Anda di halaman 1dari 7

Artikel Tentang CSR (Corporate Social Responsibility)

Artikel Mengenai CSR

Wacana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang kini
menjadi isu sentral yang semakin populer dan bahkan ditempatkan pada posisi yang
terhormat. Karena itu kian banyak pula kalangan dunia usaha dan pihak-pihak terkait mulai
merespon wacana ini, tidak sekedar mengikuti tren tanpa memahami esensi dan manfaatnya.

Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan
(sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost centre)
melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre). Program CSR merupakan
komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Disisi lain masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan yang berorientasi
pada usaha memaksimalisasi keuntungan-keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral
untuk mendistribusi keuntungan-keuntungannya membangun masyarakat lokal, karena
seiring waktu masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan
jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab sosial.

Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep tata kelola
perusahaan yang baik (Good Coporate Governance). Diperlukan tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) agar perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa
dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh kepentingan pemangku kepentingan
(stakeholders) yang dapat dipenuhi secara proporsional, mencegah kesalahan-kesalahan
signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat
diperbaiki dengan segera. Konsep ini mencakup berbagai kegiatan dan tujuannya adalah
untuk mengembangkan masyarakat yang sifatnya produktif dan melibatkan masyarakat
didalam dan diluar perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, meski
perusahaan hanya memberikan kontribusi sosial yang kecil kepada masyarakat tetapi
diharapkan mampu mengembangkan dan membangun masyarakat dari berbagai bidang.

Kesadaran menjadi kondisi ideal dalam konteks pemberdayaan masyarakat yang sering
diimplementasikan dalam bentuk program CSR merupakan aktivitas yang lintas sektor dan
menjadi modal sosial yang harus dioptimalkan memlalui mekanisme kemitraan yang
berperan meningkatkan sosio-ekonomi masyarkat dan komunitas lokal yang berada di sekitar
perusahaan. Program ini diimplementasikan dan diarahkan untuk memperbesar akses
masyarakat dalam mencapai sosio-ekonomi yang lebih baik bila dibandingkan dengan
sebelum adanya kegiatan pembangungan sehingga masyarakat ditempat tersebut diharapkan
lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraanya yang lebih baik dengan
tercapainya sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesadaran. Sasaran kapasitas
masyarakat harus dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (empowerment) agar anggota
masyarakat dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi,
kesataraan (equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security),
keberlanjutan (sustainability) dan kerjasama (cooperation). Kegiatan CSR penting dalam
upaya membangun citra dan reputasi perusahaan yang pada akhirnya meningkatkan
kepercayaan baik dari konsumen maupun mitra bisnis perusahaan tersebut.

Definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable Development adalah


komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan
dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Definisi lain, CSR adalah tanggung
jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders
sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan, di samping ekonomi (Warta
Pertamina, 2004). Sedangkan Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan CSR sebagai
komitmen bisnis untuk berperan untuk mendukung pembangunan ekonomi, bekerjasama
dengan karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk
meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan
pembangunan.
Dalam prinsip responsibility, penekanan yang signifikan diberikan pada kepentingan
stakeholders perusahaan. Di sini perusahaan diharuskan memperhatikan kepentingan
stakeholders perusahaan, menciptakan nilai tambah (value added) dari produk dan jasa bagi
stakeholders perusahaan, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya.
Sedangkan stakeholders perusahaan dapat didefinisikan sebagai pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah karyawan,
konsumen, pemasok, masyarakat, lingkungan sekitar, dan pemerintah sebagai regulator. CSR
sebagai sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang
berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan
dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak
pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial juga adalah sosial dan
lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh
secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila,
perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta
bagaimana resistensi masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke permukaan
terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan hidupnya (Idris,2005).

Perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi bagus, umumnya menikmati enam hal.


Pertama, hubungan yang baik dengan para pemuka masyarakat. Kedua, hubungan positif
dengan pemerintah setempat. Ketiga, resiko krisis yang lebih kecil. Keempat, rasa
kebanggaan dalam organisasi dan di antara khalayak sasaran. Kelima, saling pengertian
antara khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal. Dan terakhir, meningkatkan
kesetiaan para staf perusahaan (Anggoro, 2002). Ada tiga alasan penting mengapa kalangan
dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan
operasi usahanya: Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya
wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti menyadari
bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini
berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan ekploratif, di
samping sebagai kompensasi sosial karena timbulnya ketidaknyamanan (discomfort) pada
masyarakat, semua ini diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan
yang memaksa karena adanya market driven. Kesadaran tentang pentingnya
mengimplementasikan CSR ini menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian
masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan
memperhatikan kaidah-kaidah sosial. Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya
memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari
masyarakat, setidaknya license to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk
memberikan kontibusi positif kepada masyarakat sehingga bisa tercipta harmonisasi
hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. Implementasikan program
karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven), perusahaan telah
menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk
menciptakan keuntungan (profit) demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung
jawab sosial dan lingkungan. Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu
cara untuk meredam bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal
akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan ekonomis
yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan, dan dipraktekkan lebih karena
faktor eksternal (external driven). Hampir bisa dipastikan implementasi adalah sebagai upaya
dalam konteks kehumasan (public relation) merupakan kebijaksanaan bisnis yang hanya
bersifat kosmetik.

Membangun Citra Perusahaan Melalui Program CSR (CSR dan Citra Korporat)
Dalam News Of PERHUMAS (2004) disebutkan, bagi suatu perusahaan, reputasi dan citra
korporat merupakan aset yang paling utama dan tak ternilai harganya. Oleh karena itu segala
upaya, daya dan biaya digunakan untuk memupuk, merawat serta menumbuhkembangkannya.
Beberapa aspek yang merupakan unsur pembentuk citra & reputasi perusahaan antara lain; (1)
kemampuan finansial, (2) mutu produk dan pelayanan, (3) fokus pada pelanggan, (4)
keunggulan dan kepekaan SDM, (5) reliability, (6) inovasi, (7) tanggung jawab lingkungan,
(8) tanggung jawab sosial, dan (9) penegakan Good Corporate Governance
(GCG).

Arus globalisasi telah memicu dinamika lingkungan usaha ke arah semakin liberal, sehingga
mendorong setiap entitas bisnis melakukan perubahan pola usaha melalui penerapan nilai-
nilai yang ada dalam prinsip GCG, yakni: fairness, transparan, akuntabilitas dan
responsibilitas, termasuk tanggung jawab terhadap lingkungan, baik fisik maupun sosial.
Berdasarkan pertimbangan nilai dan prinsip GCG, maka dalam rangka meningkatkan citra
dan reputasi dan sebagai upaya untuk menunjang kesinambungan investasi, setiap enterprise
memerlukan tiga hal:
1. Adil (fair) kepada seluruh stakeholders (tidak hanya kepada shareholders).
2. Proaktif (juga), berperan sebagai agent of change dalam pemberdayaan masyarakat di
daerah operasi.
3. Efisien, berhati-hati dalam pengeluaran biaya yang sia-sia terutama untuk penyelesaian
masalah yang timbul dengan stakeholders fokus di sekitar daerah operasi. Corporate Social
Responsibility (CSR) telah diuraikan terdahulu bahwa sebagai suatu entitas bisnis dalam era
pasar bebas yang sangat liberal dan hyper competitive, perusahaan-perusahaan secara
komprehensif dan terpadu melakukan best practices dalam menjalankan usahanya dengan
memperhatikan nilai-nilai bisnis GCG, termasuk tanggung jawab terhadap lingkungan, baik
fisik (berkaitan dengan sampah, limbah, polusi dan kelestarian alam) maupun sosial
kemasyarakatan. Tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan diejawantahkan dalam
kebijakan Kesehatan Keselamatan Kerja & Lindungan Lingkungan (K3LL) dan program
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR).

Berdasarkan sifatnya, pelaksanaan program CSR dapat dibagi dua, yaitu :


1. Program Pengembangan Masyarakat (Community Development/CD); dan
2. Program Pengembangan Hubungan/Relasi dengan publik (Relations
Development/RD). Sasaran dari Program CSR (CD & RD) adalah: (1) Pemberdayaan SDM
lokal (pelajar, pemuda dan mahasiswa termasuk di dalamnya); (2) Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat sekitar daerah operasi; (3) Pembangunan fasilitas sosial/umum, (4)
Pengembangan kesehatan masyarakat, (5) Sosbud, dan lain-lain. Seminar “Corporate-
Stakeholder Partnership: Toward Productive Relations” yang diadakan Lead Indonesia
bekerjasama dengan Labsosio FISIP UI di Jakarta, 14 Juni 2005 (dalam www.lead.or.id,
2005), menyimpulkan beberapa hal berkaitan dengan pembentukan citra perusahaan yaitu:
perlunya kemitraan, siapa saja stakeholders, tiga skenario kemitraan, prasyarat kemitraan
yang sukses, dan peran pemerintah dan masyarakat. Pembahasan tersebut menunjukkan
bahwa lingkungan bisnis dan sosial yang berubah menuntut perubahan paradigma dan
tindakan. Dalam hal ini melihat semakin mendesaknya pengembangan kemitraan yang
otentik dan produktif antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat untuk mencapai
pembangunan yang adil serta berkelanjutan secara sosial dan lingkungan, berikut
penjelasannya:

Mengapa Perlu Kemitraan Kemitraan (partnership) antara korporasi dengan stakeholders


menjadi suatu keharusan dalam lingkungan bisnis yang berubah. Pola konvensional ”business
as usual” telah menghasilkan keadaan negatif seperti terdesaknya kepentingan publik
(“enlightened common interests”), kelangkaan barang jasa publik, dan pencemaran
lingkungan. Demikian pula berbagai dinamika sosial yang muncul seperti reformasi,
demokratisasi dan desentralisasi menghasilkan stakeholders dan masyarakat yang semakin
kiritis. Mereka berupaya meningkatkan taraf hidupnya serta memposisikan diri sebagai
subyek dan mitra yang setara. Dalam hal ini, korporasi perlu menginternalisasi masalah
eksternal perusahaan secara terencana sehingga dapat mencegah kekagetan dan krisis yang
dapat mengancam keberlangsungan kegiatan dan keberadaan korporasi. Kemitraan dapat
menghasilkan solusi antara argumen yang menekankan market atau profit (“the business of
business is business” yang memprioritaskan shareholders) dengan argumen moral (atau
Corporate Social Responsibility atau CSR yang memperhatikan stakeholders). Dalam hal ini
stakeholders termasuk lingkungan yang “diam” (“silent” stakeholders atau flora dan fauna ).
Dengan kata lain, kemitraan merupakan suatu investasi—bukan cost—dan dapat
menghasilkan win-win solution atau sinergi yang menghasilkan keadilan bagi masyarakat dan
keamanan berusaha serta keserasian dengan lingkungan.

Kesimpulan
 Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan
berkelanjutan (sustainable development)
 Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep tata kelola
perusahaan yang baik (Good Coporate Governance). Konsep ini mencakup berbagai kegiatan
dan tujuannya adalah untuk mengembangkan masyarakat yang sifatnya produktif dan
melibatkan masyarakat didalam dan diluar perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung, meski perusahaan hanya memberikan kontribusi sosial yang kecil kepada
masyarakat tetapi diharapkan mampu mengembangkan dan membangun masyarakat dari
berbagai bidang.
 Kegiatan CSR penting dalam upaya membangun citra dan reputasi perusahaan yang pada
akhirnya meningkatkan kepercayaan baik dari konsumen maupun mitra bisnis perusahaan
tersebut.
 Sasaran dari Program CSR adalah: (1) Pemberdayaan SDM lokal (pelajar, pemuda dan
mahasiswa termasuk di dalamnya); (2) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat sekitar daerah
operasi; (3) Pembangunan fasilitas sosial/umum, (4) Pengembangan kesehatan masyarakat, (5)
Sosbud, dan lain-lain.
 Kemitraan (partnership) antara korporasi dengan stakeholders menjadi suatu keharusan dalam
lingkungan bisnis yang berubah. Dalam hal ini, korporasi perlu menginternalisasi masalah
eksternal perusahaan secara terencana sehingga dapat mencegah kekagetan dan krisis yang
dapat mengancam keberlangsungan kegiatan dan keberadaan korporasi.
 Kemitraan dapat menghasilkan solusi antara argumen yang menekankan market atau profit
(“the business of business is business” yang memprioritaskan shareholders) dengan argumen
moral (atau Corporate Social Responsibility atau CSR yang memperhatikan stakeholders).
Praktek CSR dalam suatu perusahaan atau instansi
Sekolah Rakyat Ancol 1 dan 2 merupakan Program Corporate Social Responsibility (CSR)
yang telah dilakukan oleh Ancol Jakarta Baycity, banyak program yang diberikan oleh Ancol
khususnya untuk masyarakat sekitar lingkungan Ancol. Dalam bidang pendidikan Ancol
mempunyai Sekolah Rakyat Ancol 1 dan 2, dalam bidang Lingkungan Ancol mempunyai
Ancol Sayang Lingkungan (ASL) dengan program pembuatan kompos serta daur ulang
kertas. Ini merupakan bukti nyata bahwa Ancol peduli dengan lingkungan serta pendidikan di
sekitar lingkungan Ancol. Kepedulian sosial memang harus dimiliki oleh setiap perusahaan
apalagi sudah diwajibkan oleh pemerintah setiap perusahaan harus memiliki CSR (Corporate
Social Responsibility). Di Indonesia perusahaan-perusahaan swasta telah mencoba
merapatkan barisan terbukti dengan dibentuknya CFCD (Corpotare Forum for Community
Development) dengan ketua umum Ir. Thendri Supriatno, MBA yang hampir 200 Perusahaan
lebih telah bergabung dengan CFCD Indonesia

Anda mungkin juga menyukai