Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

POSTNATAL SECTIO CAESAREA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Departemen Keperawatan


Maternitas
Dosen Pembimbing :
TIM

Di Susun Oleh:
Akbar Maulana Yusup (JNR0200100)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Kasus
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak
lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn & William, 2010).
Menurut Amru Sofian (2012) Sectio Caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut (Amin & Hardhi, 2013). Sectio Caesarea
didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi pada dinding abdomen
(laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).
B. Etiologi

Menurut Amin & Hardi (2016) etiologi Sectio Caesarea ada dua yaitu
sebagai berikut :

1. Etiologi yang berasal dari ibu


Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua
disertai kelainan letak ada, disporporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/
panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, placenta previa terutama pada primigravida, solutsio
placenta tingkat I - II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi-eklampsia,
atas permitaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress/ gawat janin, mal presentasi dan mal posisi
kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan
persalinan vakum atau forseps ekstraksi.

Menurut Rasjidi (2009) indikasi dan kontra indikasi dari Sectio


Caesarea sebagai berikut :
1. Indikasi Sectio Caesarea
a. Indikasi mutlak
1) Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolut
b) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya
stimulasi.
c) Tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan obstruksi.
d) Stenosis serviks atau vagina
e) Placenta previa
f) Disproporsi sefalopelvik.
g) Ruptur uteri membakat
2) Indikasi janin
a) Kelainan letak
b) Gawat janin
c) Prolapsus placenta
d) Perkembangan bayi yang terhambat
e) Mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklampsia.
2. Indikasi relatif
a. Riwayat Sectio Caesarea sebelumnya
b. Presentasi bokong
c. Distosia
d. Fetal distress
e. Preeklampsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes.
f. Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
3. Indikasi Sosial
a. Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya.
b. Wanita yang ingin Sectio Caesarea elektif karena takut bayinya
mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi
resiko kerusakan dasar panggul.
c. Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau sexuality
image setelah melahirkan.
4. Kontra indikasi
Kontraindikasi dari Sectio Caesarea adalah :
a. Janin mati
b. Syok
c. Anemia berat
d. Kelainan kongenital berat
e. Infeksi piogenik pada dinding abdomen
f. Minimnya fasilitas operasi sectio caesarea
C. Tanda dan Gejala
Ada beberapa hal tanda dan gejala post sectio caesarea :
1. Pusing
2. Mual muntah
3. Nyeri di sekitar luka operasi
4. Adanya luka bekas operasi
5. Peristaltik usus menurun
D. Komplikasi
1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya
peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila
sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau
ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu
(partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian
antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC
klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis
profunda.
a. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri.
b. Komplikasi-komplikasi lain seperti :
1) Luka kandung kemih
2) Embolisme paru – paru.
c. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan
sesudah sectio caesarea klasik.
E. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,
garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 -
10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi.
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar.
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler).
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi.
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
c. Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam.
d. Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol.
e. Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
6. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
7. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
8. Perawatan rutin.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
F. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan klien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan klien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri klien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah
ansietas pada klien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah
proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah risiko infeksi.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian fokus
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,
diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan
umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kien
multipara
d. Data riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit yang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan
setelah klien operasi.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, maksudnya apakah klien pernah mengalami penyakit
yang sama (plasenta previa)
3) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga klien
ada juga mempunyai riwayat persalinan yang sama (plasenta
previa).
e. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada klien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan
keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada klien postpartum sering terjadi adanya perasaan sering /
susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema, yang menimbulkan infeksi dari uretra
sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
7) Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
jahitan dan nyeri perut akibat involusi uteri (pengecilan uteri
oleh kontraksi uteri), pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,
lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien
terjadi  perubahan konsep diri antara lain dan body image dan
ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena
adanya proses persalinan dan nifas.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut,
warna rambut, ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kunuing.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung.
5) Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena
jugularis.
6) Dada dan payudara
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada
bisisng usus atau tiak ada. Terdapat adanya pembesaran
payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papila
mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
ruptur, adanya hemoroid.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
2. Analisa Data
Data Fokus Etiologi Masalah
DS: Insisi pembedahan Nyeri akut

 Mengeluh nyeri
DO:
 Tampak meringis
 Adanya luka post
OP di bagian
abdomen
DS: Nyeri akut Intoleransi aktivitas

- Mengeluh nyeri
- Lemes
DO:
- Adanya luka
post OP
- Aktivitas dibantu
- Terpasang
kateter
- Tampak letih
- Tampak hati-hati
DS: Krisis situasional, Ansietas
koping inividu tidak
- Cemas
efektif
- Sulit tidur
- Khawatir
terhadap kondisi
saat ini
- Tidak bisa
melakukan
aktivitas
DO:
- Tampak hati-hati
- Tampak gelisah
- Aktivitas dibantu
total oleh
keluarga atau
perawat
DS; Luka post OP Resiko infeksi
Mengeluh nyeri
DO:

- Ada luka post op


- Tidak ada tanda-
tanda infeksi di
luka post OP

3. Diagnosa keperawatan yang sering muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan ditandai dengan
Mengeluh nyeri, Tampak meringis, Adanya luka post OP di bagian
abdomen
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri akut ditandai dengan
Mengeluh nyeri, Lemes, Adanya luka post OP, Aktivitas dibantu,
Terpasang kateter, Tampak letih, Tampak hati-hati
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, koping individu
tidak efektif ditandai dengan Cemas, Sulit tidur, Khawatir terhadap
kondisi saat ini, Tidak bisa melakukan aktivitas, Tampak hati-hati,
Tampak gelisah, Aktivitas dibantu total oleh keluarga atau perawat
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai
dengan Mengeluh nyeri, Ada luka post op, Tidak ada tanda-tanda
infeksi di luka post OP
4. Rencana Tindakan (Intervensi)
No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan Tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil Manajemen nyeri (08238)
dengan insisi pembedahan (08066) a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
ditandai dengan Mengeluh a. Kemampuan menuntaskan aktivitas durasi, frekuensi, kualitas,
nyeri, Tampak meringis, meningkat intensitas nyeri
Adanya luka post OP di b. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri
bagian abdomen (0077) c. Meringis menurun c. Indentifikasi respon nyeri non
d. Sikap protektif menurun verbal
e. Gelisah menurun d. Identifikasi faktor yang
f. Kesulitan tidur menurun memperberat dan meringankan
g. Anoreksia menurun nyeri
h. Muntah menurun e. Identifikasi pengetahuan dan
i. Mual menurun keyakinan tentang nyeri
j. Frekuensi nadi membaik f. Monitor keberhasilan terapi
k. Pola napas membaik komplementer yang sudah
l. Tekanan darah membaik diberikan
m. Nafsu makan membaik g. Monitor efek samping
n. Pola tidur membaik penggunaan analgetik
Mobilitas Fisik Meningkat (05042) h. Berikan teknik nonfarmakologis
a. Pergerakan ekstremitas meningkat untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
b. Kekuatan otot meningkat TENS, hipnosis, akupresur, terapi
c. ROM meningkat musik, biofeedback, terapi pijat,
d. Nyeri menurun aromaterapi, teknik imajinasi
e. Kecemasan menurun terbimbing, kompres
f. Kaku sendi menurun hangat/dingin, terapi bermain)
g. Gerakan tidak terkoordinasi menurun i. Anjurkan menggunakan analgetik
h. Gerakan terbatas menurun secara tepat
i. Kelemahan fisik menurun j. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
k. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keerawatan Dukungan ambulasi (06171)
berhubungan dengan nyeri diharaokan toleransi aktifitas meningkat a. identifikasi adanya nyeri/keluhan
akut ditandai dengan (05047) fisik
Mengeluh nyeri, Lemes, a. Kemudahan melakukan aktivitas sehari- b. identifikasi toleransi fisik
Adanya luka post OP, hari meningkat melakukan ambulasi
Aktivitas dibantu, Terpasang b. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah c. monitor kondisi umum selama
kateter, Tampak letih, meningkat melakukan ambulasi
Tampak hati-hati (0056) c. Keluha lelah menurun d. libatkan keluarga untuk
d. Perasaan lemah menurun membantu pasien dalam
e. Dispnea saat beraktifitas menurun meningkatkan ambulasi
f. Tekanan darah membaik e. Anjurkan ambulasi yang harus
g. Frekuensi napas membaik dilakukan.
3 Ansietas berhubungan Tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil Terapi relaksasi (09326)
dengan krisis situasional, (09093) a. Identifikasi kecemasan
koping individu tidak efektif a. Verbalisasi kebingungan menurun b. Identifikasi teknik relaksasi yang
ditandai dengan Cemas, b. Verbalisasi kekhawatiran akibat kondisi yang pernah efektif digunakan
Sulit tidur, Khawatir yang dihadapi menrun c. Ciptakan lingkungan yang tenang
terhadap kondisi saat ini, c. Perilaku gelisah menurun dan tanpa gangguan
Tidak bisa melakukan d. Pola tidur membaik d. Berikan teknik relaksasi
aktivitas, Tampak hati-hati,
Tampak gelisah, Aktivitas
dibantu total oleh keluarga
atau perawat (0080)
4. Resiko infeksi berhubungan Tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil Pencegahan Infeksi (14539)
dengan luka post operasi (14137) a. Monitor tanda dan gejala infeksi
ditandai dengan Mengeluh a. Kebersihan badan meningkat lokal dan sistematik
nyeri, Ada luka post op, b. Nafsu makan meningkat b. Batasi jumlah pengunjung
Tidak ada tanda-tanda c. Demam menurun c. Berikan perawatan luka
infeksi di luka post OP d. Kemerahan menurun d. Cuci tangan sebelum dan sesudah
(0142) e. Nyeri menurun kontak dengan pasien
f. Bengkak menurun e. Perahankan teknik aseptik pada
g. Cairan bau busuk menurun pasien beresiko tinggi
h. Kadar sel darah putih membaik f. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
i. Kultur darah membaik g. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
j. Kultur area luka membaik benar
h. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi.
DAFTAR PUSTAKA

Harry Oxorn & William R.Forte. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Jakarta : Andi Publisher.
https://www.scribd.com/doc/16308854/LP-Sectio-Caesarea (diakses pada tanggal
25 februari 2021)
Kusuma, Hardhi & Nurarif, Amin Huda. 2016. Handbook for Health Student:
Nursing, Midwife, Pharmacy, Docter. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Mansjoer, A. 2012. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.Bina Pustaka.
Salawati, L. 2013. Profil Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah
DR.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2011. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai