PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan CSR ?
1.2.2 Apa saja contoh dan penerapan CSR pada perusahaan ?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan etika bisni ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui:
1.3.1 Apa itu CSR
1.3.2 Contoh dan penerapan CSR pada perusahaan
1.3.3 Apa itu etika bisnis
1.4 Manfaat
Agar pembaca dapat mengetahui betapa pentingnya CSR dalam masyarakat
dan perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan berhubungan erat dengan
pembangunan berkelanjutan, dimana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan
dalam melaksanakan aktivitasnya harus berdasarkan keputusannya tidak
semata berdasarkan faktor keuangan, melainkan juga harus berdasarkan
konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun jangka panjang.
2
BAB II
ISI
3
dari akuntabilitas itu ditentukan dengan hubungan antara stakeholder dan
organisasi. Varian kedua teori stakeholder berhubungan dengan pandangan
mengenai empirical accountability. Teori stakeholder mungkin digunakan
dengan ketat dalam suatu organisasi arah terpusat (centered-way
organization). Diungkapkan bahwa lingkungan sosial perusahaan
merupakan sarana sukses bagi perusahaan untuk menegosiasikan hubungan
dengan stakeholdernya. Berdasarkan asumsi stakeholder theory, maka
perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan sosial. Perusahaan
perlu menjaga legitimasi stakeholder serta mendudukkannya dalam
kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat
mendukung pencapaian tujuan perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan
jaminan going concern (Adam, dalam Nor Hadi, 2011).
2. Teori Legimitasi (Legitimacy Theory). Legitimasi masyarakat
merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan
perusahaan ke depan. Hal itu dapat dijadikan sebagai wahana untuk
mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya
memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat semakin maju.
Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu diinginkan atau dicari
perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan
manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup
(going concern). Definisi tersebut mengisyaratkan, bahwa legitimasi
merupakan sistem pengelolaan perusahaan berorientasi pada keberpihakan
terhadap masyarakat (society), Pemerintah, individu, dan kelompok
masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem mengedepankan keberpihakan
kepada society, operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan
masyarakat. Suatu organisasi mungkin menerapkan empat strategi
legitimasi ketika menghadapi berbagai ancaman legitimasi. Oleh karena itu,
untuk menghadapi kegagalan kinerja perusahaan seperti kecelakaan serius
atau skandal keuangan organisasi mungkin: 1)Mencoba untuk mendidik
stakeholder tentang tujuan organisasi untuk meningkatkan kinerja. 2)
Mencoba untuk merubah persepsi stakeholder terhadap suatu kejadian
4
(tetapi tidak merubah kinerja aktual organisasi). 3) Mengalihkan
(memanipulasi) perhatian dari masalah menjadi perhatian
(mengkonsentrasikan terhadap beberapa aktivitas positif tidak berhubungan
dengan kegagalan). 4) Mencoba untuk merubah ekspektasi eksternal
tentang kinerja. 5) Teori legitimasi dalam bentuk umum memberikan
pandangan penting terhadap praktek pengungkapan sosial perusahaan.
Kebanyakan inisiatif utama pengungkapan sosial perusahaan bisa ditelusuri
pada satu atau lebih strategi legitimasi. Sebagai misal, kecenderungan
umum bagi pengungkapan sosial perusahaan untuk menekankan pada poin
positif bagi perilaku organisasi dibandingkan dengan elemen negatif.
3. Teori Kontrak Sosial (Social Contract Theory). Teori ini muncul karena
adanya interelasi dalam kehidupan sosial masyarakat, agar terjadi
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, termasuk dalam lingkungan.
Perusahaan merupakan kelompok orang memiliki kesamaan tujuan dan
berusaha mencapai tujuan secara bersama adalah bagian dari masyarakat
dalam lingkungan lebih besar. Keberadaannya sangat ditentukan oleh
masyarakat, di mana antara kedua saling pengaruh-mempengaruhi. Untuk
itu, agar terjadi keseimbangan (equality), maka perlu kontrak sosial baik
secara tersusun baik secara tersurat maupun tersirat, sehingga terjadi
kesepakatan saling melindungi kepentingan masing-masing. Social
Contract dibangun dan dikembangkan, salah satunya untuk menjelaskan
hubungan antara perusahaan terhadap masyarakat (society). Di sini,
perusahaan atau organisasi memiliki kewajiban pada masyarakat untuk
memberi manfaat bagi masyarakat. Interaksi perusahaan dengan masyarakat
akan selalu berusaha untuk memenuhi dan mematuhi aturan dan norma-
norma berlaku di masyarakat, sehingga kegiatan perusahaan dapat
dipandang legitimate. Dalam perspektif manajemen kontemporer, teori
kontrak sosial menjelaskan hak kebebasan individu dan kelompok,
termasuk masyarakat dibentuk berdasarkan kesepakatan saling
menguntungkan anggota. Hal ini sejalan dengan konsep legitimacy theory
bahwa legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian antara
5
keberadaan perusahaan tidak menganggu atau sesuai (congruence) dengan
eksitensi sistem nilai dalam masyarakat dan lingkungan. Konsep kontrak
sosial (social contract) bahwa untuk menjamin kelangsungan hidup dan
kebutuhan masyarakat, kontrak sosial didasarkan pada : a)Hasil akhir
(output) secara sosial dapat diberikan kepada msayarakat luas. b)Distribusi
manfaat ekonomis, sosial, atau pada politik kepada kelompok sesuai dengan
kekuatan dimiliki. Mengingat output perusahaan bermuara pada
masyarakat, serta tidak adanya power institusi bersifat permanen, maka
perusahaan membutuhkan legitimasi. Di situ, perusahaan harus melebarkan
tanggungjawab tidak hanya sekedar economic responsibility lebih
diarahkan kepada shareholder (pemilik perusahaan), namun perusahaan
harus memastikan bahwa kegiatannya tidak melanggar dan
bertanggungjawab kepada Pemerintah dicerminkan dalam peraturan dan
perundang-undangan berlaku (legal responsibility). Di samping itu,
perusahaan juga tidak dapat mengesampingkan tanggungjawab kepada
masyarakat, dicerminkan lewat tanggung jawab dan keberpihakan pada
berbagai persoalan sosial dan lingkungan timbul (societal respobsibility).
4. Teori Ekonomi Politik. Dua varian teori ekonomi politik: klasik
(biasanya sebagian besar berhubungan dengan Marx) dan Bourgeois
(biasanya sebagian besar berhubungan dengan John Stuart Mill dan ahli
ekonomi berikutnya). Perbedaan penting antara keduanya terletak pada
tingkat analisis pemecahan, yakni konflik struktural dalam masyarakat.
Ekonomi politik klasik meletakkan konflik struktural, ketidakadilan dan
peran negara pada analisis pokok. Sedangkan Ekonomi politik Bourgeois
cenderung menganggap hal-hal tersebut merupakan suatu given. Karena itu,
hal-hal tersebut tidak dimasukkan dalam analisis. Hasilnya, ekonomi politik
Bourgeois cenderung memperhatikan interaksi antar kelompok dalam suatu
dunia pluralistic (sebagai misal, negosiasi antara perusahaan dan kelompok
penekan masalah lingkungan, atau dengan pihak berwenang). Ekonomi
politik Bourgeois bisa digunakan dengan baik untuk menjelaskan tentang
praktek pengungkapan sosial. Sedangkan Ekonomi politik klasik hanya
6
sedikit menjelaskan praktek pengungkapan sosial perusahaan,
mempertahankan bahwa pengungkapan sosial perusahaan dihasilkan secara
sukarela. Ekonomi politik klasik memiliki pengetahuan tentang aturan
pengungkapan wajib, dalam hal ini biasanya negara telah memilih untuk
menentukan beberapa pembatasan terhadap organisasi. Ekonomi politik
klasik akan menginterpretasikan hal ini sebagai bukti bahwa negara
bertindak "seakan-akan" atas kepentingan kelompok tidak diuntungkan
(sebagai misal, orang tidak mampu, ras minoritas) untuk menjaga legitimasi
sistem kapitalis secara keseluruhan.
7
2.1.2.2 Kelemahan CSR
Program CSR yang dilaksanakan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat
a. Adanya kelemahan dalam pelaksanaan program CSR
b. Program CSR hanya berlaku di sekitar wilayah atau lingkungan perusahaan
yang diduduki sehingga tidak menjangkau keseluruh pelosok di Indonesia
c. Program CSR tidak berlangsung berkepanjangan, hanya beberapa
perusahaan yang mendapatkan program CSR tersebut
8
2.1.3.3 Fungsi CSR :
a. Izin social untuk beroperasi
Bagi sebuah perusahaan, masyarakat merupakan salah satu faktor yang
membuat perusahaan itu bisa berkembang atau tidak. Dengan adanya CSR,
masyarakat yang bertempat tinggal disekitar perusahaan tersebut akan
mendapatkan manfaat dari perusahaan yang bersangkutan. Tentunya hal ini
akan menguntungkan bagi masyarakat sekitar. Sehingga lama kelamaan
masyarakat akan menjadi loyal dengan perusahaan tersebut. Jika sudah
seperti ini perusahaan akan jauh lebih mudah untuk menjalankan program
atau kegiatannya di daerah yang bersangkutan.
9
brand perusahaan menjadi lebih terkenal dan di kagumi oleh masyarakat
luas.
10
2.1.4 Karakteristik CSR yang Baik dan Benar
a. CSR harus merupakan kegiatan yang melebihi kepatuhan kepada hukum
dan peraturan yang berlaku.
b. CSR harus bisa menciptakan dampak jangka panjang bagi perusahaan dan
masyarakat
c. CSR harus mempertimbangkan dan memperhatikan kepentingan pemangku
kepentingan di dalam dan di luar perusahaan
d. CSR harus mengandung system govermance yang baik, diantaranya
memiliki transparasi dan akuntabilitas
e. CSR sebaiknya mengikuti panduan ISO 26000
11
c. PT Pertamina
Pertamina berkomitmen dalam pelaksanaan program CSR-nya dengan
membantu pemerintah Indonesia dalam memperbaiki Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) di Nusantara melalui pelaksanaan program-program yang
dapat membantu tercapainya target pembangunan dan membangun
hubungan yang harmonis serta kondusif dengan semua pihak stakeholder
untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan terutama dalam
membangun reputasi perusahaan.
2. PT. Indosat
Hanya menerapakan CSR pada bidang lingkungan saja. Sehingga
perusahaan PT. Indosat ini kurang maksimal dalam memberikan CSR terhadap
masyarakatnya.
12
Astra International harus meningkatkan lagi program CSRnya agar dapat
meningkatkan bantuan-bantuan sosialnya terhadap masyarakat.
4. PT Unilever Indonesia
Baru mengaplikasikan 4 isu pokok CSR pada bidang: Program
Pengembangan Usaha Kecil Menengah, Program Pelestarian Sumber Air, Program
Daur Ulang dan Program Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Maka dirasa perlu
ditambahkan lagi program-program CSRnya agar sesuai standart sehingga bisa
memberikan bantuan-bantuan sosial yang maksimal terhadap masyarakat.
5. PT. Hess
Yang menerapakan CSR pada bidang pelatihan kerja. Hal ini merupakan
sebuah pekerjaan rumah yang sangat besar kepada perusahaan PT. Hess yang hanya
melakukan 1 program CSR. Perusahaan ini seharusnya lebih mendahulukan
tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat agar tidak sampai terjadi problem
issue berkepanjangan yang menyangkut perusahaan. Selain itu, masyarakat
sekitarpun dapat merasakan dampak positif dari adanya perusahaan tersebut
disekeliling mereka. Sehingga antara perusahaan dan masyarakat terjalin hubungan
yang harmonis dan terjadi hubungan simbiosis mutualisme.
Dari analisis kelima perusahaan diatas dapat ditarik benang merah bahwa
perusahaan yang baik adalah perusahaan yang menerapkan 7 isu pokok CSR yang
sesuai dengan standart ISO 26000 Guidance Standard on Social responsibility, yaitu
: 1. Pengembangan Masyarakat, 2. Konsumen, 3. Praktek Kegiatan Institusi yang
Sehat, 4. Lingkungan, 5. Ketenagakerjaan, 6. Hak asasi manusia, 7. Organizational
Governance (governance organisasi).
