Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

KELAS: EM-L

KELOMPOK 8

Di Susun oleh:
1. Karilla Aurellia Azzahra (141170194)
2. Silvia Mega HP (141170249)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
CSR kepanjangan dari Corporate Social Responsibility ini merupakan komitmen pelaku
dunia usaha untuk memiliki peran dan fungsi terhadap pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat sekitar bisnisnya. Dengan kata lain CSR merupakan upaya sungguh-sungguh
entitas bisnis untuk meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif
operasi perusahaan terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam bidang ekonomi, sosial
dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Dengan demikian, perusahaan seharusnya mengetahui secara mendetail dampak
operasinya terhadap semua pemangku kepentingannya dan seluruh regulasi pemerintah yang
relevan sebagai batas kinerja minimum, dan berupaya sedapat mungkin untuk melampauinya
berlandaskan norma etika berlomba menjadi yang terbaik.
Di Indonesia, praktik CSR belum menjadi perilaku umum, karena banyak perusahaan
yang menganggap sebagai cost center. Namun, di era informasi dan teknologi serta desakan
globalisasi, tuntutan menjalankan CSR semakin besar. Selain itu, pelaksanaan CSR
merupakan bagian dari good corporate governance (GCG), yakni fairness, transparan,
akuntabilitas, dan responsibilitas, termasuk tanggung jawab terhadap lingkungan fisik dan
sosial, yang mestinya didorong melalui pendekatan etika pelaku ekonomi. Oleh karena itu, di
dalam praktik, penerapan CSR selalu disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dan
kebutuhan masyarakat. Idealnya terlebih dahulu dirumuskan bersama tiga pilar yakni dunia
usaha, pemerintah, dan masyarakat, dan kemudian dilaksanakan sendiri oleh perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud CSR dalam Lingkungan Ekologis?
2. Apa Inti Tanggung Jawab Ekologis?
3. Bagaimana Mengintegrasikan Tanggung Jawab Ekologis ke dalam Strategi Perusahaan?
4. Apa Dimensi Politik Tanggung Jawab?
5. Bagaimana Contoh Artikel CSR?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian CSR dalam Lingkungan Ekologis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Inti Tanggung Jawab Ekologis.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara Mengintegrasikan Tanggung Jawab Ekologis ke dalam
Strategi Perusahaan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui Dimensi Politik Tanggung Jawab.
5. Mahasiswa dapat mengetahui Contoh Artikel CSR.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian CSR dalam Lingkungan Ekologis


Tanggungjawab sosial perusahaan yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah
Corporate Sosial Responsibility atau CSR, merupakan sebuah konsep dimana perusahaan
mengintergrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam
interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan secara sukarela. Melalui Undang-
Undang No.40 tahun 2007 pasal 74 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dan Undang-
Undang No. 25 tahun 2007 pasal 15 (b) dan pasal 16 (d) tentang Penanaman modal (UU
PM), setiap perseroan atau penanam modal diwajibkan untuk melakukan sebuah upaya
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya Perseroan. Kebijakan ini juga mengatur sanksi bagi perusahaan yang tidak
menjalankan kewajiban tersebut.
Kemampuan perusahaan untuk menutupi implikasi lingkungan yang berasal dari produk
operasi dan fasilitas, menghilangkan limbah dan emisi, memaksimalkan efisiensi dan
produktivitas sumber daya alam dan meminimalkan praktek-praktek yang buruk dapat
mempengaruhi kenikmatan sumber daya alam suatu Negara bagi generasi mendatang.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan
terhadap lingkungan merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan untuk dapat
mengatur, mengolah dan mempergunakan lingkungan sebaik-baiknya untuk tidak hanya
mmenguntungkan dan meningkatkan efisien bisnis setiap perusahaan, namum juga bagi
lingkungan dan dampak sosial di masa yang akan datang.
Saidi dan Abidin (2004) menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
lingkungan mendapatkan suntikan biaya yang paling kecil jika dibandingkan dengan kegiatan
sosial yang lainnya.

B. Inti Tanggung Jawab Ekologis


Keberadaan perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek positif dan negatif.
Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat
maupun lapangan kerja. Namun di sisi lain tidak jarang masyarakat mendapatkan dampak
buruk dari aktivitas bisnis perusahaan. Banyak kasus ketidakpuasan public yang
bermunculan, baik yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan, serta eksploitasi besar-
besaran terhadap energy dan sumber daya alam yang menyebabkan kerusakan alam.
Di dalam akuntansi konevensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada
stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi
perusahaan, sedangkan pihak lain sering diabaikan. Berbagai kritik muncul bagi konsep
akuntansi konvensional, karena akuntansi konvensional dianggap tidak dapat
mengakomodasi kepentingan masyarakat secara luas. Hal ini mendorong munculnya konsep
akuntansi yang baru, yang disebut sebagai Corporate Sosial Responsibility.
CSR menunjuk pada transparansi dampak sosial atas kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan. Transparansi informasi yang diungkapkan tidak hanya informasi
keuangan perusahaan, tetapi perusahaan juga diharapkan mengungkapkan informasi
mengenai dampak sosial dan lingkungan hidup yang diakibatkan aktivitas perusahaan.
Hal tersebut mendorong perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat yang
memunculkan pandangan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang kita kenal saat ini
sebagai CSR. Pemahaman itu memberikan pedoman korporasi bukan lagi sebagai entitas
yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib
melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya.
Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan memperhatikan
dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat
sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang
dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidupnya. Dan
pada akhirnya keberlanjutan dan kelestarian bumi juga akan lebih terjamin.

C. Mengintegrasikan Tanggung Jawab Ekologis ke dalam Strategi Perusahaan


Munculnya CSR diindikasi sebagai pengaruh paradigma ini. Dimana perusahaan harus
memiliki tanggung jawab atas lingkungan sekitarnya. Ibaratnya perusahaan telah
memanfaatkan/mengekploitasi alam/lingkungan maka sebaiknya perusahaan berterima kasih.
CSR ibarat surat penghapusan dosa perusahaan pada alam/ekologi. Luasnya jangkauan
lingkungan bisnis mensyaratkan tidak boleh putusnya jaring-jaring yang ada di dalamnya.
Lingkungan yang menjadi salah satu jaringan tersebut menjadi sesuatu yang patut
diperhatikan. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
mendefinisikan CSR sebagai komitmen berkelanjutan kalangan bisnis untuk berperilaku etis
dan memberikan sumbangan pada pembangunan ekonomi sekaligus memperbaiki mutu
hidup angkatan kerja dan keluarganya serta komunitas local dan masyarakat secara
keseluruhan. Sedangkan menurut Kolter & Nancy “CSR” adalah komitmen perusahaan untuk
meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan
mengkontribusikan sebagai sumber daya perusahaan.

D. Dimensi Politik Tanggung Jawab


Kajian ekologi politik sebelumnya merupakan hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan
ecology manusia dan sosiologi lingkungan ekologi manusia untuk pertama kalinya
diperkenalkan oleh Haeckel pada tahun 1866 adalah suatu ilmu yang memiliki konsep
tentang hubungan manusia (human system) dengan alam (non-human system) di biosfer,
ekologi manusia melakukan pengkajian-pengkajian pada isu-isu kehancuran alam dari
perspektif konflik-konflik sosial dan mengkaji lembaga-kelembaga fungsional dalam tata
hubungan manusia dengan alam (Danlup and Catton Ir, 1979). Sehingga pengkajian mereka
banyak di pengaruhi oleh ekologi-biologi maupun sosiologi, sedangkan untuk menjelaskan
keterkaitan hubungan manusia dengan alam, mereka melakukan pendekatan-pendekatan
antropologi. Di dasari ketidakpedulian partai politik di Negara-negara berkembang termasuk
Indonesia untuk mengangkat isyu-isyu lingkungan dan pelestarian sumberdaya alam maka
para pemikir ekologi manusia memperluas kajiannya untuk memasuki wilayah politik yang
ada nantinya menjadi ekologi politik, menurut Arya Hadi Dharmawan ada dua flatfom yang
menjadi dasar. Pertama, “Ruang konflik”, sebagai ruang dimana proses produksi dan
reproduksi kebijakan dan keputusan politik yang melibatkan beragam kepentingan,
dilangsungkan. Kedua, “Ruang-kekuasaan” (sebagai ruang dimana para pemegang otoritas
kebijakan menjalankan keputusan/kebijakan yang telah ditetapkan di ruang-konflik).
Beberapa definisi tentang ekologi politik yang asumsinya adalah sama yaitu:
“environmental change and ecological conditions are (to some extent) the product of political
processes”. Jika keadaan lingkungan adalah produk dari proses-proses politik, maka tidak
terlepas pula dalam hal keterlibatan proses-proses dialektik dalam politik ekonomi, seperti
pandangan Bryant mengenai ekologi politik menurutnya adalah suatu ilmu dinamika politik
material melingkupi dan lebih perjuangan seperti bersambungan lingkungan di dunia ketiga.
Ekologi politik memfokuskan pada tingkat masyarakat lemah/miskin, dihubungkan dengan
lingkungan yang pada akhirnya melahirkan suatu konflik. Sehingga memunculkan suatu
persepsi tentang permasalahan lingkungan, di sisi lainnya adanya suatu intervensi
pengetahuann ilmiah barat terhadap local. Sedangkan, itu masa depan di hubungkan untuk
mengubah udara, mutu air, proses yang berkenaan dengan kota yang di hubungkan dengan
organ tubuh manusia.

Dimensi‐Dimensi Ekologi Politik atas Kehancuran Alam dan Lingkungan

Dengan adanya table di atas Bryant mengharapkan adanya suatu gambaran untuk melihat
bentuk-bentuk serta derajat kehancuran alam dan masyarakat dengan berlangsungnya krisis
ekologi. Hal ini di maksutkan dengan tujuan agar mendapatkan suatu gambaran untuk dapat
di tetapkan baik strategi dan aplikasi terhadap kebijakan lingkungan sebagai bentuk
intervensi aksi dan pengaruh politik.
Menurutnya system sosial masyarakat akan menghadapi 3 aspek penting atas kerusakan
lingkungan di lihat dari perspektif ekonomi-politik, ketiga aspek itu adalah :
1. Marjinalitas atau peminggiran secara sosial‐ekologikal sebuah kelompok mahluk hidup,
2. Kerentanan secara sosial‐ekonomi‐ekologi dan fisikal akibat berlangsungnya kehancuran
secara terus menerus, dan
3. Kehidupan yang penuh dengan resiko kehancuran taraf lanjut.
Dengan table di atas Bryant ingin menyampaikan akan pentingnya ekologi poitik, yang
menurutnya masyarakat dunia memiliki tiga pilihan atas kehancuran alam yang tak dapat
terelakkan dan menjadi suatu realitas (the incovenient truth). untuk itu gambaran table diatas
di maksudkan untuk mengantisipasi pilihan ketiga sebagai upaya meminimalisir derajat
kehancuran alam dan system sosial di bumi.

