KELOMPOK 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul: Peranan Perusahaan Sebagai Agen Perubahan guna memenuhi
tugas mata kuliah CSR
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Gresik, 01 Oktober 2015
Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan
BAB 2 PEMBAHASAN
a. CSR
b. Agen Perubahan
c. Tugas tugas agen perubahan
d. Peran agen perubahan
e. Faktor faktor keberhasilan agen perubahan
f. Gambaran CSR Dalam Perusahaan
g. Sikap Agen Perubahan Dalam Membangun Hubungan Interpersonal
Dengan Masyarakat Sebagai Sasaran Program Pemberdayaan
BAB 3 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
i
ii
iii
1
1
2
2
3
3
4
5
5
7
9
9
12
13
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana gambaran CSR dalam perusahaan?
2. Bagaimana sikap agen perubahan dalam membangun hubungan interpersonal dengan
masyarakat/khalayak sebagai sasaran program?
C. Tujuan Penulisan
Mengacu pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah;
1. Mengetahui bagaimana gambaran kasus CSR
2. Menganalisis sikap agen perubahan dalam membangun hubungan interpersonal dengan
masyarakat/khalayak sebagai sasaran program pemberdayaan
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Corporate Social Responsibility (CSR)
Secara sederhana CSR dapat diartikan bagai-mana sebuah perusahaan mengelola proses
usaha yang dijalankan untuk menghasilkan pengaruh yang positif di masyarakat. CSR adalah
memberi timbal balik usaha terhadap masyarakat. Definisi CSR diberikan oleh para ahli dan
lembaga yang ber-wenang dalam Darwin (2007) adalah:
1. Menurut ACA, CSR is a mechanism for organi-zations to voluntary integrate social and
environ-ment concern into their operations and their interactions with their stack-holders,
which are over and above the organizations legal responsi-bilities. Dengan kata lain CSR
adalah suatu mekanisme bagi perusahaan atau organisasi un-tuk memperhatikan aspek
sosial dan lingkungan secara berkesinambungan dan memasukkannya dalam proses bisnis
mereka dan menghubungkan dengan kepentingan para pemangku kepentingan perusahaan
yang mereka alihkan dan termasuk pada tanggung jawab perusahaan.
2. Menurut European Commission CSR is a con-cept where by companies integrate social
and environmental concerns in their bussiness ope-rations and their stakeholder on a
voluntary ba-sic. Dapat diartikan CSR adalah suatu konsep dalam perusahaan untuk
mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan secara berkesinambungan ke dalam proses
bisnis mereka dengan para pe-mangku kepentingan yang bersifat sukarela.
3. Menurut CSR Asia, CSR is a companies co-mmitment to operating in an economically
socially and environmentally sustainable man-ner whilst balancing the interest of diverse
stakeholders. Artinya, CSR adalah komitmen perusahaan untuk beroperasi dengan tanpa
te-kanan baik dari aspek ekonomi, sosial dan ling-kungan secara berkesinambungan
dengan cara menyeimbangkan perhatian dari para pemangku kepentingan.
4. World Bussiness Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR sebagai
komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperi-laku etis dan berkontribusi terhadap
pemba-ngunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya me-ningkatkan kualitas hidup
karyawan dan ke-luarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.
5. Menurut Rudito dan Famiola (2007:207) CSR merupakan peningkatan kualitas kehidupan
mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas untuk
dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfaatkan
lingkungan hi-dup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memelihara.
Dengan kata lain CSR adalah cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproses
dampak positif pada komu-nitas. Atau dapat dikatakan sebagai proses pen-ting dalam
pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stake-holders baik
secara internal maupun eksternal.
Dari beberapa pengertian CSR dapat disimpulkan bahwa CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan
pada kesinambungan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga
sumber daya komunitas, juga komunitas lokal yang tidaklah bersifat pasif dan statis dan
merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antar stakeholders. Konsep kedermawanan
perusahaan (Corporate Philantrophy) dalam tanggung jawab sosial tidak lagi memadai,
karena konsep tersebut tidak melibatkan kemitraan tanggung jawab secara sosial dengan
stakeholders lainnya.
Kompleksitas permasalahan sosial (social problem) yang semakin rumit dalam dekade
terakhir dan implementasi desentralisasi telah menempatkan CSR sebagai suatu konsep yang
diharapkan mampu memberikan alternatif terobosan baru dalam pemberdayaan masyarakat
sekitar perusahaan. Perencanaan CSR yang strategis akan mampu menjadikan program ini
sebagai investasi sosial untuk memberdayakan masyarakat, agar mampu seutuhnya
menopang kehidupan ekonomi dan sosial secara mandiri dan berkelanjutan. Konsep inilah
yang diperjuangkan oleh World Bank Groups Investment Climate Departement untuk
memberikan dukungan pada pemerintah negara berkembang terhadap pentingnya peran CSR
dan bagaimana menyusun instrumen pelaksanaan CSR yang mampu menyandingkan tujuan tujuan kebijakan publik yang ingin dicapai dengan aktivitas CSR yang dikembangkan oleh
dunia usaha.
B. Agen Perubahan
Agen pembaharu (chage agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi seseorang
agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha
pembaharuan (change agency). Seorang agen perubahan juga dapat dikatakan merupakan
seorang individu yang memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan inovasi agar
sesuai dengan yang diharapkan oleh agen perubahan itu sendiri. Pekerjaan ini mencakup
berbagai macam pekerjaan seperti guru, konsultan, penyuluh kesehatan, penyuluh pertanian
dan sebagainya. Semua agen pembaharu bertugas membuat jalinan komunikasi antara
pengusaha pembaharuan (sumber inovasi) dengan sistem seseorang (sasaran inovasi).
Seorang agen perubahan biasanya mengadopsi sebuah ide baru, tetapi dia juga dapat
memperlambat proses difusi dan mencegah suatu adopsi dari inovasi dengan efek yang tidak
diharapkan.
Proses komunikasi ini akan efektif jika inovasi yang disampaikan ke seseorang harus
dipilih sesuai dengan kebutuhannya atau sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Agar
jalinan komunikasi dalam proses difusi ini efektif, umpan balik dari sistem seseorang harus
disampaikan kepada pengusaha pembaharuan melalui agen pembaharu. Dengan umpan balik
ini pengusaha pembaharuan dapat mengatur kembali bagaimana sebaiknya agar komunikasi
lebih efektif. Agen perubahan mungkin saja tidak dibutuhkan dalam difusi inovasi jika
didalamnya tidak terdapat kemasyarakatan dan perbedaan teknis antara pengusaha
pembaharuan (change agency) dan sistem seseorang. Sistem agen (agency) perubahan
biasanya terdiri/tersusun dari individu-individu yang memiliki derajat/tingkat yang tinggi
dalam menghargai suatu difusi yang sedang didifusikan; agen perubahan secara personal
mungkin dapat berupa Ph.D dalam bidang agrikultur, science, atau bidang-bidang teknik
lainnya. Tetapi biasanya pengusaha pembaharu adalah orang-orang ahli dalam inovasi yang
sedang didifusikan, oleh karena itu terjadi kesenjangan pengetahuan sehingga dapat terjadi
menstabilkan perilaku baru di kalangan sistem masyarakat melalui penguatan pesan kepada
masyarakat yang sudah mengadopsi.
6.
Untuk menstabilkan adopsi dan mencegah diskontinyu (tidak berkelanjutannya
inovasi)
Agen perubahan mungkin secara efektif menstabilkan tingkah laku baru sampai
menguatkan pesan kepada masyarakat yang telah mengadopsi, dengan demikian seperti
membekukan tingkah laku/sikap baru dari masyarakat. Bantuan ini diberikan ketika
seorang masyarakat sedang berada pada tahap implementasi atau konfirmasi dalam proses
keputusan inovasi. Dengan kata lain Agen perubahan harus menjaga kestabilan penerimaan
inovasi dengan cara penguatan kepada masyarakat yang telah menerapkan inovasi. Perubahan
tingkah laku yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah kembali pada
keadaan sebelum adanya inovasi.
7.
Mengakhiri hubungan ketergantungan
Tujuan akhir dari agen perubahan adalah untuk mengembangkan sikap memperbaharui
diri (self-renewing) dalam bagian dari masyarakat. Ketika perubahan telah terjadi pada
masyarakat dan dipandang telah stabil, maka seorang agen perubahan harus dapat menarik
dirinya untuk keluar dari urusan dengan mengembangkan kemampuan masyarakat untuk
menjadi change agent bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain, change agent berusaha untuk
merubah sistem masyarakat dari posisi mempercayai change agent menjadi mempercayai
dirinya sendiri atau seseorang dari kalangan mereka sendiri.
seharusnya melepaskan peran mereka pada keadaan kebutuhan mereka, sehingga sebagai
untuk optimalkan kesejahteraan para masyarakat jangka panjang.
4.
Empati dari Agen Perubahan
Empati dari agen perubahan dengan masyarakat adalah ketika masyarakat mengalami
kesulitan secara ekstrim yang berbeda dari agen perubahan. diharapkan agen perubahan lebih
sukses jika mereka mendapatkan empati dengan masyarakat mereka. Agen perubahan secara
umum berorientasi untuk mencapai adopsi inovasi masyarakat.
5.
Homofilitasnya dengan masyarakat
Homophily adalah interaksi yang terjadi antara individu yang memiliki kesamaan pada
pandangan, pengetahuan dan lainnya. Agen perubahan memiliki banyak perbedaan dalam
banyak hal dari masyarakat dan mereka memiliki kontak dengan masyarakat yang memiliki
lebih banyak kesamaan pada diri mereka. Pernyataan umum seperti menimbulkan
serangkaian generalisasi mengenai kontak agen perubahan dengan masyarakat yang memiliki
dukungan empiris yang kuat.
6.
Kredibilitas Agen Perubahan
agen perubahan harus memiliki kredibilitas kompetensi, yang didefinisikan sebagai
sejauh mana sumber komunikasi atau saluran dianggap berpengetahuan dan ahli, mereka
memiliki harus keuntungan khusus yaitu kredibilitas keamanan, sejauh mana sumber
komunikasi atau saluran dianggap sebagai dipercaya.
7.
Sejalan dengan Pemimpin Opini
Pemimpin Opini adalah sejauh mana seorang individu dapat mempengaruhi individu
lain secara informal sikap atau perilaku terbuka cara yang dikehendaki dengan frekuensi yang
relatif. Kampanye difusi akan lebih berhasil jika agen perubahan mengidentifikasi dan
memobilisasi para pemimpin opini. Waktu dan energi dari agen perubahan adalah sumber
daya yang langka. Dengan memfokuskan kegiatan komunikasi pada pemimpin opini dalam
suatu sistem sosial, agen perubahan dapat memanfaatkan sumber daya yang langka ini dan
mempercepat laju difusi suatu inovasi di antara masyarakat. Upaya ekonomi dicapai karena
menghubungi pemimpin opini membutuhkan jauh lebih sedikit dari sumber daya agen
perubahan dibandingkan jika setiap anggota sistem masyarakat itu harus dikonsultasikan.
Terkadang agen perubahan keliru mengira inovator sebagai pemimpin opini. Pemimpin opini
memiliki pengikut, sedangkan inovator adalah yang pertama mengadopsi ide-ide baru. Ketika
agen perubahan berkonsentrasi pada upaya-upaya komunikasi inovator, bukan pemimpin
pendapat, hasilnya mungkin adalah untuk meningkatkan kesadaran-pengetahuan tentang
inovasi, tetapi hanya sedikit masyarakat yang akan dibujuk untuk mengadopsi. Dengan
memusatkan komunikasi kepada para pemimpin opini dalam sistem sosial masyarakat,
seorang agen perubahan dapat mengendalikan sumberdaya yang terbatas ini, bahkan dapat
meningkatkan kecepatan difusi inovasi. Di sisi lain, dengan memanfaatkan bantuan para
pemimpin opini, agen perubahan mendapatkan perlindungan dari sponsor lokal. Jaringan
pesan dari near-peer seperti pemimpin opini dianggap kredibel dalam meyakinkan
perorangan untuk mengadopsi inovasi.
8.
Kemampuan Evaluasi masyarakat
Salah satu masukan unik agen perubahan untuk proses difusi kompetensi teknis. Tetapi
jika agen perubahan membutuhkan pendekatan jangka panjang untuk melakukan perubahan,
ia harus berusaha untuk meningkatkan kompetensi teknis masyarakat dan kemampuan
masyarakat untuk mengevaluasi potensi inovasi sendiri. Kemudian masyarakat dapat menjadi
agen perubahan bagi diri mereka sendiri. Sayangnya, seringkali agen perubahan lebih peduli
dengan tujuan-tujuan jangka pendek seperti peningkatan laju adopsi inovasi. Sebaliknya,
dalam banyak kasus, kemandirian masyarakat harus menjadi tujuan utama dari agen
perubahan, sehingga dapat menghentikan ketergantungan masyarakat terhadap agen
perubahan. Tujuan ini, jarang dicapai oleh sebagian besar agen-agen perubahan, mereka
biasanya lebih mementingkan untuk mempromosikan adopsi inovasi, daripada mencari
masyarakat untuk diajarkan keterampilan dasar tentang bagaimana untuk mengevaluasi
inovasi bagi diri mereka sendiri.
Sikap Keterbukaan
diterapkan di desa pesisir tersebut, siap menerima saran dan kritik dari
stakeholder.
2.
Sikap Empati
Sikap Mendukung
Sikap Positif
Sikap Kesetaraan
Sikap Ekspresif
BAB 3
PENUTUP
Mengacu pada pembahasan diatas dalam membina hubungan
interpersonal agar kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
oleh perusahaan menjadi berhasil adalah dengan membangun hubungan
interpersonal. Cara membangun hubungan interpersonal adalah dengan
menunjukan sikap komunikasi yang baik, diantaranya; teterbukaan, sikap
emphati, sikap mendukung, sikap positif, sikap kesetaraan, sikap percaya
diri, sikap ekspresif. Sikap-sikap agen perubahan tersebut dapat
menciptakan hubungan interpersonal yang baik, dengan hubungan
interpersonal yang baik maka komunikasi antara perusahaan dan
masyarakat yang akan mereka bangun berjalan dengan efektif.
Komunikasi yang efektif diantara kedua pihak tentunya dapat mendukung
kepada keberhasilan pelaksanaan program tersebut secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto. (2003). Manajemen, komunikasi antar pribadi dan gairah kerja
karyawan. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Departemen
Kehakiman dan HAM.
Effendy,
Onong
Uchjana.
(2003).
komunikasi.Bandung: Citra Aditya
Ilmu,
teori
dan
filsafat