Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL THESIS

Nama : Alamsah

NIM : 161021058

Bidang Kajian : Hukum Bisnis

Judul : Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Oleh

PT. Pangkalan Baru Indah (PBI) Di Desa Pangkalan

Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat merupakan salah satu sumber utama faktor produksi terpenting

bagi kegiatan dan eksistensi perusahaan. Tanpa masyarakat, maka perusahaan

tidak akan pernah eksis dan mampu berkembang. Oleh sebab itu, perusahaan

memiliki tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR)

terhadap keberadaan masyarakat di lingkungan perusahaannya. Kesetaraan sosial

dan ekonomi seluruh masyarakat akan berpengaruh sangat positif terhadap seluruh

kegiatan perusahaan serta eksistensi perusahaan, sebab masyarakat merupakan

penyedia tenaga kerja sekaligus sebagai pasar dari seluruh hasil produksi

perusahaan. Masyarakat yang sejahtera dan memiliki kesetaraan sosial ekonomi

akan mampu menyediakan tenaga kerja yang berkualitas dalam jumlah yang

mencukupi. Pada saat yang sama kesejahteraan sosial ekonomi akan

1
meningkatkan daya beli masyarakat terhadap produk-produk yang

dipasarkanperusahaan.1

Pemikiran yang mendasari CSR yang sering dianggap inti dari Etika Bisnis

adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis

dan legal tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak yang

berkepentingan (stakeholders), karena perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi dan

memperoleh keuntungan tanpa bantuan pihak lain. CSR merupakan pengambilan

keputusan perusahaan yang dikaitkan dengan nilai-nilai etika, dapat memenuhi

kaidah-kaidah dan keputusan hukum dan menjunjung tinggi harkat manusia,

masyarakat dan lingkungan. Tanggung jawab sosial perusahaan meliputi bidang

sosial, ekonomi dan lingkungan.2 Selanjutnya Nurcholis Madjid juga

menyimpulkan etika subjektif seseorang akan terefleksikan dalam aktivitas

bisnisnya. Dengan kata lain, etika bisnis seseorang merupakan perpanjangan

sikap-sikap tingkah lakunya atau tindakan- tindakan konstan, yang membentuk

keseluruhan citra diri atau akhlak orang itu.3

Banyak manfaat yang akan diperoleh perusahaan yang melakukan CSR

antara lain dapat mempertahankan dan menaikkan reputasi dan brand image

perusahaan sehingga muncul citra yang positif dari masyakarat. Upaya CSR

mampu meningkatkan citra perusahaan dengan mempraktekkan karya ini yang

sering disebut corporate social perfomance (kinerja sosial perusahaan).

1
Heka Hertanto, “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan
Ekonomi Rakyat, http://www.arthagrahapeduli.org/, terakhir kali diakses tanggal 2
Januari 2020.
2
Manuel G. Velasquez, Business Ethics: Concepts and Cares (Fifth Edition), New Jersey:
Pearson Education, Inc., 2002, hlm. 13.
3
Erni R. Ernawan, Business Ethics: Etika Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung, 2007, hlm. 12.

2
Perusahaan tidak hanya mempunyai kinerja ekonomis, tetapi juga kinerja sosial.

Perusahaan menyadari masih ada hal yang perlu diperhatikan daripada

memperoleh laba sebesar mungkin yakni mempunyai hubungan baik dengan

masyarakat di sekitar pabrik dan dengan masyarakat umum.4

Pada mulanya, tingkat kepedulian sosial perusahaan-perusahaan di

Indonesia masih memprihatinkan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor di

antaranya: Pertama, kesadaran para pelaku bisnis di Indonesia dalam menerapkan

CSR relatif baru, yaitu awal 1990. Setelah mereka menyadari bahwa

memperhatikan lingkungan sosial dan masyarakat adalah sesuatu yang tidak bisa

ditolak dalam bisnis, dan oleh karena itu harus diintegrasikan dalam manajemen.

Sementara di Barat, konsep mengenai tanggungjawab sosial bisnis sudah relatif

lama. Peter Drucker, misalnya, awal tahun 1970-an sudah mengintrodusir wacana

keterlibatan dunia bisnis dalam permasalahan-permasalahan sosial seperti

kemiskinan, wabah, bencana alam, dan sebagainya. Kedua, masih banyak

anggapan para pelaku bisnis di Indonesia bahwa tanggung jawab sosial dipandang

sebagai aktivitas yang bersifat “cost-centre” alias buang-buang biaya; bukannya

dipahami sebagai “investment center.” Padahal, perhatian perusahaan terhadap

lingkungan sosialnya mestinya harus dipahami sebagai investasi jangka panjang.5

Banyak contoh perusahaan-perusahaan yang justru harus rugi atau keluar

biaya lebih banyak lagi, karena demo masyarakat, karyawan mogok, dan

sebagainya yang mengakibatkan proses produksi terhenti, akibat mereka abai

4
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Seri Filsafat Atmajaya: 21), Kanisius, Yogyakarta,
2000, hlm. 301.
5
CSR Untungkan Perusahaan, http://corpsocialresp.blogspot.com/. diakses tanggal 2
Januari 2020.

