PEMBAHASAN
a. Kepastian hukum
Asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan menjalankan tugas dan wewenang
Komisi Pemberantasan Korupsi.
b. Keterbukaan
Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
c. Akuntanbilitas
Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan Komisi
Pemberantasan Korupsi harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
d. Kepentingan umum
Asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
dan selektif.
e. Proporsionalitas
Asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas, wewenang, tanggung jawab, dan
kewajiban Komisi Pemberantasan Korupsi.
Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan Komisi Pemberantasan
Korupsi berwenang :
a. Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan
b. Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke luar
negeri;
c. Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan
keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa;
d. Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening
yang diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait;
e. Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan sementara
tersangka dari jabatannya;
f. Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi
yang terkait;
g. Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan perjanjian
lainnya atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau
dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti awal yang cukup
ada hubungannya dengan tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa;
h. Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk
melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar negeri;
i. Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan
penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak pidana
korupsi yang sedang ditangani.
Tujuan dibentuknya Pengadilan Tindak Pidana Korupsi adalah :
a. Untuk mewujudkan hukum dan keadilan bagi pencari keadilan sesuai dengan ketentuan
Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945. Ketentuan
demikian menjadi dasar utama dalam pembentukan Pengadilan di Indonesia;
b. Pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi harus didasarkan pada prinsip dasar
kekuasaan kehakiman yang independen seperti yang sudah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009;
c. Sebagai bagian dari sistem hukum, pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
untuk memenuhi kebutuhan adanya kepastian hukum untuk mendukung sistem hukum
lainnya;
d. Keselarasan dengan arah dan desain pembaharuan hukum dan peradilan di bawah
Mahkamah Agung. Bila tanpa adanya keselarasan, maka Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi akan berjalan di luar sistem yang ada dan akan diragukan efektifitasnya;
e. Hasil kajian yang komrehensif terhadap tingkat kebutuhan-kebutuhan di atas dengan
melibatkan berbagai pihak termasuk Mahkamah Agung dan masyarakat.
Sesuai dengan pasal 17 Nomor 46 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 155) tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi hanya memeriksa dan memutus
tindak pidana yang penuntutannya diajukan oleh Penuntut Umum Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dan atau oleh jaksa dan perkara-perkara korupsi yang dituntut oleh Penuntut
Umum non Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), diadili oleh pengadilan konvensionalyaitu
Pengadilan Negeri biasa. Melalui proses seperti ini menimbulkan dua alur pemeriksaan tindak
pidana korupsi oleh Pengadilan. Alur pertama oleh Pengadilan Negeri biasa dan alur kedua oleh
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.