Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

POST OPP SECTIO CAESARIA DENGAN

CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

(CPD)

Disusun Oleh:

Nama: Rawiyah

Npm: 1830702001

Fakultas Ilmu Kesehatan

Jurusan Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan 2020


A. Konsep Medis
1. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding Rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500
gram.
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding Rahim.

B. Etiologi
Indikasi ibu dilakukan section caesaria adalaj rupture uteri iminen, perdarahn
antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distress dan janin
besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor section caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab section caesarea:
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
Adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat melahirkan secara alami. Bentuk panggul yang menunjukan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus
dilakukan Tindakan operasi.
2. PEB (Pre-Eklamsia Berat)
Merupakan kestuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya
masih belum jelas. Setelah perdarahn dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan
penyebab kematian maternal dan perintal paling penting dalam ilmu kebidanan.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam
belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah kehamilan aterm diatas 37
Minggu, sedangkan dibawah 36 Minggu.
C. Klasifikasi
1. Sectio caesarea klasik/kolporal yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga
memungkinkan ruangan yang lebih baik untuk jalan keluar bayi
2. Sectio ismika / profundal(low servical dengan insisi bawah rahim). dilakukan dengan sayatan
melintang konkat pada segmen bawaah rahim.
3. Sectio caesarea eksraperitonealis yaitu taanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka cavum abdominal.
a. Sectio caesarea vaginal
b. Histerektomi caesarian
4. Indikasi kemungkinan disproporsi sefalopelvik:
a. Ukuran janin cukup besar
b. Tipe dan karakteristik khusus tubuh wanita secara umum
1) Bahu lebih lebar dari pada pinggul tanpa memperhatikan tinggi
2) Postur tubuh pendek seperti kotak
3) Tangan dan kaki pendek serta lebar
c . Ukuran diameter panggul ibu kurang dari 9,5 sentimeter (cm)

D. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena ketidakseimbangan ukuran
kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia dan
eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian
kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi
kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan,
plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah
dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan
yaitu Sectio Caesarea. (Sari, 2016).

E. Manifestasi Klinis
Ada bebrapa hal tanda dan gejala post section caesarea:
a. Pusing
b. Panggul Sempit
c. Pre-eklamsia dan Hipertensi
d. Nyeri disekitar luka operasi
e. Adanya luka bekas operasi
f. Malpresentasi janin
1. Letak litang
2. Presentasi dahi dan muka (letak dfleksi)
3. Gemeli (Kehamilan Kembar)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap
2. Golongan darah ABO, dan pencocokan silang, tes coombs.
3. Urinalisi: Menentukan kadar albumin/glukosa
4. Pelvimetri: menentukan CPD
5. Kultur: Mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II
6. Ultrasonografi: melokalisasi plasenta mentukan pertumbuhan kedudukan dan presentasi
janin.
G. Penatalaksanaan
1) Antibiotik, kemotherapy dan anti inflamasi
2) Jika masih terdapat perdarahan lakukan massase uterus
3) Berikan oksitosin 10 menit dalam 500 ml cairan IV ( RL ) 60 gtt/i
4) Berikan ergometrin 0,2 gr dan prostaglandin
5) Jika terdapat tanda infeksi berikan antibiotikkombinasi sampai bebas demam selama 4
jam
6) Amfisin 2 gr IV setiap 6 jam. Metronidazol 500 ml IV setiap 24 jam
7) Obat pencegah kembung Digunakan untuk mencegah perut kembiung dan memperlancar
saluran pencernaan, alinamin F, prostikmin, perimperan

H. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan section caesarea menurut Mochtar
(2002) :
1. Pada ibu:
a. Infeksi puerpuralis:
1) Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
2) Sedang: Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung.
3) Berat: Dengan peritonitis, sepsis, dan ileus paraliktik.
b. Perdarahan disebabkan karena:
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
2) Atonia Uteri
3) Perdarahan pada Placenta Bled.
c. Luka kandung kemih.
2. Pada Janin:
a) Hipoksia
b) Depresi pernafasan
c) Sindrom gawat pernafasan
d) Trauma persalinan
I. Prognosis
Prediksi perkembangan suatu penyakit pada section caesaria tergantung pada berbagai faktor
yaitu :
1. Bentuk panggul
2. Ukuran panggul
3. Pergeseran sendi-sendi panggul
4. Besarnya kepala dan kemampuan kepala untuk menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
( moulage )
5. Presentasi posisi kepala
6. His ibu
I. Penyimpangan KDM

- Panggul sempit
- Plasenta previa
- Letak lintang
- Tumor jalan lahir
- Solusio plasenta
- Preeklampsi/eklampsi
- Gawat janin

stressor sectio caesarea terputusnya kontuitas jaringan

Rusaknya pembuluh

darah

Perdarahan

Nutrisi yang

tidak adekuat

Ketidakbugaran
kelemahan fisik
fisik

ketidakmampuan Gangguan
merawat diri mobilitas fisik

Defisit perawatan
diri
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status perkawinan,
ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk,
keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d. Data Riwayat penyakit
a) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini
dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya apakah
pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa). Resiko terjadinya
kesulitan persalinan
c) Kesehatan Keluarga
berikutnya
d) Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai
riwayat persalinan plasenta previa.
e. Keadaan klien meliputi :
a) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan darah
selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi
negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari
kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
c) Makanan dan cairan
d) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
e) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi kandung
kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
f) Pernapasan ( Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas ).
g) Keamanan
h) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosis yang dapat diambil antara lain ialah :
a) Nyeri akut b.d agen pencidera fisik ( prosedur operasi )
b) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
c) Defisit perawatan diri b.d kelemahan
3. Rencana Keperawatan
1.    Nyeri akut b.d agen pencidera fisik ( prosedur operasi )
Tujuan : nyeri klien dapat berkurang / terkontrol dengan
kriteria hasil :
a)     Mengungkapkan nyeri didaerah perut berkurang
b)     Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )
c)     TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi :
80-100 x/menit
d)    Wajah tidak tampak meringis
e)     Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan
Intervensi :
1)   Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
2)   Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya wajah meringis) terutama
ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
3)   Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex: beraktivitas, tidur, istirahat, rileks,
kognisi, perasaan, dan hubungan sosial)
4)   Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi, latihan napas dalam,, sentuhan
terapeutik, distraksi.)
5)   Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)
6)   Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika perlu. 
2.    Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan
Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
Intervensi :
1.  Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
2.  Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum
3.   Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari sesuai dengan
kemampuan/kondisi klien.
4.   Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
3.    Defisit Perawatan Diri b.d Kelemahan
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri dan dapat mempertahankan kebersihan
diri secara mandiri.
Kriteria Hasil : - Mampu mandi dan keramas

- Mampu mengenakan pakaian


- Mampu BAB dan BAK
- Mampu mempertahankan kebersihan mulut.

Intervensi :
1.      Dukung perawatan diri mandi
2.      Dukung perawatan diri berpakaian
3.      Dukung perawatan diri BAB dan BAK
4.      Dukung perawatan diri membersihkan mulut.
4.     Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer ( kerusakan integritas kulit )
Tujuan : klien tidak mengalami infeksi dengan
kriteria hasil :
a)     Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea)
b)     Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi = 60 -100x/ menit)
c)     WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL) 
Intervensi :
1)   Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)
2)   Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
3)   Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan. Lepaskan balutan sesuai
indikasi
4)   Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum / sesudah menyentuh luka
5)   Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium jumlah WBC / sel darah
putih
6)   Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan kehilangan darah selama
prosedur pembedahan
7)   Anjurkan intake nutrisi yang cukup
8)   Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi
A. Implementasi
1. Nyeri Akut b.d agen pencidera fisik ( prosedur operasi )
a) melakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi,
karakteristik,durasi,frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
b) Mengobservasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan.
c) Mengkaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup.
d) Mengkaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex: beraktivitas, tidur,
istirahat, rileks, kognisi, perasaan, dan hubungan sosial)
e) Mengajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi, latihan napas dalam,
sentuhan terapeutik, distraksi.)
f) Mengontrol faktor - faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)
g) Mengkolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika perlu. 
2. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan
a) Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
b) Mengkaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum
c) Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari sesuai dengan
kemampuan/kondisi klien.
d) Mengevaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
3. Defisit Perawatan Diri b.d kelemahan
1.      Mendukung perawatan diri mandi
2.      Mendukung perawatan diri berpakaian
3.      Mendukung perawatan diri BAB dan BAK

4.    Mendukung perawatan diri membersihkan mulut.

4. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer ( kerusakan integritas kulit )
1)   Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)
2)   Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
3)   Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan. Lepaskan balutan sesuai
indikasi
4)   Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum / sesudah menyentuh luka
5)   Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium jumlah WBC / sel darah
putih
6)   Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan kehilangan darah selama
prosedur pembedahan
7)   Anjurkan intake nutrisi yang cukup
8)   Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi

B. Evaluasi

1. Nyeri Akut b.d agen perncidera fisik ( prosedur operasi )


a) Mengungkapkan nyeri berkurang
b) skala nyeri 0-1 ( dari 0-10 )
c) TTV dalam batas normal
d) wajah klien tidak tampak meringis
e) klien tampak rileks.
2. Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan,
a) klien mampu melakukan aktivitasnya sesuai dengan kemampuan secara mandiri.
3. Defisit Perawatan Diri
a) Mampu mandi dan keramas
b) Mampu mengenakan pakaian
c) Mampu BAB dan BAK
d) Mampu mempertahankan kebersihan mulut.
4. Resiko Infeksi b.ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer ( kerusakan integritas kulit )
a) tidak terjadi tanda-tanda infeksi
b) suhu dan nadi dalam batas normal
c) WBC dalam batas normal.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC


Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta :
EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter Umum.
Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi

Anda mungkin juga menyukai