Oleh : Kelompok 2
Nama :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapanhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga penulis bisa menyelesaikan Paper Manajemen Lintas Budaya, dengan judul Bisnis
Internasional dan keterkaitan antar pemangku kepentingan dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Paper ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat pembelajaran di Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana.Berhasilnya penulis dalam menyusun Paper
Manajemen Lintas Budaya ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.Untuk itu melalui
kesempatan ini penulisan tidak lupa menyampaikan rasa hormat dan terimakasih.
Sebagai akhir kata penulisan berharap semoga ini bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana,bagi masyarakat dan bagi siapapun yang membaca
laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Judul ....i
Kata Pengantar.................ii
Daftar Isi..............iii
BAB I Pendahuluan..1
Latang Belakang...1
Rumusan Masalah....1
Tujuan Penulisan...1
BAB II
Pembahasan.......................2
BAB III
Penutup........14
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen Lintas Budaya ilmu yang berusaha untuk memahami bagaimana budaya
nasional mempengaruhi praktek manajemen, mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
lintas budaya dalam praktek manajemen dan berbagai konteks organisasi, serta
meningkatkan efektivitas dalam manajemen global.Ironisnya , seorang manajer yang
piawai berinteraksi di tingkat internasional dan bisa mengelola team atau kelompok
multikultur, belum tentu bisa piawai mengelola an all-indonesia team yang terdiri dari
orang-orang dari beragam suku. Dalam konteks organisasi, peran seorang middle manajer
adalah sangat krusial. Ia layaknya lem yang mengikat strategi dari top level management
dengan eksekusi di jajaran staf level bawah.Kemampuan berpikir kritis akan membantu
manajer untuk mengambil keputusan yang lebih baik. Selain itu, keputusan yang kurang
tepat dampaknya tidak akan langsung terlihat melainkan pelan-pelan sehingga sulit bagi
kita memperbaikinya.
Dalam menyikapi hal tersebut sudah sepantasnya seorang manajer bekerja sama
dengan berbagai pihak. Pemangku kepentingan (stakeholders) sangat memiliki peranan
strategis dalam mewujudkan tujuan daripada organisasi atau perusahaan. Keterkaitan
antar pemangku kepentingan sangatlah penting dalam halnya untuk mengetahui sejauh
mana kinerja dan terobosan yang dilakukan. Untuk itu merupakan hal yang wajib untuk
kita cermati dalam wacana di bawah ini.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana lingkungan politik dalam bisnis internasional dan keterkaitan antar
pemangku kepentingan?
b. Bagaimana lingkungan ekonomi dalam bisnis internasional dan keterkaitan antar
pemangku kepentingan?
c. Bagaimana lingkungan teknologi dalam bisnis internasional dan keterkaitan antar
pemangku kepentingan?
d. Bagaimana bisnis sebagai melting pot budaya dalam bisnis internasional dan
keterkaitan antar pemangku kepentingan?
e. Apa Tanggungjawab sosial dalam Manajemen Lintas Budaya?
f. Bagaimana Etika dalam Manajemen Lintas Budaya?
2. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal merupakan segala sesuatu di luar organisasi/ perusahaan yang mungkin
mempengaruhi organisasi/ perusahaan tersebut.
Lingkungan eksternal meliputi variabel variabel di luar organisasi yang dapat berupa
lingkungan societal ataupun faktor faktor spesifik yang beroperasi di dalam lingkungan
kerja (industri) organisasi. Variabel variabel eksternal ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu
ancaman dan peluang.
Lingkungan eksternal dipengaruhi oleh beberapa faktor:
a. Kebijakan
b. Substitusi
c. Pemasok/ suppllier
d. Konsumen
Lingkungan eksternal perusahaan dapat dibedakan menjadi:
a. Lingkungan eksternal mikro (lingkungan khusus)
Lingkunan mikro terdiri dari pelaku pelaku dalam lingkungan perusahaan yang dekat yang
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melayani bisnis mereka, antara lain:
Kebudayaan adalah sesuatu yang menempel dalam kehidupan manusia. Kebudayaan lahir
dari interaksi manusia dengan lingkungannya. Oleh karena itu budaya dan kebudayaan adalah
sesuatu yang khas pada setiap komunitas. Kebudayaan bersifat memenuhi kebutuhan
komunitas itu sendiri (self-sufficient). Kebudayaan adalah cara sebuah masyarakat mengatasi
persoalannya sendiri. Suatu masyarakat dengan berbagai macam budaya membutuhkan suatu
pemikiran untuk mempersatukannya untuk menjadi suatu bangsa yang utuh dan besar.
Kegagalan pemilihan proses penyatuan suatu bangsa menyebabkan kegagalan menjadi
bangsa dan rusaknya atau hilangnya suatu budaya. Pada masa kini masyarakat suatu negara,
yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama memiliki gagasan untuk mengembangkan
semangat kebangsaan yang sama. Gagasan itu dirumuskan dalam konsep masyarakat
majemuk, dimana suatu pola hubungan yang mengakui adanya persamaan ras, suku dan antar
golongan serta sudah mengenal pengakuan persamaan hak di bidang politik, perdata,
ekonomi dan lain-lain. Namun telah memberikan makna yang penting di kemajemukan
masyarakat itu. Dalam masyarakat majemuk terdapat berbagai perbedaan sosial, budaya dan
politik yang dikukuhkan sebagai hukum ataupun sebagai konvensi sosial yang membedakan
mereka yang tergolong sebagai dominan yang menjadi lawan dari yang minoritas.
Selanjutnya menjadi sebuah konsep melting pot (tempat melebur) dan salad bowl (mangkuk
salad).
Konsep melting pot adalah melebur berbagai unsur yang berbeda untuk menjadikan satu
bentukan baru. Gambarannya mungkin mirip bumbu pecel. Kacang, cabe, mungkin juga daun
jeruk purut, garam, dan bahan-bahan lain dilebur jadi satu menjadi bumbu pecel, kemudian
terbentuk gumpalan berwarna merah kehitaman atau kecokelatan. Tidak terlihat lagi bentuk
asli kacangnya. Juga sulit menemukan di mana garamnya, daun jeruk purutnya, atau cabenya.
Bentuk asli seluruh bahan tadi telah dilebur (dengan cara dihancurkan) untuk menyusun
bentukan baru berupa bumbu pecel. Seperti itukah gambaran sebuah bangsa??? Dalam
konsep melting pot, jati diri setiap etnis atau suku dihilangkan. Tidak ada lagi yang namanya
suku Sunda, Betawi, Timor, Papua, Dayak. Hanya ada adalah satu suku besar bernama
Indonesia. Masalahnya, bangsa Indonesia terdiri atas banyak suku yang budayanya sangat
beragam. Menurut suatu suku, sebuah tindakan bisa jadi sebagai hal wajar, namun sudah
masuk kategori tidak wajar bagi suku lain. Penolakan-penolakan seperti itu adalah hal wajar.
Ketika sebuah komunitas dipaksa berperilaku yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan
budayanya, kecenderungannya adalah menolak. Itulah yang terjadi ketika harus melebur
bahan-bahan pembuat bumbu pecel. Bisa jadi, ada kacang yang terlalu keras, sehingga tidak
bisa dilebur. Ketika dipaksakan, sang kacang justru meloncat dari cobek untuk kemudian
memisahkan diri menjadi "separatis" keluar dari bentukan baru bernama bumbu pecel.
Apabila konsep melting pot seperti diterapkan dalam kehidupan berbangsa, bukan tidak
mungkin etnis-etnis yang merasa dipaksa melebur lebih memilih keluar dan menjadi
separatis.
Seperti dijelaskan pada uraian diatas dimana melting pot merupaka melebur unsur
yang berbeda menjadi satu, dalam bisnis juga berlaku hal tersebut karena dalam bisnis kita
akan bertemu banyak orang dalam bisnis dimana dalam hal kerjasama.Tentu saja orang-orang
yang kita temui memiliki latar belakang, etnis dan ras yang berbeda. Dalam bisnis hal
tersebut tidak menjadi halangan tetapi menjadi sebuah kekuatan agar terciptanya lingkungan
kerja yang baik dan menguntungkan bagi bisnis.
Tanggung jawab social adalah kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi dan
memajukan masyarakat dimana organisasi bekerja. Kompleksitas bagi manajer bisnis
internasional adalah jelas yaitu keseimbangan yang ideal antara tanggung jawab social secara
global terhadap kondisi local yang mungkin memaksa perbedaan pendekatan dengan di
Negara-negara yang berbeda-beda di mana perusahaan tersebut melakukan bisnis.
Organisai dapat menggunakan tanggung jawab social terhadap pemegang kepentingan (stake
holders), terhadap lingkungan alam, dan terhadap kesejahteraan social secara umum.
Beberapa organisasi mengakui tanggung jawab mereka dalam tiga bidang dan berjuang keras
untuk mencapainya, sedangkan yang lain menekankan hanya satu atau dua bidang tanggung
jawab social.
b. Mengelola Tangung Jawab Sosial Lintas Barat
Dalam usaha mengelola pelaksanaan etika, bisnis biasanya membuat beberapa usaha
mengelola pelaksanaan etika, bisnis biasanya membuat beberapa usaha yang secara aktif
melaksanakan tanggung jawab social.
Ada empat pendirian yang dapat diambil oleh organisasi adalah berupa kewajiban terhadap
masyarakat, yakni:
a) Sikap pandang menghalangi. Saat mereka melintasi garis etika atau hokum yang
memisahkan praktek yang dapat diterima dari yang tidak dapat diterima, tanggapan mereka
biasanya menolak atau menghindari menerima tanggung jawab atas tindakan mereka.
b) Sikap pandang bertahan. Dimana organisasi akan melakukan segala sesuatu yang
dipersyaratkan secara hokum tapu tidak lebih.
c) Sikap pandang akomodatif. Sebuah perusahaan akan memenuhi persyaratan hokum dan
persyaratan etika tetapi juga akan melakukan lebih dari persyaratan dalam kasus tertentu.
Pelatihan etika.
Beberapa perusahaan multinasional memperhatikan isu etis secara proaktif dengan
menawarkan pelatihan karyawan bagaimana mengatasi dilema etika. Sesi pelatihan
melibatkan diskusi tentang berbagai dilema etika yang mungkin dihadapi karyawan dan
bagaimana mereka mengatasi dilema ini secara terbaik.