Anda di halaman 1dari 20

Corporate social

Responsibility (CSR)
ETIKA PROFESI KELOMPOK 12

Dian Puspita Sari 023002001060


Endah Rifka Puspitasari 023002001019
Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah sebuah konsep atau strategi yang
menekankan komitmen perusahaan untuk bertindak
etis dan memiliki tanggung jawab pada kesadaran
dan kekhawatiran publik terhadap dampak
perencanaan dan pelaksanaan operasional
perusahaan tersebut pada lingkungan dan
masyarakat. CSR dalam perusahaan bertujuan
untuk memberikan nilai pada masyarakat,
berpartisipasi dalam kesadaran lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas
karyawan yang bekerja di perusahaan.
Prinsip-Prinsip Utama CSR
prinsip-prinsip utama yang menjelaskan bagaimana implementasi
konsep CSR berpengaruh pada perusahaan dan konsumen.
Accountability (Akuntabilitas), sikap perusahaan untuk berani
bertanggung jawab atas tindakan, aksi, keputusan dan kebijakan
yang ditetapkan oleh perusahaan. Akuntabilitas menekankan
pelaksanaan yang etis dan bertanggung jawab dalam menjalankan
bisnis. Melalui Akuntabilitas, perusahaan dapat memiliki nilai
kepercayaan dari masyarakat.
Transparency (Transparansi), yaitu sikap perusahaan untuk berani
membuka dan mengkomunikasikan informasi mengenai bisnisnya
kepada konsumen dan karyawan. Apabila perusahaan terbuka pada
kebijakan dan informasinya, maka konsumen dan karyawan dapat
mengetahui apa yang sedang dilakukan perusahaan dan akan
mempermudah komunikasi antara perusahaan dengan konsumen.
Contoh Pelaksanaan CSR
- Bekerja sama dengan perusahaan yang memiliki
prinsip dan etika yang baik.
-Menginvestasikan keuntungan yang diterima pada
keselamatan pekerja, lingkungan kerja yang lebih aman
dan nyaman.
-Memberikan peluang yang baik dan setara untuk
semua karyawan dalam promosi dan karir. Ketidakadilan
dalam perusahaan menyebabkan karyawan untuk tidak
bekerja secara maksimal, dan mengakibatkan potensi
untuk mencapai efesiensi terbuang.
Perlunya CSR dalam Perusahaan
1. Kebutuhan dan harapan masyarakat semakin berubah, masyarakat semakin
kritis dan peka terhadap produk yang akan dibelinya.
2. Terbatasnya sumber daya alam, bisnis diharapkan untuk tidak hanya
mengeksploitasi sumber daya alam yang terbatas.
3. Lingkungan sosial yang lebih baik, lingkunagn sosial akan mendukung
keberhasilan bisnis untuk waktu yang panjang, semakin baik lingkungan sosial
4.Perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan, kekuasaan yang terlalu besar jika
tidak diimbangi dan dikontrol dengan tanggung jawab sosial akan menyebabkan
bisnis menjadi kekuatan yang merusak masyarakat.
CSR ini sebagai upaya tanggung jawab perusahaan,
karena keberadaan di perusahaan pastinya memberikan
dampak kepada masyarakat, khususnya di bidang
lingkungan hidup. Adanya CSR ini dapat mengurangi
risiko kerusakan lingkungan yang dapat terjadi karena
adanya aktivitas perusahaan. Selain itu hal ini menjadi
suatu cara bagi perusahaan untuk beradaptasi dengan
perubahan psikologis pada pelaku ekonomi. Dimana saat
ini konsumen bukan saja menomor satukan harga
murah, tapi efek apa yang diberikan kepada lingkungan
dengan membeli produk tertentu.
Sehingga dapat diambil kesimpulan
kalau Corporate social responsibility
menjadi sebuah kewajiban bagi setiap
usaha untuk memikirkan pentingnya
kemampuan perusahaan, dalam
menjaga keseimbangan antara kinerja
perusahaan. Serta bagaimana cara
mengatasi isu sosial dan lingkungan
yang berpotensi muncul, akibat
operasi perusahaan yang sedang
dijalankan, seperti yang sudah
ditekankan oleh Organisasi
standarisasi internasional (ISO).
Strategi Pengelolaan CSR Perusahaan
1. Strategi Reaktif = Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif
dalam tanggung jawab sosial cenderung menolak atau
menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial
2. Strategi Defensif = Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial
yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan penggunaan
pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau
menolak tanggung jawab sosial.
3. Strategi Akomodatif = Strategi Akomidatif merupakan tanggung
jawab sosial yang dijalankan perusahaan dikarenakan adanya
tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal tersebut
4. Strategi Proaktif = Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab
sosial adalah bagian dari tanggung jawab untuk memuaskan
stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan, maka citra positif
terhadap perusahaan akan terbangun.
Sejarah CSR
Sifat dan lingkup tanggung jawab sosial perusahaan
telah berubah dari waktu ke waktu. Konsep CSR baru
satu yang relatif-frase tersebut hanya digunakan
secara luas sejak tahun 1960an. Tapi, sementara,
hukum, etis, dan discretionary ekspektasi ekonomi
ditempatkan pada organisasi mungkin berbeda,
mungkin akurat untuk mengatakan bahwa semua
masyarakat pada semua titik dalam waktu memiliki
beberapa derajat harapan bahwa organisasi akan
bertindak secara bertanggung jawab.
Menurut definisi beberapa, Pada abad kedelapan belas
ekonom besar dan filsuf Adam Smith menyatakan ekonomi
klasik model atau tradisional bisnis. Pada intinya, model ini
menyarankan bahwa kebutuhan dan keinginan
masyarakat terbaik dapat dipenuhi ole interaksi tak
terkekang individu dan organisasi di pasar. Dengan
bertindak dalam cara-tertarik diri, individu akan
menghasilkan dan menyampaikan barang dan jasa yang
akan mendapat keuntungan mereka, tetapi juga
memenuhi kebutuhan orang lain. Sudut pandang yang
diungkapkan oleh Adam Smith lebih dari 200 tahun yang
lalu mash membentuk dasar-ekonomi pasar bebas pada
abad ke dua puluh pertama.
mengakui bahwa pasar bebas tidak selalu tampil dengan sempurna dan
menyatakan bahwa peserta pasar harus bertindak jujur dan adil terhadap
satu sama lain jika cita-cita pasar bebas yang akan dicapai.
Pada abad setelah Adam Smith, Revolusi Industri memberikan kontribusi
untuk perubahan radikal, terutama di Eropa dan Amerika Serikat.Banyak
dari prinsip-prinsip yang didukung ole Smith ditanggung keluar sebagai
pengenalan teknologi baru memungkinkan produksi yang lebih efisien
barang dan jasa. Jutaan orang pekerjaan diperoleh bahwa membayar lebih
dari mereka pernah dibuat sebelumnya dan standar hidup sangat
meningkat.organisasi besar dikembangkan
Lima Pilar Aktivitas CSR
Konsep Corporate Social Responsibility akan diukur dengan menggunakan lima
pilar aktivitas Corporate Social Responsibility dari Prince of Wales International
Bussiness Forum, yaitu (Wibisono, 2007, p. 119):
1. Building Human Capital. Secara internal, perusahaan dituntut untuk
menciptakan SDM yang andal. Secara eksternal, perusahaan dituntut untuk
melakukan pemberdayaan masyarakat, biasanya melalui community
development.
2. Strengthening Economies. Perusahaan dituntut untuk tidak menjadi kaya
sendiri sementara komunitas di lingkungannya miskin, mereka harus
memberdayakan ekonomi sekitar.
3. Assessing Social Chesion. Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan
dengan masyarakat sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik.
4. Encouraging Good Governence. Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan
harus menjalankan tata kelola bisnis dengan baik.
5. Protecting The Environment. Perusahaan berupaya keras menjaga kelestarian
lingkungan
Melihat pentingnya pelaksanaan Corporate Social Responsibility dalam
membantu perusahaan menciptakan citra positinya maka perusahaan
seharusnya melihat CSR bukan sebagai sentra biaya (cost center)
melainkan sebagai sentra laba (profit center) di masa mendatang.
Logikanya sederhana, jika CSR diabaikan kemudian terjadi insiden. Maka
biaya yang dikeluarkan untuk biaya recovery bisa jadi lebih besar
dibandingkan biaya yang ingin dihemat melalui peniadaan CSR itu sendiri.
Hal ini belum termasuk pada resiko non-finansial yang berupa
memburuknya citra perusahaan di mata publiknya (Wibisono, 2007).
CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat, hal ini akan sangat
tergantung dari orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama
pemerintah. Studi Bank Dunia (Howard Fox, 2002) menunjukkan, peran
pemerintah yang terkait dengan CSR meliputi pengembangan kebijakan yang
menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku
CSR, menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi. Untuk
Indonesia, bisa dibayangkan, pelaksanaan SR membutuhkan dukungan
pemerintah daerah, kepastian hukum, dan jaminan ketertiban sosial.
Pemerintah dapat mengambil peran penting tapa harus melakukan regulasi di
tengah situasi hukum dan politik sat ini. Di tengah persoalan kemiskinan dan
keterbelakangan yang dialami.
Bentuk Program CSR
Kotler (2005) menyebutkan beberapa bentuk program CSR yang
dapat dipilih yaitu :
(1) Cause Promotions. Dalam cause promotions ini perusahaan
berusaha untuk meningkatkan awareness masyarakat mengenai
suatu issue tertentu, dimana issue in1 tidak harus berhubungan atau
berkaitan dengan lini bisnis dan kemudian perusahaan mengalak
masvarakat untuk dana atau benda mereka untuk membantu
mengatasi tau mencegah permasalahan tersebut. Dalam cause
promotions ini ,perusanaan Disa melaksanakan programnya secara
sendiri walaupun bekerjasama dengan lembaga lain, suverment
organization. Cause Promotions dapat dilakukan dalam bentuk
Meningkatkan awareness dan concern masvarakat terhadan satu
issue tertentu. Mengajak masyarakat untuk mencar tahu secara
lebih mendalam mengenai suatu issue tertentu di masyarakat.
(2) Cause-Related Marketing. Dalam cause related
marketing, perusahaan akan mengajak masyarakat untuk
membeli atau menggunakan produk nya, baik itu barang atau
jasa, dimana sebagian dari keuntungan yang didapat
perusahaan akan didonasikan untuk membantu mengatasi
atau mencegah masalah tertentu. Cause related marketing
dapat berupa : Setiap barang yang terjual, maka sekian
persen akan didonasikan. Setiap pembukaan rekening atau
account baru. maka beberana runiah akan didonasikan.
Kasus Polri: Penyelewengan Dana CSR Boeing oleh ACT Capai
Rp107,3 M
Terdapat total penyelewengan dana corporate social responsibility (CSR) dari
Boeing untuk korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 oleh yayasan Aksi Cepat
Tanggap (ACT) bertambah hingga mencapai Rp107,3 miliar. Jumlah tersebut
meningkat hingga tiga kali lipat dari temuan awal Direktorat Tindak Pidana Ekonomi
Khusus (Dittipideksus) yang hanya sebesar Rp34 miliar. "Hasil pendalaman penyidik
Bareskrim Polri dan tim audit bahwa dana sosial Boeing yang digunakan tidak sesuai
dengan peruntukannya diduga sebesar Rp107,3 miliar," kata Kabag Penum Divhumas
Polri Kombes Nurul Azizah kepada wartawan, Senin (8/8)
Corporate Social Responsibility (CSR)
Ia mengatakan berdasarkan temuan tersebut, total dana sosial
Boeing yang peruntukannya sesuai dengan keinginan ahli waris
hanya mencapai Rp30,8 miliar dari total keseluruhan dana sebesar
Rp138 miliar. Nurul mengatakan ACT melakukan pemotongan
donasi sebesar 20 sampai 30 persen berdasarkan surat keputusan
bersama pembina dan pengawas yayasan ACT.

Dalam kasus ini Bareskrim telah menetapkan pendiri sekaligus


mantan Presiden ACT Ahyudin, Presiden ACT saat ini Ibnu Khajar,
serta dua petinggi ACT Hariyana Hermain dan Novariandi Imam
Akbari sebagai tersangka dalam kasus dugaan penggelapan dana
donasi ACT. Atas perbuatannya, keempat tersangka dijerat dengan
Pasal 372 KUHP, Pasal 374 KUHP, Pasal 45a ayat (1) juncto Pasal 28
ayat (1) UU Nomor 19 Tahun 2012 Tentang ITE.
Selain itu mereka juga dikenakan Pasal 70
ayat (1) dan (2) juncto Pasal 5 UU Nomor 16
Tahun 2001 sebagaimana diubah UU Nomor 28
Tahun 2004 Tentang Yayasan, Pasal 3,4 dan 6
UU Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencucian
Uang, dan Pasal 55 KUHP juncto Pasal 56 KUHP.

Ahyudin dan Ibnu Khajar serta dua tersangka


lainnya terancam hukuman 20 tahun penjara
akibat Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
tersebut.
Terima Kasih
Apakah Ada Pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai