Anda di halaman 1dari 102

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN LEMBAGA PELAYANAN

SOSIAL DI PANTI ASUHAN ANAK SHALEH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Praktikum Manajemen Lembaga Pelayanan Sosial

Semester V Tahun Akademik 2017/2018

Disusun oleh :

Ahmad Shofwan Syaukani NPM : 170310150021


Bonaventura Andhikaputra NPM : 170310150032
Monica Kristiani Widhawati NPM : 170310150039
Mutia Rahmi NPM : 170310150040
Susi Sulistyowati NPM : 170310150052
Dibawah Supervisi

Dr. Hj. Eva Nuriyah Hidayat, S.Sos.,M.Si

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN LEMBAGA PELAYANAN SOSIAL

JUDUL : Laporan Praktikum Manajemen Lembaga Pelayanan Sosial di


Panti Asuhan Anak Shaleh

PENYUSUN : 1. Ahmad Shofwan Syaukani NPM: 170310150021

2. Bonaventura Andhikaputra NPM: 170310150032

3. Monica Kristiani Widhawati NPM: 170310150039

4. Mutia Rahmi NPM: 170310150040

5. Susi Sulistyowati NPM: 170310150052

Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Pelaksana Supervisor

Dr. H. Soni Akhmad Nurhaqim, S.Sos., M.Si Dr. Hj. Eva Nuriyah Hidayat, S.Sos.,M.Si
NIP. 19680204 199403 1 011 NIP. 19720313 199903 2 001

Mengesahkan,
Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial

Dr. Risna Resnawaty, S.Sos., M.Si


NIP. 19811207 200604 2 002

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir
Praktikum Manajemen Lembaga Pelayanan Sosial dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.

Laporan ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Praktikum
Manajemen Lembaga Pelayanan Sosial di semester V. Oleh karena itu, besar
harapan dari pembuatan laporan ini dapat memberikan hasil yang terbaik bagi
penulis, serta dapat memberikan presentasi yang memuaskan.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang membantu
kelancaran penyusunan laporan akhir ini :
1. Supervisor Ibu Dr. Hj. Eva Nuriyah Hidayat, S.Sos.,M.Si yang telah
membimbing dan memberikan banyak masukan kepada kami.
2. Tim pelaksana praktikum yang senantiasa membimbing penulis dalam
kegiatan praktikum ini.
3. Bapak/Ibu pimpinan dan staff Panti Asuhan Anak Shaleh yang telah
mengizinkan dan banyak membantu penulis dalam pelaksanaan praktikum.
4. Teman-teman yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-
data dalam penyusunan laporan ini.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang
kurang berkenan dan penulis juga memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan. Semoga laporan ini dapat berguna bagi penulis
sendiri serta pembaca sekalian. Terima kasih.

Jatinangor, 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Kasus Anak di Indonesia ...........................................................

Tabel 2.1: Matriks SWOT ..........................................................................

Tabel 3.1 Pelayanan Permakanan Panti Asuhan Anak Shaleh ...............

Tabel 3.2: Analisis SWOT Planning ...........................................................

Tabel 3.3: Matriks Hasil Analisis SWOT Planning ..................................

Tabel 3.4: Analisis SWOT Organizing .......................................................

Tabel 3.5: Matriks Hasil Analisis SWOT Organizing ...............................

Tabel 3.6: Analisis SWOT Fundraising .....................................................

Tabel 3.7: Matriks Hasil SWOT Fundraising ...........................................

Tabel 3.8 : Analisis SWOT Sistem Informasi ............................................

Tabel 3.9 : Matriks Hasil Analisis SWOT Sistem Informasi ...................

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1: Tampilan Website Rumah Aqiqah Anak Shaleh ......................72

Gambar 3.2: Tampilan Profile Website Rumah Aqiqah Anak Shaleh ..........73

Gambar 3.3:Tampilan website Yayasan Anak Shaleh ....................................80

Gambar 3.4 website Indorelawan.org ..............................................................87

5
DAFTAR BAGAN

6
DAFTAR LAMPIRAN

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial untuk


membantu anak-anak yang sudah tidak memiliki keluarga untuk tempat mereka
bernaung. Adanya panti asuhan bagi anak didasarkan atas pemikiran bawah anak
merupakan tunas generasi muda mendatang yang akan menjadi tulang punggung
bangsa dan negara. Anak-anak yang lahir dari seorang ibu wajib dijaga, dididik,
dan dibesarkan oleh orangtua di dalam sebuah keluarga. Namun berbeda dengan
anak-anak yatim, piatu, yatim piatu, anak-anak terlantar, serta anak-anak dari
keluarga yang kurang mampu. Mereka semua harus mencari tempat lain untuk
mereka dapat melanjutkan kehidupan mereka. Mereka tidak mempunyai pilihan
lain untuk menyambung hidup, yang akhirnya membuat mereka harus tinggal di
panti asuhan. Panti asuhan memang bukan merupakan tempat terbaik bagi anak,
namun panti asuhan setidaknya dapat menggantikan peran keluarga yang hilang
dari seorang anak.

Anak adalah bagian dari populasi penduduk Indonesia yang masih sering
menghadapi kekerasan, diskriminasi, dan penelantaran, baik oleh orangtua
kandung, keluarga, dan lingkungannya. Hal itu dapat dilihat dari data yang
diunggah pada web resmi KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia)
menyatakan kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahun. Hasil pemantauan
KPAI dari 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang signikan. Tahun 2011
terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus, 2014 ada
5066 kasus. KPAI juga memaparkan 5 kasus tertinggi dengan jumlah kasus per
bidang dari 2011 hingga april 2015:

Kasus Jumlah
Anak berhadapan dengan hukum 6006 kasus
Kasus pengasuhan 3160 kasus

8
Pendidikan 1764 kasus
Kesahatan dan Napza 1366 kasus
Pornografi dan cybercrime 1032 kasus
Tabel 1.1: Kasus Anak di Indonesia (www.kpai.go.id, diakses 24 Desember
2017)

Anak yang rentan terhadap kasus-kasus tersebut membutuhkan


perlindungan sosial melalui jaminan sosial, rehabilitasi sosial, dan bentuk
pelayanan sosial lainnya. Sebagai upaya untuk melindungi anak penyandang
masalah sosial agar tidak mengalami segala kerentanan yang mungkin terjadi pada
diri mereka, pemerintah membentuk sebuah lembaga yang langsung diawasi oleh
pemerintah yaitu Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia tentang Standar Nasional


Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak menjelaskan bahwa
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan lembaga-lembaga yang dibentuk
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat dalam menyelenggarakan
pengasuhan anak. Anak dengan masalah sosial dapat diimplikasikan kepada kondisi
kurangnya pengasuhan yang mereka terima, baik dari orangtua kandung atau
keluarga yang ada disekitar mereka. Oleh karena itu, anak penyandang masalah
sosial cenderung membutuhkan pengasuhan alternatif. Pengasuhan alternatif
merupakan pengasuhan berbasis keluarga pengganti atau berbasis Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak yang dilaksanakan oleh pihak-pihak di luar keluarga inti
atau kerabat anak.

Pengasuhan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan


alternatif terakhir dari pelayanan pengasuhan alternatif untuk anak-anak yang tidak
dapat diasuh di dalam keluarga inti, keluarga besar, kerabat, atau keluarga
pengganti. Tujuan dari pengasuhan alternatif, termasuk yang dilakukan melalui
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus diprioritaskan untuk menyediakan
lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan kasih sayang anak, kelekatan
(attachment), dan permanensi melalui keluarga pengganti.

9
Pengasuhan alternatif yang diberikan LKSA cenderung diberikan kepada
anak-anak dengan latar belakang keluarga kurang mampu. Banyaknya keluarga
kurang mampu yang mengirim anak-anaknya ke Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak menjelaskan situasi belum terbangunnya sistem ekonomi untuk mendukung
keluarga-keluarga tersebut. Demikian pula semakin banyaknya LKSA yang
dibangun tanpa memperhatikan kebutuhan anak dan keluarganya, menggambarkan
nilai-nilai masyarakat yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya pengasuhan
berbasis keluarga. Di samping itu, masih banyak faktor yang belum mendukung
terlaksananya pelayanan, di antaranya terbatasnya kapasitas pengasuh anak-anak,
belum optimalnya kinerja yang berwenang dalam mengatur pengasuhan anak,
belum tersedianya tenaga profesional yang bekerja mendukung anak dan
keluarganya, dan belum terintegrasinya bidang tugas antar berbagai pemangku
kepentingan dalam pelayanan anak. Berbagai kelemahan tersebut membelajarkan
tentang pentingnya kerja sama antar berbagai komponen dalam pengasuhan anak
baik keluarga inti maupun keluarga akternatif dan Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak.

Oleh karena hal-hal yang telah kita paparkan di atas terbentuklah sebuah
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yaitu Panti Asuhan Anak Shaleh yang
memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan hak dari anak-anak yang harus
mereka dapatkan. Karena Panti Asuhan Anak Shaleh sendiri memiliki visi yaitu
menumbuhkan rasa sayang dan menumbuhkan kepekaan sosial terhadap sesama,
khususnya kepada anak-anak yatim, piatu, ataupun dhuafa sehingga terwujudnya
insan yang mulia.

Masalah-masalah yang telah dijelaskan di atas, seperti pemenuhan hak


anak-anak yatim, piatu, yatim piatu, anak-anak terlantar, serta anak-anak dari
keluarga yang kurang mampu harusnya dapat teratasi melalui manajemen lembaga
pelayanan sosial yang baik dan benar. Dalam melaksanakan pelayanan pengasuhan
anak, Panti Asuhan Anak Shaleh sebagai suatu lembaga harus bisa menggunakan
fungsi manajemen yang sesuai agar pelayanan pengasuhan yang diberikan dapat
maksimal dalam memenuhi kebutuhan anak. Fungsi manajemen tersebut mencakup

10
aspek Planning, Organizing, Human Resources Development, Fundraising, dan
Information System Management.

Kelima aspek Planning, Organizing, Human Resources Development,


Fundraising, dan Information System Management yang praktikan laksanakan di
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, Panti Asuhan Anak Shaleh. Fungsi
manajemen pada lembaga pelayanan manusia (Human Services Organization)
menjadi dasar keberfungsian lembaga dalam mewujudkan pelayanan kepada klien
yang mereka layani. Oleh karena itu, Praktikum Manajemen Lembaga Pelayanan
Sosial sangat perlu dilaksanakan oleh akademisi dengan latar belakang keilmuan
kesejahteraan sosial karena pelayanan sosial dengan basis lembaga pelayanan sosial
adalah garis utama keilmuan tersebut.

Tujuan dari praktikum yang praktikan lakukan adalah untuk mewujudkan


rekomendasi intervensi pengembangan fungsi manajemen HSO yang mencakup
aspek Planning, Organizing, Human Resources Development, Fundraising, dan
Information System Management. Ketika rekomendasi dari sebuah intervensi yang
praktikan rencanakan berjalan di lembaga Panti Asuhan Anak Shaleh atau muncul
kesadaran dari lembaga bahwa lembaga berkeinginan untuk melaksakan
rekomendasi intervensi oleh praktikan maka capaian dari tujuan praktikum dapat
dianggap telah berhasil.

