Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH CSR

PERANAN PERUSAHAAN SEBAGAI AGEN PERUBAHAN

KELOMPOK 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

AQONIA LIDITAS FIRDAUSI ( 13311073 )


NASIATUL KAROMIAH
( 133110 )
LUTFI FITRI
( 133110 )
ALFIAINI ROSSYADAH
( 133110 )
ARINDA OKTAVIANI
( 133110 )
FIRDAUS DWI NUR
( 133110 )
INDAH YULIANTI
( 133110 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
GRESIK
2015/2016
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul: Peranan Perusahaan Sebagai Agen Perubahan guna memenuhi
tugas mata kuliah CSR
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Gresik, 01 Oktober 2015

Penulis

Daftar Isi

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan
BAB 2 PEMBAHASAN
a. CSR
b. Agen Perubahan
c. Tugas tugas agen perubahan
d. Peran agen perubahan
e. Faktor faktor keberhasilan agen perubahan
f. Gambaran CSR Dalam Perusahaan
g. Sikap Agen Perubahan Dalam Membangun Hubungan Interpersonal
Dengan Masyarakat Sebagai Sasaran Program Pemberdayaan
BAB 3 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

i
ii
iii
1
1
2
2
3
3
4
5
5
7
9
9
12
13

A. Latar Belakang Masalah


Perusahaan adalah suatu organisasi dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan dan
tenaga kerja dikelola serta diproses untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada
pelanggan. Tujuan utama perusahaan adalah mencari laba yang semaksimal mungkin.
Mencapai tujuan tersebut manajemen harus dapat mengolah perusahaan secara efektif dan
efisien demi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan memiliki fungsi yang begitu besar
bagi masyarakat sehingga memudahkan perusahaan untuk menjalankan aktivitasnya. Untuk
memperoleh laba yang maksimal perusahaan mencari peluang guna mencapai tujuannya
dengan berbagai cara sehingga berpotensi untuk melakukan aktivitas yang berdampak negatif
bagi lingkungannya. Dampak negatif tersebut antara lain yaitu pencemaran polusi, ekploitasi
sumber daya alam, keracunan, kebisingan yang dihasilkan oleh mesin produksi dan lain-lain,
jika hal tersebut tidak dikontrol maka akan merugikan masyarakat dan lingkungannya.
Menyadari dampak-dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasinya, perusahaan
hendaknya memperhatikan dampak-dampak tersebut dan turut serta menjaga dan peduli
terhadap lingkungan sekitar masyarakat sebagai stakeholder. Salah satu yang dapat dilakukan
adalah mengadakan aktivitas sosial sebagai bentuk pertanggung jawaban sosial perusahaan
terhadap lingkungan sekitar yang biasa di sebut Corporate Social Responsibility (CSR).
Tanggung jawab sosial perusahaan yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah suatu tanggung jawab perusahaan yang bersifat sukarela dan tidak ada sanksi
yang bersifat memaksa bagi pihak yang tidak melaksanakannya (Hadi, 2011:48).
Berdasarkan teori instrumental, tanggung jawab sosial dianggap sebagai salah satu
instrumen bagi perusahaan untuk mendatangkan keuntungan (Ismail, 2009). Keuntungan
yang secara langsung dirasakan perusahaan adalah tumbuhnya citra positif di masyarakat dan
pelanggan yang selanjutnya dapat meningkatkan dukungan masyarakat serta loyalitas
pelanggan. Paradigma tanggung jawab sosial perusahaan berupa charity dan philanthropy
berkembang ke arah pengembangan masyarakat atau Community Development (CD) yang
bertujuan memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial ekonomi yang lebih
baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan perubahan sehingga
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Zaleha, 2008).
Program CSR merupakan konsep yang memberikan peran kepada perusahaan sebagai
agen perubahan di masyarakat yang merupakan perwujudan pemenuhan peran perusahaan
kepada masyarakat sebagai salah satu stakeholder perusahaan, implementasi CSR akan
berdampak pada hubungan yang saling mendukung, memperkuat dan menguntungkan antara
masyarakat dengan perusahaan. Perusahaan diharapkan memberikan stimulus positif bagi
perkembangan ekonomi di suatu wilayah. Melalui CSR, perusahaan menjadi agen perubahan
yang tidak hanya berorientasi kepada pemaksimalan profit, tetapi juga tanggung jawab moral
dan sosial untuk memberikan keuntungan kepada seluruh stakeholder diantaranya masyarakat
sekitar yang berpotensi menerima dampak dari industri yang dijalankan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana gambaran CSR dalam perusahaan?
2. Bagaimana sikap agen perubahan dalam membangun hubungan interpersonal dengan
masyarakat/khalayak sebagai sasaran program?

