P R O T E C T I O N O F S TA K E H O L D E R S I N T E R E S T,
C O R P O R AT E S O C I A L R E S P O N S I B I L I T Y,
S TA K E H O L D E R S ’ R O L E S A N D
R E S P O N S I B I L I T Y.
Oleh :
UNIVERSITAS RIAU
TAHUN 2019
BAB I
Latar Belakang
1.1 Latar belakang masalah
Perusahaan dalam kegiatan operasinya berinteraksi dengan berbagai pihak
dan dengan demikian dituntut untuk memenuhi berbagai tanggung jawab yang
terkait dengan interaksi tersebut, baik oleh hukum, pemegang saham, maupun
para pemangku kepentingan. Berbagai tanggung jawab tersebut dapat dibagi
menjadi 4 jenis menurut Caroll (1979), Brummer (1991), dan Peattie (1992).
Keempat jenis tanggung jawab tersebut adalah:
1. Tanggung jawab ekonomi menuntut perusahaan untuk produktif dan
memproduksi barang dan jasa yang diinginkan oleh masyarakat secara
keseluruhan.
2. Tanggungjawab hukum (legal responsibility), menuntut perusahaan untuk
mengikuti seperangkat tanggungjawab hukum (legal) dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya.
3. Tanggungjawab moral dan etika, menuntut perusahaan untuk mengikuti dan
mengakui tata nilai dan etika.
4. Tanggung jawab social/Philanthropic, menuntut perusahaan untuk secara
proaktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menguntungkan bagi
masyarakat di luar tanggung jawab ekonomi ,hokum dan etikanya.
Di dalam tulisan Ali Darwin, Ak, MSc (Ketua IAI Kompartemen Akuntansi dan
Manajemen) di dalam Jurnal EBAR edisi III September–Desember 2006
disebutkan bahwa. Secara umum isu CSR (Corporate Social Responsibility)
mencakup 5 (lima ) komponen pokok :
a. Hak Asasi Manusia (HAM)
Bagaimana perusahaan menyikapi masalah HAM dan strategi serta kebijakan apa
yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya pelanggaran HAM
di perusahaan yang bersangkutan.
b. Tenaga kerja (Buruh)
Bagaimana kondisi tenaga kerja di supply chain atau di pabrik milik sendiri mulai
dari soal sistem penggajian, kesejahteraan hari tua dan keselamatan kerja,
peningkatan keterampilan dan profesionalisme karyawan sampai pada soal
penggunaan tenaga kerja di bawah umur.
c. Lingkungan hidup
Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan dengan masalah lingkungan
hidup. Bagaimana perusahaan mengatasi dampak lingkungan atas produk atau
jasa mulai dari pengadaaan bahan baku sampai pada masalah buangan limbah,
serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi
produk.
d. Sosial Masyarakat
Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan
masyarakat setempat (community development) serta dampak operasi perusahaan
terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.
e. Dampak Produk dan Jasa terhadap Pelanggan
Apa saja yang dilakuka oleh perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan
jasa bebas dari dampak negatif seperti; menggangu kesehatan, mengancam
keamanan dan produk terlarang .
Dari sini dapat dilihat bahwa konsep CSR melampaui tanggung jawab
ekonomi, hukum dan teknis dari suatu perusahaan, dan juga melampaui
produksi barang dan jasa yang mengutungkan. Dan semakin lama CSR juga
dilihat sebagai cara untuk membantu memecahkan berbagai masalah social
dan lingkungan terutama masalah–masalah yang diciptakan oleh kegiatan
operasional perusahaan.
Suatu konsep penting yang menjadi dasar dari perkembangan konsep CSR
adalah cara pandang bahwa perusahaan tidak semata–mata suatu organisasi
pribadi, melainkan suatu organisasi sosial. Perusahaan diharapkan beroperasi
dengan pemahaman mengenai kesejahteraan social dari masyarakat dan
diharapkan untuk membagi keuntungan dari aktifitas ekonominya dengan
masyarakat. Dengan demikian perusahaan memperoleh tempatnya dalam
masyarakat dengan menanggapi dan memberikan keinginan dari masyarakat.
Corporate Social Responsibility merupakan bentuk komitmen perusahaan
untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama stakeholder
terkait, terutama adalah masyarakat di sekeliling di mana perusahaan
tersebut berada. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas diterbitkan dan mewajibkan perseroan yang bidang usahanya di
bidang atau terkait dengan bidang sumber daya alam untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-Undang tersebut (Pasal
66 ayat 2c) mewajibkan semua perseroan untu melaporkan pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan. Pelaporan
tersebut merupakan pencerminan dari perlunya akuntabilitas perseroan
atas pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan, sehingga para
stakeholders dapat menilai pelaksanaan kegiatan tersebut. Corporate Social
Responsibility dalam Undang-Undang tersebut (Pasal 1 ayat 3) dikenal
dengan istilah tanggung jawab sosial dan lingkungan yang diartikan sebagai
komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka kami menyajikan
perlindungan pada kepentingan stakeholder, Corporate Social Responsibilty,
dan peran dan tanggung jawab para stakeholder (pemangku kepentingan)
beserta contoh kasus lemahnya penerapan CSR terhadap stakeholder,
terutama karyawan pada PT. SD di lapangan.
2.3 Dalam hal kepentingan stakeholder yang dilindungi oleh hukum, pihak
stakeholder harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan pemulihan yang
efektif dari pelanggaran atas hak-hak mereka
Kerangka hukum dan proses harus transparan dan tidak menghambat kemampuan
para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk berkomunikasi dan memperoleh
ganti rugi atas pelanggaran hak.
2.4 Mekanisme partisipasi karyawan seharusnya diizinkan untuk dikembangkan.
Tingkat keikutsertaan dalam tata kelola perusahaan bergantung pada hukum
nasional dan praktek, dan dapat bervariasi dari perusahaan ke perusahaan juga.
Dalam hal tata kelola perusahaan, mekanisme partisipasi dapat menguntungkan
perusahaan secara langsung maupun secara tidak langsung melalui kesiapan oleh
karyawan untuk berinvestasi di perusahaan. Contoh mekanisme partisipasi
karyawan antara lain perwakilan karyawan pada dewan direksi atau komisaris;
proses pada pemerintahan seperti karya yang mempertimbangkan sudut pandang
karyawan dalam keputusan-keputusan kunci tertentu, konvensi internasional dan
norma-norma nasional yang mengakui hak-hak karyawan untuk informasi,
konsultasi dan negosiasi. Sehubungan dengan meningkatkan mekanisme kinerja,
rencana kepemilikan saham karyawan atau mekanisme pembagian keuntungan
lain yang jamak ditemukan di banyak negara. Dalam hal komitmen pensiun juga
sering menjadi suatu elemen pada hubungan antara perusahaan dengan karyawan
purna bakti dan masa kini. Komitmen-komitmen tersebut melibatkan perencanaan
dana yang independen dari pengawasan harus bebas dari manajemen perusahaan
dan pengelolaan dana untuk semua penerima.
2.5 Stakeholder berpartisipasi dalam proses tata kelola perusahaan, di mana
mereka harus memiliki akses ke informasi yang relevan, cukup dan handal
secara tepat waktu dan teratur.
Hukum dan praktek kerangka kerja tata kelola perusahaan kerangka menyediakan
ruang partisipasi dari para pemangku kepentingan, tentu sangat penting bahwa
pemangku kepentingan memiliki akses ke informasi yang diperlukan untuk
memenuhi tanggung jawab mereka.
2.6 Pemangku kepentingan, termasuk karyawan dan badan perwakilan mereka,
harus dapat berkomunikasi secara bebas mengenai keprihatinan mereka
mengenai praktik ilegal atau praktek yang tidak etis pada dewan direksi
atau dewan komisaris dan pihak yang berwenang dan hak-hak mereka tidak
boleh dikompromikan kepada otoritas publik yang berwenang.
Ketidaketisan dalam rangka pencapaian tujuan yang dimaksud pada praktik-
praktik ilegal oleh pejabat perusahaan mungkin tidak hanya melanggar hak-hak
stakeholders tetapi juga dapat merugikan perusahaan dan para pemegang saham
dalam hal reputasi dan peningkatan risiko kewajiban keuangan pada masa depan.
