Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan terluas di dunia. Luasnya wilayah
kepulauan ini membuat Indonesia memiliki banyak kekayaan, salah satunya
kekayaan sumber daya bahan tambang. Pembangunan suatu negara bukan
hanya tanggung jawab pemerintah saja, melainkan setiap manusia juga
berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas
hidup masyarakat. Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi fokus
perhatian dari banyak perusahaan. Dunia usaha berperan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan faktor
lingkungan hidup.
Industri tambang (maining industry) termasuk ke dalam bagian industri
ekstraktif. Industri ekstraktif adalah industri yang bahan bakunya diambil dari
alam sekitar. Salah satu kewajiban bagi industri ekstraktif adalah melakukan
Corporate Social Responsibility (CSR). Kewajiban melakukan CSR ini diatur
dalam UU No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Seiring dengan
pesatnya perkembangan sektor dunia usaha sebagai akibat liberalisasi
ekonomi, berbagai kalangan swasta, organisasi masyarakat, dan dunia
pendidikan berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab
sosial sektor usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan.
Upaya tersebut secara umum dapat disebut sebagai Corporate Social
Responsibility (CSR) dan dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih
etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau berdampak
buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya
dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh
manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha. Meskipun
cukup banyak perusahaan tambang yang melakukan CSR, namun belum

1
semua perusahaan tambang membuat Laporan Keberlanjutan (Sustainable
Report) atau menyampaikan Laporan Keberlanjutan secara konsisten.
Salah satu perusahaan yang konsisten menyampaikan Laporan
Berkelanjutan adalah PT Antam (Persero) Tbk sejak 2005, namun sejak 2006
PT Antam (Persero) Tbk mulai menggunakan GRI (Global Reporting
Initiative) sebagai pedoman dalam menyusun Laporan Berkelanjutan. GRI
merupakan pedoman penyusunan Laporan Berkelanjutan yang diakui secara
global.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan CSR.
2. Apa manfaat CSR dan peranan CSR dalam perusahaan.
3. Bagaimana peranan investor instutisonal, investor asing, dan kreditur.
4. Bagaimana kasus PT Antam.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui CSR.
2. Untuk menjelaskan manfaat CSR dan perannya dalam perusahaan.
3. Untuk mengetahui peran investor instutisonal, investor asing, dan kreditur.
4. Untuk menjelaskan kasus PT Antam

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian CSR


OECD dalam Weber (2008) mendefinisikan CSR sebagai kontribusi bisnis
untuk pembangunan berkelanjutan. Wisser (2010 dalam Wisniewski, 2015)
berpendapat bahwa CSR pada dasarnya merupakan tanggung jawab atas
sebuah dampak pada masyarakat. Tujuan utamanya adalah untuk
memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif. Hal
tersebut mengacu pada aspek lingkungan, sosial, dan politik.
Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholdernya dengan
mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholdernya, terutama
stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang
digunakan untuk aktivitas operasional persahaan, misalnya tenaga kerja, pasar
atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dan Ghozali dalam Fahrizqi,
2010). Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder
perusahaan adalah dengan melaksanakan CSR. Dengan pelaksanaan CSR
diharapkan keinginan dari para stakeholder dapat terakomodasi sehingga
akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan
stakeholdernya. Hubungan yang harmonis akan berakibat pada perusahaan
dapat mencapai keberlanjutan perusahaannya (sustainablel).
Laporan keberlanjutan adalah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan
atau organisasi tentang dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang
disebabkan oleh kegiatan sehari-hari.Laporan keberlanjutan juga menyajikan
nilai-nilai dan model tata kelola perusahaan, dan menunjukkan hubungan
antara strategi dan komitmennya terhadap ekonomi global yang
berkelanjutan.

3
Pelaporan keberlanjutan dapat membantu organisasi untuk mengukur,
memahami, dan mengkomunikasikan kinerja ekonomi, lingkungan, sosial,
dan tata kelola mereka, dan kemudian menetapkan sasaran, dan mengelola
perubahan secara lebih efektif. Laporan keberlanjutan adalah platform kunci
untuk mengkomunikasikan kinerja dan dampak keberlanjutan baik positif
atau negatif.

