Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)


Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan
adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung
jawab perusahaan terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.
Corporate Social Responsibility (CSR) ialah sebuah pendekatan dimana perusahaan
mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi
mereka dengan para stakeholder berdasarkan prinsip kemitraan dan kesukarelaan (Nuryana,
2005).
Menurut Kotler dan Nancy (2005) mengemukakan bahwa Corporate Social Responsibility
(CSR) didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan
komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya
perusahaan.
Sedangkan menurut World Business Council for Sustainable Development mengemukakan
bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen berkesinambungan dari
kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi,
seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal
dan masyarakat luas pada umumnya.
Upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis meminimumkan dampak negatif dan
memaksimumkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam
ranah ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Jadi, secara garis besar Corporate Social Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab
perusahaan terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomisnya, kegiatan-kegiatan
yang dilakukan perusahaan demi tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung atau
rugi ekonomisnya.

B. Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)


Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Social Responsibility of the Businessman
tahun 1953. Konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini menjawab keresahan dunia
bisnis. Belakangan CSR segera diadopsi, karena bisa jadi penawar kesan buruk perusahaan
yang terlanjur dalam pikiran masyarakat dan lebih dari itu pengusaha di cap sebagai pemburu
uang yang tidak peduli pada dampak kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Kendati
sederhana, istilah CSR amat marketable melalu CSR pengusaha tidak perlu diganggu
perasaan bersalah.
CSR merupakan tanggung jawab aktivitas sosial kemasyarakatan yang tidak berorientasi
profit.
John Elkington dalam buku ”Triple Bottom Line” dengan 3P tipe yaitu:
Profit  Mendukung laba perusahaan
People  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Planet  meningkatkan kualitas lingkungan
Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak
hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk
pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan.
Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR
adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan
community development.
Ditinjau dari motivasinya, keempat nama itu bisa dimaknai sebagai dimensi atau pendekatan
CSR. Jika corporate giving bermotif amal atau charity, corporate philanthropy bermotif
kemanusiaan dan corporate community relations bernapaskan tebar pesona, community
development lebih bernuansa pemberdayaan.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin
populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in
21st Century Business (1998) karya John Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting
sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social
equity yang digagas the World Commission on Environment and Development (WCED)
dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P (profit,
planet, dan people). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka
(profit), tetapi memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan
kesejahteraan masyarakat (people).
Di Indonesia, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) dikenal pada tahun 1980-an,
namun semakin popular digunakan sejak tahun 1990-an. Kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) Indonesia dikenal dengan nama CSA ( Corporate Social Activity) atau
aktivitas sosial perusahaan. Kegiatan CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena
konsep dan pola pikir yang digunakan hampir sama.
Sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu aktif
dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan
nasional.
Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan
Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). Secara umum ISRA bertujuan untuk
mempromosikan voluntary reporting CSR kepada perusahaan di Indonesia dengan
memberikan penghargaan kepada perusahaan yang membuat laporan terbaik mengenai
aktivitas CSR. Sampai dengan ISRA 2007 perusahaan tambang, otomotif dan BUMN
mendominasi keikutsertaan dalam ISRA.
Munculnya konsep CSR didorong oleh terjadinya kecenderungan pada masyarakat industri
yang dapat disingkat sebagai fenomena DEAF (yang dalam bahasa Inggris berarti tuli),
sebuah akronim dari Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi (Suharto,
2007:103-104):
a. Dehumanisasi industri.
Efisiensi dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia industri telah menciptakan
persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di perusahaan tersebut, maupun
bagi masyarakat di sekitar perusahaan. ‘merger mania’ dan perampingan perusahaan telah
menimbulkan gelombang pemutusan hubungan kerja dan pengangguran, ekspansi dan
eksploitasi dunia industri telah melahirkan polusi dan kerusakan lingkungan yang hebat.
b. Equalisasi hak-hak publik.
Masyarakat kini semakin sadar akan haknya untuk meminta pertanggung jawaban perusahaan
atas berbagai masalah sosial yang sering kali ditimbulkan oleh beroperasinya perusahaan.
Kesadaran ini semakin menuntut akuntabilitas (accountability) perusahaan bukan saja dalam
proses produksi, melainkan pula dalam kaitannya dengan kepedulian perusahaan terhadap
berbagai dampak sosial yang ditimbulkan.
c. Aquariumisasi dunia industri.
Dunia kerja kini semakin transparan dan terbuka laksana sebuah akuarium. Perusahaan yang
hanya memburu rente ekonomi dan cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis, dan
filantropis tidak akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat
menuntut agar perusahaan seperti ini ditutup.
d. Feminisasi dunia kerja.
Semakin banyaknya wanita yang bekerja, semakin menuntut penyesuaian perusahaan, bukan
saja terhadap lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan,
keselamatan dan kesehatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial,
seperti penelantaran anak, kenakalan remaja akibat berkurang atau hilangnya kehadiran ibu-
ibu di rumah dan tentunya di lingkungan masyarakat. Pelayanan sosial seperti perawatan
anak (child care), pendirian fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak atau pusat-
pusat kegiatan olah raga dan rekreasi bagi remaja bisa merupakan sebuah ‘kompensasi’ sosial
terhadap isu ini.

C. Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)


Kegiatan CSR ditegaskan dalam 2 Undang-undang, yakni UU No.40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 & UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal
15,17 & 34.
1) UU PT No.40 tahun 2007 pasal 74, berisi :
Ayat (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Ayat (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan & diperhitungkan sebagai biaya perseroan
yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan & kewajaran.
Ayat (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial & lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

2) UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Pasal 15,17 & 34) berisi :
Pasal 15
Setiap penanam modal berkewajiban:
a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada
Badan Koordinasi Penanaman Modal;
d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal;
dan
e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 17
Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar
kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 34
1. Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau
lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
3. Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai
sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

F. Prinsip-Prinsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan CSR


Prinsip pertama adalah kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti perusahaan akan terus-
menerus memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi, program yang dirancang harus memiliki
dampak yang berkelanjutan. CSR berbeda dengan donasi bencana alam yang bersifat tidak terduga
dan tidak dapat di prediksi. Itu menjadi aktivitas kedermawanan dan bagus.
Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan mesti menyadari bahwa sebuah
bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial dari lingkungan di sekitarnya. Karena itu, CSR
yang dilakukan adalah wujud pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat. Ia bukanlah aktivitas
sesaat untuk mendongkrak popularitas atau mengejar profit.
Prinsip ketiga, CSR akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara ekonomi, lingkungan,
maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR mesti peduli dan mempertimbangkan sampai
kedampaknya.
Prinsip keempat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam cost structure perusahaan
sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya akan ditransformasikan ke harga jual
produk. CSR yang benar tidak membebani konsumen.

G. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)


Manfaat CSR bagi Perusahaan
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan.
2. Layak mendapatkan social lisence to operate.
3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan.
4. Melebarkan akses sumber.
5. Membentangkan akses menuju market.
6. Mereduksi biaya.
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder.
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
10. Peluang mendapatkan penghargaan.

Manfaat CSR bagi Masyarakat


Kegiatan CSR perusahaan akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat diantaranya
sebagai berikut :
1. Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar perusahaan.
2. Membuka ruang kerja dan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
3. Turut membantu program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan, dengan
menggunakan pekerja yang berasal dari sekitar perusahaan mereka dapat menyumbangkan
kenaikan angka angkatan kerja dengan menciptakan lapangan kerja, menyediakan pelatihan,
menyediakan produk-produk yang disediakan oleh orang-orang kalangan bawah maka secara
langsung akan memberikan dampak kepada golongan bawah tersebut.
4. Meningkatkan standar pendidikan, dengan memberikan beasiswa kepada yang benar-benar
membutuhkan dan membantu dalam pembangunan sarana dan prasarana pendidikan
khusunya untuk pendidikan dasar.
5. Penyelesaian masalah lingkungan.
6. Akan lebih menguatkan dan memberdayakan kehidupan masyarakat baik secara ekonomi,
kelembagaan sosial, dan memperkecil terjadinya konflik sosial.
7. Meningkatkan standar kesehatan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang
menunjang kesehatan terutama bagi masyarakat sekitarnya. Contohnya, dengan penyediaan
fasilitas air bersih, atau dengan membuka klinik kesehatan yang tidak berlaku untuk
karyawannya saja, tapi juga bagi masyarakat sekitarnya.
Pelaksanaan CSR juga memberikan manfaat bagi pemerintah. Melalui CSR akan tercipta
hubungan antara pemerintah dan perusahaan dalam mengatasi berbagai masalah sosial,
seperti kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, minimnya akses kesehatan dan lain
sebagainya. Tugas pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya menjadi lebih
ringan dengan adanya partisipasi pihak swasta (perusahaan) melalui kegiatan CSR. CSR yang
dapat berperan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan sosial adalah CSR yang bersifat
communuity development seperti pemberian beasiswa, pemberdayaan ekonomi masyarakat
miskin, pembangunan sarana kesehatan dan lain sebagainya.

H. Model Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)


Menurut Saidi dan Abidin (2004:64-65) sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang
diterapkan di Indonesia, yaitu :
1. Keterlibatan langsung.
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri
kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk
menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya,
seperti corporate secretary atau public affair atau menjadi bagian dari tugas pejabat public
relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini
merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara
maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin, atau dana abadi yang dapat
digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan
di antaranya adalah Yayasan Coca-cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan
pertambangan).
3. Bermitra dengan pihak lain.
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerja sama dengan lembaga sosial/ organisasi
non pemerintah (ornop), instansi pemerintah, universitas, atau media massa, baik dalam
mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/
ornop yang bekerja sama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah
Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet
Dhuafa, instansi-instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/ LIPI,
Depdiknas, Depkes, Depsos), perguruan-perguruan tinggi (UI, ITB, IPB), media massa (Dkk
kompas, Kita Peduli Indosiar).
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih
berorientasi pada pihak pemberian hibah perusahaan yang bersifat ‘hibah pembangunan’.
Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan
yang mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga
operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.
Menurut Said dan Abidin (2004) pada dasarnya CSR memiliki beberapa jenis atau sektor
kegiatan. Ada sembilan jenis atau sektor kegiatan CSR, yaitu : (1) Pelayanan sosial; (2)
Pendidikan dan penelitian; (3) Kesehatan; (4) Kedaruratan (emergency); (5) Lingkungan; (6)
Ekonomi produktif; (7) Seni, olah raga, dan pariwisata; (8) Pembangunam prasarana dan
perumahan; dan (9) Hukum, advokasi, dan politik.
Kategori perusahaan hubungannya dengan penerapan CSR :
1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan anggaran CSR :
a. Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang rendah.
b. Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang memiliki profit tinggi, namun anggaran CSRnya
rendah.
c. Perusahaan Humanis. Perusahaan yang memiliki profit rendah, tapi proporsi anggaran
CSRnya tinggi.
d. Perusahaan Reformis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang tinggi.
Perusahaan memandang CSR bukan beban, tapi peluang untuk maju.
2. Berdasarkan tujuan CSR (promosi atau pemberdayaan masyarakat) :
a. Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan yang jelas.
b. Perusahaan Impresif. CSR diutamakan untuk promosi.
c. Perusahaan Agresif. CSR diutamakan untuk pemberdayaan.
d. Perusahaan Progresif. Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan promosi dan
pemberdayaan karena dipandang bermanfaat dan menunjang satu sama lain bagi kemajuan
perusahaan.
I. Bentuk Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Berbagai bentuk implementasi CSR dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Konsumen, dalam bentuk penggunaan material yang ramah lingkungan, tidak berbahaya,
serta memberikan informasi dan petunjuk yang jelas termasuk infromasi atas suku cadang
dan pelayanan purnajualnya serta informasi lain yang harus diketahui konsumen.
2. Karyawan, dalam bentuk persamaan hak dan kewajiban atas seluruh karyawan tanpa
membedakan ras, suku, agama, dan golongan. Karyawan mendapatkan penghargaan
berdasarkan kompetensi dan hasil penilaian prestasinya.
3. Komunitas dan lingkungan, dalam bentuk kegiatan kemanusiaan maupun lingkungan
hidup, baik di lingkungan sekitar perusahaan maupun di daerah lain yang membutuhkan.
Kegiatan terhadap komunitas ini antara lain berupa kegiatan donor darah dengan melibatkan
seluruh karyawan, memberikan bantuan kepada daerah yang terkena musibah.
4. Kesehatan dan keamanan, dalam bentuk penjagaan da pemeliharaan secara rutin atas
fasilitas dan lingkungan kantor sesuai petunjuk dan instansi terkait.
J. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia
Keberadaan CSR di Indonesia memperoleh respon yang positif dari pemerintah. Respon
pemerintah ini terlihat dengan terbitnya kebijakan pemerintah melalui Keputusan Menteri
BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003, yang mengharuskan seluruh BUMN untuk
menyisihkan sebagian labanya untuk pemberdayaan masyarakat yang dikenal dengan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), yang implementasinya ditindaklanjuti
dengan Surat Edaran Menteri BUMN, SE No 433/MBU/20033 yang merupakan petunjuk
pelaksanaan dari keputusan Menteri BUMN tersebut. Adanya UU No 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, yang di dalamnya memuat kewajiban perusahaan yang mengeksplorasi
sumber daya alam untuk melakukan CSR menjadi bukti keseriusan perhatian pemerintah
terhadap isu CSR.
Di Indonesia konsep CSR bukan lagi menjadi sebuah wacana belaka, melainkan sudah masuk
ke dalam tatanan praktis. Sudah ada beberapa perusahaan di Indonesia yang mulai
mengimplementasikan program CSR dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Sebagai contoh
PT. TELKOM, program CSR PT. TELKOM terfokus pada tujuh bidang utama, yaitu
kemitraan, pendidikan, kesehatan, bantuan kemanusiaan dan bencana alam, kebudayaan dan
keadapan, layanan umum, dan lingkungan. PT. Riaupulp sebuah perusahaan serat, bubur
kertas, dan kertas yang beroperasi di Riau memiliki beberapa program CSR, antara lain
Beasiswa 2007, Taman Bacaan Kampung, pembangunan Istana Sayap Pelalawan. Sedangkan
CSR yang dilakukan PT. Antam adalah pemberian bantuan modal kerja untuk pengembangan
usaha kecil, menengah, dan koperasi bagi masyarakat sekitarnya. Dengan adanya Undang-
undang Perseroan Terbatas yang disahkan pada tahun 2007, keberadaan CSR di Indonesia
semakin jelas, sebab sudah memiliki payung hukum. Contoh lain adalah CSR yang dilakukan
oleh PT. HM Sampoerna. Implementasi program CSR PT.HM Samporna, Tbk. Program CSR
yang diterapkan oleh PT.HM Sampoerna tertuang dalam Society Empowerment Program
(SEP) yang terdiri dari empat bidang utama, yaitu bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan
lingkungan (Wibisono, 2007:69).

Anda mungkin juga menyukai