1.2. Deskripsi Aspek POHFI Lembaga Praktikan


1.2.1. Planning
Lembaga dimana kami melakukan praktikum adalah Lembaga
Pelayanan Sosial Anak, “Panti Asuhan Anak Shaleh” yang berlokasi di Jl.
Rancabolang No. 1 Rt 06/ 10 Margasari, Buah Batu, Bandung. Panti Asuhan
Anak Shaleh ini berada di bawah naungan Yayasan Anak Shaleh yang juga
menjalankan beberapa program lain seperti Rumah Tahfidz, pengadaan
hewan aqiqah sebagai bentuk pendapatan Panti Asuhan Anak Shaleh, dan
beberapa program lainnya. Panti Asuhan Anak Shaleh memiliki 30 orang
anak asuh yang diasramakan di asrama Panti Asuhan Anak Shaleh dan juga

11
terdapat sejumlah anak asuh lainnya yang menjadi binaan Panti Asuhan Anak
Shaleh yang tetap tinggal di dalam sebuah keluarga.

Sebagai sebuah LKSA, Panti Asuhan Anak Shaleh merupakan salah


satu lembaga pelayanan sosial (Human Services Organization) yang mana di
dalamnya terdapat manajemen yang mengatur keberlangsungan Panti Asuhan
Anak Shaleh tersebut. Manajemen yang mendukung keberfungsian lembaga
harus berdasarkan fungsi manajemen yang terdiri dari aspek Planning,
Organizing, Human resources development, Fundraising, dan Information
system management. Fungsi manajemen dari Panti Asuhan Anak Shaleh
tersebut yang kami analisis dalam kegiatan praktikum manajemen lembaga
pelayanan manusia.

Pada aspek planning Panti Asuhan Anak Shaleh memiliki visi misi
yang sudah terarah sebagai dasar, tetapi dalam kenyataannya visi dan misi
harus diperbaharui dalam perencanaan program dan pelayanan di Panti
Aushan Anak Shaleh dikarenakan evaluasi langsung oleh pengawas Dinsos
terhadap pengurus Panti Asuhan Anak Shaleh langung (Ibu Maida). Selain
itu, kepengurusan Panti Asuhan Anak Shaleh yang berasaskan kekeluargaan
menjadi suatu kekuatan (strength) dalam proses pengambilan keputusan yang
dihadapi lembaga. Namun, Panti Asuhan Anak Shaleh masih belum memiliki
rencana strategis jangka pendek dan jangka panjang terkait keberlangsungan
lembaga. Perencanaan lembaga cenderung dilakukan untuk menyelesaikan
yang sedang dihadapi lembaga pada saat tertentu terlebih masalah anak
asrama didalam panti.

1.2.2. Organizing
Praktikan akan menjelaskan hasil assessment yang telah dilakukan
dalam aspek organizing di Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung. Berdasarkan
hasil assessment tersebut, praktikan mendapatkan beberapa uraian terkait
kelembagaan Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung, yaitu sudah memiliki
Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) dan pembagian jobsdesk sesuai
dengan peranannya tersendiri, namun hasil informasi yang praktikan

12
dapatkan memang dari Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung sendiri ingin
merevisi SOTK karena ada beberapa hal yang ingin dimasukan ke dalam
SOTK tersebut. Selain itu, Lembaga Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung
sudah memiliki Standart Operating Prosedur (SOP) dalam melaksanakan
pelayanan anak dan mekanisme alur pelayanan sosial anak asuh di Panti
Asuhan Anak Sholeh Bandung. Salah satu contoh pelayanan sosial yang
diberikan oleh Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung ialah dengan memenuhi
segala kebutuhan anak baik itu di bidang fisik, mental, pendidikan,
pengasramaan, sosial, kesehatan, kegamaan, dan bimbingan keterampilan
seperti adanya agenda pelatihan taekwondo setiap pekannya, penyajian
makan yang dapat memenuhi gizi anak setiap harinya, mengenyam
pendidikan formal mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampai dengan
tingkat menengah atas atau bahkan Perguruan Tinggi, dan pelatihan
keterampilan bagi anak supaya memiliki kemampuan khusus dalam
beraktivitas sehari-harinya.

Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung dalam pengorganisasiannya


masih memegang teguh nilai-nilai kekeluargaan. Hal tersebut dapat kita lihat
dari orang-orang yang ditempatkan secara struktural yayasan maupun panti
asuhan yaitu kebanyakan masih berasal dari satu keluarga yang sama. Akan
tetapi, terdapat kekurangan dari pada hal tersebut dalam aspek organizing,
yaitu masih sering terjadinya double job atau tumpang tindih peran dan fungsi
di antara jabatan satu dengan yang lainnya dalam melaksanakan tugas
kelembagaan. Selain itu, lembaga membutuhkan model pengorganisasian
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang sekiranya bisa dijadikan
percontohan agar Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung dapat menjadi lebih
baik lagi. Terlebih dengan adanya Forum Komunikasi Panti Sosial Kota
Bandung dapat dimanfaatkan untuk saling membagi kendala dan tantangan
dalam melakukan manajemen kelembagaan, khususnya pada manajemen
kelembagaan panti asuhan itu sendiri.

13
1.2.3. Human Resources Development (HRD)
Sistem HRD di Panti Asuhan Anak Shaleh masih belum tersedia.
Perekrutan dan staffing masih bergantung dengan kebijakan lembaga, hal ini
dikarenakan Panti Asuhan Anak Shaleh merupakan panti yang menerapkan
asas kekeluargaan dalam melaksanakan tugasnya. Pengurus yang ada di
dalam Panti Asuhan Anak Shaleh mayoritas merupakan anggota keluarga
walaupun beberapa pengurus di bidang-bidang tertentu di isi oleh anggota
yang bukan keluarga. Dalam kepengurusannya, Panti Asuhan Anak Shaleh
masih minim dikarenakan kurangnya SDM dalam panti tersebut.

Kondisi yang terlihat selama praktikan melakukan praktikum yaitu


peran ganda dalam melakukan pekerjaannya walaupun setiap anggota telah
mempunyai tugas utama. Hal tersebut membuat para pengurus kurang
optimal dalam menjalankan tugas utamanya. Selain itu, tidak adanya
perencanaan pada sistem perekrutan dan staffing membuat pengurus pada
Panti Asuhan Anak Shaleh kurang profesional. Hal ini berpengaruh dalam
mengembangkan dan menjalankan program kerja dalam mencapai tujuannya.

1.2.4. Fudraising/Budgeting
Fundraising di lembaga Panti Asuhan Anak Shaleh sudah tersedia dan
memiliki pengelolaan dana secara baik dan terstruktur. Sudah tertera dengan
jelas proses pengumpulan dana yang ada di Panti Asuhan Anak Shaleh seperti
yang sedang dijalankan saat ini. Selain itu, Panti Asuhan Anak Shaleh juga
telah memiliki banyak donatur tetap maupun tidak tetap yang sangat
membantu dalam kelancaran program-program ataupun kegiatan yang ada di
Panti Asuhan Anak Shaleh.

Strategi fundraising yang dilakukan Panti Asuhan Anak Shaleh untuk


menghimpun dana yang dibutuhkan yaitu melalui beberapa kegiatan berikut:

1. Rumah Aqiqah Anak Shaleh


Rumah Aqiqah merupakan salah satu kegiatan fundraising terbesar
yang dimiliki oleh Panti Asuhan Anak Shaleh. Aqiqah Anak Shaleh adalah

14
sebuah kegiatan fundraising di bidang penyedia jasa aqiqah. Rumah Aqiqah
Anak Shaleh terfokus kepada jasa penyedia domba dan katering untuk
membantu masyarakat agar lebih praktis menjalankan ibadah aqiqah bersama
keluarga. Pelayanan penjualan yang dilakukan oleh Panti Asuhan Anak
Shaleh adalah dengan pelanggan dapat langsung melihat dan memilih
dombanya sendiri di kandang dengan akses yang mudah untuk dilalui.
2. Paket Lebaran
Kegiatan fundraising paket lebaran ini merupakan kegiatan yang
hanya dilakukan dalam waktu tertentu, seperti pada bulan Ramadhan. Panti
Asuhan Anak Shaleh menyediakan paket lebaran sebagai sarana penghimpun
dana dalam kegiatan fundraising. Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak
donatur agar berpartisipasi dalam kegiatan fundraising yang diadakan oleh
Panti Asuhan Anak Shaleh dan berdonasi dengan paket yang menarik. Media
yang digunakan untuk kegiatan ini adalah dengan melampirkan leaflet kepada
donatur agar tertarik berdonasi untuk kegiatan Panti Asuhan Anak Shaleh
3. Kegiatan Koordinasi dengan Komunitas Panti Asuhan dan Dinas Sosial
Di dalam komunitas panti asuhan ini terdapat beberapa panti asuhan
yang terhimpun di dalamnya. Di dalam komunitas tersebut terdapat beberapa
kegiatan yang dapat dijadikan wadah koordinasi antar panti asuhan yang ada.
Setiap panti asuhan yang tergabung di dalam komunitas ini mendapat
anggaran dana dari Dinas Sosial berupa dana penunjang untuk pemenuhan
kebutuhan anak asuh.

Seluruh dana yang terkumpul dari berbagai macam strategi yang


dilakukan, bertujuan untuk menambah penghimpunan dana yang didapatkan
untuk disalurkan kepada seluruh anak yang ada di Panti Asuhan Anak Shaleh.

1.2.5. Information System Management


Pada bagian manajemen sistem informasi yang dimiliki oleh lembaga
Panti Asuhan Anak Shaleh sudah memiliki beberapa media sosial yang dapat
digunakan untuk menginformasikan profil lembaga dan kegiatan-kegiatan
yang telah berlangsung di lembaga, yaitu website, brosur/pamphlet, dan

15
instagram. Namun, media sosial yang sudah dibuat belum dapat digunakan
dengan baik, karena tidak ada SDM atau staf khusus yang menangani
kebutuhan pembaharuan media sosial. Hal ini dapat menghambat
penyampaian informasi yang diberikan kepada masyarakat atau donatur yang
ingin mengetahui lebih detail mengenai lembaga Panti Asuhan Anak Shaleh.

Jika media sosial dapat dikelola dengan baik, lembaga dapat


mengikuti perkembangan zaman, serta dapat mempermudah promosi
lembaga pada lingkungan yang lebih luas dibanding dengan penyebaran
melalui mouth-to-mouth.

Berdasarkan penjelasan di atas, praktikan merasa perlu melakukan


intervensi untuk memperbaiki keadaan yang ada agar keberlangsungan
manajemen sistem informasi di Panti Asuhan Anak Shaleh dapat lebih baik
dan bermanfaat dalam memperkenalkan lembaga pada lingkungan yang lebih
luas dengan dikemas yang menarik.

16
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Teori

2.1.1 Human Service Organization

Human Service Organization atau organisasi pelayanan manusia adalah


organisasi yang mempekerjakan pekerja sosial, di dalamnya terdapat
keberagaman orang, bidang pelayanan, struktur organisasi dalam pembagian
peran dan fungsi satu sama lain, keprofessionalitas, dan sebagainya dalam
melakukan pelayanan sosial untuk menyelesaikan masalah sosial, khususnya
pada fenomena-fenomena yang ada pada masyarakat. Menurut Netting,
Kettner & McMurtry (1993) dalam Ashari Utomo Putra dkk (2016:54)
menjelaskan organisasi pelayanan manusia merupakan suatu organisasi yang
dibentuk dengan tujuan untuk membantu manusia. Oleh karena itu, keberadaan
organisasi pelayanan manusia haruslah memberikan pelayanan kepada mereka
yang membutuhkan, baik itu secara moral, finansial, maupun psikososial.

Organisasi sebagai media untuk menolong orang lain tentunya


merupakan tekad mulia yang tidak semua orang bisa melakukannya, terlebih
organisasi tersebut merupakan organisasi non-profit yang lebih mencari
kebermanfaatan kepada orang lain dari pada keuntungan material begitu saja.
Ada tantangan dalam melakukan manajemen organisasi dalam setting
pelayanan manusia atau sosial karena dalam perjalanannya terkadang
menyulitkan manajemen itu sendiri. Sejumlah tantangan seperti perencanaan,
pengorganisasian, administratif, finansial, manajemen Sumber Daya Manusia,
dan sistem informasi akan ditemukan selama perjalanan merintis organisasi
pelayanan tersebut.

Namun demikian badan-badan pelayanan sosial bukan berarti di masa


depan selalu terkait kesalahan manajemen. Banyak tantangan tersebut yang
dapat diatasi atau paling tidak dikurangi ukurannya sehingga dapat

17
dikendalikan melalui perencanaan yang lebih efektif. Hasenfeld (1983:9-10)
mengemukakan dalam Santoso Tri Rahardjo dkk (2015:206-207)
mengemukakan karakteristik dari organisasi pelayanan sosial, yaitu :

1. Fakta bahwa materia dasarnya adalah terdiri dari orang-orang dengan


sejumlah nilai-nilai moral yang mempengaruhi aktifitas organisasi sosial.
2. Tujuan dari organisasi pelayanan manusia adalah samar-samar, berarti-
dia (ambiguous), dan bermasalah (problematic).
3. Moral ambigu yang mengitari pelayanan manusia juga menunjukan
organisasi pelayanan sosial bergerak dalam lingkungan bergolak, artinya
lingkungan tersebut terdiri dari banyak kepentingan kelompok yang
berbeda-beda.
4. Organisasi pelayanan manusia harus beroperasi dengan teknologi yang
tidak menentukan dengan tidak menyediakan pengetahuan yang lengkap
mengenai bagaimana mencapai hasil yang diharapkan.
5. Aktivitas utama dalam organisasi pelayanan manusia terdiri dari
hubungan antara staff dan klien. Tidak menutup kemungkinan para staf
dalam organisasi sosial lebih banyak terdiri dari para relawan yang harus
berhubungan dengan kliennya.
6. Karena keutamaan hubungan staff dan klien, maka posisi dan peran staff
lini (professional) secara khusus adalah penting dalam organisasi
pelayanan manusia.
7. Organisasi pelayanan manusia miskin pengukuran mengenai efektivitas
yang reliabel dan valid dan mungkin, lebih mampu bertahan terhadap
perubahan dan inovasi.

18
Berdasarkan jenis organisasi pelayanan sosial dapat dikategorikan
berdasarkan kegiatan bidang lingkup garapan, jenis penanganan, dan
berdasarkan wilayah atau juga berdasarkan teknologi yang dipergunakan
dalam mengolah material dasar oleh badan pelayanan sosial. Friedlander
(1980) dalam Budhi Wibawa dkk (2010:124) mengemukakan beberapa jenis
pelayanan sosial yang diusahakan melalui organisasi sosial, yaitu:

1. Bantuan sosial (Public assistance).


2. Asuransi sosial (Social insurance).
3. Pelayanan kesejahteraan keluarga (Family welfare services).
4. Pelayanan kesejahteraan anak (Child welfare services).
5. Pelayanan kesehatan dan pengobatan (Health and medical services).
6. Pelayanan kesejahteraan jiwa (Mental hygiene services).
7. Pelayanan koreksional (Correctional services).
8. Pelayanan kesejahteraan pemuda pengisian waktu luang (Youth leissure-
time services).
9. Pelayanan kesejahteraan bagi veteran (Veteran service).
10. Pelayanan ketenagakerjaan (Employment services).
11. Pelayanan bidang perumahan (Housing services).
12. Pelayanan sosial internasional (International social services).
13. Pelayanan kesejahteraan sosial masyarakat (Community social services).

Bahwasannya dapat diketahui banyak jenis-jenis pelayanan sosial yang


dilakukan melalui media organisasi sosial maupun organisasi pelayanan sosial
itu sendiri. Tergantung dari permasalahan seperti apa yang ingin diselesaikan
secara seksama. Selanjutnya dalam penyelenggaraan pelayanan sosial akan
berpengaruh pada kebijakan yang dibuat oleh organisasi pelayanan manusia
tidak mungkin dapat diterapkan tanpa manajemen pelayanan sosial. Ginsberg
(1995: 2) menyatakan bahwa tanpa manajemen, maka diragukan sebuah
pelayanan sosial dapat tersedia dengan baik, bahkan sifat dan kualitas
manajemen daripada aturan yang dibuat atau oleh keputusan para anggota
dewan. Oleh karena itu, organisasi pelayanan sosial sudah waktunya untuk

19
dikelola secara professional dalam manajemennya dan upaya untuk
menyelesaikan permasalahan haruslah diperhatikan dengan mendetail agar
tidak salah sasaran satu sama lain.

2.1.2 Administrasi Pekerjaan Sosial


Administrasi Pekerjaan Sosial (APS) menurut John Kidneigh (dalam
Raharjo, 2010) adalah sebuah proses mentransformasikan kebijakan sosial ke
dalam pelayanan-pelayanan sosial sehingga terjadi proses timbal balik
(berkesinambungan) melalui dua cara, yaitu (1) mentransformasikan kebijakan
ke dalam pelayanan sosial secara konkret; (2) menggunakan pengalaman-
pengalaman untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi guna merubah atau
memperbaiki kebijaksanaan.

Selain itu, definisi lain berasal dari Skidmore (dalam Social Work
Administration: Dynamic Management and Human Relations, 1995: 3) yang
mengatakan bahwa administrasi pekerjaan sosial merupakan suatu proses
bekerja dengan orang dengan cara mengarahkan dan menghubungkan energi
mereka, sehingga mereka mampu menggunakan atau memanfaatkan sumber
yang tersedia untuk mencapai tujuan pelayanan dan program pelayanan yang
dibutuhkan masyarakat. Dalam kalimat yang lebih sederhana, APS merupakan
suatu tindakan staf yang menggunakan proses-proses sosial untuk
mentransformasikan kebijakan-kebijakan sosial lembaga kedalam pemberian
pelayanan sosial.

Secara umum, APS dapat diartikan sebagai proses atau wadah pemberian
fasilitas dan dukungan terhadap kegiatan yang diperlukan dalam pemberian
pelayanan secara langsung oleh suatu lembaga sosial dengan memanfaatkan
sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan pelayanan dan program
yang dibutuhkan masyarakat. APS berfungsi untuk melakukan suatu
transformasi social policy menjadi social service dibantu dengan individu-
individu untuk menentukan suatu kebijakan atau kewenangan.

20
APS didefinisikan secara khusus sebagai “suatu metode praktik
pekerjaan sosial”. APS menunjuk pada proses intervensi sistematik yang terdiri
dari tugas-tugas dan fungsi-fungsi serta aktivitas-aktivitas terkait lainnya yang
dilaksanakan oleh petugas manajemen untuk memfasilitasi pencapaian misi
dan tujuan organisasi. APS berkenaan dengan penerapan pengetahuan
keterampilan dan nilai-nilai secara bertujuan dalam melaksanakan tugas-tugas
seperti perumusan tujuan dan perencanaan program, mobilisasi dan
pemeliharaan sumber, serta pengevaluasian hasil-hasil organisasi (Saari, 1977;
Patty, 1983).

APS memiliki peran utama dalam merubah klien secara organisasi


dengan memanfaakan sumber daya secara aktif dan efisien. Posisi APS dalam
pekerjaan sosial yaitu sebagai wadah pelayanan bagi pekerja sosial dalam
merealisasikan metode-metode pekerjaan sosial. Metode-metode tersebut
seperti Social Case Work, Social Group Work, dan Community
Organization/Community Development. Dasar asumsi APS salah satunya
mayoritas memfasilitasi pelayanan sosial. Menurut Skid More, APS
merupakan metode pemungkin yang pengelolaannya dibantu oleh sumber-
sumber yang tersedia.

Sebagai sebuah metode praktik, APS memiliki beberapa ciri-ciri sebagai


berikut:

1. Ditunjang oleh teori-teori administrasi dan organisasi umum serta teori-


teori manajemen.
2. Dikondisikan oleh tujuan-tujuan dan karakteristik manajemen
kesejahteraan sosial.
3. Diwarnai oleh teori-teori dan nilai-nilai pekerjaan sosial.

Proses untuk menjadikan APS sebagai kerangka berpijak agar lembaga


memberikan pelayanan yang efektif dan efisien yaitu dengan satu pandangan
dalam proses administrasi; administrasi organisasi, manajemen,

21
kepemimpinan, pengambilan keputusan, hubungan antar manusia, komunikasi,
dan persepsi.

Managing the Managing the


Organization Personnel

Mission and Value and moral


philosophy practice
Solid in
grounding
manageme
nt theory
Managing Management
knowledge and theory
leadership skill

Managing the Managing the


Information Finances

Bagan 2.1: Dasar Pengetahuan, Keterampilan dan Nilai APS

2.1.2.1 Prinsip Dasar Administrasi Pekerjaan Sosial


Prinsip adalah aturan dasar/utama atau kebenaran yang berasal
dari metoda yang diadopsi untuk digunakan dalam tindakan/perbuatan.
Prinsip APS adalah pernyataan umum yang digunakan oleh administrator
ketika melaksanakan pekerjaannya. Pernyataan tersebut merupakan
gagasan terpisah, tetapi saling terkait dan merupakan sebuah falsafah
administrasi.

Beberapa prinsip dasar APS yaitu:

1. Mempunyai dan mengupayakan pemahaman dan penerimaan


serta komitmen yang mendalam terhadap nilai-nilai pekerjaan
sosial
2. Mempunyai pengetahuan yang memadai tentang pekerjaan
sosial sebagai suatu pelayanan profesional terhadap orang

22
3. Mempunyai dan mengupayakan identifikasi yang kuat terhadap
profesi pekerjaan sosial dan tujuan fundamental pekerjaan sosial
4. Mengetahui dan mengintegrasikan praktek pekerjaan sosial
dengan teori administrasi
5. Terlibat dalam menciptakan kerja yang efektif dengan orang
6. Bertanggung jawab untuk menjaga kualitas pelayanan yang
diberikan

Prinsip-prinsip dasar administrasi dianggap sebagai suatu hal


yang penting di dalam APS, sebab prinsip-prinsip tersebut berfungsi
untuk:

1. Mengarahkan dalam bertindak dan berperilaku secara


profesional.
2. Mengarahkan dalam membuat pilihan dan keputusan tidak
hanya dalam arti tehnis, tetap lebih didasari oleh keyakinan yang
kuat tentang pekerjaan sosial, nilai yang mendasarinya dan
tujuan yang akan dicapai di masyarakat.
3. Administrasi pekerjaan sosial diarahkan oleh prinsip bekerja
secara terencana dan konsisten.
4. Ketika dihadapkan pada situasi di mana terjadi pertentangan
nilai, administrator membuat keputusan didasarkan apa yang
terbaik bagi klien.
5. Berguna untuk menganalisis masalah, penentuan tujuan,
pemilihan metoda, pelimpahan tanggung jawab, dan evaluasi
hasil.

2.1.2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Administrator


Patti (1983: 34-36) menjelaskan tugas-tugas manajemen yang
harus dilakukan oleh petugas profesional dalam suatu organisasi
pelayanan sosial. Petugas profesional yang dimaksud adalah

23
administrator atau manajer dalam organisasi pelayanan sosial. Tugas-
tugas yang harus dilakukan yaitu:
1. Perencanaan dan Pengembangan Program (Planning and
Developing The Program)
Petugas profesional harus mampu merencanakan dan
mengembangkan program organisasi. Program merupakan
instrumen dengan mana organisasi kesejahteraan sosial mencapai
misi dan tujuannya. Rencana program pada dasarnya merupakan
model untuk suatu tindakan, yang meliputi hasil yang ingin dicapai,
pelayanan yang ingin diberikan, klien yang akan dilayani, serta
sumber-sumber yang dibutuhkan.
2. Memperoleh Sumber-Sumber dan Dukungan Finansial
(Acquihiring Financial Resources and Support)
Salah satu tugas penting seorang petugas profesional adalah
meperoleh masukan yang diperlukan untuk mendukung program dan
pelayanan. Kiranya, tugas penting dalam hal ini adalah memperoleh
sumber dan dukungan finansial yang memungkinkan.
3. Merancang Struktur dan Proses Organisasi (Designing
Organization Structures and Processes)
Struktur organisasi merupakan spesifikasi formal yang
mencerminkan otoritas, tanggung jawab, dan harapan-harapan.
Struktur dan proses organisasi biasanya dimodifikasi dalam bentuk
bagan, petunjuk pelaksanaan dan teknis, serta deskripsi kerja.
Petugas fungsional harus mampu merancang struktur dan proses
keorganisasian, baik yang bersifat rutin maupun kejadian-kejadian
kontemporer.
4. Mengembangkan dan Memelihara Kemampuan Staf
(Developing and Maintaining Staff Capability)
Kualitas pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi
kesejahteraan sosial sangat tergantung pada kemampuan intelektual,
keterampilan, dan komitmen para staf. Petugas profesional harus

24
mampu mengembangkan dan memelihara kemampuan dan kualitas
staf. Misalnya, melalui penetapan kebijakan dan tujuan organisasi
yang jelas, komunikasi efektif; pemberian kesempatan pada pekerja
untuk berkreasi; pemberian kesempatan pada pekerja untuk
berkreasi; pemberian ‘on-the-job-supervision’, 'in-service-training',
pendidikan lanjutan; penyelenggaraan evaluasi kinerja, rotasi kerja;
penugasan khusus; penciptaan iklim organisasi yang kondusif bagi
kepuasan kerja, pemberian supervisi ahli dari luar.

2.1.3 Faith Based Organization


Organisasi berbasis Iman atau Faith Based Organization (FBO) adalah
sebuah organisasi yang nilai-nilainya didasarkan pada iman atau kepercayaan,
yang memiliki misi berdasarkan nilai-nilai sosial dari iman tertentu, dan
menarik aktivisnya (pemimpin, staf, relawan) dari iman kelompok. Perspektif
Durasi Panjang dari Terje Tvedt (Benthall, 2008:95) menempatkan faktor
sintesis sebagai pendorong munculnya organisasi berbasis keyakinan. Dasar
dari organisasi berbasis keyakinan adalah agama dan agama telah berusia
ribuan tahun. Sementara itu, organisasi kemanusiaan sekuler baru lahir setelah
Perang Dunia II. Menghadapi persaingan dengan organisasi kemanusiaan
sekuler, agama memunculkan organisasi kemanusiaan religius. Tujuannya
sebenarnya sama, yaitu memperoleh penerimaan dan modal (Benthall,
2008:95). Jadi, dapat dikatakan kalau motivasi di balik organisasi berbasis
keyakinan hanya satu, yaitu menyebarkan agamanya. Disisi lain Iman yang
berkaitan dengan organisasi tidak harus diklasifikasikan secara akademis
sebagai agama, istilah “organisasi berbasis iman” atau Faith Based
Organization (FBO) lebih inklusif daripada istilah “organisasi keagamaan”
karena organisasi keagamaan lebih mengacu juga pada kepercayaan iman non
kongregasi (Bielefeld, 2013). Organisasi berbasis agama adalah organisasi akar
rumput atau salah satu gerakan yang menggunakan masyarakat di sebuah
distrik tertentu sebagai basis gerakan politik atau ekonomi (Gove & Philip
Babcock 1961) yang aktif secara lokal tetapi juga pada skala internasional.

25
Pendanaan mereka berasal dari sumbangan anggota, tapi juga memenuhi syarat
untuk negara atau hibah internasional. Saat ini, terminologi ini banyak
digunakan di pemerintahan, antar-pemerintah dan pengaturan non-pemerintah.
(www.unesco.org, diakses 17 Desember 2017)

Pada tanggal 20 Oktober 2008, lebih dari 160 pemimpin agama,


organisasi berbasis agama dan perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
mencakup seluruh dunia berkumpul di Istanbul, Turki, untuk membentuk
Jaringan Antaragama untuk Kependudukan dan Pembangunan. Forum tersebut
menampilkan 60 perwakilan UNFPA dan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa
lainnya, serta lebih dari 100 perwakilan organisasi berbasis agama (FBO) dari
lima wilayah (Afrika, negara-negara Arab, Asia dan Pasifik, Eropa Timur dan
Asia Tengah, dan Latin Amerika dan Karibia). Selain perwakilan berbasis
agama regional, Forum ini menyelenggarakan para pemimpin agama, dan
narasumber, termasuk perwakilan dari Swiss Development Cooperation
(SDC), yang telah membuat karya “Budaya UNFPA” terselenggara sejak tahun
2002. Dan menyepakati beberapa gagasan diantaranya semua sepakat tentang
peran FBO dalam mendorong perubahan dan transformasi yang efektif di
tingkat lokal masyarakat, termasuk bagian yang dapat mereka mainkan dalam
pengembangan kebijakan pemerintah. FBO ditempatkan secara strategis di
tempat untuk memelihara dan memperkaya kehidupan manusia, terutama
dalam konteks globalisasi dan dalam menghadapi tantangan global
kontemporer seperti HIV dan AIDS, krisis keuangan global, krisis pangan, dan
meningkatnya biaya hidup; Ada nilai dan kepercayaan dalam semua tradisi
agama yang memberikan dasar bagi serangkaian hak fundamental bersama,
termasuk hak atas kesehatan fisik dan mental; Semua agama telah berbagi visi
dan penyebutan umum dalam martabat manusia dan hak asasi manusia; Di
semua wilayah di dunia, FBO terus menjadi pusat komunitas - mereka
dihormati di masyarakat, dan dipandang sebagai pemimpin bersama dengan
para pemimpin politik terpilih. Dalam hal ini tindakan FBO berpengaruh
signifikan dalam mempengaruhi norma lokal.

26
Dari beberapa hal diatas dapat disimpulkan organisasi berbasis
keagamaan adalah suatu organisasi yang muncul karena suatu “nilai” dalam
ajaran agama dan kepercayaan yang dipegang teguh yang mana organisasi ini
sangat strategis dalam kemanusiaan dikarenakan ajaran kepercayaan yang
dipegang dan dipercayai erat kaitannya dengan kehidupan dikarenakan diambil
dari kitap suci. FBO ini muncul didasarkan pada “keyakinan” bahwa mereka
memiliki kewajiban agama untuk membantu orang miskin dan kurang
beruntung sesuai pada pada ajaran kitab suci mereka (Eni Setiyawati,2015).

2.1.4 Fungsi Manajemen


2.1.4.1 Planning
Langkah awal dalam memulai sebuah program atau kegiatan
yang matang tentu harus didukung dengan kematangan perencanaan
yang dibuat agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Perencanaan atau
planning menurut Stoner adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan
yang perlu untuk mencapai sasaran atau proses perencanaan (Planning).
Maka dari itu perencanaan mempunyai fungsi yang penting dalam
mengambil langkah sebelum memulai kegiatan agar tujuan yang
diinginkan tercapai.

Selain itu Henry Fayol juga mendefinisikan perencanaan atau


planning sebagai proses pencapaian tujuan perusahaan dan strategi untuk
mencapai tujuan tersebut dengan sumber daya yang tersedia.
Perencanaan terbagi menjadi perencanaan strategi dan perencanaan
operasional.

Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat untuk


mewujudkannya menjadi ke dalam sebuah kegiatan yang terselenggara
dengan baik, diperlukan langkah-langkah yang tepat, seperti yang
diungkapkan oleh Schaffer (Social Work Administration, 1995:51) yang
membuat daftar mengenai empat langkah dalam menyusun perencanaan:

27
1. Riset, dimaksudkan untuk menganalisis kekuatan-kekuatan
lembaga, kekurangan kelemahan serta menentukan risiko yang
ditimbulkan oleh faktor eksternal
2. Formula objektif, untuk mendefinisikan apa yang akan terjadi
dimasa yang akan datang
3. Perencanaan yang strategis, untuk membangun sebuah sistem
kerja yang mengarah pada tujuan
4. Perencanaan operasional, untuk menciptakan langkah setiap
departemen dan fungsi.
2.1.4.2 Organizing
Organisasi bukan merupakan kata yang asing di telinga.
Pengorganisasian pada umumnya diartikan sebagai proses yang
digunakan untuk mencapai tujuan yang dibuat oleh suatu kelompok
dengan keteraturan, mempunyai struktur sesuai dengan kebutuhan, dan
pembagian tugas yang jelas.

Menurut George R. Terry (Hasibuan, 2009: 119)


pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan
kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat
bekerjasama secara efisisen dan dengan demikian memperoleh kepuasan
pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi
lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.

Selain itu menurut Kontz dan O’Donnel (Malayu Hasibuan,


2009 :119), menurut mereka fungsi pengorganisasian manajer meliputi
penentuan penggolongan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk
tujuan, pengelompokkan kegiatan-kegiatan tersebut ke dalam suatu
bagian yang dipimpin oleh seorang manajer, serta melimpahkan
wewenang untuk melaksanakannya. Berdasarkan beberapa pengertian
pengorganisasian yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, maka dapat
dikatakan bahwa terdapat ciri-ciri yang dimiliki oleh organisasi yang
melakukan fungsi pengorganisasian (Hasibuan, 2009: 122), yaitu:

28
1. Manusia, artinya organisasi baru ada jika ada unsure manusia
yang bekerja sama, ada pemimpin dan ada yang dipimpin.
2. Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada jika ada tempat
kedudukannya.
3. Tujuan artinya, organisasi baru ada apabila ada tujuan yang
hendak dicapai.
4. Pekerjaan, artinya organisasi itu baru ada jika ada pekerjaan
yang akan dikerjakan serta ada pembagian pekerjaan.
5. Struktur, artinya organisasi itu baru ada jika ada hubungannya
dan kerjasama antar manusia yang satu dengan yang lainnya.
6. Teknologi, artinya organisasi itu baru ada jika terdapat unsure
teknis.
7. Lingkungan, artinya organisasi itu baru ada jika ada lingkungan
yang saling mempengaruhi misalnya ada sistem kerjasama
sosial.

Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK), struktur organisasi


adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian secara posisi yang
ada pada perusahaaan dalam menjalin kegiatan operasional untuk
mencapai tujuan. Selain itu struktur organisasi yaitu pembagian
pekerjaan, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.

Tata kerja atau uraian tugas pokok dan fungsi merupakan


sebuah kewajiban. Pekerjaan merupakan sebuah tanggung jawab,
perintah untuk berbuat, kegiatan yang paling utama dilakukan oleh para
pegawai dalam sebuah organisasi yang memberikan gambaran tentang
ruang lingkup atau kompleksitas jabatan demi mencapai tujuan tertentu.
Fungsi suatu lembaga atau institusi formal adalah adanya kekuasaan
berupa hak dan tugas yang dimiliki oleh seseorang dalam kedudukannya
di dalam organisasi untuk melakukan sesuatu sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing yang disusun sebagai pedoman bagi organisasi
tersebut dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan organisasi.

29
2.1.4.3 Human Resources Development
Sebuah organisasi, instansi, atau perusahaan tentu mempunyai
aset berharga yang menjadi kunci berjalan atau tidak rencana serta
program-program yang telah disusun, yaitu Sumber Daya Manusia
(SDM). Maka dari itu perlu perhatian khusus agar SDM yang dipunya
dapat menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. Dalam
sebuah organisasi, instansi, atau perusahaan mempunyai bidang khusus
yang bekerja fokus untuk mengkaji SDM yang bekerja, yaitu Human
Resources Development (HRD) atau manajemen sumber daya manusia.

Beberapa tokoh telah mendefinisikan HRD, seperti Dessler


(2011:5) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia sebagai
kebijakan dan praktik menentukan aspek manusia atau sumber daya
manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring,
melatih, memberi penghargaan dan penilaian.

Terdapat 2 kelompok fungsi manajemen sumber daya manusia,


yang pertama adalah fungsi manajerial diantaranya adalah fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Kedua,
fungsi organisasional diantaranya pengadaan tenaga kerja,
pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan dan
pemutusan hubungan kerja (Rivai dan Segala, 2013:13).

1. Fungsi Manajerial
Untuk dapat melaksanakan tugas dan menjalankan perannya
dengan baik dan benar, maka sebuah manajemen memiliki peran
yang dapat mendukung dan membantu dalam penerapannya. Dalam
manajemen terdapat 4 (empat) fungsi atau aktifitas menurut
beberapa ahli, sebagai berikut:
 Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan memperkirakan tentang
keadaan tenaga kerja, agar sesuai dengan kebutuhan organisasi
secara efektif dan efisien dalam membantu terwujudnya tujuan.

30
Menurut Robbins dan Coulter (2012): “As managers engage in
planning, they set goals, establish strategies for achieving those
goals, and develop plans to integrate and coordinate activities.”
Perencanaan (Planning) adalah fungsi manajemen yang
mencangkup proses mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi
untuk mencapai sasaran itu, dan menyusun rencana untuk
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan. Bagi
manajer SDM, proses perencanaan berarti menentukan kemajuan
suatu program SDM yang akan 11 berguna dalam pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan bagi perusahaan.
 Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur pegawai
dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi
wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bentuk bagan organisasi.
Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Organisasi
yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
 Pengarahan
Pengarahan adalah kegiatan memberi petunjuk kepada
pegawai agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien
dalam membantu tercapainya tujuan organisasi. Pengarahan
dilakukan oleh pemimpin yang dengan kepemimpinannya akan
memberi arahan kepada pegawai agar mengerjakan semua tugasnya
dengan baik. Adapun pengadaan merupakan proses penarikan,
seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan
pegawai yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pengadaan yang
baik akan membantu terwujudnya tujuan.
 Pengendalian
Pengendalian merupakan kegiatan mengendalikan pegawai
menaati peraturan organisasi dan bekerja sesuai dengan rencana.
Bila terdapat penyimpangan diadakan tindakan perbaikan dan atau
penyempurnaan. Pengendalian pegawai meliputi kehadiran,

31
kedisiplinan, perilaku kerja sama dan menjaga situasi lingkungan
pekerjaan.
2. Fungsi Operasi
Fungsi operasional dalam manajemen sumber daya manusia
merupakan dasar pelaksanaan MSDM yang efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Manajemen sumber
daya manusia secara fungsional memiliki beberapa fungsi yang
saling terkait satu sama lain dan operasional yang dijalankan oleh
manajemen sumber daya manusia sesuai dengan fungsi yang
dimilikinya. Berdasarkan pendapat Gaol (2014: p65) terdapat 6
fungsi operatif manajemen sumber daya manusia, yaitu :
 Pengadaan (Procurement)
Fungsi operasi manajemen SDM yang pertama adalah
pengadaan ( procurement). Fungsi pengadaan berhubungan dengan
mendapatkan jenis 12 dan jumlah tenaga kerja yang penting untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi. Fungsi ini berkaitan dengan
bagaimana penentuan kebutuhan sumber daya manusia berikut
perekrutan, penyeleksian dan penempatan kerja.
 Pengembangan (Development)
Setelah tenaga kerja diperoleh, mereka harus mengalami
perkembangan. Perkembangan yang berkaitan dengan peningkatan
keahlian melalui pelatihan, yang penting bagi kinerja pekerjaan.
Kegiatan ini sangat penting dan akan terus berkembang dikarenakan
perubahan perubahan teknologi, penyesuaian kembali jabatan, dan
meningkatnya kerumitan tugas-tugas manajerial.
 Kompensasi (Compensation)
Fungsi ini didefinisikan sebagai pemberian upah yang
cukup dan wajar kepada tenaga kerja atas kontribusi/jasa mereka
terhadap tujuan-tujuan organisasi.

32
 Integrasi/Penyatuan (Integration)
Walaupun sudah menerima pegawai, sudah
mengembangkannya, dan sudah memberikan kompensasi yang
memadai, perusahaan masih menghadapi masalah yang sulit, yaitu
“integrasi/penyatuan”. Dalam hal ini pegawai secara individu
diminta mengubah pandangannya, kebiasaannya, dan sikapsikap
lainnya yang selama ini kurang menguntungkan bagi perusahaan
agar disesuaikan dengan keinginan serta tujuan perusahaan.
 Perawatan/Pemeliharaan (Maintenance)
Pemeliharaan berarti berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi yang telah ada.
 Pemisahan/Pelepasan/Pensiun (Separation)
Apabila fungsi pertama manajemen SDM adalah unntuk
melindungi karyawan, logis apabila fungsi terakhir harus
memisahkan/mengeluarkan dan mengembalikan karyawan tersebut
kepada masyarakat.

HRD berfungsi untuk:

 Internal: HRD yang bekerja sebagai trainer terhadap pegawai di


dalam perusahaan.
 Eksternal: Pegawai HRD yang memiliki konseling di luar
kategori perusahaan dapat dilihat dari tingkat kemampuan dan
kemauan tinggi maka kemampuan akan mengikuti.

2.1.4.4 Fundraising
Kebutuhan di dalam sebuah organisasi perlu untuk dipenuhi
agar tujuan dari rancangan program yang ingin dicapai dapat berhasil,
maka diperlukan cara-cara khusus untuk mendapatkan pendanaan yang
sesuai dengan harapan. Salah satunya dengan cara fundraising atau
kegiatan pencarian dana. Kegiatan fundraising membutuhkan ide-ide
kreatif agar dapat bersaing dengan yang lainnya. Namun, terkadang

33
kegiatan tersebut tidak didukung dengan persiapan atau bekal yang
matang dengan rancangan strategi untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menyusun
strategi fundraising :
1. Rencana program jangka panjang atau rencana strategis.
2. Anggaran jangka panjang untuk rencana strategis.
3. Menetapkan skala prioritas program.
4. Membangun skenario penggalangan sumber lembaga.
5. Tujuan fundraising,
6. Strategi fundraising,
7. Identifikasi sumber-sumber dana/daya,
8. Membuat tim kerja dan rencana kerja,
9. Pemantauan hasil kerja, dan
10. Evaluasi dan rencana ke depan.

Dengan adanya strategi yang dipersiapkan untuk menjalankan


fundraising akan membuat kegiatan lebih terarah dan memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk pencapaian tujuan.

Pada organisasi pelayanan sosial, yang melakukan kegiatan


fundraising tidak hanya pihak-pihak tertentu, seperti yang dikemukakan
oleh Bray (2008) mengatakan bahwa semua orang dalam organisasi non
profit dapat berkontribusi secara aktif dalam fundraising, mulai dari
direktur hingga pegawai harian lepas. Semua dapat terlibat dan dilibatkan
dalam kegiatan fundraising yang dirancang oleh organisasi. Hal ini
dimungkinkan karena kegiatan fundraising adalah sebuah kegiatan
penting yang memerlukan kolaborasi semua pihak, seperti ‘yang
disebutkan oleh Kettner (2002:222) bahwa salah satu sumber pendanaan
organisasi pelayanan sosial di dapat melalui pengadaan atau
penggalangan dana (fundraising) yang bertujuan bagi keberlangsungan
sebuah organisasi pelayanan sosial dalam menjalankan setiap
kegiatannya.

34
2.1.4.5 Information System Management
Sistem informasi manajemen (SIM) merupakan sebuah bidang
yang mulai berkembang sejak tahun 1960-an. Sistem informasi
manajemen mempunyai pengertian sebagai suatu metode formal untuk
menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi manajemen,
yang diperlukan untuk mempermudah proses pengambilan keputusan
dan memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan, pengendalian dan
operasional organisasi yang bersangkutan dapat dilakukan secara efektif
(Stoner JAF.1991). Dengan adanya sistem informasi manajemen (SIM),
diharapkan dapat menghasilkan output berupa:

 Rencana dan anggaran


 Laporan yang terjadwal
 Laporan khusus
 Analisis situasi masalah
 Keputusan untuk penalaahan
 Jawaban atas pertanyaan

Output-output tersebut diharapkan dapat menjadi sarana untuk


membantu keberlangsungan komunikasi dan interaksi yang baik di dalam
organisasi atau lembaga dengan analisis yang tepat atau sesuai
kebutuhan-kebutuhan organisasi.

Penggunaan Sistem Informasi Manajemen

Manajemen sistem informasi digambarkan sebagai sebuah


bangunan piramida dimana lapisan dasarnya terdiri dari informasi,
penjelasan transaksi, penjelasan status, dan sebagainya. Lapisan
berikutnya terdiri dari sumber-sumber informasi dalam mendukung
operasi manajemen sehari-hari. Lapisan keriga terdiri dair sumber daya
sistem informasi untuk membantu perencanaan taktis dan pengambilan
keputusan untuk pengendalian manajemen. Lapisan puncak terdiri dari

35
sumber daya informasi utnuk mendukung perencanaan dan perumusan
kebijakan oleh tingkat manajemen.

Bagan 2.2: Piramida Sistem Informasi Manajemen

Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat


berguna bagi manajamen, maka analis sistem harus mengetahui
kebutuhan-kebutuhan informasi yang dibutuhkannya, yaitu dengan
mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-masing tingkat (level)
manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya. Berdasarkan pada
pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan dibentuknya
Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi
memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan
manajemen, baik yang meyangkut keputusan-keputusan rutin maupun
keputusan-keputusan yang strategis. Sehingga SIM adalah suatu sistem
yang menyediakan kepada pengelola organisasi data maupun informasi
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Sebagai
pengguna sistem informasi manajemen, tingkatan manajemen ini dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan (Bagan 2.2), yaitu:

 Manajer tingkat perencanaan stratejik (strategic planning);


merupakan manajer tingkat atas, seperti para jajaran Menteri,
para eselon I, di mana keputusan-keputusan yang dibuatnya
berkenaan dengan perencanaan stratejik yang meliputi proses

36
evaluasi lingkungan luar organisasi, penetapan tujuan
organisasi, dan penentuan strategi organisasi.
 Manajer tingkat pengendalian manajemen (management
control); yang dikenal juga dengan istilah manajer tingkat
menengah, mempunyai tanggung jawab untuk menjabarkan
rencana stratejik yang sudah ditetapkan ke dalam
pelaksanaannya dan meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan
tercapai. Termasuk dalam kelompok ini misalnya adalah Pejabat
Eselon II, Kepala Kantor Wilayah, Kepala Dinas, dan Eselon
III, Kepala Bagian/Bidang.
 Manajer tingkat pengendsalian operasi (operational control)
merupakan manajer tingkat bawah misalnya eselon IV dan V,
bertanggung jawab melaksanakan rencana yang sudah
ditetapkan oleh manajer tingkat menengah, yang terwujud
dalam operasi/kegiatan organisasi.

2.1.5 SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threath)


2.1.5.1 Pengertian SWOT
SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau
suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim
SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). SWOT akan
lebih baik dibahas dengan menggunakan tabel yang dibuat dalam kertas
besar, sehingga dapat dianalisis dengan baik hubungan dari setiap aspek.

Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland, analisis SWOT adalah


instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan
kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan
ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk
memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi.

37
Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-
hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.

Menurut Irham Fahmi (2014:260), Untuk menganalisis secara


lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor eksternal dan
internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu:

1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya opportunities
and threats (O and T). Dimana faktor ini menyangkut dengan
kondisi-kondisi yang terjadi di luar perusahaan yang mempengaruhi
dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor ini mencakup
lingkungan industri dan lingkungan bisnis makro, ekonomi, politik,
hukum, teknologi, kependudukan, dan sosial budaya.
2. Faktor Internal
Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strengths and
weakness (S and W). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi
yang terjadi dalam perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi
terbentuknya pembuatan keputusan perusahaan. Faktor internal ini
meliputi semua macam manajemen fungsional: pemasaran,
keuangan, operasi, sumberdaya manusia, penelitian dan
pengembangan, sistem informasi manajemen,; dan budaya
perusahaan.

Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David, Fred R.,2


005:4 7) :

1. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-
keungulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan
dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang
diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang
memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar.

38
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber
daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat
kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas,
sumber daya keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan
pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan perusahaan.
3. Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Kecendrungan– kecendrungan penting
merupakan salah satu sumber peluang, seperti perubahaan teknologi
dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau
pemasok merupakan gambaran peluang bagi perusahaan.
4. Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan
dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu
utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan.
Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi
dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.

Jadi, Menurut Freddy Rangkuti (2014:197-203) Analisis SWOT


adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara
sistematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang,
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan
ancaman. Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan
eksternal peluang dan ancaman yang dihadapi dunia bisnis serta
lingkungan internal kekuatan dan kelemahan. Analasis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan
faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut
dapat diambil suatu keputusan strategis suatu organisasi.

39
2.1.5.2 Manfaat SWOT
Manfaat analisis SWOT adalah untuk memadukan 4 faktor atau
komposisi secara tepat tentang bagaimana mempersiapkan kekuatan
(strengths), mengatasi kelemahan (weaknesess), menemukan peluang
(opportunities) dan strategi menghadapi beragam ancaman.

Ketika teknik ini dapat dijalankan secara tepat dengan


menggabungan ke empat elemen tersebut maka kesempurnaan dalam
meraih visi dan misi program yang direncanakan tentunya akan berjalan
lebih baik dengan hasil yang optimal.

2.1.5.3 Fungsi SWOT


Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis
SWOT adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan
memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan
kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman).

Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi


tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai
tujuannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang
harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang
diinginkan.

Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk


meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang
sering digunakan adalah sebagai kerangka/panduan sistematis dalam
diskusi untuk membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi
pertimbangan perusahaan.

2.1.5.4 Matriks SWOT


Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternalyang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan
dankelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat

40
set kemungkinan altenatif strategis. Untuk mengembangkan strategi
yang dipertimbangkan profil SWOT, SWOT matriks ditujukan pada
Tabel berikut:

STRENGTHS WEAKNESS

OPPORTUNITIES S-O strategies W-O strategies

THREATS S-T strategies W-T strategies

Tabel 2.1: Matriks SWOT

S-O strategi : Mengejar peluang yang sesuai dengan kekuatan


perusahaan

W-O strategi : Mengatasi kelemahan untuk meraih peluang

S-T strategi : Mengidentifikasi cara untuk perusahaan dapat


menggunakan kekuatan untuk mengurangi ancaman
luar.

W-T strategi : Membuat rencana pencegahan ancaman luar karena


kelemahan dari perusahaan.

41
BAB III

PROSES DAN HASIL PRAKTIKUM

3.1 Gambaran Lokasi Praktikum


3.1.1. Sejarah Lembaga

Panti Asuhan yang dipimpin oleh Ibu Hajah Siti Rahimah Tussa’diah
berada di bawah Yayasan Anak Shaleh (YAS). Awalnya, YAS adalah sebuah
lembaga yang bergerak dibidang sosial, keagamaan dan pendidikan, dengan
tujuan peningkatan kualitas pendidikan serta berusaha membantu pemerintah
dalam pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan.

Pada akhir tahun 1998, tercetuslah ide dari ketua Yayasan Anak Shaleh
pada saat itu untuk mendirikan Panti Asuhan. Hal ini adalah sebuah ide konkrit
dari peningkatan pendidikan dan keagamaan anak-anak yatim piatu atau
dhuafa, karena akan membuat lebih terarahnya dalam mendidik serta membina
mereka. Dan Alhamdulillah setelah sekian lama menempati bangunan dengan
cara mengontrak, pada akhir tahun 2008 Panti Asuhan Anak Shaleh telah
mampu mendirikan gedung asrama/panti seluas 220 m2, dengan bangunan
berlantai dua.

Dengan telah didirikannya gedung panti asuhan, dan dijadikan sebagai


asrama, maka semakin jelaslah penempatan dan keberadaan anak asuh yang
berada di Panti Asuhan Anak Shaleh. Akan tetapi dikarenakan finansial yang
masih belum mampu untuk menampung semua anak asuh, maka anak-anak
yang dibina saat ini dibagi menjadi dua bagian, asrama dan non asrama. Jumlah
anak dalam asrama sebanyak 27 (dua puluh tujuh) anak, dan non asrama
sebanyak 55 (lima puluh lima) anak. Jadi jumlah seluruh anak yang berada
dalam dibawah Panti Asuhan Anak Shaleh baik putra maupun putri adalah 82
(delapan puluh dua) anak. Mereka berasal dari kota Bandung dan beberapa
daerah lainnya di Jawa Barat.

Program utama panti adalah pendidikan dan pengajaran. Untuk itu,


hampir semua anak asuh berstatus pelajar. Baik itu di tingkat SD, SLTP, dan

42
juga SMA/SMK. Selain itu, program harian yang diterapkan di Panti Asuhan
ini seperti halnya sistem sebuah pondok pesantren. Dua hal inilah yang
membuat yang membuat panti asuhan ini terlihat sedikit berbeda dari Panti
asuhan lainya di kota Bandung.

3.1.2. Profil Lembaga

Nama LKSA : LKSA Anak Shaleh

Alamat lengkap : Rancabolang No. 1 Rt 06/10 Margasari Buah Batu


Bandung 40286

Kabupaten/ Kota : Kota Bandung

Provinsi : Jawa Barat

Telepon LKSA : 022-7501473

Nama Kepala LKSA : Hj. Siti Rahimah Tussa'diyah, SH

Nomor HP : 082121504020

Tahun Didirikan LKSA : 24 maret 1999

Legalitas Lembaga : a. Akta Notaris

b. Surat izin operasional dari Dinas sosial Kota

c. Surat terdaftar di Dinas Sosial Prov. Jabar

Status Kepemilikan : Milik Individu

Tipe Pengasuhan : Anak tinggal di dalam dan di luar panti

Sistem tempat tinggal : Asrama / barak / dormitory

Kapasitas dampingan : 30 Anak

Jumlah Dampingan anak : 25 Anak

Jenis sasaran pelayanan : Anak yatim / piatu / yatim piatu terlantar,

43
dhuafa dan anak terlantar

3.1.3. Visi, Misi, dan Tujuan Lembaga

Visi :

Menumbuhkan rasa sayng dan menumbuhkan kepekaan social terhadap


sesama, khususnya kepada anak-anak yatim, piatu, dhuafa sehingga
terwujudnya insan yang mulia.

Misi :

1. Mengembangkan usaha di bidang kesejahteraan social yang berkualitas


professional dan Islami sebagai prwujudan rahmatan lil’alamin.
2. Memberikan bekal keterampilan kepada anak-anak yatim, piatu dan
dhuafa sebagai bekal hidup, agar menjadi insan berguan dan berakhlak
mulia.

Tujuan :

Membantu pemerintah dalam menangani masalah-masalah sosial dan


membekali anak yatim, piatu dan dhuafa agar lebih mandiri, memiliki
keterampilan serta berwawasan luas sehingga anak-anak Indonesia memiliki
kemampuan iptek dan imtak yang tinggi.

3.1.4. Program Lembaga

Berdasarkan tuntutan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas


bagi masa depan anak-anak Panti Asuhan Anak Shaleh, maka pelayanan yang
diberikan tidak sekedar dapat memenuhi kebutuhan dasar anak-anak asuh,
melainkan harus dapat memenuhi kebutuhan yang dapat menunjang masa
depan anak. Hal tersebut dimaksudkan agar, bila saatnya tiba masa pemutusan/
pengakhiran pelayanan (terminasi), maka si anak kelak diharapkan dapat
memiliki ilmu secara formal dan non formal.

44
Adapun program pelayanan yang sedang diupayakan pihak Panti
Asuhan Anak Shaleh adalah :

1. Pemenuhan kebutuhan pendidikan

Setiap anak asuh diberikan kesempatan untuk mengecap pendidikan


formal yang layak seseuai dengan kemampuannya. Pelayanan pendidikan di
Panti Asuhan Anak Shaleh meliputi jenjang pendidikan TK –SD – SMP – SMA
bahkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Standar pelayanan yang diberikan panti
maksimal adalah jenjang SMA, tetapi tidak melepas kemungkinan bagi anak-
anak yang memiliki intelektual tinggi dapat melanjutkan ke jejang perguruan
tinggi dengan persetujuan Ketua Panti. Selain diberikan pendidikan formal
juga diberikan pendidikan non formal misalnya keterampilan musik, komputer,
handycraft dll.

2. Pengasramaan
a. Sistem pengasramaan
Sistem pengasramaan yang terdapat di LKSA Anak Shaleh yaitu:
 Asrama untuk putera : 3 kamar
 Asrama untuk puteri : 2 Kamar

Pembagian kamar atau pengasramaan didasarkan pada kondisi fisik,


ketersediaan kamar dan atau fasilitas.

Jumlah Asrama : 5 kamar

b. Cara pengasuhan di asrama


Di LKSA Anak Shaleh pengasuhan dilakukan dengan cara
memberikan perawatan kepada para penerima manfaat yang dilakukan oleh
6 (enam) orang petugas yang bertugas menjaga dan memberikan perawatan
kepada penerima manfaat selama 24 jam dengan pendampingan oleh Ketua
panti dan pengurus.
c. Kondisi Asrama

45
Kondisi asrama yang tersedia di LKSA Anak Shaleh cukup
memadai dengan fasilitas yang ada di panti sebagai hak dari penerima
manfaat seperti :
 1 Set tempat tidur
 1 Set alat makan
 1 buah lemari untuk menyimpan pakaian
 1 buah meja kecil
d. Permakanan
Jadwal Penyajian Makanan

Pelayanan permakanan diberikan berupa makanan siap saji dengan


jadwal teratur sebanyak 3 kali makan dan 2 kali makanan ringan dalam 1
hari.

Jam Jenis Makan Keterangan


06.30 Sarapan pagi Menu makanan yang cukup lunak,
seperti bubur atau mie instan
09.30 Snack pagi/makanan Berupa makanan kecil seperti kue dan
ringan buah-buahan
11.00 Makan siang Berupa makanan nasi dan lauk pauk
15.00 Snack sore/makanan Berupa makanan kecil seperti kue dan
ringan buah-buahan
17.00 Makan malam Berupa makanan nasi dan lauk pauk
Tabel 3.1 Pelayanan Permakanan Panti Asuhan Anak Shaleh

Unsur-unsur nutrisi yang terkandung pada makanan yang


dikonsumsi oleh anak asuh sudah cukup baik tetapi harus tetap ditingkatkan
oleh pihak Panti Asuhan sesuai dengan kebutuhan gizi pada anak. Namun
bagi anak asuh yang memiliki alergi khusus terhadap makanan yang telah
disediakan untuk saat ini disediakan pelayanan khusus bagi klien yang alergi
terhadap makanan tertentu. Menu yang disediakan setiap
hari/minggu/bulannya ditentukan oleh pengurus Panti Asuhan Anak Shlaeh

46
dan Ketua Panti Asuhan Anak Shaleh bersama-sama dengan petugas dapur.
Menu yang disediakan selalu diusahakan untuk bervariasi karena ditujukan
untuk menghindari kebosanan pola makanan yang dikonsumsi oleh anak
asuh.

e. Pemeliharaan Kesehatan
Anak asuh pada Panti Asuhan Anak Shaleh mendapatkan hak untuk
pengecekan kesehatan yang dilaksanakan satu kali dalam satu bulannya oleh
Dokter Yudha, Puskesmas, dan satu tahun sekali oleh dokter gigi di Jalan
Riau. Untuk akses tim medis lainnya Panti Asuhan Anak Shaleh memiliki
jejaring dengan tim kesehatan seperti: Dokter Yudha, Puskesmas
Margahayu, Dokter Gigi, Rumah Sakit Al-Islam, Rumah Sakit Salamun
Cieumbeuluit (paru-paru), tenaga psikiater dan apotik-apotik. Untuk akses
medis mengenai pertolongan pertama saat terjadinya kecelakaan Panti
Asuhan Anak Shaleh memiliki UKS yang menyimpan obat-obatan dan alat
P3K yang setiap waktu dapat digunakan untuk pertolongan pertama.
f. Kebugaran
Untuk menjaga kebugaran anak asuh, Panti Asuhan Anak Shaleh
menyediakan program olah raga untuk tetap menjaga kesehatan anak asuh
dimana mereka mengadakan olah raga futsal yang dilakukan 1 kali dalam
seminggu dan oleh raga renang yang diadakan 1 kali dama 1 bulan
g. Kerohanian
Kegiatan kerohanian yang terdapat di Panti Asuhan Anak Shaleh
adalah pengajian/dawaman, Istighasah, Shalawatan, hafalan Al-Quran,
Asmaul Husna, Pesantrem, dll. Yang dilaksanakan setiap hari kecuali hari
Jum’at dan Istighasah dilaksanakan 1 minggu 1 kali di malam Jum’at.
Kegiatan kerohanian tersebut disambut antusias oleh anak asuh Panti
Asuhan Anak Shaleh, dapat dilihat kegiatan tersebut diikuti oleh ±80% anak
asuh dan dirasakan dapat mendekatkan diri anak anak asuh dengan sang
pencipta Allah SWT.

47
h. Hiburan dan Rekreasi
Kegiatan hiburan yag terdapat di Panti Asuhan Anak Shaleh yaitu
marawis dan rebana. Dan selanjutnya juga terdapat liburan dalam 3 bulan
atau 2 bulan sekali, seperti otbound, berenang atau ke tempat rekreasi
lainnya. Manfaat yang diterima oleh anak asuh yaitu menghilangkan
kejenuhan selama klien berada di Panti Asuhan Anak Shaleh
i. Bimbingan Keterampilan
Kegiatan bimbingan keterampilan yang dilaksanakan dikarenakan
setiap anak asuh belum memiliki keterampilan yang nanti akan menjadi
bekal mereka untuk berkembang. Adapun keterampilan yang diajarkan
seperti batik, sablon, computer, menjahit, wirausaha, peternakan, pertanian,
perikanan, montir, pertukangan, pangkas rambut, dan kerajinan serta
pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di luar Panti Asuhan Anak Shaleh.
Dalam kegiatan keterampilan ini Panti Asuhan Anak Shaleh menyediaka
fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan.
j. Bimbingan dan Konsultasi Psikososial
Kegiatan bimbingan dan konsultasi psikososial yang terdapat di
Panti Asuhan Anak Shaleh yaitu berupa kegiatan sharing yang dilaksanakan
setipa minggu pagi setelah Shalat Subuh. Selain itu jika anak asuh memiliki
masalah individu yang dihadapi di dalam Panti Asuhan Anak Shaleh,
mereka mengkomunikasikan dan mengkonsultasikan kepada Ibu Kepala
Panti Asuhan Anak Shaleh, petugas perawat, dan kepada pengurus.

48
3.1.5. Struktur Lembaga

YAYASAN ANAK SHALEH

KETUA

Hj. Siti Rahimah Tussa’diyah, S.H.

BENDAHARA SEKRETARIS
Maida Aulia Akbari, S.E. Hj. Syifa Amalia Sakinah

KEPALA RUMAH KEPALA PENGASUHAN


TANGGA & PERAWATAN
Nenden
Fahrinda Nurmalia S

STAFF DAN PETUGAS

Bagan 3.1: Struktur LKSA Anak Shaleh

1. Uraian Tugas
a. Yayasan Anak Shaleh
- Melaksanakan tugas pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Panti Asuhan Anak Shaleh
- Mengangkat dan menetapkan personalia pelaksana Panti Asuhan
Anak Shaleh
- Bertanggungjawab atas terselenggaranya Panti Asuhan Anak
Shaleh
- Membina kinerja para pelaksana penyelenggaraan Panti Asuhan
Anak Shaleh
- Kepala Panti Asuhan Anak Shaleh

49
- Bertanggungjawab kepada Pemerintah Kementerian Sosial RI,
Dinas Sosial Provinsu dan DInas Sosial Kota Bandung
- Memimpin dan melaksanakan kebijakan pimpinan Panti Asuhan
- Bertanggungjawab atas terselenggaranya pelayanan sosial dalam
Panti Asuhan Anak Shaleh
- Membina para petugas dalam memberikan pelayanan kepada
anak
- Merencanakan kegiatan-kegiatan Panti Asuhan Anak Shaleh,
termasuk kunjungan rumah keluarga anak asuh.
- Menjaga hubungan baik dengan para relasi dan donator Panti
Asuhan Anak Shaleh melalui kunjungan rumah, dll
- Menerima dan melayani tamu yang datang ke Panti Asuhan Anak
Shaleh
- Membuat program kerja dan menyusun anggaran Panti Asuhan
Anak Shaleh dengan bagian pembukuan
- Mengontrol semua pendapatan dan pengeluaran Panti Asuhan
Anak Shaleh serta menandatangani semua laporan setiap
bulannya kepada Dinas Sosial Kota Bandung
b. Sekretaris
- Mengerjakan surat-menyurat lembaga, mengarsipkan surat
masuk dan surat keluar lembaga
- Melaksanakan urusan administrasi dan registrasi anak
- Mengatur semua surat dari donator/sponsor
- Mengagendakan kegiatan lembaga
- Mencatat/notulensi apabila ada rapat
c. Bendahara
- Melayani staf Panti Asuhan Anak Shaleh dan anak asuh dalam
hal yang berhubungan dengan keuangan
- Meminta persetujuan dari Kepala Panti Asuhan Anak Shaleh
apabila ada keperluan mendadak atau non rutin

50
- Menerima catatan perbelanjaan dari bagain perbelanjaan kantor
dan dapur setiap hari, kemudian menyerahkan pada bagian
pembukuan
- Mengecek semua pengeluaran rutin dan non rutin, apakah semua
sesuai dengan anggaran
- Membayar uang sekolah anak asuh setiap bulan, membayar
rekening listrik, telepon, gas, air, dan Koran pada waktu yang
telah ditentukan
- Mengirim setoran wajib serta mengambil rekening Koran dan
urusan bank setiap bulannya
- Mencatat dan menerima uang yang masuk serta memberikan
bukti penerimaan
d. Bagian Tabungan Anak
- Mengumpulkan dan menyimpan tabungan setiap anak asuh
- Mengatur keuangan anak, baik yang keluar maupun uang yang
masuk ke dalam tabungan setiap anak asuh
- Memastikan uang yang keluar untuk kepentingan serta kebutuhan
anak asuh
e. Bagian Asrama dan Rumah Tangga
- Mengatur/mereview menu makanan serta memeriksa pesanan
bahan makanan
- Mengawasi dan bertanggungjawab untuk persediaan bahan
makanan keluarga besar Panti Asuhan Anak Shaleh
- Menyediakan pakaian, peralatan, dan perlengkapan sekolah anak
- Bertanggungjawab dan mengatur bila ada tamu yang menginap di
Panti Asuhan Anak Shaleh
- Memeriksa kebersihan pakaian anak-anak
f. Bagian kebersihan dan kesehatan
- Mengatur jadwal kerja bakti anak asuh seminggu sekali
- Mengatur jadwal pengasuh dalam menjaga anak

51
- Memeriksa pekerjaan anak asuh dan pegawai Panti Asuhan Anak
Shaleh
- Mengontrol kesehatan anak asuh
- Mengontrol kebersihan diri anak asuh
- Mengatur jadwal potong rambut anak asuh
g. Bagian Dapur
- Bertanggungjawab menyediakan makanan bagi seluruh keluarga
Panti Asuhan Anak Shaleh
- Mengontrol belanja dan melihat menu setiap hari
- Menyediakan bekal anak asuh bila diperlukan
- Mencicipi dan mengolah makanan sehingga terasa anak
- Bertanggungjawab akan kebersihan dapur dan alat-alat dapur
h. Bagian Pengasuh/Urusan Anak
- Menjaga anak asuh pada waktu makan dan waktu menjelang tidur
serta membangunkan anak asuh pada waktu yang telah ditentukan
- Mendampingi dan menjaga anak asuh saat menonton TV
- Memandikan anak asuh yang masih kecil
- Mengontrol kebersihan pakaian anak asuh
- Memeriksa pakaian anak asuh apabila ada yang rusak perlu
dijahit
- Memberitahukan kepada bagain Rumah Tangga bila ada baju
yang harus diganti

Semua gambaran mengenai Panti Asuhan Anak Shaleh sudah memiliki


data tertulis yang diarsipkan oleh Panti Asuhan Anak Shaleh. Namun setelah
berjalannya beberapa proses praktikum yang dijalankan bersama dengan
praktikan dari pihak Panti Asuhan Anak Shaleh sendiri memiliki rencana untuk
merevisi kembali konten yang terdapat di dalam data tersebut. Hal itu
dikarenakan oleh beberapa pertimbangan di setiap bidang Manajemen
Lembaga yang kita jalani. Seperti pembagian jobdesk, tata kelola keuangan,
dan format pengarsipannya sendiri.

52
3.2 Proses Awal Penentuan Kesepakatan antara Praktikan dengan Panti
Asuhan Anak Shaleh
Pada hari pertama kami datang ke Panti Asuhan Anak Shaleh, kami
disambut baik oleh pihak Panti Asuhan Anak Shaleh. Pertama kami
memperkenalkan diri kepada pihak Panti Asuhan Anak Shaleh dan menjelaskan
maksud dan tujuan kami datang ke Panti Asuhan Anak Shaleh. Kami langsung
diterima dengan baik karena sebelumnya juga sudah ada praktikan yang melakukan
praktikum di lembaga tersebut. Dan pada hari berikutnya kami langung
memberikan surat pengantar untuk perizinan praktikum agar kita dapat
melaksanakan praktikum di lembaga tersebut.

Hari berikutnya kami datang ke Panti Asuhan Anak Shaleh untuk


menentukan waktu pelaksanaan praktikum kami pada lembaga tersebut. Praktikan
dan pihak Panti Asuhan Anak Shaleh yang diwakilkan oleh Ibu Rada menyepakati
bahwa praktikum akan dilaksanak setiap 2 kali seminggu yaitu pada Hari Senin dan
Kamis. Namun kedepannya jikanpada hari tersebut kami berhalangan hadir
diakibatkan urusan perkuliahan yang mendadak dan tidak dapat ditinggalkan, maka
akan diganti dengan hari lain. Praktikum dilakukan selama 8 jam dalam sehari.

