Endah Rifka Puspitasari 023002001019 Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah konsep atau strategi yang menekankan komitmen perusahaan untuk bertindak etis dan memiliki tanggung jawab pada kesadaran dan kekhawatiran publik terhadap dampak perencanaan dan pelaksanaan operasional perusahaan tersebut pada lingkungan dan masyarakat. CSR dalam perusahaan bertujuan untuk memberikan nilai pada masyarakat, berpartisipasi dalam kesadaran lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas karyawan yang bekerja di perusahaan. Prinsip-Prinsip Utama CSR prinsip-prinsip utama yang menjelaskan bagaimana implementasi konsep CSR berpengaruh pada perusahaan dan konsumen. Accountability (Akuntabilitas), sikap perusahaan untuk berani bertanggung jawab atas tindakan, aksi, keputusan dan kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan. Akuntabilitas menekankan pelaksanaan yang etis dan bertanggung jawab dalam menjalankan bisnis. Melalui Akuntabilitas, perusahaan dapat memiliki nilai kepercayaan dari masyarakat. Transparency (Transparansi), yaitu sikap perusahaan untuk berani membuka dan mengkomunikasikan informasi mengenai bisnisnya kepada konsumen dan karyawan. Apabila perusahaan terbuka pada kebijakan dan informasinya, maka konsumen dan karyawan dapat mengetahui apa yang sedang dilakukan perusahaan dan akan mempermudah komunikasi antara perusahaan dengan konsumen. Contoh Pelaksanaan CSR - Bekerja sama dengan perusahaan yang memiliki prinsip dan etika yang baik. -Menginvestasikan keuntungan yang diterima pada keselamatan pekerja, lingkungan kerja yang lebih aman dan nyaman. -Memberikan peluang yang baik dan setara untuk semua karyawan dalam promosi dan karir. Ketidakadilan dalam perusahaan menyebabkan karyawan untuk tidak bekerja secara maksimal, dan mengakibatkan potensi untuk mencapai efesiensi terbuang. Perlunya CSR dalam Perusahaan 1. Kebutuhan dan harapan masyarakat semakin berubah, masyarakat semakin kritis dan peka terhadap produk yang akan dibelinya. 2. Terbatasnya sumber daya alam, bisnis diharapkan untuk tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam yang terbatas. 3. Lingkungan sosial yang lebih baik, lingkunagn sosial akan mendukung keberhasilan bisnis untuk waktu yang panjang, semakin baik lingkungan sosial 4.Perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan, kekuasaan yang terlalu besar jika tidak diimbangi dan dikontrol dengan tanggung jawab sosial akan menyebabkan bisnis menjadi kekuatan yang merusak masyarakat. CSR ini sebagai upaya tanggung jawab perusahaan, karena keberadaan di perusahaan pastinya memberikan dampak kepada masyarakat, khususnya di bidang lingkungan hidup. Adanya CSR ini dapat mengurangi risiko kerusakan lingkungan yang dapat terjadi karena adanya aktivitas perusahaan. Selain itu hal ini menjadi suatu cara bagi perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan psikologis pada pelaku ekonomi. Dimana saat ini konsumen bukan saja menomor satukan harga murah, tapi efek apa yang diberikan kepada lingkungan dengan membeli produk tertentu. Sehingga dapat diambil kesimpulan kalau Corporate social responsibility menjadi sebuah kewajiban bagi setiap usaha untuk memikirkan pentingnya kemampuan perusahaan, dalam menjaga keseimbangan antara kinerja perusahaan. Serta bagaimana cara mengatasi isu sosial dan lingkungan yang berpotensi muncul, akibat operasi perusahaan yang sedang dijalankan, seperti yang sudah ditekankan oleh Organisasi standarisasi internasional (ISO). Strategi Pengelolaan CSR Perusahaan 1. Strategi Reaktif = Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial 2. Strategi Defensif = Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau menolak tanggung jawab sosial. 3. Strategi Akomodatif = Strategi Akomidatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal tersebut 4. Strategi Proaktif = Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung jawab untuk memuaskan stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan, maka citra positif terhadap perusahaan akan terbangun. Sejarah CSR Sifat dan lingkup tanggung jawab sosial perusahaan telah berubah dari waktu ke waktu. Konsep CSR baru satu yang relatif-frase tersebut hanya digunakan secara luas sejak tahun 1960an. Tapi, sementara, hukum, etis, dan discretionary ekspektasi ekonomi ditempatkan pada organisasi mungkin berbeda, mungkin akurat untuk mengatakan bahwa semua masyarakat pada semua titik dalam waktu memiliki beberapa derajat harapan bahwa organisasi akan bertindak secara bertanggung jawab. Menurut definisi beberapa, Pada abad kedelapan belas ekonom besar dan filsuf Adam Smith menyatakan ekonomi klasik model atau tradisional bisnis. Pada intinya, model ini menyarankan bahwa kebutuhan dan keinginan masyarakat terbaik dapat dipenuhi ole interaksi tak terkekang individu dan organisasi di pasar. Dengan bertindak dalam cara-tertarik diri, individu akan menghasilkan dan menyampaikan barang dan jasa yang akan mendapat keuntungan mereka, tetapi juga memenuhi kebutuhan orang lain. Sudut pandang yang diungkapkan oleh Adam Smith lebih dari 200 tahun yang lalu mash membentuk dasar-ekonomi pasar bebas pada abad ke dua puluh pertama. mengakui bahwa pasar bebas tidak selalu tampil dengan sempurna dan menyatakan bahwa peserta pasar harus bertindak jujur dan adil terhadap satu sama lain jika cita-cita pasar bebas yang akan dicapai. Pada abad setelah Adam Smith, Revolusi Industri memberikan kontribusi untuk perubahan radikal, terutama di Eropa dan Amerika Serikat.Banyak dari prinsip-prinsip yang didukung ole Smith ditanggung keluar sebagai pengenalan teknologi baru memungkinkan produksi yang lebih efisien barang dan jasa. Jutaan orang pekerjaan diperoleh bahwa membayar lebih dari mereka pernah dibuat sebelumnya dan standar hidup sangat meningkat.organisasi besar dikembangkan Lima Pilar Aktivitas CSR Konsep Corporate Social Responsibility akan diukur dengan menggunakan lima pilar aktivitas Corporate Social Responsibility dari Prince of Wales International Bussiness Forum, yaitu (Wibisono, 2007, p. 119): 1. Building Human Capital. Secara internal, perusahaan dituntut untuk menciptakan SDM yang andal. Secara eksternal, perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan masyarakat, biasanya melalui community development. 2. Strengthening Economies. Perusahaan dituntut untuk tidak menjadi kaya sendiri sementara komunitas di lingkungannya miskin, mereka harus memberdayakan ekonomi sekitar. 3. Assessing Social Chesion. Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik. 4. Encouraging Good Governence. Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis dengan baik. 5. Protecting The Environment. Perusahaan berupaya keras menjaga kelestarian lingkungan Melihat pentingnya pelaksanaan Corporate Social Responsibility dalam membantu perusahaan menciptakan citra positinya maka perusahaan seharusnya melihat CSR bukan sebagai sentra biaya (cost center) melainkan sebagai sentra laba (profit center) di masa mendatang. Logikanya sederhana, jika CSR diabaikan kemudian terjadi insiden. Maka biaya yang dikeluarkan untuk biaya recovery bisa jadi lebih besar dibandingkan biaya yang ingin dihemat melalui peniadaan CSR itu sendiri. Hal ini belum termasuk pada resiko non-finansial yang berupa memburuknya citra perusahaan di mata publiknya (Wibisono, 2007). CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat, hal ini akan sangat tergantung dari orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama pemerintah. Studi Bank Dunia (Howard Fox, 2002) menunjukkan, peran pemerintah yang terkait dengan CSR meliputi pengembangan kebijakan yang menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku CSR, menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi. Untuk Indonesia, bisa dibayangkan, pelaksanaan SR membutuhkan dukungan pemerintah daerah, kepastian hukum, dan jaminan ketertiban sosial. Pemerintah dapat mengambil peran penting tapa harus melakukan regulasi di tengah situasi hukum dan politik sat ini. Di tengah persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami. Bentuk Program CSR Kotler (2005) menyebutkan beberapa bentuk program CSR yang dapat dipilih yaitu : (1) Cause Promotions. Dalam cause promotions ini perusahaan berusaha untuk meningkatkan awareness masyarakat mengenai suatu issue tertentu, dimana issue in1 tidak harus berhubungan atau berkaitan dengan lini bisnis dan kemudian perusahaan mengalak masvarakat untuk dana atau benda mereka untuk membantu mengatasi tau mencegah permasalahan tersebut. Dalam cause promotions ini ,perusanaan Disa melaksanakan programnya secara sendiri walaupun bekerjasama dengan lembaga lain, suverment organization. Cause Promotions dapat dilakukan dalam bentuk Meningkatkan awareness dan concern masvarakat terhadan satu issue tertentu. Mengajak masyarakat untuk mencar tahu secara lebih mendalam mengenai suatu issue tertentu di masyarakat. (2) Cause-Related Marketing. Dalam cause related marketing, perusahaan akan mengajak masyarakat untuk membeli atau menggunakan produk nya, baik itu barang atau jasa, dimana sebagian dari keuntungan yang didapat perusahaan akan didonasikan untuk membantu mengatasi atau mencegah masalah tertentu. Cause related marketing dapat berupa : Setiap barang yang terjual, maka sekian persen akan didonasikan. Setiap pembukaan rekening atau account baru. maka beberana runiah akan didonasikan. Kasus Polri: Penyelewengan Dana CSR Boeing oleh ACT Capai Rp107,3 M Terdapat total penyelewengan dana corporate social responsibility (CSR) dari Boeing untuk korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 oleh yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) bertambah hingga mencapai Rp107,3 miliar. Jumlah tersebut meningkat hingga tiga kali lipat dari temuan awal Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) yang hanya sebesar Rp34 miliar. "Hasil pendalaman penyidik Bareskrim Polri dan tim audit bahwa dana sosial Boeing yang digunakan tidak sesuai dengan peruntukannya diduga sebesar Rp107,3 miliar," kata Kabag Penum Divhumas Polri Kombes Nurul Azizah kepada wartawan, Senin (8/8) Corporate Social Responsibility (CSR) Ia mengatakan berdasarkan temuan tersebut, total dana sosial Boeing yang peruntukannya sesuai dengan keinginan ahli waris hanya mencapai Rp30,8 miliar dari total keseluruhan dana sebesar Rp138 miliar. Nurul mengatakan ACT melakukan pemotongan donasi sebesar 20 sampai 30 persen berdasarkan surat keputusan bersama pembina dan pengawas yayasan ACT.
Dalam kasus ini Bareskrim telah menetapkan pendiri sekaligus
mantan Presiden ACT Ahyudin, Presiden ACT saat ini Ibnu Khajar, serta dua petinggi ACT Hariyana Hermain dan Novariandi Imam Akbari sebagai tersangka dalam kasus dugaan penggelapan dana donasi ACT. Atas perbuatannya, keempat tersangka dijerat dengan Pasal 372 KUHP, Pasal 374 KUHP, Pasal 45a ayat (1) juncto Pasal 28 ayat (1) UU Nomor 19 Tahun 2012 Tentang ITE. Selain itu mereka juga dikenakan Pasal 70 ayat (1) dan (2) juncto Pasal 5 UU Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana diubah UU Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan, Pasal 3,4 dan 6 UU Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencucian Uang, dan Pasal 55 KUHP juncto Pasal 56 KUHP.
Ahyudin dan Ibnu Khajar serta dua tersangka
lainnya terancam hukuman 20 tahun penjara akibat Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) tersebut. Terima Kasih Apakah Ada Pertanyaan?