Maka dari itu, keuntungan dari perusahaan dan para pemegang saham untuk
menetapkan prosedur dan menampung untuk keluhan oleh karyawan, baik secara
pribadi atau melalui perwakilan badan mereka, dan juga dari luar perusahaan,
mengenai perilaku ilegal dan tidak etis tersebut. Dewan harus didukung oleh
undang-undang dan atau prinsip-prinsip untuk melindungi individu dan badan
perwakilan dan memberi mereka akses rahasia langsung ke seseorang yang
independen di jajaran dewan direksi atau dewan komisaris atau komite etika.
Beberapa perusahaan telah mendirikan ombudsman untuk menangani keluhan.
Beberapa pihak regulator juga membentuk saluran rahasia telepon dan fasilitas e-
mail untuk menerima keluhan. Sementara di negara tertentu, badan perwakilan
karyawan melakukan tugas-tugas menyampaikan kekhawatiran kepada
perusahaan, karyawan tidak perlu umtuk secara langsung menyampaikan keluhan
dan tetap dilindungi ketimbang bertindak sendirian. Dalam ketiadaan tindakan
perbaikan yang tepat atau dalam menghadapi risiko dari tindakan negatif dari
keluhan mengenai pelanggaran hukum, karyawan didorong untuk melaporkan
keluhan kepada pejabat yang berwenang. Banyak negara juga memberikan
kesempatan untuk membawa kasus pelanggaran terhadap OECD Pedoman Untuk
Perusahaan Multinasional ke kontak poin nasional. Perusahaan harus menahan
diri dari tindakan diskriminatif atau menidiakan disiplin terhadap karyawan atau
badan tersebut.
2.7 Kerangka kerja tata kelola harus dilengkapi dengan kerangka kepailitan
yang efisien dan efektif dalam penegakan hak-hak kreditor.
Kreditor adalah stakeholder kunci, volume dan jenis kredit yang diberikan kepada
perusahaan akan tergantung sesuai dengan pentingnya pada hak-hak mereka dan
pengawasan diri mereka. Perusahaan dengan pencatatan tata kelola perusahaan
yang baik sering dapat meminjam dana dalam jumlah yang lebih besar dan lebih
menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan lain yang memiliki pencatatan
atau yang beroperasi di pasar yang kurang transparan. Kerangka kerja untuk
kebangkrutan perusahaan bervariasi secara luas di berbagai negara. Di beberapa
negara, ketika perusahaan yang hampir bangkrut, kerangka legislatif
membebankan kewajiban kepada direksi untuk bertindak dalam memenuhi
kepentingan kreditor, yang karena itu mungkin memainkan peran penting dalam
tata kelola perusahaan. Negara-negara yang lain memiliki mekanisme yang
mendorong debitur untuk mengungkapkan informasi yang tepat mengenai
kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi perusahaan sehingga solusi konsensual
dapat ditemukan di antara pihak debitor dan pihak kreditor.
Hak-hak kreditor juga bervariasi, mulai dari pemegang obligasi hingga kepada
kreditor tanpa jaminan. Prosedur kepailitan biasanya memerlukan mekanisme
efisien untuk merekonsiliasi antara kepentingan dari kelas kreditor yang berbeda.
Di banyak yurisdiksi ketentuan ini dibuat untuk hak-hak khusus seperti melalui
"debitur", yang menyediakan insentif/perlindungan untuk dana yang tersedia
untuk perusahaan yang sedang berada dalam kepailitan.
Kembali ) meninggal)
Hari Jumat,kejadiannya
Ibu Zubaidah
Pemegang saham
dituangkan
Transparancy Kreditor
di dalam
GCG
hubungan Konsumen
Responsibility Supplier
memp hub dgn CSR
Masyarakat
Peraturan Pemerintah
Accountibility Perusahaa
n & SKD Undang- Karyawan
undang
Pemangku
Tenaga
Indenpendenc kepentingan lainnya
kerja
y
Kode Etik
Fairness
(code of
conduct)
Catatan:
Prinsip responsibility mempunyai hubungan yang dekat dengan CSR yang
memberikan pendekatan yang lebih terhadap stakeholder (stakeholder–driven
concept). Prinsip lain lebih fokus pada shareholder-driven concept. CSR
merupakan suatu konsep bahwa organisasi khususnya perusahaan memiliki
tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan. Menerapkan CSR dengan benar berarti juga memenuhi prinsip
responsibility yang diusungkan GCG.
Karyawan: Pedoman Pokok Pelaksanaannya menurut KNKG
1.1.2. Penetapan besarnya gaji, keikutsertaan dalam pelatihan, penetapan jenjang karir
dan penentuan persyaratan kerja lainnya harus dilakukan secara objektif, tanpa
membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik seseorang,
atau keadaaan khusus lainnya yang dilindungi oleh peraturan perundang-
undangan.
1.1.3. Perusahaan harus memiliki peraturan tertulis yang mengatur dengan jelas
pola rekrutmen serta hak dan kewajiban karyawan.
Di dalam PT.SD terdapat peraturan tertulis baik berupa Surat Keputusan Direksi
(SKD) maupun berupa Peraturan Perusahaan yang telah disyahkan oleh Dinas
Tenaga Kerja setempat.
Contoh SKD (Surat Keputusan Direksi )
Surat Keputusan Direksi No. 050/HRD-WIP/SE-XI/2008 tentang Fsiltas Pemanen
antara lain:
Contoh Peraturan Perusahaan
PASAL 4
STATUS KARYAWAN
1. Karyawan Tetap
Adalah Karyawan yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan dari Pimpinan PT.
S D untuk dipekerjakan dan terikat hubungan kerja dengan Perusahaan.
2. Karyawan Harian
Adalah Karyawan yang diterima bekerja untuk melaksanakan pekerjaan yang
bersifat umum dan rutin di mana gaji / upah dibayarkan untuk 30 hari dalam
sebulan dan berlaku ketentuan normal sebagai berikut :
a. Jumlah / nilai gaji / Upah minimal sesuai ketentuan UMSP
b. Jika tidak bekerja di hari kerja resmi tanpa ijin dianggap mangkir dan
di hari mangkir tersebut gaji / upah tidak dibayarkan dan secara otomatis gaji /
upah di hari Minggunya pun tidak dibayarkan.
3. Karyawan Bulanan
Adalah Karyawan yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Pengangkatan sebagai
Karyawan Bulanan.
4. Karyawan Perjanjian Kerja
Adalah Karyawan yang mengadakan Hubungan Kerja dengan Perusahaan dalam
jangka waktu tertentu dan / atau pekerjaan tertentu selama 2 ( dua ) tahun serta
dapat diperpanjang untuk 1 (satu) kali perpanjangan paling lama 1 (satu) tahun,
total keseluruhan paling lama 3 (tiga) tahun dengan berdasar pada
Kepmenakertrans No. KEP.100/MEN/VI/2004
PASAL 16
KOMPONEN UPAH
Upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan lain yang bersifat tetap dan tidak
tetap.
1. Upah pokok adalah imbalan dasar yang dibayarkan kepada Pekerja/Buruh
menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan
kesepakatan
2. Tunjangan Tetap adalah pembayaran kepada Pekerja/Buruh yang dilakukan secara
teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran Pekerja/Buruh atau pencapaian
prestasi kerja tertentu.
3. Tunjangan Tidak Tetap adalah suatu pembayaran yang secara langsung atau tidak
langsung berkaitan dengan Pekerja/Buruh, yang diberikan secara tidak tetap untuk
Pekerja/Buruh dan keluarganya serta dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak
sama dengan waktu pembayaran Upah pokok, seperti tunjangan transport dan/atau
tunjangan makan yang didasarkan pada kehadiran.
4. Komponen upah untuk setiap Karyawan dapat berbeda, tergantung pada
golongan, jenis pekerjaan dan sistem penggajian yang berlaku bagi Karyawan
yang bersangkutan.
PASAL 17
SISTEM DASAR PENETAPAN UPAH / GAJI & PPh
1. Perusahaan akan melakukan peninjauan atas tingkat gaji/upah dengan
memperhatikan :
a. Hasil penilaian kondite, masa kerja, loyalitas, dedikasi karyawan.
b. Kemampuan likuiditas perusahaan
c. Kenaikan Indeks Harga Konsumen
d. Ketetapan pemerintah tentang Upah Minimum Regional/Propinsi
2. Sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, pajak penghasilan
ditanggung oleh karyawan yang pelaksanaannya dipotong langsung dari upah
yang dilakukan oleh Perusahaan untuk kemudian disetorkan ke Kantor Kas
Negara, sesuai ketentuan.
3. Pemotongan gaji karyawan pada dasarnya dapat dilakukan untuk hal-hal
sebagai berikut :
a. Hutang karyawan pada perusahaan.
b. Iuran BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan yang menjadi tanggung
jawab karyawan.
c. Tidak masuk kerja atau mangkir.
d. Ganti kerugian.
e. PPh Pasal 21
ULASAN :
PT.SD sudah mempunyai SKD (Surat Keputusan Direksi) dan PP
(Peraturan Perusahaan) yang mengatur mengenai hak-hak dan kewajiban
karyawan.
Salah satu hak karyawan ialah menerima upah yang wajar , di mana di dalam
SKD telah ditetapkan bahwa bila dalam keadaan low production dan sudah
diberikan pekerjaan tambahan, upah tidak juga mencapai upah minimum , maka
perusahaan penuhi sampai upah minimum .
Jika pemanen yang minimal bekerja secara terus menerus selama 3 (tiga)
bulan berturut-turut dan mempunyai produktifitas yang sesuai dengan standar
perusahaan dapat diangkat sebagai Karyawan Tetap. Inilah pengertian dan
pemahaman manajemen ke bawah bahwa tenaga perawatan seperti ibu Zubaidah,
walaupun telah bekerja secara terus menerus selama 3 (tiga) bulan berturut–turut
tidak diangkat menjadi karyawan tetap karena yang diaturkan hanya karyawan
pemanen.
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia tahun 2006 Bab
VI yang diusungkan KNKG: mengenai Pemangku Kepentingan, telah dilanggar
terutama stakeholder yang berupa tanggungjawab terhadap karyawan.
KESIMPULAN:
1. Perusahaan PT.SD sebagai organisasi bisnis, mempunyai tanggung jawab
terhadap pemangku kepentingan yang terkait dengan perusahaan.
2. Pemangku kepentingan yang paling dekat dengan perusahaan dan sehari-hari
bekerja untuk mencapai nilai dari perusahaan, adalah karyawan. Karena itu
perusahaan harus mempunyai aturan tertulis mengenai penetapan karyawan
sebagai PKWTT (KHT) atau PKWT (KHL/BHL).
3. Perusahaan sudah mempunyai aturan tertulis mengenai sistem pengupahan,
penetapan status karyawan, dan fasilitas untuk kesejahteraan karyawan, Namun
aturan tertulis yang sudah ada tidak mengatur secara menyeluruh dan lebih
terperinci sehingga pemahamannya sampai manejemen ke bawah, berbeda-beda.
4. Di dalam kasus ini , perusahaan telah melanggar :
a) Aturan dari Pemerintah mengenai UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 74:
“Perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan”.
b) Melanggar aturan dari pemerintah khususnya Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi RI Nomor : KEP.100/MEN/VI/2004 tentang: Ketentuan
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu, di Bab V tentang Perjanjian Kerja Harian
atau Lepas di Pasal 10:
Ayat 1: Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan
volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran , dapat dilakukan dengan
perjanjian kerja harian atau lepas
Ayat 2: Perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilakukan
dengan ketentuan pekerja/buruh bekerja kurang dari 21 (dua puluh satu) hari
dalam 1 (satu) bulan.
Ayat 3: Dalam hal pekerja/buruh bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih selama 3
(tiga) bulan berturut-turut atau lebih maka perjanjian kerja harian lepas berubah
menjadi PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu TIdak Tertentu).
c) Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia tahun 2006 Bab VI:
Pemangku kepentingan yang diusungkan KNKG, yaitu Pedoman Pokok
Pelaksanaannya menurut KNKG mengenai karyawan.
5. Perusahaan PT.SD harus lebih mengfokuskan masalah tanggungjawab terhadap
karyawan terutama pengaturan yang lebih jelas mengenai karyawan
PKWTT(KHT) dan PKWT (KHL/BHL) terhadap pekerjaannya apa saja yang
bisa ditetapkan sebagai PKWTT atau PKWT, termasuk syarat-syarat yang harus
dipenuhi masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA