratur, tekanan darah /80 mmHg, Suhu 37
0
C, akral hangat
3. Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik
4. Perkemihan-Eliminasi Urine (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 500cc, warna urine kuning jernih.
Genital Hygiene cukup bersih.
5. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Tidak terdapat obstipasi, klien tidak mengalami diare
6. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus

2. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : darah lengkap (19-12-2012 jam 08.46 wib)


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
WBC 8.54 10^3 /uL 4.8 – 10.8
RBC 3.75 10^6 /uL 4.2 – 5.4
HGB 11.8 g/dL 12 – 16
HCT 33.1 % 37 – 47
MCV 88.3 fL 79 – 99
MCH 28.8 pg 27 – 31
MCHC 32.6 g/dL 33 – 37
Gol A

3. Informed consent : Sudah


4. Surat Ijin Operasi (SIO) : Sudah
1) PRE OPERASI
a. Analisa Data dan Dx Keperawatan
Hari/ Data Fokus Etiologi Problem
Tgl/ jam
19-12- DS: krisis Ansietas
2012 Ps mengatakan cemas akan situasi,
09.10 dilakukan pembedahan (operasi SC) akan
WIB DO : dilakukan
Pasien tampak gelisah, tampak tindakan
berdoa operasi
TD :130/80 mmHg
RR:24x/mnt, N :88x/mnt
S : 37o C

b. Diagnosa Keperawatan
ansietas berhubungan dengan krisis situasi, akan dilakukan tindakan operasi

c. Rencana Keperawatan

No Dx Kep Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Cemas Setelah dilakukan a. Kaji tingkat kecemasan pasien
b.d. krisis tindakan keperawatan b. Jelaskan informasi tentang
situasi, selama 1x10 menit prosedur, sensasi yang biasanya
akan diharapkan pasien dirasakan ketika operasi.
dilakukan tidak mengalami c. Berikan informasi yang faktual
tindakan kecemasan dengan terkait diagnosis dan tindakan
operasi kriteria hasil: operasi yang dilakukan
a. Pasien tidak d. Intruksikan pasien untuk
gelisah menggunakan teknik nafas dalam
b. Pesien tenang e. Menstimulasi lingkungan yang
c. TTV dalam nyaman agar pasien tenang
batas normal
d.

d. Pelaksanaan dan Evaluasi Pre Operasi

No.d Tgl/jam Implementsi Evaluasi


x
1 19-12- -Mengkaji tingkat kecemasan Pasien mengatakan cemas
2012 pasien berkurang
09.15 -monitor TTV TD :120/80 mmHg
WIB RR:22x/mnt, N :82x/mnt
S : 36,5o C
Menjelaskan informasi tentang Pasien mengerti
prosedur ketika operasi
Memberikan informasi yang Pasien mengerti
faktual terkait diagnosis dan
tindakan operasi yang dilakukan
19-12- Mengintruksikan pasien untuk Pasien kooperatif
2012 nafas dalam
Menganjurkan klien untuk berdoa Pasien tenang dan tidak
09.17
gelisah,
WIB
Pasien kooperatif

2) INTRA OPERASI
a. Data Fokus
Anamnesa : Pasien mengatakan lemas
A (Airway) : Tidak ada sumbatan jalan nafas
B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR 24 x/menit
C (Circulation) : Tidak ada sianosis, CRT 3 detik, TD 92/65 mmHg,
N: 80x/m, perdarahan ± 600 cc
Waktu Operasi : 09.20 wib – 11.00 wib
Posisi : Supinasi
Jenis anestesi : Spinal anestesi

1. Pelaksanaan Asisten/Instrumen

No Tindakan Peralatan yang Disiapkan


.
1. Desinfeksi ( betadine  Kom, betadin, alkohol, klem, kasa
betadine  alcohol )
2. Drapping Duk besar, duk lubang besar, duk
lubang kecil, duk klem 4
3. Pemasangan selang suction Selang suction, duk klem
4. Insisi area operasi, arah Stickmess 22, klem arteri, kasa steril,
insisi vertikal pinset cirurgis.
5. Insisi uterus, arah Stickmess 22, suction, big hak
horizontal
6. Pengambilan bayi dan Gunting, klem 2, suction
pemotongan plasenta,
terjadi penyelilitan plasenta
dileher dan dikaki kiri
7. Pengambilan plasenta Bengkok, suction
8. Pemasangan klem uterus Klem uterus, bighak
diarea insisi uterus
9. Disinfeksi area uterus Kasa 2, betadine, big hak
bagian dalam
10 Hecting uterus Nailpuder, jarum, benang chomic 1,
. gunting, klem arteri, kasa.
11 Hecting lapisan uterus Benang polysorb (2/0), nailpuder,
. jarum, gunting, klem arteri, kasa
12. Disinfeksi lapisan uterus Kasa, betadine, klem uterus
13. Hecting peritonium kocher, nailpuder, jarum, chromic
(2/0), gunting, klem arteri, kasa
14. Hecting otot kocher, nailpuder, jarum, chromic
(2/0), gunting, klem arteri, kasa
15. Hecting fasia kocher, nailpuder,jarum, chromic 1,
gunting, klem arteri. Kasa
16. Hecting subcutis kocher, nailpuder, jarum, chromic
(2/0), gunting, klem, kasa
17. Hecting kulit kocher, nailpuder, jarum, side (2/0).
Gunting, klem, kasa
18. Desinfeksi area jahitan Betadine, kasa, kom
19 Penutupan area operasi Kasa+betadine, kasa kering 4, hipafix
20. Pemasangan gurita dan Gurita, Jarit, Pembalut 3, Bed
pembalut, serta
pemindahan pasien ke
ruang RR

Table pemantauan (19-12-2012)


JENIS
Perdarahan Vital Sign
WAKTU VOLUME TD N RR S
09.25 wib 100cc 122/63mmHg 83x/mnt 20x/mnt -
09.40 wib 150cc 79/68 mmHg 82x/mnt 20x/mnt -
09.55 wib 150cc 69/31 mmHg 88x/mnt 22x/mnt -
10.25 wib 100cc 110/70mmHg 80x/mnt 20x/mnt -
10.35 wib 50cc 116/71mmHg 82x/mnt 24x/mnt -
11.00 wib 50cc 126/78mmHg 82x/mnt 24x/mnt -
Jumlah = 600cc

b. Analisa Data
Tgl/ Jam Data Fokus Etiologi Problem
19-12-2012 DS: Perdarahan Gangguan
09.25 WIB Pasien mengatakan lemas balance
DO: cairan
Adanya luka insisi vertical di
abdomen ± 12 cm, perdarahan ±
300 cc, TD 92/65 mmHg, N 80x/m,
RR 24x/m, pasien terlihat pucat,
CRT 3 detik

c. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Balance Cairan berhubungan dengan perdarahan

d. Rencana Keperawatan

Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional


Gangguan Setelah dilakukan - Pantau perdarahan - Mengetahui
balance tindakan - Pantau kondisi jumlah darah
cairan b.d. keperawatan selama pasien melalui yang hilang
perdarahan 1x20 menit bedside monitor - Kondisi pasien
diharapkan resiko - Kelola pemberian dapat terpantau
syok hipovolemik cairan berdasarkan - Mengganti cairan
tidak terjadi dengan kehilangan cairan yang hilang
kriteria hasil: - Siapkan darah - Mengganti darah
- TTV dbn transfuse, bila yang hilang
- Asupan cairan perlu
adekuat

e. Pelaksanaan dan Evaluasi

Dx Kep Tgl/ Jam Implementasi Evaluasi


Gangguan 09-12-2012 - Memantau Perdarahan 300 cc
balance 10.20 WIB perdarahan
cairan b.d. - Memberikan cairan RL los
perdarahan adekuat
- Memantau vital sign TD 110/70 mmHg, N
melalui bedside 80x/m
monitor
- Memberi cairan RL ke-2
infuse
- Memantau Perdarahan 600 cc
perdarahan
- Memberi cairan RL ke-3
adekuat
- Memantau vital sign TD 116/71 mmHg, N
melalui bidside 82x/m
monitor
- Terapi antihipotensi Efedrin per IV
- Memberi cairan RL ke-4
infuse
- Memantau vital sign TD 126/78mmHg, N
melalui bedsite 82x/m
monitor
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang
berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan
klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan.
Dalam pengumpulan data kami menggunakan metode wawancara atau Tanya
jawab dengan keluarga pasien dan klien serta observasi dengan menggunakan
pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status pasien.
Selama melakukan pengkajian kami menemui kesulitan, hal ini dikarenakan
kami dihadapkan pada satu kasus yang memiliki keterbatasan informasi berkaitan
dengan penyakit yang di derita pasien. Pada pemerikasaan fisik, kami
menemukan indikasi khas yang sesuai dengan teoritis yaitu: pemeriksaan leopold
yang menunjukkan letak melintang pada kandungan ibu.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus SC kami
mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, akan dilakukan tindakan operasi
2. Gangguan balance cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Resiko aspirasi berhubungan dengan efek anestesi

C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kriterianya, maka kami membuat rencana berdasarkan acuan pada
tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selama
proses pembedahan dari mulai pasien masuk ke ruang induksi sampai pasien
keluar dari ruang RR. Dari diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus
karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam
menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang
ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan.
Pada intra operasi balance cairan sangat di monitor demi mempertahankan
status cairan, karena pada saat operasi berlangsung perdarahan yang terjadi
lumayan banyak ± 600 cc.
Setelah selesai operasi yang berjalan ± 90 menit berlangsung klien
dipindahkan ke ruang RR (recovery room), disini pasien dinilai apakah sudah
boleh dipindahkan dan dirawat di bangsal dengan cek respon pasien melalui
Bromage Score. Dimana nilai normal untuk bromage score < 2. Sedangkan nilai
bromage score adalah 1, maka pasien boleh dipindahkan dan dirawat dibangsal.

D. Implementasi dan Evaluasi


Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana keperawatan
dan sekaligus dilakukan evaluasi tindakan
LAMPIRAN
A. Latihan Nafas Dalam
1. Tahap pra interaksi
a. Cek program terapi
b. Cuci tangan
2. Tahap orientasi
a. Memberi salam sebagai pendekatan terapeutik
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada pasien
c. Menanyakan persetujuan kesiapan pasien
3. Tahap kerja
a. Membaca tasmiyah dan menjaga prifasi pasien
b. Mempersiapkan pasien
c. Meminta pasien meletakan satu tangan didada dan satu tangan di
abdomen
d. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui
hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
e. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung
pada punggung)
f. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hintungan
g. Meminta pasien menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan
(lewat mulut bibir seperti meniup)
h. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari
otot
i. Menjelaskan pada pasien untuk latihan ini bila merasa mual atau sesak
nafas
j. Merapikan pasien
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Membaca tahmid dan berpamitan pada pasien
c. Mencuci tangan

Anda mungkin juga menyukai