3
terhadap aspek sosial ini. Ketiga, ini masih berhubungan dengan dengan faktor

kedua, situasi ekonomi biaya tinggi yang terjadi di Indonesia, misalnya karena

banyaknya pungli, korupsi, dan sejenisnya; menyebabkan perusahaan tidak mau

lagi dipusingkan dengan persoalan “biaya” tambahan untuk merespon berbagai

persoalan sosial di sekitar usahanya. Keempat, tidak ada insentif yang diberikan

oleh pemerintah kepada pelaku usaha yang terbukti mempunyai praktik CSR yang

baik. Padahal, insentif misalnya berupa pengurangan pajak (tax deduction) bagi

perusahaan yang memberikan donasi sosial, diyakini banyak pihak akan

mendorong semakin masifnya praktik CSR di Indonesia.6 Adanya anggapan para

pelaku bisnis di Indonesia bahwa tanggung jawab sosial dipandang sebagai

aktivitas yang bersifat buang-buang biaya. Padahal program CSR justru

memberikan banyak keuntungan pada perusahaan.7

Hukum sebagai perangkat norma-norma kehidupan dalam bermasyarakat

merupakan salah satu instrumen terciptanya aktivitas bisnis yang lebih baik. Para

pelaku bisnis (perusahaan) dan masyarakat hendaknya tercipta hubungan yang

harmonis. Untuk itulah perusahaan dan masyarakat harus dapat bersinergi, dalam

hal ini perusahaan harus mampu menghapus segala kemungkinan kesenjangan

yang terjadi. Perusahaan merupakan badan usaha yang berbadan hukum yang

merupakan subjek hukum dengan demikian perusahaan mempunyai hak dan

tanggung jawab hukum juga mempunyai tanggung jawab moral, dimana tanggung

jawab moral ini dapat menjadi cerminan dari perusahaan tersebut.8

6
Ibid
7
Fajar Nursahid, “Tanggung jawab Sosial BUMN” www.masyarakatmandiri.org. diakses
tanggal 2 Januari 2020.
8
I Nyoman Tjager, et al, Corporate Governance (Tantangan dan Kesempatan bagi
Komunitas Bisnis Indonesia), PT. Prehalindo, Jakarta, 2002, hlm. 142.

4
Selain itu perusahaan sebagai subjek hukum seyogyanya juga menjadi

mahluk sosial yang pemperhatikan lingkungan sosialnya sehingga perusahaan itu

tidak dirasakan sebagai sesuatu yang asing di lingkungannya. Hal ini sangat

penting, terutama jika kita berbicara tentang perusahaan raksasa yang terkadang

merupakan “negara dalam negara” karena besarnya. Banyak perusahaan raksasa

yang justru berprilaku sebagai penguasa daerah dan mendikte pemerintah daerah.

Satu dan lain hal karena pemerintahan daerah sangat bergantung pada perusahaan

raksasa tersebut, baik itu pajak, retribusi, lapangan kerja, realisasi maupun

pembangunan masyarakat (Community Development).9

Kebijakan pemerintah Indonesia mengenai CSR diatur dalam Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Dalam Undang-

undang Nomor 40 Tahun 2007, Pasal 74 ayat (1) disebutkan perseroan yang

menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya

alam wajib melaksanakan tangung jawab sosial dan lingkungannya. Ayat (2)

berbunyi tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban

perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang

pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Ayat

(3) menyatakan perseroan yang tidak melaksanaan kewajiban sebagaimana Pasal

1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat (4)

berbunyi ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab dan lingkungan diatur

dengan peraturan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa CSR, sangat

dipandang perlu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari korporasi.

9
Todung Mulia Lubis, Corporate Responsibility, http://www.com.id.org, diakses pada
tanggal 2 Januari 2020.

5
Perseroan Terbatas (PT) sebagai korporasi yang melakukan kegiatan bisnis

dan berorientasi pada profit wajib dalam mengimplementasikan CSR berdasarkan

UUPT. Jenis PT yang diwajibkan untuk melaksanaakan CSR ini dibatasi oleh

jenis kegiatan bisnis PT itu sendiri yaitu PT yang menjalankan kegiatan usahanya

dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam.10

Di Indonesia sendiri, perusahaan yang melakukan CSR masih sangat sedikit

dan pemahaman mengenai CSR pun masih belum merata. Mewujudkan CSR

memang tidak semudah dalam ucapan. Di Indonesia, konsep ini masih dianggap

sebagai hal yang ideal. Hal ini diperkuat oleh penelitian Chambers dan kawan-

kawan terhadap pelaksanaan CSR di tujuh Negara Asia, yakni India, Korea

Selatan, Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia.11 Dari masing-

masing negara diambil 50 perusahaan yang berada pada peringkat atas

berdasarkan pendapatan operasional untuk tahun 2002, lalu dikaji implementasi

CSR-nya. Hasilnya, Indonesia tercatat sebagai negara yang paling rendah

penetrasi pelaksanaan CSR dan derajat keterlibatan komunitasnya.

Namun demikian, berbagai perusahaan di Indonesia berupaya untuk bisa

menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan. Salah satunya adalah PT.

Pangkalan Baru Indah (PBI) yang merupakan salah satu perusahaan yang

beroperasi di Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar, PT.

Pangkalan Baru Indah (PBI) merupakan Pabrik Kelapa Sawit yang mengolah

kelapa sawit dan telah beroperasi lebih kurang 10 (sepuluh) tahun di Desa

10
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 74 ayat 1.
11
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Fascho Publishing, Gresik, 2007,
hlm. 72.

6
Pangkalan Baru, keberadaan PT. Pangkalan Baru Indah (PBI) di Desa Pangkalan

Baru telah diketahui oleh masyarakat banyak, sebagai perusahaan yang tunduk

pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas maka

PT. Pangkalan Baru Indah (PBI) harus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas

masyarakat di lingkungan perusahaannya yaitu Desa Pangkalan Baru melalui

penerapan Corporate Social Responsibility (CSR).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dalam bentuk thesis yang berjudul “Pelaksanaan Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan Oleh PT. Pangkalan Baru Indah (PBI) Di Desa Pangkalan

Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar”.

B. Masalah Pokok

Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis dalam hal ini menetapkan

beberapa masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Adapun masalah tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan oleh PT.

Pangkalan Baru (PBI) di Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu

Kabupaten Kampar ?

2. Apa faktor penghambat dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial

perusahaan oleh PT. Pangkalan Baru (PBI) di Desa Pangkalan Baru

Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

7
Berdasarkan rumusan pokok masalah diatas maka tujuan dari penelitian

yang penulis lakukan ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan oleh PT.

Pangkalan Baru (PBI) di Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu

Kabupaten Kampar.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan tanggung jawab

sosial perusahaan oleh PT. Pangkalan Baru (PBI) di Desa Pangkalan Baru

Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara Teoritis

maupun secara Praktis sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat memberikan manfaat dan pengetahuan lebih

mendalam dalam bidang ilmu hukum khususnya hukum bisnis

khususnya bagi penulis sendiri.

b. Diharapkan hasil penilitian ini dapat memberikan sumbang sarana

dalam ilmu hukum khususnya hukum bisnis.

2. Secara Praktis

a. Diharapkan hasil penilitian ini bermanfaat menjadi bahan bacaan

bagi pembaca yang ingin mengetahui permasalahan hukum

khususnya hukum bisnis serta menambah wawasan tentang Hukum

bisnis.

8
b. Diharapkan hasil penilitian ini bermanfaat sebagai salah satu

referensi bagi para pelaksana Hukum dalam menjalankan aturan

Hukum khususnya dibidang Hukum bisnis.

D. Kerangka Teori

Teori menempati kedudukan yang penting sebagai sarana untuk

merangkum serta memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang semula

tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa disatukan dan ditunjukkan kaitannya satu

sama lain secara bermakna. Teori memberikan penjelasan melalui cara

mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakannya.12

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala

spesifik atau proses tertentu terjadi.13 Satu teori harus diuji dengan

menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan

ketidakbenarannya.14 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir

pendapat, teori, thesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang

menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.15

Kerangka teori tesis ini mengunakan teori utilitas (utilitarisme) yang

dipelopori oleh Jeremy Bentham dan selanjutnya dikembangkan oleh John Stuart

Mill. Utilitarisme disebut lagi suatu teleologis (dari kata Yunani telos= tujuan),

sebab menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya

tujuan perbuatan. Perbuatan yang memang bermaksud baik tetapi tidak

12
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 253.
13
M. Hisyam & J.J.J.M Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, FE UI, Jakarta,
1996, hlm. 203.
14
Ibid, hlm. 16.
15
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 80.

9
menghasilkan apa- apa, menurut utilitarisme tidak pantas disebut baik.16

Teori utilitas merupakan pengambilan keputusan etika dengan

pertimbangan manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya (the

greatest good for the greatestnumber). Artinya, bahwa hal ini benar didefinisikan

sebagai hal yang memaksimalisasi apa yang baik atau meminimalisir apa yang

berbahaya bagi kebanyakan orang. Semakin bermanfaat pada semakin banyak

orang, perbuatan itu semakin etis. Dasar moral dari perbuatan hukum ini bertahan

paling lama dan relatif paling banyak digunakan. Utilitarianism (dari kata utilis

berarti manfaat) sering disebut pula dengan aliran konsekuensialisme karena

sangat berpotensi pada hasil perbuatan.17

Menurut Soedjono Dirdjosisworo dalam pergaulan hidup manusia,

kepentingan-kepentingan manusia bisa senantiasa bertentangan satu dengan yang

lain.Maka tujuan hukum adalah untuk melindungi kepentingan-kepentingan itu.

Kepentingan-kepentingan manusia itu bermacam-macam, seperti kepentingan

untuk menikmati apa yang menjadi haknya, kepentingan untuk mendapatkan

perlindungan hukum, kepentingan untuk mendapatkan kebahagian hidup lahir dan

batin, dan sebagainya.18

Menurut Muchsin sebenarnya hukum bukanlah sebagai tujuan tetapi dia

hanyalah sebagai alat. Yang mempunyai tujuan adalah manusia, maka yang di

maksud dengan tujuan hukum adalah manusia dengan hukum sebagai alatuntuk

mencapai tujuan itu.19 Secara umum, Van Apeldoorn mengatakan bahwa tujuan

16
K. Bertens, Etika dan Etiket, Pentingnya Sebuah Perbedaan, Kanisius,Yogyakarta, 1989, hlm.
67.
17
Erni R. Ernawan, Op. cit., hal. 93.
18
Soedjono Dirjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1983, hlm. 11.
19
Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, Badan Penerbit Iblam, Jakarta, 2006, hlm. 11.

10
hukum ialah mengatur pergaulan hidup secara damai. Maksudnya hukum

menghendaki perdamaian, yang semuanya bermuara kepada suasana damai.

Rudolf Von Jhering mengatakan bahwa tujuan hukum ialah untuk memelihara

keseimbangan antara berbagai kepentingan. Van Kant mengatakan tujuan hukum

ialah untuk menjamin kepastian hukum (Rechtszekerheid, Law Certainty), yakni

mengenai hak dan kewajiban di dalam pergaulan hidup masyarakat. Aristoteles

mengatakan tujuan hukum itu ialah untuk memberikan kebahagiaan yang sebesar-

besarnya bagi anggota masyarakat sebanyak-banyaknya, sedangkan Roscoe

Pound mengatakan tujuan hukum ialah sebagai alat untuk membangun

masyarakat (law is tool of social engineering).

Menurut Satjipto Raharjo dalam bukunya “Ilmu Hukum” mengatakan

bahwa: Teori Kegunaan Hukum bisa dilihat sebagai perlengkapan masyarakat

untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan. Oleh karena itu ia bekerja dengan

memberikan petunjuk tentang tingkah laku dan berupa norma (aturan-aturan

hukum).20 Pada dasarnya peraturan hukum yang mendatangkan kemanfaatan atau

kegunaan hukum ialah untuk terciptanya ketertiban dan ketentraman dalam

kehidupan masyarakat, karena adanya hukum tertib(rechtsorde).

Menurut teori utilitas, suatu adalah baik jika membawa manfaat, tapi

manfaat itu harus menyangkut bukan hanya satu dua orang melainkan masyarakat

sebagai keseluruhan. Jadi, utilitarisme ini tidak boleh dimengerti dengan cara

egoistis. Dalam rangka pemikiran ini kriteria untuk menentukan baik buruknya

suatu perbuatan adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar.

Perbuatan yang mengakibatkan paling banyak orang yang merasa senang dan puas
20
Satjipto Rahardjo, Op. cit, hlm. 13.

11
adalah perbuatan yang terbaik. Mengapa melestarikan lingkungan hidup, misalnya

merupakan tanggung jawab moril individu atau korporasi? Utilitarisme

menjawab: karena hal itu membawa manfaat paling besar bagi umat manusia

sebagai keseluruhan. Korporasi atau perusahaan tentu bisa meraih banyak manfaat

dengan menguras kekayaan alam melalui teknologi dan industri, hingga sumber

daya alam rusak atau habis sama sekali. Karena itu, menurut utilitarisme upaya

pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menjadi tanggung jawab

moral individu atau perusahaan.21 Persoalannya adalah apakah perusahaan dengan

sukarela atau de nganikhlasmenciptakan perubahan dalam lingkungan masyarakat

di tempatperusahaanitu berada. Karena pada dasarnya dunia usaha memegang

teguh adagium “bahwa tugas pokok pebisnis adalah mencari untung sebesar-

besarnya”. Disinilah pentingnya moralitas dalam kegiatan ekonomi menurut

Adam Smith dalam bukunya“Theory of Moral Sentiment”, mengungkapkan

bahwa kegiatan ekonomi yang bersinggungan dengan kepentingan masyarakat,

maka perusahaan harus dapat mengimplementasikan nilai keadilan dalam

kebijakan perusahaan karena negara hanya berlaku sebagai “impartial

spectator”.22

Keberadaan suatu perusahaan akan selalu berinteraksi dengan masyarakat

sekitar yang kemudian menimbulkan kepentingan-kepentingan yang kadang

saling bertentangan. Dalam konteks pertentangan kepentingan masyarakat, ini

akan menimbulkan persoalan wajar tidak wajar, patut tidak patut, yang pada

akhirnya pertentangan kepentingan ini dapat melanggar hak anggota

21
K. Bertens, Op. cit, hlm. 67.
22
Ibid, hlm. 66.

12
masyarakat.23 Pelanggaran-pelanggaran hak masyarakat dalam kegiatan sosial dan

kegiatan ekonomi perusahaan dapat terjadi karenanya hukum diperlukan untuk

melindungi hak masyarakat tersebut. Roscoe Pound menyatakan bahwa tugas

pokok pemikiran modern adalah “rekayasa sosial”. Untuk memudahkan

dan menguatkan tugas rekayasa sosial, Roscoe Pound menggolongkan

kepentingan-kepentingan sosial, untuk kesinambungan hukum yang berkembang

melalui daftar kepentingan yang mengalami perkembangan, sehingga tiga

kepentingan harus dilindungi, yaitu, kepentingan umum, kepentingan sosial dan

kepentinganpribadi.24

Pada dasarnya, tanggung jawab sosial perusahaan dibedakan dari tanggung

jawab lain. Bisnis selalu memiliki dua tanggung jawab: tanggung jawab ekonomis

dan tanggung jawab sosial. Tetapi perlu dicatat hal ini hanya berlaku untuk sektor

swasta. Jika Milton Friedman menyebut peningkatan keuntungan perusahaan

sebagai tanggung jawab sosialnya, sebetulnya ia berbicara tentang tanggung

jawab ekonomis saja, bukan tanggung jawab sosial. Namun perlu diakui,

tanggung jawab ekonomis ini mempunyai aspek sosial yang penting dan mungkin

terutama aspek itulah yang mau digarisbawahi oleh Friedman. Kinerja setiap

perusahaan menyumbangkan kepada kinerja ekonomi nasional sebuah negara.

Jika suatu perusahaan berhasil memainkan peranannya dengan baik di atas

panggung ekonomi nasional, dengan sendirinya ia memberi kontribusi yang

23
Bismar Nasution, Diktat Hukum Perusahaan, Program Magister Ilmu Hukum, Program
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2004, hlm. 1.
24
Friedman, Teori dan Filsafat Hukum Idealisme dan Problem Keadilan, Jilid 2
(terjemahan Achmad Nasir Budiman dan Sulemen Daqib), Rajawali Pers, Jakarta, 1990,
hlm. 140.

13
berarti kepada kemakmuran masyarakat. Hubungan masyarakat diartikan

mempunyai hubungan sosial dan bukan hubungan bisnis. Fenomena sosial

tersebut menuntut perusahaan memiliki tanggung jawab sosial atau Corporate

Social Responsibility.

Penerapan CSR harus dimulai dari komitmen dan pemahaman yang baik

dari pihak pengusaha bahwa setiap perusahaan mestilah mengembangkan kegiatan

sosial yang bukan hanya demi menjaga citra baik perusahaan, tetapi juga menjaga

kesinambungan (sustainability) usaha suatu perusahaan dengan membentuk suatu

relasi sosial yang kuat dengan masyarakat sekitarnya (kemitraan).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Business for Social

Responsibility, adapun manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan yang

mengimplementasikan CSR antara lain:25

a. Peningkatan penjualan dan pangsa pasar (increased sales and

marketshare);

b. Memperkuat posisi nama atau merek dagang (strengthened and brand

positioning);

c. Meningkatkan citra dan pengaruh perusahaan (enhanced corporate image

and clout);

d. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, motivasi dan mempertahankan

karyawan (increased ability to attract, motivate, and retainemployees);

e. Menurunkan biaya operasional perusahaan (decreasing operatingcost);

25
Philip Kotler dan Nancy Lee, Corporate Social Responsibility: Doing the Most Good
for Your Company and Your Cause, John Wiley and Sons, Inc, New Jersey, 2005, hlm.
10-11.

14
f. Meningkatkan daya tarik bagi investor dan analisis keuangan (increased

appeal to investors and financial analysts);

Pada dasarnya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan

merupakan investasi jangka panjang karena adanya asas manfaat (utilitas) untuk

menciptakan kesenangan atau kebahagiaan yang bersifat mutualisme.

