Anda di halaman 1dari 26

“Analisis Biaya Volume Laba”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen


Dosen Pengampu : Tika Septiani, SE.,M.Ak.,CA.

Penyusun :

Neng Lia Triyani (116040051)


Andi Nurmansyah (116040064)
Muhamad Solihin (116040069)

3C Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
DESEMBER 2018
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat,
dan hidayah-Nya. kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis biaya
volume laba” tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna
menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen. Dalam kesempatan ini kami
ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Tika Septiani, SE.,M.Ak.,CA. selaku Dosen mata kuliah Akuntansi
Manajemen yang telah memberikan tugas mengenai makalah ini sehingga
pengetahuan Penulis dalam penulisan makalah makin bertambah dan hal itu
sangat bermanfaat bagi penyusunan skripsi kami di kemudian hari.
2. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah turut
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam waktu
yang tepat. kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi kami. Akhir
kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat.

Cirebon, 11 Desember 2018


Daftar Isi

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
2.1 Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba..................................................
2.2 Titik Impas Dalam Unit............................................................................
2.3 Titik Impas Dalam Rupiah Penjualan.......................................................
2.4 Analisis Multiproduk................................................................................
2.5 Penyajian Hubungan BVL Dalam Bentuk Grafik.....................................
2.6 Perubahan Dalam Variabel BVL..............................................................
2.7 Risiko dan Ketidakpastian........................................................................
2.8 Analisis BVL dan Perhitungan Biaya Berbasis Aktivitas
BAB III PENUTUP....................................................................................................
3.1 Simpulan...................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang

Analisis biaya-volume-laba (analisis BVL) yang sering kali disebut sebagai cost-
volume-profit analysis (CVP analysis) merupakan alat yang berguna untuk
perencanaan dan pembuatan keputusan. Analisis BVL menekankan pada hubungan
antara biaya, volume (kuantitas penjualan), dan harga jual. Analisis BVL juga
merupakan alat yang berguna untuk mengidentifikasi permasalahan yang
berhubungan dengan perencanaan penjualan dan membantu perusahaan dalam
memecahkan permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian analisis biaya-volume-laba?
2. Keterkaitan Struktur Organisasi dan Pelaporan Pertanggungjawaban?
3. Karakteristik Laporan Pertanggungjawaban?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban.
2. Untuk mengetahui keterkaitan struktur organisasi dan pelaporan
pertanggungjawaban.
3. Untuk mengetahui karakteristik laporan pertanggungjawaba
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba


Analisis biaya-volume-laba (analisis BVL) yang sering kali disebut sebagai cost-
volume-profit analysis (CVP analysis) merupakan alat yang berguna untuk
perencanaan dan pembuatan keputusan. Analisis BVL menekankan pada hubungan
antara biaya, volume (kuantitas penjualan), dan harga jual. Analisis BVL juga
merupakan alat yang berguna untuk mengidentifikasi permasalahan yang
berhubungan dengan perencanaan penjualan dan membantu perusahaan dalam
memecahkan permasalahan tesebut.
Analisis BVL juga dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah
penting lainnya, misalnya tentang perencanaan jumlah unit produk yang seharusnya
dijual agar perusahaan mencapai titik impas (break-event-point), perhitungan dampak
penurunan biaya tetap terhadap titik impas dan perhitungan dampak kenaikan harga
jual terhadap laba itu, analisis BVI juga memungkinkan bagi manajer perusahaan
untuk melakukan analisis senstivitas melalui pengujian tentang dampak berbagai
tingkat harga jual atau biaya terhadap laba.

2.2 Titik Impas Dalam Unit


Titik impas (break-event-point) adalah keadaan yang menunjukkan bahwa
jumlah pendapatan yang diterima perusahaan (pendapatan total) sama dengan jumlah
biaya yang dikeluarkan perusahaan (biaya total). Keadaan tersebut biasanya
ditunjukkan dalam jumlah volume aktivitas (jumlah unit penjualan). Titik impas
dapat dirumuskan mełalu dua pendekatan, yaitu titik impas dalam jumlah unit
penjualan dan titik impas dalam jumlah rupiah penjualan. Titik impas dalam jumlah
unit penjualan dihitung dengan cara membagi biaya tetap total dengan margin
kontribusi per unit. Titik impas dalam jumlalh rupiah penjualan dihitung dengan cara
membagi biaya tetap total dengan rasio margin kontribusi.
Titik impas sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan berbagai
analisis. Sebagai contoh, apabila perusahaan ingin mengetahui dampak yang akan
terjadi terhadap pendapatan, biaya, dan laba sebagai akibat dari perubahan volume
penjualan, maka manajemen perusahaan perlu mengetahui tentang titik impas dalam
unit penjualan. Untuk menemukan titik impas dalam unit penjualan, manajemen
harus berfokus pada perhitungan laba operasi (operating income). Langkah
selanjutnya adalah menentukan jumlah unit yang seharusnya dijual untuk
mendapatkan laba yang ditargetkan (targeted profit).
Analisis BVL berfokus pada faktor-faktor yang berdampak pada perubahan
dalam komponen laba. Apabila manajemen ingin mengetahui analisis BVL dalam
hubungannya dengan unit penjualan, maka manajemen perlu menentukan komponen
biaya tetap dan biaya variabel serta pendapatan dalam hubungannya dengan unit
penjualan. Perlu diperhatikan bahwa analisis BVL berfokus pada perusahaan secara
keseluruhan. Oleh karena Itu, biaya yang dimaksud di atas adalah semua biaya yang
terjadi di perusahaan, yaitu biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi.

A. Pendekatan Laba Operasi

Laporan laba rugi yang disusun dengan pendekatan variable costing


merupakan alat yang berguna bagi manajemen untuk mengorganisasi biaya
perusahaan ke dalam kelompok biaya tetap dan biaya variabel. Laporan laba rugi
dengan pendekatan variable costing dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan
sebagai berikut.
Laba operasi = Pendapatan penjualan - Biaya variabel - Biaya tetap
Perhitungan unit impas dapat dilakukan dengan cara memusatkan perhatian
pada laba operasi atau disebut dengan pendekatan laba operasi (operating
income approach). Perlu diperhatikan bahwa penggunaan istilah laba operasi
menunjukkan jumlah laba sebelum pajak. Selain itu, laba operasi hanya meliputi
pendapatan dan biaya yang berasal dari aktivitas operasi normal perusahaan.
Aktivitas operasi normal adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan di luar
aktivitas investasi (investing activities) dan aktivitas keuangan (financing
activities). Untuk selanjutnya akan digunakan istilah laba bersih (net income)
yang menunjukkan laba operasi setelah dikurangi dengan pajak.
Apabila ukuran unit penjualan sudah diketahui, selanjutnya persamaan laba
operasi dapat diperluas dengan mengekspresikan pendapatan penjualan dan biaya
variabel dalam habungannya dengan jumlah rupiah dan jumlah unit. Pendapatan
penjualan adalah harga jual per unit dikalikan dengan jumlah unit penjualan dan
biaya variabel total adalah blaya variabel per unit dikalikan dengan jumlah unit
penjualan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka persamaan laba operasi dapat
dírumuskan sebagai berikut.
Laba operasi = (Harga jual per unit x jumlah unit penjualan) - (Biaya
variabel per unit x jumlah unit penjualan) - Biaya tetap total.
Untuk memperjelas hal-hal di atas, berikut ini ditunjukkan contoh
perhitungan titik impas dalam unit. Diasumsikan bahwa PT Gemah Ripah
memproduksi mesin motor. Untuk tahun yang akan datang, direktur keuangan
telah menylapkan laporan laba rugi prospektif sebagai berikut.
Perjualan (1.000 unit @ Rp400.00) Rp400.000.000
Biaya variable (325.000.000)
Margin kontribusi Rp75.000.000
Biaya Tetap Rp45.000.000
Laba sebelum pajak Rp35.000.000

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa harga jual produk adalah sebesar
Rp 400.000 per unit dan biaya variabel adalah sebesar Rp325.000 per unit
(Rp325.000.000/1.000 unit). Pada titik impas, persaman laba operasi akan
menjadi sebagai berikut.
0 = (Rp400.000 x Unit) - (Rp325.000 x Unit) - Rp45.000.000
0 = Rp75.000 x Unit - Rp45.000.000
Rp75.000 x Unit = Rp45.000.000
Unit = 600

B. Pendekatan Margin Kontribusi

Perhitungan unit impas dapat dilakukan lebih cepat dengan cara memusatkan
perhatian pada margin kontribusi atau disebut dengan pendekatan margin
kontribusi (contribution margin approach). Margin kontribusi merupakan
pendapatan penjualan dikurangi biaya variabel total. Pada titik impas, besarnya
margin kontribusi sama dengan biaya tetap. Apabila margin kontribusi per unit
diganti dengan harga jual per unit biaya variabel per unit pada persaman laba
operasi dan diperoleh jumlah unit, maka diperoleh persamaan impas sebagai
berikut.
Biaya tetap total
Jumlahunit =
Harga jual per unit−Biaya variabel per unit
Biaya tetap total
Jumlahunit =
Margin kontribusi per unit
Dengan menggunakan PT Gemah Ripah sebagai contoh, selanjutnya dapat
dilihat bahwa margin kontribusi per unit dapat dihitung melalui dua cara. Cara
pertama adalah dengan membagi margin kontribusi total dengan jumlah unit
yang dijual, sehingga diperoleh margin kontribusi per unit sebesar Rp75.000
(Rp75.000000/1.000). Cara kedua adalah mengurangi harga jual per unit dengan
biaya variabel per unit, sehingga diperoleh margin kontribusi per unit sebesar
Rp75.000 per unit (Rp400.000 - Rp325.000). Dengan cara tersebut akan
diperoleh hasil (margin kontribusi per unit) yang sama, yaitu sebesar Rp75.000.
Untuk menghitung jumlah unit titik impas, persamaan impas adalah sebagai
berikut.
Rp 45.000 .000
Jumlahunit =
Rp 400.000−Rp325.000
Hasil yang diperolch di atas sama dengan hasil perhitungan yang dilakukan
dengan menggunakan laporan laba rugi.

C. Unit Penjualan untuk Mencapai Laba yang Ditargetkan

Titik impas merupakan informasi yang sangat bermanfaat bagi perusahaan


sebagai dasar untuk merencanakan perolehan laba. Semua perusahaan
mengharapkan untuk bisa laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis BVL
memberi cara untuk menentukan jamlah unit produk yang harus dijual agar
perusahaan mam pu memperoleh laba yang di targetkan. Laba operasi yang
ditargetkan dapat ditunjukkan sebagai jumlah rupiah, misalnya sebesar
Rp20.000.000 atau sebagai persentase dari pendapatan penjualan, misalnya 15
persen dari pendapatan penjualan. Baik pendekatan laba operasi maupun
pendekatan margin kontrobusi dapat dengan mudah digunakan untuk menghitung
laba yang ditargetkan.
1. Laba Ditargetkan dalam Bentuk Rupiah

Untuk menentukan jumlah penjualan supaya perushaan dapat mencapai


laba sesuatu yang ditargetkan, berikut ini ditunjukkan ilustrasinya.
Diasumsikan bahwa PT Gemah Ripah ingin memperoleh laba operasi
sebesar Rp60.000.000, tentukan berapa jumlah mesin motor yang seharusnya
dijual untuk mencapai laba tersebut? Dengan menggunakan pendekatan
laporan laba rugi operasi dapat dihitung sebagai berikut.
Rp60.000.000 = (Rp400.000 x Unit) – (Rp325.000 x Unit) – (Rp45.000.000
Rp105.000.000 = Rp75.000 x Unit
Unit = 1.400
2. Laba Ditargetkan dalam Persentase Pendapatan Penjualan

Diasumsikan bahwa PT Gemah Kipah ingin mengetahui jumlah mesin


motor yang harus dijual dalam rangka memperoleh laba sebesar 15 persen
dari pendapatan penjualan. Pendapatan penjualan adalah harga jual per unit
dikalikan dengan jumlah unit yang dijual. Oleh karena itu, laba operasi yang
ditargetkan adalah sebesar 15 persen dari harga jual dikalikan dengan
kuantitas (unit penjualan), Dengan menggunakan pendekatan laba operasi,
maka akan dihasilkan persamaan sebagai berikut.
0,15 x Rp400.000 x Unit = (Rp400.000 x Unit) - (Rp325.000 x Unit)
Rp45.000.000
Rp60.000 x Unit = (Rp400.000 x Unit) - (Rp325.000 x Unit) - Rp45.000.000
Rp60.000 x Unit = (Rp75.000 x Unit) - Rp45.000.000
Rp15.000 x Unit = Rp45.000.000 Unit 3.000
Unit = 3.000

D. Target Laba Setelah Pajak

Pajak penghasilan tidak berperan dalam perhitungan titik impas karena


perusahaan tidak dipungut pajak apabila laba yang diperoleh perusahaan sebesar
Rp0. Namun, apabila perusahaan ingin mengetahui jumlah unit yang harus dijual
dalam rangka untuk memperoleh laba bersih, maka diperlukan beberapa
pertimbangan tambahan. Perlu diingat bahwa laba bersih merupakan laba operasi
setelah dikurangi dengan pajak dan angka target laba diekspresikan dalam bentuk
laba sebelum pajak. Sebagai akibatnya, apabila laba yang ditargetkan
diekspresikan sebagai laba bersih, maka perlu ditambahkan pajak penghasilan
untuk mendapatkan laba operasi.
Pada umumnya pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah
pajak dihitung dengan cara mengurangkan pajak dari laba operasi scbelum pajak
seperti berikut ini.
Laba bersih = Laba operasi – Pajak
= Laba operasi - (Tarif pajak x Laba operasi)
= Laba operasi (1- Tarif pajak)
Atau
Laba bersih
Laba operasi=
1−Tarif pajak
Oleh karena itu, untuk mengonversi laba setelah pajak menjadi laba sebelum
pajak dengan sederhana dapat dilakukan dengan cara membagi laba setelah pajak
dengan (1- tarif pajak).
Apabila PT Gemah Ripah ingin memperoleh laba bersih sebesar
Rp56.250.000 dan tarif pajak yang berlaku adalah sebesar 25 persen, maka untuk
mengonversi target laba setelah pajak ke dalam target laba sebelum pajak
diperlukan langkah-langkah sebagai berikut
Rp56.250.000 = Laba operasi - (0,25 x Laba operasi)
Rp56.250.000 = 0,75 (Laba operasi)
Laba operasi Rp56.250.000 / 0,75
Laba operasi Rp75.000.000

2.3 Titik Impas Dalam Rupiah Penjualan


Dalam beberapa kasus ketika menggunakan analisis BVL, banyak manajer yang
lebih suka untuk menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas
penjualan dibanding unit penjualan. Ukuran unit penjualan dapat dikonversi ke dalam
ukuran penjualan dengan cara sederhana, yaitu mengalikan harga jual per unit dengan
jumlah unit penjualan.
Setiap jawaban yang dieskpresikan dalam bentuk unit penjualan dengan mudah
dapat dikonversi dalam bentuk pendapatan penjualan, tetapi jawaban juga dapat
dihitung secara langsung dengan mengembangkan suatu formula yang terpisah untuk
kasus pendapatan penjualan.
Untuk memperjelas hal di atas, berikut ini ditunjukkan contoh penerapan
pendekatarn pendapatan penjualan berdasarkan data yang terdapat pada PT Gemah
Ripah. Data tersebut dinyatakan dalam bentuk laporan laba rugi variabel costing
untuk 1.000 unit mesin motor sebagaí berikut.
Keterangan Rupiah Persentase Penjualan
Penjualan Rp400.000.000 100,00
Biaya variabel (325.000.000) (81,25)
Margin Kontribusi Rp75.000.000 18,75
Biaya tetap (45.000.000)
Laba operasi Rp30.000.000

Perhatikan bahwa pendapatan penjualan, biaya variabel, dan margin kontribusi


tełah dinyatakan dalam bentuk persentase penjualan. Rasio biaya variabel adalah
sebesar 0,8125 (Rp325.000.000/Rp400.000.000), dan rasio margin kontribusi adalah
sebesar (dihitung dengan cara 1 -0,8125 atau Rp75.000.000 / Rp400.000.000). Biaya
sebesar Rp45.000.000. Berdasarkan informasi dalam laporan laba rugi di atas,
pendapatan penjualan yang harus diperoleh PT Gemah Ripah untuk mencapai titik
impas adalah sebagai berikut.
Laba Operasi = Penjualan - Rasio biaya variabel x Biaya tetap
0 = Penjualan - (Rasio biaya variabel x Penjualan) - Biaya tetap
0 = Penjualan – (1 – Rasio biaya variabel) – Biaya tetap
0 = Penjualan - (1 - 0,8125) - Rp45.000.000
Penjualan (0,1875) = Rp45.000.0000
Penjualan = Rp240.000.000
Oleh karena itu, PT Gemah Ripah harus memperoleh pendapatan total sebesar
Rp240.000.000 dalam rangka untuk mencapai titik impas.
Bagaimana jika persamaan dasar impas digunakan untuk menentukan titik impas
dalam pendapatan penjualan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat digunakan
pendekatan berikut ini. Perhatikan bahwa rumus titik impas dalam unit adalah sebagai
berikut.
Biaya tetaptotal
Unit impas= ¿
Harga jual per unit−Biaya variabel per unit ¿
Apabila kedua sisi persamaan di atas dikalikan dengan harga jual per unit, maka
pada sisi kiri persamaan akan sama dengan pendapatan penjualan pada titik impas.
Unit impas x Harga jual/unit :
Biaya tetap total
Harga jual per unit x ¿
Harga jual per unit−Biaya variabel per unit ¿

Biaya tetap total


Penj . impas=By ttptotal ¿
Harga jual per unit−Biaya variabel per unit ¿

Biaya tetap total


Penjualan impas=
Rasio margin kontribusi

Dengan menggunakan data PT Gemah Ripah, rupiah penjualan impas dapat


dihitung dengan cara Rp45.000.000 / 0,1875 atau Rp240.000.000. Jadi, meskipun
menggunakan pendekatan yang berbeda, tetapi hasil yang diperoleh adalah sama.

A. Target Laba dan Pendapatan Penjualan

Apabila muncul pertanyaan berapakah pendapatan penjualan yang harus


dicapai oleh PT Gemali Ripah agar perusahaan dapat memperolch laba sebelum
pajak sebesar Rp60.000.0002 Untuk menjawab pertanyaan tersebut, caranya
adalah dengan menambahkan target laba operasi sebesar Rp60.000.000 pada
biaya tetap sebesar Rp45.000.000 dan selanjutnya jumlah tersebut dibagi dengan
rasio margin kontribusi.
Rp 45.000.000+ Rp 60.000 .000
Penjualan=
0,1875
Rp 100.000 .000
¿ =Rp650.000 .000
0,1875

B. Perbandingan Kedua Pendekatan

Dalam situasi produk tunggal, mengonversi titik impas dalam unit menjadi
titik impas dalam pendapatan penjualan merupakan masalah yang sederhana,
yaitu dengan cara mengalikan harga jual per unit dengan jumlah unit yang
terjual. Namun, muncul mengapa digunakan rumus terpisah untuk pendekatan
pendapatan penjualan? Ada dua alasan untuk untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Pertama, rumus pendapatan penjualan memungkinkan perusahaan untuk
secara langsung mencari pendapatan penjualan apabila hal tersebut memang
dikehendaki. Kedua, pendekatan pendapatan penjualan jauh lebih mudah
digunakan dalam situasi multiproduk.

2.4 Analisis Multiproduk


Analists BVL dapat diterapkan dengan mudah pada situasi produk tunggal dalam
praktiknya banyak perusahaan yang menghasilkan dan menjual sejumlah atau jasa.
Formula yang digunakan untuk situasi produk tunggal dapat diadarti untuk
perusshaan yang menjual multiproduk (multiple products). Untuk penggunaan
formula produk tunggal pada multiproduk, berikut ini ditunjukkan menggunakan
contoh PT Gemah Ripah.
Misalkan PT Gemah Ripah memutuskan untuk menawarkan dua model motor,
yaitu mesin motor A yang dijual dengan harga Rp400.000 dan mesin motor B yang
dijual dengan harga Rp800.000. Biaya variabel per unit mesin motor A adalah
Rp325.000 dan biaya variabel per unit mesin motor B adalah Rp600.000. Departemen
pemasaran memperkirakan dapat menjual mesin motor A sebanyak 1.200 unit dan
mesin motor sebanyak 800 unit untuk tahun yang akan datang. Pengontrol telah
menyiapkan proyeksi laporan laba rugi berdasar taksiran penjualan sebagai berikut.
Keterangan Mesin Motor A Mesin Motor B Total
Penjualan Rp480.000.000 Rp640.000.000 Rp1.120.000.000
Biaya variabel (390.000.000) (480.000.000) (670.000.000)
Margin kontribusi Rp90.000.000 Rp160.000.000 Rp250.000.000
Biaya tetap (30.000.000) (40.000.000) (70.000.000)
langsung
Laba produk Rp60.000.000 Rp120.000.000 Rp180.000.000
Biaya tetap (26.250.000)
bersama
Laba sebelum Rp153.750.000
pajak

Perlu diperhatikan bahwa pengontrol telah memisahkan biaya tetap langsung


(direct fixed expenses) dengan biaya tetap bersama (common fixed expenses). Biaya
tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri kepada masing-masing
segmen produk, dan dapat dihindari apabila segmen tersebut tidak melakukan
aktivitas produksi. Biaya tetap bersama adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri
kepada segmen produk, dan akan tetap terjadi meskipun segmen tersebut tidak
melakukan aktivitas produksi.

A. Pendekatan Titik Impas dalam Unit

Dalam kasus perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk
(multiproduk), perusahaan ingin mengetahui berapa unit masing-masing produk
yang harus dijual pada titik impas. Penentuan impas masing-masing produk dapat
digunakan persamaan sebagai berikut.
Biaya tetap langsung
Titik impas mesin motor A=
Harga biaya variabel per unit
Rp 30.000 .000
¿ =400 unit
Rp 75.000
Cara lain yang dapat digunakan untuk memecahkan kesulitan atau persoalan
di atas adalah dengan mengonversi permasalahan yang terdapat pada
multiproduk ke dalam permasalahan yang terdapat pada produk tunggal. Apabila
hal tersebut dilakukan, maka metodologi analisis BVL untuk produk tunggal
dapat diterapkan secara langsung untulk multiproduk. Cara terbaik untuk
mengonversi adalah dengan mengidentifikasi bauran penjualan (sales mix)
yang diekspektasi dalam unit produk. Bauran penjualan merupakan kombinasi
relatif dari produk-prodak yang dijual oleh perusahaan.

B. Penentuan Bauran Penjualan


Bauran penjualan dapat diukur dalam unit penjualan atau dalam proporsi
pendapatan.

C. Bauran Penjualan dan Analisis BVL

Penetapan suatu bauran penjualan tertentu memungkinkan untuk


mengonversi masalah multiproduk ke dalam format BVL untuk produk tunggal.

D. Pendekatan Titik Impas dalam Rupiah Penjualan

Untuk mengilustrasikan titik impas dalam rupiah penjualan, berikut ini akan
digunakan informasi yang sama dengan yang digunakan dalam pendekatan
sebelumnya. Namun, hanya informasi tertentu saja dari informasi secara
keseluruhan yang keseluruhan yang terpadat pada proyek laporan laba rugi PT
Gemah Ripah yang diperlukan.
Penjualan Rp1.120.000.000
Biaya variabel (870.000.000)
Margin kontribusi Rp250.000.000
Biaya tetap total (96.250.000)
Latar sebelum pajak Rp153.000.000

Proyek laporan laba rugi diatas disusun dengan asumsi bahwa 1.200 mesin
motor A dan 800 mesin motor B akan dijual (baruan penjualan 3 : 2). Titik impas
dalam pendapatan penjualan juga didasarkan atas ekspektasi bauran penjualan.
Seperti halnya dalam pendekatan unit penjualan ( unit –sold approach ), bauran
penjualan yang berbeda akan menghasilkan yang berbeda.
Dengan menggunakan laporan laba rugi, pertanyaan yang berhubungan
dengan BVL akan dapat dijawab. Sebagai contoh, berapa pendapatan penjualan
harus diperoleh perusahaan untuk mencapai titik impas ? untuk menjawab
pertanyaan tersebut, biaya tetap total sebesar Rp96.250.000 dibagi dengan rasio
margin kontribusi sebesar 0,2232 (Rp250.000.000/Rp1.120.000.000)
Biaya total
Penjualanimpas=
Rasio margin kontribusi
Rp 96.250 .000
¿
0,2232
= Rp431.228.000

2.5 Penyajian Hubungan BVL Dalam Bentuk Grafik


Penyajian dalam bentuk grafik dapat membantu manajer untuk melihat
perbedaan antara biaya variabel dan pendapatan. Grafik nuga dapat membantu
manajer untuk memahami dengan cepat apa dampak peningkatan atau penurunan
penjualan terhadap titik impas dan laba. Dua grafik dasar, yaitu :
A. Grafik Volume-Laba (Profit-volume graph)

Grafik volume-laba menunjukkan hubungan antara laba dan volume


penjualan. Grafik volume-laba memperoleh grafik tentang persamaan laba
operasi [Laba operasi = (Harga jual per unit × Jumlah unit) – (Biaya variabel per
unit × Jumlah unit) – Biaya tetap]. Dalam grafik ini, laba operasi merupakan
variabel dependen dan jumlah unit penjualan merupakan variabel independen.
Biasanya, nilai variabel independen diukur sepanjang sumbu vertikal.

B. Grafik-Biaya-Volume-Laba (Cost-volume-profit-graph)

Grafik biaya-volume-laba menunjukkan hubungan antara biaya, volume, dan


laba. Untuk memperoleh hubungan yang lebih terperinci, perlu dibuat grafik dua
garis terpisah yaitu garis pendapatan total dan garis biaya total. Kedua garis
tersebut ditunjukkan melalui dua persamaan berikut.
Pendapatan = Harga jual per unit × Jumlah unit
Biaya total = Biaya variabel per unit × Jumlah unit + Biaya tetap total
Untuk menunjukkan dua persamaan tersebut dalam grafik yang sama, sumbu
vertikal diukur dalam rupiah pendapatan dan biaya, serta sumbu horizontal dalam
jumlah unit penjualan.
C. Asumsi-asumsi dalam Analisis BVL
1. Analisis mengasumsikan bahwa fungsi pendapatan dan fungsi biaya
bersifat linear.
2. Analisis mengasumsikan bahwa harga, biaya tetap total, dan biaya
variabel per unit dapat diidentifikasikan secara akurat dan akan selalu
konstan selama dalam kisaran relevan (relevant range).
3. Analisis mengasumsikan bahwa jumlah yang diproduksi sama dengan
jumlah yang dijual.
4. Pada analisis multi produk, bauran penjualan diasumsikan telah diketahui
sebelumnya.
5. Harga jual dan biaya diasumsikan telah diketahui dengan pasti.

2.6 Perubahan Dalam Variabel BVL


Oleh karena perusahaan beroperai dalma dunia yang dinamis, maka perusahaan
harus memperhatikan berbagai kemungkinan terjadinya perubahan harga, biaya
variabel, dan biaya tetap. Perusahaan juga harus memperhatikan dampak berbagai
kemungkinan risiko dan ketidakpastian. Perhatian terutama ditujukan kepada dampak
perubahan harga, margin kontribusi per unit, dan biaya tetap terhadap titik impas.
Perhatian juga perlu diarahkan pada cara-cara manajer dalam menangani risiko dan
ketidakpastian yang terjadi dalam kerangka BVL.
Tambahan perubahan laba dapat ditemukan melalui: (1) perhitungan tambahan
perubahan margin kontribusi total, (2) perhitungan tambahan perubahan biaya tetap,
dan (3) penjumlahan dari hasil perhitungan sebelumnya.

2.7 Risiko dan Ketidakpastian


Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan oleh manajer dalam manghadapi
masalah risiko dan ketidakpastian. Dua konsep atau metode yang sangat bermanfaat
bagi manajer perusahaan dalam menghadapi risiko ketidakpastian adalah :
A. Margin of safety

Margin of safety adalah unit penjualan atau yang diharapkan dapat terjual
diatas volume impas. Selain itu margin of safety juga dapat didefinisikan sebagai
pendapatan yang diperoleh atau pendapatan yang diharapkan akan diperoleh
perusahaan diatas volume impas. Sebagai contoh, apabila volume impas suatu
peusahaan adalah sebanyak 200 unit dan saat ini perusahaan berhasil menjual
sebanyak 500 unit, maka margin of safety adalah sebesar 300 unit (500 unit – 200
unit). Margin od safety juga dapat diekspresikan dalam bentuk pendapatan
penjualan. Apabila volume impas adalah sebesar Rp200.000.000 dan perkiraan
pendapatan penjualan adalah sebesar Rp350.000.000, maka margin of safety
adalah sebesar Rp150.000.000.

1. Operating Laverage
Dalam ilmu fisika, laverage merupakan suatu mesin sederhana yang
dapat digunakan untuk melipatgandakan kekuatan. Pada dasarnya suatu
laverage usaha yang dilakukan untuk menciptakan hasil yang lebih banyak .
semakin besar beban yang akan dipindahkan oleh sejumlah kekuatan ,
semakin besar manfaat yang akan diperoleh. Dalam istilah keuangan,
operating laverage berhubungan dengan bauran relatif biaya tetap dan biaya
variabel dalam suatu organisasi. Kadang-kadang dalam situasi tertentu
terjadi kemungkinan kondisi yang saling berlawanan (trade off) antar biaya
tetap dan biaya variabel. Apabila biaya variabel turun, margin kontribusi per
unit akan naik dan selanjutnya akan mengakibatkan kontribusi masing-
masing unit yang dijual akan semakin besar.
Operating leverage merupakan penggunaan biaya tetap untuk
meningkatkan persentase laba yang lebih besar sebagai akibat terjadinya
perubahan aktivitas penjualan. Semakin tinggi tingkat operating leverage,
semakin besar dampak perubahan tingkat aktivitas penjualan terhadap laba.
Oleh karena adanya fenomena tersebut maka bauran biaya (mix of costs)
yang dipilih perusahaan akan memiliki pengaruh yang penting terhadap
risiko operasi dan tingkat laba.
Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage-DOL) dapat
diukur untuk tingkat penjualan tertentu dengan menggunakan rasio margin
kontribusi terhadap laba, seperti pada rumus sebagai berikut.
Margin kontribusi
Dedree of operating levrage=
Laba
Apabila biaya tetap digunakan untuk menurunkan biaya variabel
sehingga margin kontribusi akan meningkat dan laba akan turun, maka
degree of operating levrage akan meningkat. Peningkatan ini merupakan
petunjuk terhadap terjadinya peningkatan risiko.

B. Analisis Sensitivitas dan BVL

Analisis sensitivitas adalah teknik "bagaimana jika (what if)" yang menguji
dampak perubahan asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban. Analisis
ini mudah digunakan dengan hanya memasukkan data mengenai harga, biaya
variabel, biaya tetap dan bauran penjualan, serta menyiapkan rumus untuk
menghitung titik impas dan laba yang diharapkan. Selanjutnya data dapat
divariasi sedemikian rupa sesuai yang dinginkan untuk mengetahui dampak
perubahan terhadap laba yang diharapkan.
Dalam contoh sebelumnya tentang leverage operasi, perusahaan
menganalisis dampak penggunaan sistem automasi dan manual terhadap laba.
Perhitungan tersebut pada dasarnya dilakukan secara manual dan apabila
variasinya terlalu banyak maka cara manual menjadi tidak praktis. Dengan
memanfaatkan komputer, maka akan menjadi lebilh mudah untuk mengubah
harga jual. Pada sat yang sama, biaya variabel dan biaya tetap dapat disesuaikan.
Sebagai contoh, misalnya sistem automasi memiliki biaya tetap sebesar
Rp375.000 000, tetapi biaya tersebut mungkin dengan mudah naik sampai
rentang dua bali lipat dalam tahun pertama dan kembai turun dalam tahun kedua
serta ketiga apabila kerusakan pada sistem telah diperbaiki dan pekerja telah
terampil menggunakan mesin tersebut. Spreadsheet dapat dengan mudah
menangani berbagai perhitungan tersebut.

2.8 Analisis BVL dan Perhitungan Biaya Berbasis Aktivitas


Analisis BVL konvensional mengasumsikan bahwa semua biaya perasahaan
dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu biaya yang berubah sejalan
dengan volume penjualan (biaya variabel), dan biaya yang tidak berubah (biaya
tetap). Namun, saat ini banyak perusahaan yang menyadari bahwa pembedaan biaya
tetap dan biaya variabel adalah terlalu menyederhanakan masalah.
Penggunaan sistem ABC tidak berarti bahwa analisis BVL kurang bermanfaat.
Kenyatanmya, analisis BVL meniadi lebih bermanfaat karena analisis tersebut
memberi masukan yang lebih akurat mengenai perilaku biaya. Pemahaman tersebut
akan dapat menghaslkan keputusan yang lebih baik. Namun, analisis BVL dalam
kerangka berdasarkan aktivitas harus dimodifikasi. Persamaan biaya ABC
selanjutnya dinyatakan sebagai berikut.
Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit × Jumlah unit) + (Biaya setup ×
Jumlah setup) + (Biaya per jan mesin × Jumlah jam mesin)
Seperti sebelumnya, laba operasi merupakan total pendapatan dikurangi total
biaya. Hal tersebut dapat diekspresikan sebagai berikut.
Laba operasi = Total pendapatan + [(Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah
unit) + (Biaya setup x Jumlah setup) + (Biaya per jam mesin x Jumlah jam mesin)
Untuk perhitungan titik impas dalam unit dapat digunakan pendekatan margin
kontribusi. Pada titik impas, laba operasi adalah nol dan jumlah unit yang harus dijual
untuk mencapa titik impas adalah sebagai berikut.
Titik impas =

Bi . tetap+ ( Biaya setup x Jumlah setup )+( Biaya per jammesin x Jumlah jammesin)
Harga−Biaya variabel per unit

A. Perbandingan Analisis Konvensional dan ABC

Agar pembahasan menjadi lebih jelas, suatu perbandingan antara analisis biaya
volume laba dengan pendekatan konvensional dan analisis biaya volume laba dengan
pendekatan ABC menjadi sangat berguna. Sebagai contoh diasumsikan bahwa suatu
perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba
sebelum paiak sehesar Rp20.000,000. Analisis ini didasarkan pada data berikut.
Pemicu Aktivitas Biaya Variabel per Unit Tingkat Pemicu
Aktivitas
Data mengenai variabel:
Unit yang dijual Rp10.000 -
Setup 1.000.000 20
Jam mesin 30.000 1.000

Data lainnya.
Total biaya tetap (konvensional ) Rp100.000.000
Total biaya tetap (ABC) 50.000.000
Harga jual per unit 20.000

Dengan menggunakan analisis BVL pendekatan konvensional, jumlah unit yang


harus dijual untuk menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp20.000.000 dihitung
sebagai berikut.
Target laba+ Biaya tetap
Jumlah unit =
Harga−Biaya variabel per unit
Rp 20.000 .000−Rp 100.000 .000
=
Rp 20.000−Rp 10.000
= 12.000 unit
Dengan menggunakan analisis BVL pendekatan ABC, jumlah unit yang harus
terjual untuk menghasilkan laba operasi sebesar Rp20.000.000 dihitung sebagai
berikut.
Jumlah unit =

Rp 20.000 .000+ Rp 50.000.000+ ( Rp 1.000 .000 x 20 ) +(Rp 30.000 x Rp1.000)


Rp 20.000−Rp 10.000

B. Implikasi Strategis: Analisis BVL Konvensional versus Analisis ABC

Diasumsikan bahwa setelah dilakukan analiss BVL konvensional,


departemen pemasaran menyatakan bahwa penualan 12.000 unit tidak mungkin
dapat dicapai. Pada kenyataannya hanya 10.000 unit yang mungkin cepat dijual.
Presiden direktur perusahaan kemudian meminta kepada para perancang produk
mencar cara untuk mengurangi biaya pembuatan produk. Para perancang juga
diminta untuk mempertahankan persamaan biaya konvensional, yaitu biaya tetap
sebesar Rp100.000.000 dan biaya variabel per unit sebesat Rp10.000 Biaya
variabel per unit sebesar Rp10.000 terdiri atas: tenaga kerja langsung Rp4.000:
bahan baku Rp5.000; dan overhead variabel Rp1.000. Dalam rangka memenuhi
permintaan untuk mengurangi titik impas, mesin memproduksi suatu rancangan
pro baru yang membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja. Rancangan baru tersebut
mengurangi biaya tenaga kerja langung sebesar Rp2.000 per unit. Rancangan
tersebut tidak akan memengaruhi bahan baku dan overhead variabel. Dengan
demikian, biaya variabel yang baru adalah sebesar Rp8.000 per unit.

C. Analisis BVL dan JIT

Apabila suatu perusahan mengadopsi sistem JIT, maka biaya variabel per
unit yang dijual akan berkurang dan biaya tetap akan naik. Sebagai contoh,
tenaga kerja langsung sekarang dianggap sebagai tetap dan bukan variabel.
Bahan baku, di lain pihak masih dianggap sebagai biaya variabel berdasarkan
unit. Sebenarnya, penekanan pada kualitas total dan pembelian jangka panjang
membuat asumsi bahıwa biaya bahan baku benar-benar proporsional dengan unit
yang diproduksi menjadi semakin terbukti (karena limbah, sia bahan, dan diskon
kuartitas dieliminasi). Biaya variabel berdasarkan unit lainnya seperti listrik dan
komisi penjualan juga berlaku. Selain itu, variabel tingkat batch juga hilang pada
sitem IT batch adalah satu unit). Dengan demikian, persamaan biaya pada JIT
dapat dinyatakan sebagai berikut.
Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah unit) + (Biaya per
jam mesin x Jumlah jam mesin)

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Saran

Anda mungkin juga menyukai