13
2.3 ETIKA BISNIS
K. Bertens (2008:5) mengemukakan bahwa etika bisnis adalah
pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.
Moralitas berarti aspek baik maupun buruk, terpuji atau tercela, dan
karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu
berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis
merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting.
Selanjutnya K. Bertens (2008:17) mengemukakan bahwa bisnis adalah
kegiatan ekonomis. Yang terjadi dalam hal ini adalah tukar-menukar, jual-
beli, memproduksi-memasarkan, bekerja-mempekerjakan, dan interaksi
manusiawi lainnya dengan maksud memperoleh untung.
K. Bertens (2008:33) juga mengemukakan cara untuk menganalisis
arti-arti “etika” adalah membedakan antara “etika sebagai praktis” dan “etika
sebagai refleksi”. Etika sebagai praktis berarti: nilai-nilai dan norma-norma
moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan. Dapat dikatakan
juga, etika sebagai praktis adalah apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak
sesuai dengan nilai dan norma moral. Etika sebagai refleksi adalah
pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi kita berpikir tentang apa yang
dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan.
14
2.3.1 Keutamaan Etika bisnis
Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang
profesional di bidangnya Perusahaan yang unggul bukan hanya memiliki
kinerja dalam bisnis, manajerial dan finansial yang baik akan tetapi juga kinerja
etis dan etos bisnis yang baik
Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat,maka konsumen benar-benar raja
Kepercayaan konsumen dijaga dengan memperlihatkan citra bisnis yang baik
dan etis
Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang menjamin
kepentingan dan hak bagi semua pihak, maka perusahaan harus menjalankan
bisnisnya dengan baik dan etis
Perusahaan modern sangat menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang
harus dieksploitasi demi mendapat keuntungan Kenneth Blanchard dan Norman
Vincent Peale: “perlakuan yang baik terhadap karyawan telah menaikkan
keuntungan perusahaan sebesar 20% atau telah menurunkan harga produk
perusahaan tersebut sebesar 20%
Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis 1. Etika bisnis bertujuan untuk
menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya secara baik dan etis 2.
Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan
masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh
praktek bisnis siapapun juga 3. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem
ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis
15
b. Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga
sebanding
c. Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama
sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan
dapat dipertanggung jawabkan
Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak. Dalam bisnis yang kompetitif, prinsip ini menuntut
agar persaingan bisnis haruslah melahirkan suatu win-win solution 5.Prinsip
Integritas Moral Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku
bisnis atau perusahaan agar dia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama
baiknya atau nama baik perusahaan
16
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanggung jawab social perusahaan atau corporate social responsibility
(CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi atau perusahaan memiliki suatu
tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Dengan adanya penerapan
CSR, maka perusahaan secara tidak langsung telah menjalin hubungan dan ikatan
emosional yang baik terhadap shareholder maupun stakeholders. CSR juga bisa
bermanfaat dan berdampak positif bagi masyarakat, dan ini akan sangat tergantung
dari orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain.
3.2 Saran
Menurut kelompok kami setiap perusahaan perlu dan wajib untuk
melaksanakan tanggung jawab social perusahaan. Karena suatu perusahaandapat
berjalan lancar ketika mereka mau peduli dengan keadaan di sekitarnya dan tidak
semata-mata hanya mementingkan kepentingan perusahaan saja misalnya mencari
keuntungan sebesar-besarnya dengan menggunakan segala cara yang
mengakibatkan pihak-pihak lain merasa dirugikan. Disini diperlukan hati nurani
setiap individu dalam perusahaan tersebut untuk melaksanakan tanggung jawab
social itu. Tentu saja hal ini akan bermanfaat bagi kehidupan perusahaan dalam
jangka panjang. Karena tentunya masyarakat akan mendukung setiap kegiatan yang
dilakukan perusahaan asalkan tidak merugikan yang ada disekitarnya dan semakin
tumbuh rasa kepercayaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
18