Pelaporan keberlanjutan dapat dianggap sebagai sinonim dengan istilah


lain untuk pelaporan non-keuangan; pelaporan triple bottom line, pelaporan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), dan banyak lagi. Ini juga
merupakan elemen intrinsik dari pelaporan terintegrasi; perkembangan
yang lebih baru yang menggabungkan analisis kinerja keuangan dan non-
keuangan.

Standar Pelaporan Keberlanjutan GRI (Standar GRI) membantu bisnis,


pemerintah dan organisasi lain memahami dan mengkomunikasikan dampak
bisnis pada isu-isu keberlanjutan penting. Beberapa elemen khas dari Standar
GRI - dan aktivitas yang menciptakannya - termasuk:
1. Masukan banyak pemangku kepentingan
2. Catatan penggunaan dan dukungan
3. Referensi dan kegiatan pemerintah
4. Kemandirian
5. Biaya pengembangan bersama

1.2 Manfaat dan Peranan CSR dalam Perusahaan


Jika dikelompokkan, sedikitnya ada empat manfaat CSR terhadap
perusahaan:
a.    Brand differentiation. 
Dalam persaingan pasar yang semakin kompetitif, CSR bisa memberikan
citra perusahaan yang khas, baik dan etis di mata publik yang pada gilirannya
menciptakancustomer loyalty. The Body Shop dan BP (dengan bendera

4
“Beyond Petroleum”-nya), seiring dianggap sebagai memiliki image unik
terkait isu lingkungan.

b.    Human resources.
Program CSR dapat membantu dalam perekrutan karyawan baru, terutama
yang memiliki kualifikasi tinggi. Saat interview, calon karyawan yang
memiliki pendidikan dan pengalaman tinggi sering bertanya tentang CSR dan
etika bisnis perusahaan, sebelum mereka memutuskan menerima tawaran.
Bagi staf lama CSR juga dapat meningkatkan persepsi, reputasi dan dedikasi
dalam bekerja.

c.    License to operate. 
Perusahaan yang menjalankan CSR dapat mendorong pemerintah dan publik
memberi ”izin” atau ”restu” bisnis, karena dianggap telah memenuhi standar
operasi dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat luas.

d.   Risk management. 
Manajemen resiko merupakan isu sentral bagi setiap perusahaan. Reputasi
perusahaan yang dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam sekejap oleh
skandal korupsi, kecelakaan karyawan atau kerusakan lingkungan.
Membangun budaya ”doing the right thing” berguna bagi perusahaan dalam
mengelola resiko-resiko bisnis.

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility


(CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya)
perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen,
karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan. Peranan tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebagai
berikut:

a)    Tanggung jawab terhadap Pelanggan

5
Tanggung jawab perusahaan kepada pelanggan jauh lebih luas daripada hanya
menyediakan barang atau jasa. Perusahaan mempunyai tanggung jawab ketika
memproduksi dan menjual produknya, yang akan didiskusikan kemudian.

1) Praktik Tanggung Jawab Produksi.


Produk sebaiknya dihasilkan dengan cara yang menjamin
keselamatan pelanggan. Produk sebaiknya memiliki label peringatan yang
semestinya guna mencegah kecelakaan yag dapat ditimbulkan dari
penggunaan yang salah. Untuk beberapa produk, informasi mengenai efek
samping yang mungkin terjadi perlu disediakan.

2) Praktik Tanggung Jawab Penjualan


Perusahaan perlu petunjuk yang membuat karyawan tidak berani
menggunakan strategi penjualan yang terlalu agresif atau advertensi yamg
menyesatkan dan juga memakai survei kepuasan pelanggan untuk
meyakinkan bahwa pelanggan diperlakukan dengan semestinya oleh
karyawan bagian penjualan

b)   Tanggung Jawab terhadap Karyawan

Bisnis mempunyai sejumlah tanggung jawab terhadap karyawan. Pertama,


mereka mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan lapangan pekerjaan jika
mereka ingin tumbuh. Perusahaan juga memiliki tanggung jawab terhadap
karyawannya guna memastikan keselamatan mereka, perlakuan yang semestinya
oleh karyawan lain, dan peluang yang setara.

1. Keselamatan Karyawan

Perusahaan yang menciptakan lingkungan kerja yang aman mencegah


terjadinya cedera dan meningkatkan moral karyawan. Banyak perusahaan saat
ini mengidentifikasikan keselamatan tu di tempat kerja sebagai salah satu
tujuan utamanya. Pemilik perusahaan mengakui bahwa perusahaan akan
mengeluarkan biaya guna memenuhi tanggung jawab seperti keselamatan

6
karyawan. Usaha perusahaan untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman
mencerminkan biaya penting dalam menjalankan usaha.

2. Perlakuan yang semestinya oleh karyawan lain


Perusahaan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa karyawan
diperlakukan dengan semetinya oleh karyawan lain. Dua masalah utama
berkaitan dengan perlakuan karyawan adalah keragaman dan pencegahan
terjadinya pelecehan seksual.

c)    Tanggung Jawab kepada Pemagang Saham (Investor)

Perusahaan bertanggung jawab untuk memuaskan pemiliknya(para


pemegang saham). Karyawan dapat tergoda untuk membuat keputusan yang
memuaskan kepentingan mereka sendiri dan bukannay kepentingan pemilik
saham. Misalnya saja, bebrapa karyawan megambil uang perusahaan untuk
kepentingan pribadinya dan  bukan kepentingan perusahaan. investor yang dikenal
sebagai pedagang dalam telah memilihcara-cara tidak etis untuk meningkatkan
kesehatan financial mereka sendiri. Perdangan dalam (insider trading) melibatkan
orang dalam yang menggunakan informasi rahasia perusahaan untuk memperkaya
diri sendiri atau keluarga dan teman-teman mereka. Sebuah kasus yang terjadi
pada Martha Steward, meskipun Steward tidak pernah dituntut dengan
perdagangan dalam, ia diputuskan bersalah karena otoritas yang menyelediki
kemungkinan adanya perdagangan sejenis.

Konflik dalm usaha untuk memastikan Tanggung jawab. Mengaitkan


kompemsasi karyawan dengan kinerja perusahaan dapat menyelesaikan sebagian
dari konflik kepentingan tetapi menciptakan masalah lainnya. Terdapat banyak
kasus perusahaan yang menyesatkan investor potensial maupun investor yang ada
saat ini dengan sengaja tidak menyebutkan informasi relevan yang dapat membuat
saham mereka menjadi jatuh.

d)   Tanggung Jawab terhadap Kreditor

7
Perusahaan bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban keuangannya kepada
kreditor. Jika suatu perusahaan mengalami masalah keuangan dan tidak mampu
memenuhi kewajibannya, maka perusahaan tersebut harus menginformasikan hal
ini kepada kreditornya. Suatu perusahaan memiliki insentif yang kuat untuk
memenuhi tanggung jawabnya terhadap kreditor. Jika perusahaan tidak membayar
utangnya kepada kreditor, perusahaan tesebut dapat dipaksa pailit.

e)    Tanggung Jawab terhadap Lingkungan

Kualitas lingkungan adalah kebaikan public, dimana setiap orang menikmatinya


tanpa peduli siapa yng membayar untuknya. Jika suatu produk yang dihasilkan
suatu perusahaan tentunya membawa dampak negative tehadap lingkungan
(pencemaran lingkunga) seperti, polusi udara, tanah dan air.

f)    Tanggung Jawab terhadap Komunitas

Suatu perusahaan ketika  mendirikan basisnya di  suatu komunitas, maka


perusahaan tersebut menjadi bagian dari komunitas itu dan mengandalkan
komunitas tersebut sebagai pelanggan dan karyawannya. Perusahaan
mendemonstrasikan acara-acara local atau memberikan sumbangan ke yayasan
local, misalkan perusahaaan yang telah mendonasikan dana ke unversitas-
universitas.

1.3 Peranan Investor Instutisonal, Investor Asing, dan Kreditur


a.  Investor Institusional
Cara investor institusional untuk berperan serta dalam mendorong
penerapan GCG adalah dengan investasi yang bertanggung jawab. Yang
dimaksud dengan investasi yang bertanggung jawab adalah dengan
membuat kebijakan hanya akan melakukan penempatan investasi pada
perusahaan-perusahaan yang menerapkan GCG, dan tentu secara konsisten
menerapkan kebijakan tersebut dalam melakukan investasi. Dengan cara
ini, institusi tersebut bertanggung jawab terhadap masyarakat karena

8
penempatan yang salah menjadi lebih keccil, dan di lain pihak perusahaan
yang sahamnya menjadi lirikan investor dan masuk dalam dafta saham
yang desirable atau ingin dimiliki oleh investor, lebih jauh hal ini akan
menaikan nilai saham yang secara tidak langsung juga menaikan nilai
perusahaan.
Tentu untuk bisa menerapkan investasi yang bertanggung jawab
dibutuhkan usaha tambahan oleh investor institusional, karena harus ada
fungsi di dalam institusi tersebut yang bertanggung jawab melakukan
analisis secara berkesinambungan terhadap penerapan GCG perusahaan-
perusahaan target dengan menggunakan acuan yang benar sebagai dasar
penerapan GCG. Hal ini bukan sesuatu yang mustahil jika memang sudah
menjadi sebuah itikad dalam melakukan investasi yang bertanggung
jawab, dalam mengelola dana masyarakat.

b. Investor Asing
Sesuai dengan teori stakeholder, semakin banyak dan kuat posisi
stakeholder, semakin besar kecenderungan perusahaan untuk
mengadaptasi diri terhadap keinginan stakeholdernya.
Hal tersebut diwujudkan dengan  cara melakukan aktivitas
pertanggungjaawaban terhadap sosial dan lingkungan atas aktivitas yang
dilakukan perusahaan tersebut. Perusahaan yang berbasis asing
kemungkinan memiliki stakeholder yang lebih banyak dibanding
perusahaan berbasis nasional sehingga permintaan informasi juga lebih
besar dan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih besar juga.
Sehingga :
1. Investasi asing akan menciptakan perusahaan-perusahaan baru,
memperluas pasar atau merangsang penelitian dan pengembangan
teknologi lokal yang baru.
2. Investasi asing akan meningkatkan daya saing industri ekspor, dan
merangsang ekonomi lokal melalui pasar kedua (sektor keuangan) dan
ketiga (sektor jasa/pelayanan).

9
3. Investasi asing akan meningkatkan pajak pendapatan dan menambah
pendapatan lokal/nasional, serta memperkuat nilai mata uang lokal
untuk pembiayaan impor.

c. Kreditur
Perusahaan yang mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih
untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang. Dengan
semakin tinggi leverage, yang mana akan menambah beban untuk program
corporate social responsibility menjadi terbatas atau semakin tinggi leverage,
maka semakin rendah program CSR.

1.4 Contoh Kasus PT Antam (Persero) Tbk

DANA CSR PT ANEKA TAMBANG TIDAK TEPAT SASARAN DAN


PENUH PENYIMPANGAN
Anggota Komisi VIII DPRRI, M Oheo Sinapoy MBA menilai pemanfaatan
dana Corporate Social Responsibility (CSR) PT Antam Tbk, khususnya pada Unit
Bisnis Pertambangan (UBP) Nikel Pomalaa, banyak yang tidak tepat sasaran, atau
tidak sesuai dengan semangat dan tujuan CSR. Bukan saja itu, pemanfaatan dana
CSR baik itu Community Development (Comdev) maupun Program Kemitraan
Bina Lingkungan (PKBL), terjadi penyimpangan dalam prosedur penggunaannya.
Menurut Oheo, terjadinya pemanfaatan dana CSR PT Antam yang tidak tepat
sasaran itu, akibat intervensi pemerintah baik itu provinsi maupun kabupaten yang
terlalu berlebihan. Dia mencontohkan, pemanfaatan dana CSR Antam untuk
pembangunan bandara Sangia Nibandera, yang jumlahnya sudah mencapai sekitar
Rp 12 miliar, penggunaan dana Antam dalam program bedah kecamatan, dan
bantuan CSR Antam kepada Pemprov Sultra yang nilainya sudah mencapai Rp
138 miliar selama tiga tahun. Menurut Oheo, sesuai Pasal 74 Undang-Undang
Perseroan Terbatas (UUPT) No. 40 tahun 2007, dana CSR harusnya diserahkan
kepada masyarakat sasaran, baik itu secara langsung maupun melalui organisasi

10
masyarakat pendamping. Kalau dana CSR itu diambil alih pemerintah
pengelolaannya maka akan bias, apalagi sudah diintervensi dengan
kepentingan politik bupatinya. "Bandara itu kan obyek pembangunan yang
memang sudah ada anggarannya. Jadi tidak pantas jika diambilkan lagi dari dana
CSR. Saya akan melakukan pengecekan secara detail dengan Komidi yang
membidangi perhubungan. Saya juga akan mengecek jangan-jangan anggaran dari
Antam dalam kegiatan bedah kecamatan tidak masuk dalam APBD. Padahal
seharusnya masuk APBD dulu dan dibahas di DPRD," kata Oheo. Dari hasil
kunjungannya, Oheo juga memperoleh data, bahwa Pemda selalu memaksakan
kehendekanya untuk mendapatkan dana CSR, dengan nada ancaman akan
meninjau kembali izin yang dimiliki Antam. "Jika dilihat posisi Antam saat ini,
tidak lebih menjadi sapi perahan Pemda. Makanya, saya akan berusaha membantu
Antam agar mengembalikan posisi pengelolaan dana CSR sesuai tujuannya,"
katanya.

Oheo juga mengaku prihatin dengan pemanfaatan lahan eks Antam oleh
perusahaan yang diberikan izin oleh Pemkab Kolaka, karena lahan-lahan tersebut
dikelola secara serampangan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungannya.
"Lahan yang tadinya sudah menhijau kembali karena Antam sudah melakukan
reklamasi, kini hancur tak beraturan. Ini semua kesalahan Pemkab yang terlalu
bernafsu menjual daerahnya tanpa melakukan kontrol dan pengawasan secara
ketat," katanya.  PT Aneka Tambang (Antam) Jakarta juga kecewa terhadap
penyalahgunaan dana CSR khusus berkaitan dengan keberadaan
PT.ANTAM, misalnya ada salah satu Gubernur di Sulawesi yang diduga ikut
mencicipi dana CSR dari PT Antam (Persero) Tbk sebesar Rp.223 M dan anehnya
lagi dana tersebut tidak dinikmati oleh masyarakat dan unsur Pemkab setempat
yang dimana kabupaten itu merupakan wilayah operasi dari PT ANTAM.
Berikutnya adalah penyalahgunaan proyek kerjasama dengan Universitas Jendral
Soedirman (Unsoed) Purwokerto Jawa Tengah. Proyek pertanian terpadu di Desa
Munggangsari Kecamatan Grabag Purworejo senilai Rp 5,8 miliar menjadi ladang

11
korupsi sejumlah pejabat Universitas Jend.Sudirman sebagai pihak pelaksana
program dan PT Antam.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Masih banyak orang Indonesia yang belum memahami CSR secara
keberlanjutan. Inilah yang kemudian memunculkan kasus korupsi dana CSR
(Corporate Social Responsibility). Dana yang berasal dari perusahaan yang
seharusnya diperuntukan bagi pemberdayaan masyarakat, justru dipangkas dan
dibagi sana sini sesuka hati seperti Kasus PT Aneka Tambang. Pertanyaannya
menjadi banyak: apakah kesalahan penggunaan dana CSR itu tindak pidana
korupsi? Apa saja komponen biaya dalam penggunaan dana CSR yang
diperbolehkan? Siapa yang berhak mengalokasikan dan mengawasi dana CSR
tersebut? Adakah lembaga khusus yang punya otoritas tentang program CSR dan
seterusnya. Program CSR yang secara konseptual diharapkan adanya kepedulian
dari perusahaan untuk ikut serta mengatasi persoalan sosial, akhirnya justru
banyak menimbulkan persoalan. Pertama, sejak kelahirannya isu mengenai
kewajiban CSR di Indonesia telah membawa masalah.