E. Contoh Artikel CSR


Salah satu contoh perusahaan yang melakukan program CSR adalah indosat.
Sebagai bentuk komitmen Indosat dalam meningkatkan kesejahteraan hidup masyarkat,
Indosat telah melaksanakan berbagai program yang jami harapkan dapat meningkatkan
kehidupan masyarakat Indonesia.
CSR yang kami lakukan tidak terbatas hanya pada pengembangan dan peningkatan
kualitas masyarakat pada umumnya, namun juga menyangkut tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance). Kepedulian terhadap pelanggan, pengembangan Sumber
Daya Manusia, mengembangkan Green Environment serta memberikan dukungan dalam
pengembangan komunitas dan lingkungan social. Setiap fungsi yang ada, saling melengkapi
demi tercapainya CSR yang mampu memenuhi tujuan Indosat dalam menerapkan ISO 26000
di perusahaan.
Penerapan CSR Indosat mencakup 5 inisiatif, yang dilakukan secara berkesinambungan,
yaitu:
1. Organizational Governance
Penerapan tata kelola Perusahaan terbaik termasuk mematuhi regulasi dan ketentuan yang
berlaku, berlandaskan 5 prinsip: transparansi, akuntabilitas, penanggungjawaban,
interpendensi dan kesetaraan.
2. Consumer Issues
Menyediakan dan mengembangkan produk dan jasa telekomunikasi yang memberikan
manfaat luas bagi pemakainya, layanan yang transparan dan terpercaya.
3. Labor Practices
Mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan antara Perusahaan dan karyawan
serta pengembngan system, organisasi dan fasilitas pendukung sehingga memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi Perusahaan.
4. Environment
Mengembangkan budaya peduli lingkungan termasuk upaya-upaya nyata untuk
mengurangi penggunaan emisi karbon dalam kegiatan perusahaan.
5. Commmunity Involvement
Ikut mengembangkan kualits hidup, komunitas dalam hal kualitas pendidikan sekolah
dan olahraga, kualitas kesehatan, serta ikut serta dalam mendukung kegiatan social
komunitas termasuk bantuan saat bencana/musibah.

Analisis:
Program CSR yang dilakukan oleh Indosat sudah cukup baik karena sesuai dengan komitmen
perusahaan yang ingin meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Kegiatan perusahaan
tidak hanya mencari keuntungan yang bermanfat bagi perushaan itu sendiri namun juga
bermanfaat bagi karyawan, masyarakat dan lingkungan sekitar.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
CSR merupakan kewajiban mutlak perusahaan sebagai suatu bentuk tanggung jawab
sosial perusahaan berupa kepedulian dan perhatian pada komunitas sekitarnya. Pandangan
perusahaan terhadap kewajiban tersebut berbeda-beda. Mulai dari anggapan sekedar basa-
basi atau suatu keterpaksaan, hanya untuk pemenuhan kewajiban, hingga pelaksanaan
berdasarkan asas kesukarelaan. Bentuk-bentuk CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan
dapat diwujudkan dalam berbagai bidang kehidupan yang penerapannya harus disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat penerima CSR.
CSR memberikan manfaat yang sangat besar dalam menyejarterakan masyarakat dan
melestarikan lingkungan sekitarnya, serta bentuk investasi bagi perusahaan pelakunya.
Investasi bagi perusahaan dapat berupa jaminan keberlanjutan operasi perusahaan dan
pembentukan citra positif perusahaan. Manfaat ini dapat diperoleh apabila perusahaan
menerapkan CSR atas dasar kesukarelaan, sehingga akan timbul hubungan timbal balik
antara pihak perusahaan dengan masyarakat sekitar. Masyarakat akan secara sukarela
membela keberlanjutan perusahaan tersebut dan memberikan persepsi yang baik pada
perusahaan. Dengan begitu citra positif perusahaan akan terbentuk dengan sendirinya.
DAFTAR PUSTAKA

Situmorang, Sansen. (2008). “Ekologi Politik. Studi Kasus : Gagasan Corporate Social
Responsibility (CSR) dalam Meredam Gejolak Social Masyarakat Lokal (Masyarakat Indonesia
Timur)”. Tersedia pada
https://sansigner.wordpress.com/2008/06/06/ekologi-politik-studi-kasus-studi-kasus-gagasan-
corporate-sosial-responsibility-csr-dalam-meredam-gejolak-sosial-masyarakat-lokal-
masyarakat-indonesia-timur/
Diakses pada 23 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai