Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny.

N DENGAN
POST PARTUM SC DI BANGSAL MAWAR VK
RSUD KARDINAH TEGAL
Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

BAHRI GHOZALI

P1337420220059

3B

KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny.N DENGAN
POST PARTUM SC DI BANGSAL MAWAR VK
RSUD KARDINAH TEGAL

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500
gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh(Gulardi &Wiknjosastro, 2006
2. Etiologi
a. Indikasi Ibu
1) 1 Panggul sempit absolute
2) Placenta previa
3) Ruptura uteri mengancam
4) Partus Lama
5) Partus Tak Maju
6) Pre eklampsia, dan Hipertensi
7) Indikasi Janin
8) Kelainan Letak
b. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan/cara yang
terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup
dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong
dengan sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara
dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
c. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul sempit,
primigravida, janin besar dan berharga.
1) Gawat Janin
2) Janin Besar
3) Kontra Indikasi
4) Janin Mati
5) Syok, anemia berat.
6) Kelainan congenital Berat
3. Tanda Dan Gejala
1) Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5gr atau lebih per liter
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
4) Adanya gangguan serebal, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium
5) Terdapat edema paru atau sianosis
6) Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala,
odema paru, dan sianosis gangguan kesadaran.
7) Pemeriksaan : kadar enzim hati meningkat disertai
4. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi
aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan
pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah
proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post
op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah
5. Kompilasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan/ berat, seperti kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nifas Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah
ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya).
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Luka kandung kemih
d. Embolisme paru – paru
e. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d. Data Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta
previa).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga
mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
e. Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
2) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan
labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau
kecemasan.
3) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
4) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
5) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin
ada.
6) Pernapasan, bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
7) Keamanan
8) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
9) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

2. Rencana Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
nyeri klien berkurang / terkontrol dengan kriteria hasil :
a) Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
b) Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )
c) TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-
20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit
d) Wajah tidak tampak meringis
e) Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai
kemampuan
Intervensi :
a) Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor
presipitasi.
b) Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya wajah
meringis) terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
c) Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex: beraktivitas,
tidur, istirahat, rileks, kognisi, perasaan, dan hubungan sosial)
d) Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi, latihan napas
dalam,, sentuhan terapeutik, distraksi.)
e) Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)
f) Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika perlu.
2) Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
Intervensi :
a) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
b) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum
c) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
d) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan
/kondisi klien
e) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
3) Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam diharapkan integritas kulit dan
proteksi jaringan membaik
Kriteria Hasil : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Intervensi :
a) Berikan perhatian dan perawatan pada kulit
b) Lakukan latihan gerak secara pasif
c) Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi
d) Jaga kelembaban kulit 
4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka
bekas operasi (SC)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil :
a) Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio
laesea)
b) Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi
= 60 -100x/ menit)
c) WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL)
Intervensi :
a) Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat
waktu pecah ketuban.
b) Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)
c) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
d) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan. Lepaskan
balutan sesuai indikasi
e) Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum / sesudah
menyentuh luka
f) Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium jumlah
WBC / sel darah putih
g) Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan kehilangan
darah selama prosedur pembedahan
h) Anjurkan intake nutrisi yang cukup
i) Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi

3. Analisa data

No Data Etiologi Problem


1. Ds : Pasien mengatakan nyeri Agen pecedera Nyeri Akut
pada luka post op fisik post partum
Do : pasien tampak sedikit SC
menahan nyeri dan terkadang
mengelus perut

P : Post partum SC
Q : nyeri seperti ditusuk tusuk
R : luka post op
S : Skala 6
T : setiap saat
TTV
- TD : 110/90 mmHg
- Suhu : 36,8
- N : 79
- RR : 20
- Spo2 : 98%

2. Ds : Pasien mengatakan telah Luka post partum Kerusakan integritas


melakukan operasi SC pada SC kulit
tanggal 22 November 2022
Do : Tampak sayatan bekas
luka operasi SC
TTV
- TD : 110/90 mmHg
- Suhu : 36,8
- N : 79
- RR : 20
- Spo2 : 98%

4. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri akut b.d agen pecedera fisik post partum SC
 Gangguan integritas kulit b.d luka post partum SC

5. Perencanaan
No Dx SLKI SIKI
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen Nyeri
keperawatan selama 2x24 jam 1. Identifikasi lokasi,
b.d agen
diharapkan nyeri akut karakteristik, durasi,
pecedera berkurang/hilang dengan kriteria frekuensi, kualitas,
hasil :
fisik post intensitas nyeri
Indikator Awa Tujuan
partum SC 2. Identifikasi skala
l
Keluhan 5 1 nyeri
nyeri 3. Identifikasi faktor
Gelisah 5 1 yang memperberat
Meringis 5 1 dan memperingan
nyeri
Keterangan : 4. Identifikasi nyeri
1: meningkat
pada kualitas hidup
2: cukup meningkat
3: sedang
4: cukup menurun
5: menurun

2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan SIKI : Perawatan Integritas


keperawatan selama 2x24 jam
integritas Kulit (I.11353)
diharapkan Kerusakan integritas
kulit b.d kulit berkurang/hilang dengan 3. Identifikasi
kriteria hasil :
luka post penyeybab
Indikator Awa Tujuan
partum SC l gangguan integritas
Sensasi 3 5 kulit
Nyeri 2 5
Jaringan 3 5 4. Anjurkan minum air
parut yang cukup
Keterangan : Nyeri dan Jaringan
parut 5. Anjurkan untuk
1: meningkat menigkatkan asupan
2: cukup meningkat
3: sedang nutrisi
4: cukup menurun 6. Anjurkan untuk
5: menurun
meningkatkan
Keterangan : Sensasi
asupan buah dan
1: memburuk
2: cukup memburuk sayur
3: sedang
4: cukup membaik
5: membaik

6.Implementasi

Pada proses ini perawat merealisasikan tindakan untuk mencapai


tujuan. Kegiatan dalam implementasi meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
observasi respon pasien, serta menilai data baru. Selain itu, perawat harus
mendokumentasikan setiap tindakan yang telah diberikan kepada pasien (Kozier B,
2010).

7.Evaluasi
Pada proses ini, intervensi keperawatan harus ditentukan apakah intervensi
tersebut harus diakhiri, dilanjutkan, dimodifikasi, ataupun dirubah. Evaluasi dilakukan
secara continue dimana evaluasi dilakukan segera setelah implementasi dilaksanakan
sehingga memungkinkan perawat untuk segera merubah atau memodifikasi intervensi
keperawatannya. Evaluasi tidak hanya dilaksanakan segera setelah implementasi
dilakukan, namun juga dilaksanakan pada interval tertentu 48 untuk melihat
perkembangan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Kozier B, 2010). Setelah
dilakukan tindakan keperawatan dengan program yang sudah ditentukan pada setiap
masalah keperawatan yang terdapat pada pasien, maka dilakukan evaluasi pada setiap
tindakan keperawatan mengacu pada tujuan yang sudah ditetapkan

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC


Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta :
EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Dokter Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi

Anda mungkin juga menyukai