Untuk mendukung teori utilitas di atas, maka penelitian ini juga

menggunakan konsep stakeholder theory sebagai pisau analisis. Perusahaan tidak

hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik (shareholders), tetapi

bergeser menjadi lebih luas, yaitu sampai pada ranah sosial kemasyarakatan

(stakeholders) yang selanjutnya disebut sebagai CSR. Fenomena seperti itu terjadi

karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negative externalities yang timbul

serta ketimpangan sosial yang terjadi. Perusahaan hendaknya memerhatikan

stakeholders karena mereka adalah pihak yang memengaruhi dan dipengaruhi

baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang

diambil dan dilakukan oleh perusahaan. Jika perusahaan tidak memerhatikan

stakeholders, bukan tidak mungkin akan menuai protes dan membuat citra

perusahaan (corporate image) menjadinegatif.

Berdasarkan asumsi dasar dari teori stakeholder, perusahaan tidak dapat

melepaskan diri dengan lingkungan sosial sekitarnya. Adapun citra (image)

negatif yang akan terbentuk jika perusahaan tidak memerhatikan stakeholders-

nya. Setelah melakukan segala proses manajemen Public Relations untuk aktivitas

program CSR, maka akan terjadi feedback (tanggapan balik) dari publik yang

bersangkutan dengan program CSR yang dilaksanakan. Tanggapan balik yang

15
diberikan oleh publik akan membentuk citra perusahaan (corporate image). Image

positif dari para pemangku kepentingan (stakeholders) dapat dirasakan, serta

membantu dalam pembangunan berkelanjutan.

Akhirnya kegiatan Corporate Social Responsibilty di perusahaan tersebut

dapat dikelola secara profesional dan transparan sehingga CSR sebagai salah satu

implementasi good corporate governance dapat segera terwujud dan yang terlebih

penting citra (image) positif perusahaan dapat terbentuk.

Menurut bahasa, Corporate Sosial Responsibility diartikan Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas memilih menggunakan istilah Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan untuk penjabaran dalam pengaturan tersebut. Pada saat ini belum

adanya kesatuan bahasa terhadap istilah CSR namun secara konseptual semuanya

memiliki kesamaan makna. Beragam istilah yang sepadan dengan CSR misalnya

Corporate Responsibility, Corporate Citizenship, Responsible Business,

Sustainable Responsible Business, dan Corporate Social Performance.26

Banyak istilah untuk mengartikan tanggung jawab sosial perusahaan

(Coorporate Social Responsibility/ CSR) dan juga beragam definisinya karena

sampai sekarang belum ada definisi tunggal yang disepakati secara global. Pasal 1

butir 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

menyebutkan defenisi tanggung jawab sosial perusahaan/ CSR sebagai berikut:

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan


untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
26
Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility:Dari Voluntary Menjadi
Mandatory, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm. 5.

16
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,
baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada
umumnya.
Terlihat dari definisi di atas mengenai tanggung jawab sosial perusahaan/

CSR menekankan pada penciptaan pembangunan ekonomi berkelanjutan yang

bermanfaat bagi perseroan itu sendiri maupun bagi masyarakat. Inti sari dari

defenisi di atas bahwa tanggung jawab sosial perusahaan/ CSR yaitu komitmen

untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan bersama

dengan stakeholders untuk peningkatan kualitas hidup mereka.

Dari rumusan definisi atau pengertian di atas, dapat ditarik tiga hal pokok

yang membentuk pemahaman terhadap tanggung jawab sosial perusahaan/ CSR

yaitu sebagai berikut :27

1. Bahwa sebagai suatu artificial person, perusahaan atau perseroan tidak

berdiri sendiri dan mereka memiliki tanggung jawab terhadap keadaan

ekonomi, lingkungan, dan sosial.

2. Keberadaan (eksistensi) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan

atau perseroan tidak hanya ditentukan oleh pemegang saham atau

shareholders-nya tetapi juga sangat ditentukan oleh pihak lain yang

berkepentingan atau seluruh stakeholders-nya.

3. Melaksanakan CSR berarti juga melaksanakan tugas dan kegiatan sehari-

hari perusahaan atau perseroan, sebagai wadah untuk memperoleh

keuntungan melalui usaha yang dijalankan atau dikelolanya.

Terdapat tujuh hal yang menjadi komponen utama tanggung jawab sosial

27
Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan
Tanpa CSR, Forum Sahabat, Jakarta, hlm. 45.

17
perusahaan/ CSR menurut Wibisono yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Perlindungan lingkungan

Perlindungan lingkungan dilakukan perusahaan sebagai wujud kontrol sosial

yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan.

2. Perlindungan dan jaminan karyawan

Kesejahteraan karyawan merupakan hal mutlak yang menjadi tolak ukur

bagi perusahaan dalam menghargai karyawannya.

3. Interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat

Peran masyarakat dalam menentukan kebijakan perusahaan penting,

sehingga perusahaan dengan masyarakat sekitarnya harus menjaga

harmonisasi agar bersinergi.

4. Kepemimpinan dan pemegang saham

Pemegang saham merupakan pihak yang paling memiliki kepentingan

terhadap pencapaian keuntungan yang diperoleh perusahaan.

5. Penanganan produk dan pelanggan

Kepuasan pelanggan adalah hal yang utama, sehingga apabila pelanggan

puas maka mereka akan repeat order dan keuntungan lebih akan

diperoleh.

6. Pemasok (supplier)

Pemasok merupakan pihak yang menguasai jaringan distribusi.Hubungan

yang baik dengan pemasok menguntungkan perusahaan.

7. Komunikasi dan laporan

18
Keterbukaan terhadap komunikasi dan pelaporan yang tercermin melalui

sestem informasi akan membantu dalam pengambilan keputusan.

Diperlukan keterbukaan informasi material dan relevan bagi stakeholders.

E. Konsep Operasional

Agar pembahasan dalam penelitian ini dapat lebih tajam dan bermakna,

sesuai dengan apa yang diharapkan, penulis memberikan beberapa batasan

penelitian yang berkenaan dengan arti maksud judul penelitian sebagai berikut :

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana

yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya

dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap.28

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah suatu komitmen perusahaan

untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak

yang terkait, utamanya masyarakat disekelilingnya dan lingkungan sosial dimana

perusahaan tersebut berada.

PT. Pangkalan Baru Indah (PBI) adalah perusahaan yang bergerak

dibidang pengelolaan kelapa sawit yang berada di Desa Pangkalan Baru

Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

F. Metode Penelitian

28
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, PT. Raja Grafindo Persada,
2002, hlm, 70.

19
Metode penelitian selalu mencari titik-titik tolak yang pasti dan peraturan-

peraturan penelitian yang diharapkan tentang bagaimana suatu penelitian

dilakukan, supaya dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat di pertanggung

jawabkan dan sahih.29 Tujuan dari suatu metode penelitian ilmiah adalah untuk

menghasilkan data yang objektif, dan tidak biasa sehingga dapat dilakukan

evaluasi terhadap data yang diperoleh.30

Dalam melakukan penelitian ini untuk mendapatkan hasil penelitian yang

baik dan bermanfaat penulis mempergunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Jenis Dan Sifat Penelitian

Dari sudut bentuk penelitian yang dipakai dalam penelitian ini

digolongkan observasional research dengan cara survei, dengan ini

penulis mengumpulkan data melalui wawancara dengan responden terkait

permasalahan yang diteliti. Sedangkan dilihat dari segi sifatnya, maka

penelitian ini bersifat deskriptif, sehingga dapat menggambarkan suatu

kenyataan secara lengkap tentang tanggung jawab sosial perusahaan oleh

PT. Pangkalan Baru Indah (PBI) di Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak

Hulu Kabupaten Kampar .

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor PT. Pangkalan Baru Indah (PBI)

yang beralamat di Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten

29
Sunaryati Haryono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, Alumni,
Bandung, 2006, hlm. 108.
30
Morissan, Metode Penelitian Survei, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm.
7.

20
Kampar . dengan alasan adanya kemudahan untuk mendapatkan data-data

yang diperlukan dalam penelitian ini.

3. Populasi dan Responden

Populasi merupakan sejumlah objek atau unit yang mempunyai

ciri-ciri atau karakteristik yang sama.31 Responden adalah seseorang atau

individu yang akan memberikan respons terhadap pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti. Responden ini, merupakan orang atau individu

yang terikat secara langsung dengan data yang dibutuhkan.32 Sehubungan

dengan pengertian tersebut, maka yang dijadikan populasi dan responden

dalam penelitian ini adalah Pimpinan PT. Pangkalan Baru Indah (PBI),

Kepala Desa Pangkalan Baru dan Ketua Pemuda Desa Pangkalan Baru.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini

Tabel 1.1
Populasi dan Responden
No Kriteria Populasi Populasi Responden Sampel ket

Sensus
1 Pimpinan PT. Pangkalan 1 1 -
Baru Indah (PBI) 100%
Sensus
2 Kepala Desa Pangkalan 1 1 -
Baru 100%
Sensus
3 Ketua Pemuda Desa 1 1 -
Pangkalan Baru 100%
JUMLAH 3 3 -
Sumber : Data lapangan setelah diolah tahun 2020

31
Mukti Fajar Nd dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normotif Dan
Empiris, Pustaka Pelajar, Cetalan Pertama, Yogyakarta, 2010, hlm.171
32
Ibid., hlm. 174.

21
4. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer yaitu data yang diperoleh penulis langsung dari

responden berupa data utama yang berkaitan dengan masalah dan

tujuan penelitian melalui teknik wawancara.

b. Data sekunder yaitu data yang mendukung data primer yang tertulis

yang berasal dari buku-buku jurnal peraturan perundang-undangan,

kamus serta keterangan-keterangan tertulis lainnya yang diperlukan

dalam penulisan skripsi ini.

5. Alat Pengumpul Data

a. Wawancara

Yaitu alat pengumpul data berupa informasi yang dilakukan dengan

cara penulis mengadakan tanya jawab secara langsung dengan

responden yang telah penulis pilih dan tentukan, metode wawancara

penulis gunakan supaya penulis dapat dengan tepat meneliti objek

penelitian yang sedang ditelaah.

6. Analisis Data

Data yang diperoleh dari wawancara diasajikan dalam bentuk

uraian kalimat. Data yang sudah disajikan lalu dilakukan interpretasi data.

Setelah data penulis dapatkan, maka data itu diklasifikasikan sesuai

dengan masalah pokok, kemudian data tersebut diolah dan disajikan dalam

bentuk uraian kalimat, selanjutnya dilakukan pembahasan dengan cara

22
merujuk kepada peraturan perundang-undangan, pendapat para ahli hukum

dan teori lainnya.

7. Metode Penarikan Kesimpulan

Metode penarikan kesimpulan yang digunakan adalah metode

induktif yakni penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus

kepada hal-hal yang bersifat umum.33

33
Sriwahyuni, Pedoman Penulisan Thesis Program Magister Ilmu Hukum, UIR Pres, 2015,
hlm. 13.

23
F. Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Masalah Pokok

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

D. Kerangka Teori

E. Konsep Operasional

F. Metode Penelitian

BAB II. TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Umum Tentang Perseroan Terbatas

B. Tinjauan Umum Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

C. Tinjauan Umum Tentang PT. Pangkalan Baru Indah (PBI)

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan oleh PT. Pangkalan Baru

(PBI) di Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

B. Faktor penghambat dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan

oleh PT. Pangkalan Baru (PBI) di Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak

Hulu Kabupaten Kampar.

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

24
G. Daftar Pustaka

I. Buku-buku

Bismar Nasution, Diktat Hukum Perusahaan, Program Magister Ilmu Hukum,


Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2004.

Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility:Dari Voluntary Menjadi


Mandatory, Rajawali Pers, Jakarta, 2012.

Erni R. Ernawan, Business Ethics: Etika Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung, 2007.

Friedman, Teori dan Filsafat Hukum Idealisme dan Problem Keadilan, Jilid 2
(terjemahan Achmad Nasir Budiman dan Sulemen Daqib), Rajawali Pers,
Jakarta, 1990.

Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, Risiko Hukum dan Bisnis
Perusahaan Tanpa CSR, Forum Sahabat, Jakarta.

I Nyoman Tjager, et al, Corporate Governance (Tantangan dan Kesempatan bagi


Komunitas Bisnis Indonesia), PT. Prehalindo, Jakarta, 2002.

K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Seri Filsafat Atmajaya: 21), Kanisius,


Yogyakarta, 2000.

_________, Etika dan Etiket, Pentingnya Sebuah Perbedaan,


Kanisius,Yogyakarta, 1989.

Manuel G. Velasquez, Business Ethics: Concepts and Cares (Fifth Edition), New
Jersey: Pearson Education, Inc., 2002.

M. Hisyam & J.J.J.M Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, FE UI,


Jakarta, 1996.

Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, Badan Penerbit Iblam, Jakarta, 2006.

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994.

Morissan, Metode Penelitian Survei, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,


2012.

Mukti Fajar Nd dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normotif Dan
Empiris, Pustaka Pelajar, Cetalan Pertama, Yogyakarta, 2010.

Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, PT. Raja Grafindo


Persada, 2002.

25
Philip Kotler dan Nancy Lee, Corporate Social Responsibility: Doing the Most
Good for Your Company and Your Cause, John Wiley and Sons, Inc, New
Jersey, 2005.

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Soedjono Dirjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,


1983.

Sriwahyuni, Pedoman Penulisan Thesis Program Magister Ilmu Hukum, UIR


Pres, 2015.

Sunaryati Haryono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20,


Alumni, Bandung, 2006.

Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Fascho Publishing,


Gresik, 2007.

II. Undang-Undang

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

III. Internet

Heka Hertanto, “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Mewujudkan


Kesejahteraan Ekonomi Rakyat, http://www.arthagrahapeduli.org/,
terakhir kali diakses tanggal 2 Januari 2020.

CSR Untungkan Perusahaan, http://corpsocialresp.blogspot.com/. diakses tanggal


2 Januari 2020.

Fajar Nursahid, “Tanggung jawab Sosial BUMN” www.masyarakatmandiri.org.


diakses tanggal 2 Januari 2020.

Todung Mulia Lubis, Corporate Responsibility, http://www.com.id.org, diakses


pada tanggal 2 Januari 2020.

26

Anda mungkin juga menyukai