C. Tujuan Penulisan
Mengacu pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah;
1. Mengetahui bagaimana gambaran kasus CSR
2. Menganalisis sikap agen perubahan dalam membangun hubungan interpersonal dengan
masyarakat/khalayak sebagai sasaran program pemberdayaan

BAB 2

PEMBAHASAN
A. Corporate Social Responsibility (CSR)
Secara sederhana CSR dapat diartikan bagai-mana sebuah perusahaan mengelola proses
usaha yang dijalankan untuk menghasilkan pengaruh yang positif di masyarakat. CSR adalah
memberi timbal balik usaha terhadap masyarakat. Definisi CSR diberikan oleh para ahli dan
lembaga yang ber-wenang dalam Darwin (2007) adalah:
1. Menurut ACA, CSR is a mechanism for organi-zations to voluntary integrate social and
environ-ment concern into their operations and their interactions with their stack-holders,
which are over and above the organizations legal responsi-bilities. Dengan kata lain CSR
adalah suatu mekanisme bagi perusahaan atau organisasi un-tuk memperhatikan aspek
sosial dan lingkungan secara berkesinambungan dan memasukkannya dalam proses bisnis
mereka dan menghubungkan dengan kepentingan para pemangku kepentingan perusahaan
yang mereka alihkan dan termasuk pada tanggung jawab perusahaan.
2. Menurut European Commission CSR is a con-cept where by companies integrate social
and environmental concerns in their bussiness ope-rations and their stakeholder on a
voluntary ba-sic. Dapat diartikan CSR adalah suatu konsep dalam perusahaan untuk
mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan secara berkesinambungan ke dalam proses
bisnis mereka dengan para pe-mangku kepentingan yang bersifat sukarela.
3. Menurut CSR Asia, CSR is a companies co-mmitment to operating in an economically
socially and environmentally sustainable man-ner whilst balancing the interest of diverse
stakeholders. Artinya, CSR adalah komitmen perusahaan untuk beroperasi dengan tanpa
te-kanan baik dari aspek ekonomi, sosial dan ling-kungan secara berkesinambungan
dengan cara menyeimbangkan perhatian dari para pemangku kepentingan.
4. World Bussiness Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR sebagai
komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperi-laku etis dan berkontribusi terhadap
pemba-ngunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya me-ningkatkan kualitas hidup
karyawan dan ke-luarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.
5. Menurut Rudito dan Famiola (2007:207) CSR merupakan peningkatan kualitas kehidupan
mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas untuk
dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfaatkan
lingkungan hi-dup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memelihara.
Dengan kata lain CSR adalah cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproses
dampak positif pada komu-nitas. Atau dapat dikatakan sebagai proses pen-ting dalam
pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stake-holders baik
secara internal maupun eksternal.
Dari beberapa pengertian CSR dapat disimpulkan bahwa CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan
pada kesinambungan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga

sumber daya komunitas, juga komunitas lokal yang tidaklah bersifat pasif dan statis dan
merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antar stakeholders. Konsep kedermawanan
perusahaan (Corporate Philantrophy) dalam tanggung jawab sosial tidak lagi memadai,
karena konsep tersebut tidak melibatkan kemitraan tanggung jawab secara sosial dengan
stakeholders lainnya.
Kompleksitas permasalahan sosial (social problem) yang semakin rumit dalam dekade
terakhir dan implementasi desentralisasi telah menempatkan CSR sebagai suatu konsep yang
diharapkan mampu memberikan alternatif terobosan baru dalam pemberdayaan masyarakat
sekitar perusahaan. Perencanaan CSR yang strategis akan mampu menjadikan program ini
sebagai investasi sosial untuk memberdayakan masyarakat, agar mampu seutuhnya
menopang kehidupan ekonomi dan sosial secara mandiri dan berkelanjutan. Konsep inilah
yang diperjuangkan oleh World Bank Groups Investment Climate Departement untuk
memberikan dukungan pada pemerintah negara berkembang terhadap pentingnya peran CSR
dan bagaimana menyusun instrumen pelaksanaan CSR yang mampu menyandingkan tujuan tujuan kebijakan publik yang ingin dicapai dengan aktivitas CSR yang dikembangkan oleh
dunia usaha.
B. Agen Perubahan
Agen pembaharu (chage agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi seseorang
agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha
pembaharuan (change agency). Seorang agen perubahan juga dapat dikatakan merupakan
seorang individu yang memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan inovasi agar
sesuai dengan yang diharapkan oleh agen perubahan itu sendiri. Pekerjaan ini mencakup
berbagai macam pekerjaan seperti guru, konsultan, penyuluh kesehatan, penyuluh pertanian
dan sebagainya. Semua agen pembaharu bertugas membuat jalinan komunikasi antara
pengusaha pembaharuan (sumber inovasi) dengan sistem seseorang (sasaran inovasi).
Seorang agen perubahan biasanya mengadopsi sebuah ide baru, tetapi dia juga dapat
memperlambat proses difusi dan mencegah suatu adopsi dari inovasi dengan efek yang tidak
diharapkan.
Proses komunikasi ini akan efektif jika inovasi yang disampaikan ke seseorang harus
dipilih sesuai dengan kebutuhannya atau sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Agar
jalinan komunikasi dalam proses difusi ini efektif, umpan balik dari sistem seseorang harus
disampaikan kepada pengusaha pembaharuan melalui agen pembaharu. Dengan umpan balik
ini pengusaha pembaharuan dapat mengatur kembali bagaimana sebaiknya agar komunikasi
lebih efektif. Agen perubahan mungkin saja tidak dibutuhkan dalam difusi inovasi jika
didalamnya tidak terdapat kemasyarakatan dan perbedaan teknis antara pengusaha
pembaharuan (change agency) dan sistem seseorang. Sistem agen (agency) perubahan
biasanya terdiri/tersusun dari individu-individu yang memiliki derajat/tingkat yang tinggi
dalam menghargai suatu difusi yang sedang didifusikan; agen perubahan secara personal
mungkin dapat berupa Ph.D dalam bidang agrikultur, science, atau bidang-bidang teknik
lainnya. Tetapi biasanya pengusaha pembaharu adalah orang-orang ahli dalam inovasi yang
sedang didifusikan, oleh karena itu terjadi kesenjangan pengetahuan sehingga dapat terjadi

hambatan komunikasi. Disinilah pentingnya agen pembaharu untuk penyampaian difusi


inovasi agar dapat mudah diterima oleh seseorang.
Agen pembaharu harus mampu menjalin hubungan baik dengan pengusaha pembaharuan
dan juga dengan system seseorang. Adanya kesenjangan heterophily pada kedua sisi agen
pembaharu dapat menimbulkan masalah dalam komunikasi. Sebagai penghubung antara
kedua system yang berbeda sebaiknya agen pembaharu bersikap marginal, ia berdiri dengan
satu kaki pada pengusaha pembaharu dan satu kaki yang lain pada seseorang. Keberhasilan
agen pembaharu dalam melancarkan proses komunikasi antara pengusaha pembaharu dengan
seseorang, merupakan kunci keberhasilan proses difusi inovasi. Selain itu agen pembaharu
melakukan seleksi informasi untuk dapat disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan
seseorang.
Pemimpin mereka mengetahui bahwa sulit bagi mereka untuk mengkomunikasikan secara
langsung suatu inovasi dengan seseorang. Mereka berbeda (heterophily) dalam subkebudayaan bahasa, status sosio-ekonomi, kepercayaan dan nilai-nilai. Jurang pemisah
heterophily ini dari kedua sisi antara agen perubahan membuat peran konflik dan masalah
yang pasti dalam komunikasi. Sebagai jembatan/penengah dua sistem berbeda, agen
perubahan adalah sebuah figur/bentuk yang marginal/terpinggirkan dalam masing-masing
dari dua dunia. Sebagai tambahan untuk menghadapi masalah marginalitas sosial; agen-agen
sosial harus berhadapan dengan masalah-masalah dari kelebihan informasi (information
overload), kondisi dari individu atau sistem dimana input komunikasi yang berlebihan tidak
dapat diproses dan dimanfaatkan/digunakan dapat menuju kerusakan. Banyaknya volume
informasi mengenai inovasi mengalir/berasal dari agen perubahan (change agency) mungkin
dapat mengatasi kapasitas agen perubahan untuk memilih pesan yang paling relevan untuk
sistem seseorang. Dengan pemahaman akan kebutuhan dari seseorang, seorang agen
perubahan dapat secara selektif mengubah mereka hanya menjadi informasi yang relevan.
C. Tugas -Tugas Agen Perubahan
Menurut Rogers ada tujuh tugas utama yang harus ditempuh oleh seorang agen
pembaharu dalam menyebarkan inovasi kepada masyarakat yaitu:
1. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan
2. Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan.
3. Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
4. Menciptakan keinginan perubahan di kalangan masyarakat.
5. Menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata
6. Menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop out
7. Mencapai suatu terminal hubungan.

D. Peran Agen Perubahan


Fungsi utama agen pembaharu adalah sebagai penghubung antara pengusaha dengan
masyarakat, tujuannya agar inovasi dapat diterima atau diterapkan oleh masyarakat sesuai
dengan keinginan pengusaha. Kunci keberhasilan diterimanya inovasi oleh masyarakat
terutama terletak pada komunikasi antara agen pembaharu dengan masyarakat. Jika
komunikasi lancar dan efektif proses penerimaan inovasi akan lebih cepat dan makin
mendekati tercapainya tujuan yang diinginkan. Sebaliknya jika komunikasi terhambat makin
tipis harapan diterimanya inovasi. Oleh karena tugas utama yang harus dilakukan agen

pembaharu adalah memantapkan hubungan dengan masyarakat. Kemantapan hubungan


antara agen pembaharu dengan masyarakat, maka komunikasi akan lebih lancar. Dalam
melaksanakan tugasnya agen perubahan mempunyai peran-peran. Ada tujuh peran agen
perubahan yang dapat diidentifikasi dalam proses mengenalkan sebuah inovasi kepada suatu
sistem masyarakat, yaitu :
1.
Membangkitkan kebutuhan untuk berubah pada masyarakat
Seorang agen perubahan awalnya sering membantu masyarakat menjadi sadar akan
kebutuhan untuk merubah sikap/tingkah laku mereka. Dalam tujuan untuk memulai proses
perubahan, agen perubahan mengusulkan alternatif baru dari masalah yang terjadi,
menguraikan dengan baik dan jelas pentingnya masalah tersebut untuk diatasi,
dan meyakinkan masyarakat bahwa mereka mampu untuk menghadapi masalah tersebut.
Agen perubahan menilai kebutuhan masyarakat sangat penting pada tahap ini dan juga
mencoba membantu masyarakat untuk mendapat kebutuhan yang lebih baik. Pada tahap ini
agen pembaharu menentukan kebutuhan masyarakat dan juga membantu caranya menemukan
masalah atau kebutuhan dengan cara konsultatif
2.
Untuk memantapkan hubungan pertukaran informasi
Ketika kebutuhan akan perubahan dibuat/diciptakan, seorang agen perubahan harus
mengembangkan hubungan dengan masyarakat dan harus segera membina hubungan yang
lebih akrab dengan masyarakat. Agen perubahan dapat meningkatkan hubungan dengan
masyarakat dengan sikap dapat dipercaya (credible), kompeten, dan terpercaya (trustworthy)
dan juga empati terhadap kebutuhan dan masalah masyarakat. masyarakat harus menerima
agen perubahan sebelum mereka akan menerima inovasi yang dipromosikannya. Inovasi
dinilai pada dasar bagaimana agen perubahan itu dirasakan oleh masyarakat.
3.
Untuk menganalisis masalah masyarakat
Agen perubahan bertanggungjawab untuk menganalisis masalah yang dihadapi
masyarakat untuk menentukan mengapa alternatif yang ada tidak cocok dengan kebutuhan
mereka. Dalam menuju kesimpulan analisis, agen perubahan harus melihat situasi dengan
empatik dari sudut pandang masyarakat. Disini agen perubahan akan mencoba untuk
mengetahui masalah apa yang dihadapi masyarakat dan mencoba menemukan inovasi yang
paling tepat. Agen perubahan melihat masalah dengan kacamata masyarakat, artinya
kesimpulan diagnosa harus berdasarkan analisa situasi dan psikologi masyarakat, bukan
berdasarkan pandangan pribadi agen perubahan.
4.
Untuk menumbuhkan niat berubah pada masyarakat
Setelah agen perubahan menggali berbagai macam cara yang mungkin dapat dicapai
oleh masyarakat untuk mencapai tujuan, maka agen perubahan bertugas untuk mencari cara
memotivasi dan menarik perhatian agar masyarakat timbul kemauannya untuk berubah atau
membuka dirinya untuk menerima inovasi. Namun demikian cara yang digunakan harus tetap
berorientasi pada masyarakat, artinya berpusat pada kebutuhan masyarakat jangan terlalu
menonjolkan inovasi.
5.
Mewujudkan niat masyarakat ke dalam tindakan
Agen perubahan mencoba untuk mempengaruhi sikap masyarakat dalam menyesuaikan
saran/rekomendasi berdasarkan kebutuhan para masyarakat. Jaringan interpersonal
mempengaruhi dari pengamatan jarak dekat yang paling penting pada tahap persuasi dan
keputusan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Change agent dapat secara efektif

menstabilkan perilaku baru di kalangan sistem masyarakat melalui penguatan pesan kepada
masyarakat yang sudah mengadopsi.
6.
Untuk menstabilkan adopsi dan mencegah diskontinyu (tidak berkelanjutannya
inovasi)
Agen perubahan mungkin secara efektif menstabilkan tingkah laku baru sampai
menguatkan pesan kepada masyarakat yang telah mengadopsi, dengan demikian seperti
membekukan tingkah laku/sikap baru dari masyarakat. Bantuan ini diberikan ketika
seorang masyarakat sedang berada pada tahap implementasi atau konfirmasi dalam proses
keputusan inovasi. Dengan kata lain Agen perubahan harus menjaga kestabilan penerimaan
inovasi dengan cara penguatan kepada masyarakat yang telah menerapkan inovasi. Perubahan
tingkah laku yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah kembali pada
keadaan sebelum adanya inovasi.
7.
Mengakhiri hubungan ketergantungan
Tujuan akhir dari agen perubahan adalah untuk mengembangkan sikap memperbaharui
diri (self-renewing) dalam bagian dari masyarakat. Ketika perubahan telah terjadi pada
masyarakat dan dipandang telah stabil, maka seorang agen perubahan harus dapat menarik
dirinya untuk keluar dari urusan dengan mengembangkan kemampuan masyarakat untuk
menjadi change agent bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain, change agent berusaha untuk
merubah sistem masyarakat dari posisi mempercayai change agent menjadi mempercayai
dirinya sendiri atau seseorang dari kalangan mereka sendiri.

E. Faktor-Faktor Keberhasilan Agen Perubahan


Mengapa agen pembaharu berhasil dengan baik sedangkan yang lain tidak? Para ahli
telah mencoba menjawab pertanyaan ini. Berdasarkan hasil penelitian maupun pengamatan
terhadap berbagai proyek difusi inovasi dan hasilnya dirumuskan dalam bentuk generalisasi
atau kesimpulan umum. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen
pembaharu, berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:
1.
Usaha dari Agen Perubahan itu Sendiri
Satu faktor dalam kesuksesan agen perubahan adalah dari banyaknya waktu yang
dihabiskan dalam aktivitas komunikasi dengan masyarakat. Kesuksesan agen perubahan
dalam menjaga adopsi inovasi oleh masyarakat merupakan sesuatu yang positif berhubungan
dengan usaha agen dalam menghubungi/melakukan mengkontak dengan masyarakat.
2.
Orientasi masyarakat
Posisi agen perubahan sosial adalah pertengahan antara agensi perubahan dan sistem
masyarakat. Agen perubahan adalah subjek kebutuhan untuk peran persaingan . seorang agen
perubahan sering diharapkan untuk menjanjikan dalam perilaku pasti oleh agensi perubahan,
dan pada waktu yang sama masyarakat mengharapkan agen perubahan untuk mewujudkan
tindakan-tindakan yang benar-benar berbeda.
3.
Kesesuaian inovasi dengan Kebutuhan masyarakat
Sebuah peranan penting dan sulit untuk agen perubahan untuk mendiagnosis kebutuhan
para masyarakat. Seorang agen perubahan dapat mengizinkan para masyarakat untuk
mengejar solusi untuk kebutuhan mereka sangat lengkap bahwa kesalahan komitmen mereka
atau prioritas salah arah. Agen perubahan seharusnya berhati-hati pada para masyarakat
mereka dirasakan dibutuhkan dan diadaptasi program perubahan mereka. Mereka tidak

seharusnya melepaskan peran mereka pada keadaan kebutuhan mereka, sehingga sebagai
untuk optimalkan kesejahteraan para masyarakat jangka panjang.
4.
Empati dari Agen Perubahan
Empati dari agen perubahan dengan masyarakat adalah ketika masyarakat mengalami
kesulitan secara ekstrim yang berbeda dari agen perubahan. diharapkan agen perubahan lebih
sukses jika mereka mendapatkan empati dengan masyarakat mereka. Agen perubahan secara
umum berorientasi untuk mencapai adopsi inovasi masyarakat.
5.
Homofilitasnya dengan masyarakat
Homophily adalah interaksi yang terjadi antara individu yang memiliki kesamaan pada
pandangan, pengetahuan dan lainnya. Agen perubahan memiliki banyak perbedaan dalam
banyak hal dari masyarakat dan mereka memiliki kontak dengan masyarakat yang memiliki
lebih banyak kesamaan pada diri mereka. Pernyataan umum seperti menimbulkan
serangkaian generalisasi mengenai kontak agen perubahan dengan masyarakat yang memiliki
dukungan empiris yang kuat.
6.
Kredibilitas Agen Perubahan
agen perubahan harus memiliki kredibilitas kompetensi, yang didefinisikan sebagai
sejauh mana sumber komunikasi atau saluran dianggap berpengetahuan dan ahli, mereka
memiliki harus keuntungan khusus yaitu kredibilitas keamanan, sejauh mana sumber
komunikasi atau saluran dianggap sebagai dipercaya.
7.
Sejalan dengan Pemimpin Opini
Pemimpin Opini adalah sejauh mana seorang individu dapat mempengaruhi individu
lain secara informal sikap atau perilaku terbuka cara yang dikehendaki dengan frekuensi yang
relatif. Kampanye difusi akan lebih berhasil jika agen perubahan mengidentifikasi dan
memobilisasi para pemimpin opini. Waktu dan energi dari agen perubahan adalah sumber
daya yang langka. Dengan memfokuskan kegiatan komunikasi pada pemimpin opini dalam
suatu sistem sosial, agen perubahan dapat memanfaatkan sumber daya yang langka ini dan
mempercepat laju difusi suatu inovasi di antara masyarakat. Upaya ekonomi dicapai karena
menghubungi pemimpin opini membutuhkan jauh lebih sedikit dari sumber daya agen
perubahan dibandingkan jika setiap anggota sistem masyarakat itu harus dikonsultasikan.
Terkadang agen perubahan keliru mengira inovator sebagai pemimpin opini. Pemimpin opini
memiliki pengikut, sedangkan inovator adalah yang pertama mengadopsi ide-ide baru. Ketika
agen perubahan berkonsentrasi pada upaya-upaya komunikasi inovator, bukan pemimpin
pendapat, hasilnya mungkin adalah untuk meningkatkan kesadaran-pengetahuan tentang
inovasi, tetapi hanya sedikit masyarakat yang akan dibujuk untuk mengadopsi. Dengan
memusatkan komunikasi kepada para pemimpin opini dalam sistem sosial masyarakat,
seorang agen perubahan dapat mengendalikan sumberdaya yang terbatas ini, bahkan dapat
meningkatkan kecepatan difusi inovasi. Di sisi lain, dengan memanfaatkan bantuan para
pemimpin opini, agen perubahan mendapatkan perlindungan dari sponsor lokal. Jaringan
pesan dari near-peer seperti pemimpin opini dianggap kredibel dalam meyakinkan
perorangan untuk mengadopsi inovasi.
8.
Kemampuan Evaluasi masyarakat
Salah satu masukan unik agen perubahan untuk proses difusi kompetensi teknis. Tetapi
jika agen perubahan membutuhkan pendekatan jangka panjang untuk melakukan perubahan,
ia harus berusaha untuk meningkatkan kompetensi teknis masyarakat dan kemampuan
masyarakat untuk mengevaluasi potensi inovasi sendiri. Kemudian masyarakat dapat menjadi

agen perubahan bagi diri mereka sendiri. Sayangnya, seringkali agen perubahan lebih peduli
dengan tujuan-tujuan jangka pendek seperti peningkatan laju adopsi inovasi. Sebaliknya,
dalam banyak kasus, kemandirian masyarakat harus menjadi tujuan utama dari agen
perubahan, sehingga dapat menghentikan ketergantungan masyarakat terhadap agen
perubahan. Tujuan ini, jarang dicapai oleh sebagian besar agen-agen perubahan, mereka
biasanya lebih mementingkan untuk mempromosikan adopsi inovasi, daripada mencari
masyarakat untuk diajarkan keterampilan dasar tentang bagaimana untuk mengevaluasi
inovasi bagi diri mereka sendiri.

F. Gambaran CSR Dalam Perusahaan


CSR hanya bisa berjalan apabila terdapat hubungan baik antara
perusahaan dan masyarakat. Dimana program CSR adalah suatu program
pembangunan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
mayarakat.
Permasalahannya adalah ketika terdapat pihak yang merasa dirugikan,
disini perlu kemampuan dan sikap agen perubahan yang baik untuk dapat
mempengaruhi tokoh masyarakat terutama tokoh masyarakat, agar
program dapat berjalan lancar dan tidak menimbulkan konflik.

G.Sikap Agen Perubahan Dalam Membangun Hubungan


Interpersonal Dengan Masyarakat Sebagai Sasaran Program
Pemberdayaan
Agar tercipta suatu pengertian yang baik antara kedua belah pihak,
maka dibutuhkan komunikasi interpersonal dalam penyampaian pesan
dari komunikator. Dampak positif atau negatif dari penyampaian pesan
tergantung dari efektif tidaknya komunikasi tersebut. Komunikasi
dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang
dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan
rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Untuk itu perlu
sikap yang baik bagi komunikator, diantaranya; sikap keterbukaan, sikap
emphati, sikap mendukung, sikap positif, sikap kesetaraan, sikap percaya
diri, sikap ekspresif.
1.

Sikap Keterbukaan

Komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang


diajaknya berinteraksi, dalam kasus ini, CSR harus terbuka terhadap
riwayat, maksud dan tujuan dan harapannya dalam membangun desa
mereka. Terbuka disini dapat juga dikatakan bahwa CSR sendiri harus
terbuka secara pribadi, sehingga timbul rasa percaya dari tokoh
masyarakat dan masyarakat. Komunikator untuk bereaksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang. Komunikator harus interaktif dan siap
menjawap pertanyaan dengan jujur terutama seputar program yang akan

diterapkan di desa pesisir tersebut, siap menerima saran dan kritik dari
stakeholder.
2.

Sikap Empati

Pengertian sikap empatik dalam kasus ini CSR harus dapat


menyesuaikan komunikasinya dengan siapa mereka bicara, misal ketika
berbicara dengan nelayan maka akan berbeda dengan ketika berbicara
dengan bakul, karena kondisi antara keduanya sangat berbeda. Ada tiga
langkah CSR untuk untuk mencapai empati, yaitu:
a.Menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan dan
mengkritik. Fokusnya adalah pada pemahaman.tentang masyarakat
itu sendiri
b.Cobalah mengerti alasan yang membuat orang itu merasa seperti apa
yang dirasakannya. Jika mengalamani kesulitan dalam memahami
sudut pandang orang lain, ajukanlah pertanyaan, carilah kejelasan,
dan doronglah orang itu untuk berbicara.
c. Mencoba merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut
pandangnya. Mainkanlah peran orang lain itu dalam pikiran anda atau
bahkan mengungkapkannya keras-keras.
3.

Sikap Mendukung

Sikap mendukung dari CSR sebelum dan saat menyampaikan program


pembangunan mereka adalah Bersikap provisional, bukan sangat yakin.
Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta
bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia
mengubah posisi jika keadaan mengharuskan. Provisionalisme seperti
itulah yang membantu menciptakan suasana mendukung (suportif).
Provisionalisme dilakukan untuk menghindari konflik terhadap program
maupun sesama pendukung dan pro program. Pendapat dari pihak-pihak
yang memiliki kepentingan yang berlawanan berdasarkan hasil empati,
dicoba di satukan dan bila perlu merubah posisi.
4.

Sikap Positif

CSR harus menyatakan sikap positif. Sikap positif mengacu pada


sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal, yaitu:
a. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika orang memiliki sikap
positif terhadap diri mereka sendiri, dalam hal ini CSR harus

meyakinkan kepada para calon partisipannya bahwa program tersebut


cocok dan mereka mampu untuk melaksanakannya.
b. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi akan terjadi setelah
perasaan mereka menjadi positif, maka pembicaraan akan terus
berlanjut secara efektif. CSR juga harus secara positif mendorong
masyarakat yang menjadi teman berinteraksi. Cara yang dilakukan
adalah dengan memberikan Dorongan dapat verbal, contohnya dengan
mengatakan anda pasti mampu dan kita pasti berhasil atau anda
bikasana sekali, atau secara nonverbal, contohnya dengan senyuman
atau tepukan di bahu.
5.

Sikap Kesetaraan

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidak-setaraan. Tidak pernah


ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
ketidak-setaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila
suasananya setara. CSR dalam kasus ini harus bersikap setara dengan
masyarakat dalam arti mereka harus menghargai kearifan lokal,
menganggap bahwa CSR adalah mereka yang awam dan stakeholder
dalam hal ini warga masyarakat di pelabuhan ratu adalah orang yang
paling ahli di wilayahnya. Cara ini dilakukan agar para tokoh masyarakat
tidak merasa canggung terhadap tim CSR yang berupa orang luar. Setara
dalam hal ini juga berarti secara verbal saja dikatakan bila partisipasi
masyarakat di perlukan dan mereka dilibatkan, tetapi setara dalam gaya
hidup, misal berpenampilan. Penampilan dan simbol-simbol yang
digunakan haruslah dapat diterima oleh masyarakat, jangan sampai
masyarakat merasa bahwa CSR lebih eksklusif dimbandingkan mereka,
bila itu terjadi maka tidak akan terjadi kesetaraan. Apabila kesetaraan
telah di dapatkan antara masyarakat merasa dilibatkan dan setara, maka
komunikasi pembangunan tentang program akan berjalan efektif.
6.

Sikap Percaya Diri

CSR atau agen perubahan haruslah menjadi Komunikator yang


memiliki kepercayaan diri tinggi dan tidak mudah cemas, sehingga dapat
meyakinkan masyarakat yang dibinanya. Para CSR pembangun haruslah
selalu merasa nyaman bersama masyarakat dan merasa nyaman dalam
berbagai situasi komunikasi. CSR haruslah pembicara berkomunikasi
secara efektif dengan orang-orang yang gelisah, pemalu atau khawatir
dan membuat mereka merasa lebih nyaman. CSR program ini juga harus
dapat menjadi komunikator yang memiliki kepercayaan diri bersikap
santai, tidak kaku; fleksibel dalam suara dan gerak tubuh, tidak terpaku
pada nada suara tertentu dan gerak tubuh tertentu, terkendali dan tidak
canggung, sehingga menunjukan kompetensi yang dimilikinya dan

program yang pemberdayaan masyrakat BUMDes yang ditawarkan


sebagai program CSR.
7.

Sikap Ekspresif

Daya ekspresi mengacu pada keterampilan mengkomunikasikan


keterlibatan tulus dalam interaksi antarpribadi. Dalam kasus ini para agen
perubahan atau community development harus dapat mengekspresi
dengan menggunakan variasi dalam kecepatan, nada, volume, dan ritme
suara untuk mengisyaratkan keterlibatan dan perhatian dan dengan
membiarkan otot-otot wajah mencerminkan dan menggemakan
keterlibatan kita. Juga menggunakan gerak-gerik tubuh (dengan gaya dan
frekuensi yang sesuai) untuk mengkomunikasikan keterlibatan.

BAB 3
PENUTUP
Mengacu pada pembahasan diatas dalam membina hubungan
interpersonal agar kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
oleh perusahaan menjadi berhasil adalah dengan membangun hubungan
interpersonal. Cara membangun hubungan interpersonal adalah dengan
menunjukan sikap komunikasi yang baik, diantaranya; teterbukaan, sikap
emphati, sikap mendukung, sikap positif, sikap kesetaraan, sikap percaya
diri, sikap ekspresif. Sikap-sikap agen perubahan tersebut dapat
menciptakan hubungan interpersonal yang baik, dengan hubungan
interpersonal yang baik maka komunikasi antara perusahaan dan
masyarakat yang akan mereka bangun berjalan dengan efektif.
Komunikasi yang efektif diantara kedua pihak tentunya dapat mendukung
kepada keberhasilan pelaksanaan program tersebut secara berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Sunarto. (2003). Manajemen, komunikasi antar pribadi dan gairah kerja
karyawan. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Departemen
Kehakiman dan HAM.
Effendy,
Onong
Uchjana.
(2003).
komunikasi.Bandung: Citra Aditya

Ilmu,

teori

dan

filsafat

Bakti. Mulyana, Dedy. (2002). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:


PT Remaja
Rosdakarya Devito, Joseph A. (1997). Komunikasi antar manusia (5th Ed.)
Jakarta: Professional Books.
Gamble, Teri Kwan dan Gamble, Michel (2005). Communication Works, 8th
Edition. New York, McGraw Hill

Anda mungkin juga menyukai