Kewajiban melaksanakan CSR bagi perusahaan-perusahaan yang diatur dalam


UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dan UU No 40 Tahun
2007 (UUPT) tentang Perseroan Terbatas tidak bisa diterapkan secara sederhana.
Mengenai besaran biayanya, dalam UUPM tidak disebutkan secara jelas jumlah
dan sumbernya. Dalam UUPT dana CSR wajib dianggarkan berdasarkan
kepatutan dan kewajaran. Sedangkan dalam UUBUMN yang dijelaskan melalui
Peraturan Menteri Negara BUMN NoPer-05/MBU/2007 (Per.Men PKBL)
mengatur dana PKBL sebesar 4% keuntungan bersih. Kesimpangsiuran aturan
tersebut sangat potensial melahirkan konflik maupun untuk disalahgunakan. Saat
ini masih banyak perusahan yang bingung dalam menentukan besaran dana
CSR. Akhirnya, perusahaan hanya mengira-ira saja. Kepatutan dan kewajaran
yang dijadikan dasar adalah dari kebiasaan praktik sebelumnya.Yang perlu dicatat
adalah: (1) dana CSR tidak boleh dipungut atau dikelola pemerintah. Karena pada

12
prinsipnya ini adalah dana perusahaan untuk masyarakat. Pemerintah tidak punya
dasar untuk pelaporan pertanggungjawaban dana CSR. Pemerintah hanya boleh
mengarahkan program CSR agar bersinergi dengan program pemerintah, (2)
Penggunaan dana CSR selain untuk program dan biaya operasional bisa
dikategorikan tindak pidana, karena mengambil hak milik masyarakat. Dan Jika
itu dilakukan oleh/untuk pejabat pemerintah, maka termasuk kategori korupsi.
PT.ANTAM cenderung memberikan ruang terjadinya penyalahgunaan wewenang
oleh sejumlah kepala daerah atas kejahatan korupsi, sudah saatnya bagi
PT.ANTAM untuk membuka tabir dibalik praktek korupsi sejumlah kepala daerah
sehingga PT.ANTAM sebagai BUMN tidak tersandera oleh kejahatan sistemik
para penguasa korup yang senantiasa ingin merampok kekayaan sumber daya
alam kita termasuk sektor Minerba yang merupakan sasaran empuk para
penguasa.

13
BAB III

PENUTUP

CSR merupakan bagian yang terintegrasi dengan bisnis perusahaan dan


dibentuk dari strategi investasi yang dilkukan oleh perusahaan. Idealnya, CSR
harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam kebijakan perusahaan sebagai
investasi masa depan suatu perusahaan (social investment). World Bank juga
memberikan definisi mengenai CSR, yang memandang sebagai komitmen dunia
usaha yang mengkontribusikan keberlanjutan usaha pembangunan ekonomi
melalui peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas untuk
meningkatkan kualitas hidup demi kemajuan bisnis maupun kemajuan
pembangunan.

Dari kasus di atas dapat kita disimpulkan bahwa PT Antam belum


sepenuhnya menerapkan CSR dan laporan berkelanjutan secara tepat, terbukti
bahwa dana CSR yang digunakan untuk kepentingan masyarakat sekitar justru
dinikmati oleh beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab. Padahal dalam GRI
dijelaskan bahwa dengan menggunakan GRI dapat memenuhi kebutuhan semua
pembuat laporan dan pengguna.

14
DAFTAR PUSTAKA

Tim Studi. 2006. Studi Penerapan Prinsip-Prinsip EOCD 2004 dalam Peraturan
Bapepam mengenai Corporate Governance. 2006

15

Anda mungkin juga menyukai