Adapun untuk pembagian aspek POHFI yang menjadi fokus dalam


Manajemen Lembaga Pelayanan Sosial, kami menentukan sendiri siapa masing-
masing yang akan bertanggungjawab pada salah satu aspek POHFI tersebut. Dalam
melakukan asesmen mengenai aspek POHFI melalu wawancara kepada Ibu Maida
selaku bendahara Panti Asuhan Anak Shaleh dan Ibu Rada selaku Pekerja Sosial
yang bertugas di Panti Asuhan Anak Shaleh.

3.3 Proses Assessment pada Aspek-Aspek POHFI


3.3.1. Planning
Kegiatan praktikum manajemen lembaga oleh praktikan dimulai dari
proses perizinan kepada pihak Panti Asuhan yayasan Anak Shaleh yang kami
lakukan pada tanggal 11 Oktober 2017. Pada saat itu, team melampirkan surat
pengantar praktikum kepada pimpinan panti. Pada saat itu, Ibu Maida yang
merupakan kepala panti sekaligus merangkap bendahara panti menerima kami

53
dengan baik dan kami mulai dengan pengenalan dan maksud tujuan kami
disana dan menjelaskan tentang ruang lingkup praktikum kepada Ibu Maida
dan beliau mulai memberikan beberapa informasi awal terkait panti.

Pada 17 Oktober 2017, praktikan menemui Ibu Rada beliau adalah


pekerja sosial yang ada didalam panti asuhan tersebut. Kamipun mulai
melakukan assessement dengan team dan mulai menggali informasi panti dan
mengetahui tentang struktur organisasi yang dimiliki panti. Panti asuhan
yayasan anak Shaleh memiliki forum komunikasi (dalam grup whatsaap)
dengan berbagai panti di Bandung) dalam nauangan Dinsos yang membahas
berbagai informasi dan intruksi kebijakan baru dari dinsos yang mana
membuktikan panti asuhan ini rajin berkoordinasi dan menjadikan peluang
bagi panti untuk semakin dikenal dan semakin besar karena jejaing ini. Selain
itu, kami juga mengetahui bahwa Panti Asuhan Anak Shaleh berada di bawah
Yayasan Anak Shaleh yang berasaskan kekeluargaan. Dari 7 orang pengurus
panti, 4 di antaranya berstatus keluarga dan 3 lainnya direkrut secara
professional sehingga dalam pengambilan keputusan lembaga menerapkan
prisnisp musyawarah dalam keluarga ( pemilik) dikarenakan lembaga ini masih
milik keluarga dan kuasa penuh ada di keluarga pemilik. Fakta tersebut
menjadi kekuatan bagi lembaga. Asas kekeluargaan yang dianut memudahkan
proses pertukaran informasi antar pengurus sehingga keterbukaan atau
transparansi terkait masalah yang sedang dihadapi panti dapat terwujud. Dan
juga, koordinasi antar pengurus, baik dalam ruang lingkup panti asuhan
ataupun yayasan, berjalan dengan baik.

Selanjutnya, pada 18 Oktober 2017, kami melakukan assessment terkait


profil lembaga. Kami mendapatkan penjelasan tentang bagaimana pelayanan
yang diberikan panti kepada anak asuhan dan fasilitas apa saja yang dimiliki
panti untuk penunjang pengasuhan yang dilakukan. Kami juga menerima profil
lembaga dari pihak kelembagaan yang kemudian kami analisis. Data-data yang
kami dapat dari profil panti di antaranya visi misi dan tujuan lembaga, profil
panti, struktur organisasi, dan mengenai kegiatan-kegiatan pelayanan yang ada

54
di panti. Dari aspek planning, terdapat informasi dari profil kelembagaan
mengenai pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan secara
musyawarah sesuai dengan wewenang jabatan di LKSA Anak Shaleh. Analisis
mendalam terkait proses pengambilan keputusan akan dijelaskan selanjutnya.
Panti asuhan YAS (Yayasan Anak Shaleh) belum memiliki renstra menurut
penyampaian bu Rada dalam menjlankan panti akan tetapi ibu maida selaku
pemilik sudah memiliki rencana untuk menyusunnya diakhir tahun iniuntuk
tahun baru dan rencana untuk keuangan juga belum dianggarkan dan sistemnya
ketika butuh beli dan semua nota dikumpulkan akhir tahun dilaporkan ke
yayasan. Dan belum adanya perencanaan progam dimana beberapa kegiatan
penyambutan hari besar. Yayasan sendiri belum pernah melaksanakan progam
kerjasama dengan yayasan lain akan tetapi sering berkoordinasi mengenai
anak-anak dimana ketika ada anak yang harus ditampung dan yayasan tidak
menyanggupi akan dipindah ke panti lain karena tidak semua anak diterima di
panti ini karena harus melalui assesment dan terbatasnya sarana prasarana panti
sehingga anak bayi tidak diterima di panti anak shaleh ini. selain itu anak
jalanan juga tidak bisa masuk kedalam Panti yayasan anak Shaleh ini
dikarenakan kebijakan pengurus. Yayasan anak shaleh juga memiliki beberapa
link dari donatur yang membantu anak panti ini nantinya memperoleh
pekerjaan, misalnya: di hotel, rumah makan, dll. Dari diskusi dengan bu Rada
selaku pekerja sosial di panti kami membuat analisis SWOT awal sebagai
berikut:

- Strenght : Panti yayasan anak shaleh merupakan panti berasas


kekeluargaan dan antar anggota saling terbuka dan panti YAS merupakan
panti yang mandiri dan tidak ingin menjadi panti yang bergantung pada
donatur tapi dengan progam cathring aqiqah menjadikan fundrishing bagi
panti.
- Weakness : Belum adanya perancanaan jangka pendek, jangka
panjang bahkan keuangan, dan pengakuan kepala panti bu Maisa
pengarsipan masih belum terstruktur dikarenakan kesibukan yang dia jalani
karena merangkap sebagai ketua dan bendahara diluar itu perannya sebagai

55
ibu rumah tangga dia memiliki urusan rumah tangga yang harus dikerjakan
juga.
- Opportunities : Citra baik panti di lingkungan karena progam
santunan dhuafa membuat panti memiliki nama baik dan sangat diterima
masyarakat. Selain itu jejaring dinsos dan donatur memberikan kemudahan
dalam panti dimana beberapa donatur merupakan dokter dan psikolog yang
akan memberikan layanan gratis bagi anak panti dan pelatihan dinsos
memberikan pengetahuan baru bagi pengurus panti.
- Threat : Masalah anak yang sering menjadi bahasan seperti
anak tidak sekolah, sakit, dll dimana dalam rapat pengurus bersama mencari
solusi dan assesment segala aspek untuk mencari penyebab. Selain itu
birokrasi dari rumah sakit agak menyulitkan terutama rsud dimana
terkadang panti akhirnya mendaftar melalui jalur umum ketika ada anak
yang sakit berat dikarenakan sulitnya pengurusan jalur melalui surat
keterangan tidak mampu.

Untuk role model ibu Maida ketua panti melihat dari Rumah Yatim
dalam pengelolaan panti. Dalam penerimaan penghuni panti akan dilakukan
assesment terlebih dahulu dan yang menjadi prioritas merupakan kaum dhuafa
dan yatim piatu yang tidak ada keluarga yang bisa mengurus. Sedangkan aspek
yang di pertimbangkan dari si anak adalah: Lingkungan tinggalnya, ekonomi
keluarganya, dan akses sekolahnya.

Pada pertemuan selanjutnya, 9 November 2017, praktikan kembali


melakukan assessment lanjutan. Pengurus lembaga yang terlibat sebagai
narasumber pada kegiatan assessment lanjutan ini adalah Ibu Rada dan bu
Nenden (pengasuh di panti). Kami mewawancarai beliau terkait lima fungsi
manajemen yang ada di Panti Asuhan Anak Shaleh. Dari aspek planning,
beliau menjelaskan bahwa terdapat mekanisme rapat rutin yang dilakukan
sebulan sekali yang tujuannya adalah untuk pelaporan keuangan dan
pembahasan masalah bulanan. Proses pengambilan keputusan memang
berdasarkan pada musyawarah pengurus, namun untuk pengambilan keputusan

56
seutuhnya diberikan kepada Kepala Panti yang berstatus sebagai Ibu dalam
keluarga. Hal tersebut menjadi kelemahan bagi pihak lembaga karena terdapat
kecenderungan mengenai keputusan yang terbentur atas batasan struktur
kekeluargaan dan tidak berlandaskan pada profesionalitas. Selain itu, beliau
juga menjelaskan bahwa status Panti Asuhan Anak Shaleh yang berada di
bawah Yayasan Anak Shaleh tidak menjadi hambatan untuk proses
pengambilan keputusan karena panti diberikan keleluasaan dalam pengambilan
keputusan terkait masalah yang sedang dihadapi. Secara struktural, pengurus
panti hanya bertanggungjawab untuk memberikan laporan sebulan sekali
kepada pihak yayasan.

Kegiatan assessment lanjutan kami lakukan pada 22 November 2017.


Menurut cerita Ibu Rada (peksos di YAS), Ibu Siti (pendiri) sering sekali
mencurahkan ide – ide mengenai kemajuan panti dan pengasuhan anak akan
tetapi belum adanya kesempatan rapat besar dengan pengurus untuk membahas
tingkat lanjut dimana panti asuhan merupakan fokus utama Yayasan jadi
segalanya di fokuskan ke panti.

Terkait perencanaan strategis, Panti Asuhan Anak Shaleh belum


memiliki rencana strategis jangka pendek dan jangka panjang. Perencanaan
hanya dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada saat tertentu
saja. Misalnya, perencanaan untuk penanganan dan pelayanan anak asuh yang
baru masuk panti, baik dengan latar belakang yatim piatu atau kaum dhuafa.
Hal tersebut tergambar dari penjelasan Ibu Maida yang ketika praktikan
bertanya tentang rencana jangka pendek ataupun rencana jangka panjang,
beliau hanya menjawab rencana terkait pengasuhan anak, tidak ada penjelasan
beliau tentang perencanaan strategis terkait manajemen lembaga.

Dalam melakukan praktikum praktikan telah ikut dalam perumusan


Rencana Strategis panti dan dalam diskusi panti sangat antusias begitu juga
dengan pengurus lainnya dalam perumusan rencana strategis dimana salah satu
tujuan yang ingin dibentuk panti dalam jangka pendek adalah menggandeng

57
beberapa CSR dan NGO untuk ikut membantu panti agar lebih baik terutama
pengadaan alat – alat kesehatan.

Analisis Swot Planning

Analisis SWOT ini menjelaskan mengenai kondisi internal dan


eksternal yang berkaitan dengan planning panti asuhan anak Shaleh.

STRENGTH WEAKNESS
 Pekerjaan berasas kekeluargaan.  Asas keluarga dalam
 Adanya transparansi mengenai pengambilan keputusan
masalah yang dihadapi panti, seringkali menjadikan kendala
 Memiliki seorang perkerja sosial untuk panti terutama konteks
yang kompeten dan staf yang profesionalitas,
cekatan.  Belum memiliki rencana strategis
jangka pendek atau rencana
strategis jangka panjang,
 Minim SDM.
OPPORTUNITY THREAT
 Memiliki citra baik dimasyarakat,  Kekurangan SDM akan menjadi
 Panti memiliki kewewenangan ancaman dimasa mendatang
sendiri dalam pengambilan seiring staff yang sering double
keputusan terkait masalah yang job akan banyak pula pekerjaan
dihadapi internal tanpa menunggu yang tak terselesaikan.
yayasan.

Tabel 3.2: Analisis SWOT Planning

Berdasarkan assessment yang telah praktikan lakukan, didapatkan hasil


assessment berupa analisis SWOT terhadap aspek planning sebagai berikut:

 Strength (Kekuatan)
Pekerjaan yang berasas kekeluargaan membuat keterbukaan antar
pengurus panti dan mudahnya menyebarkan informasi antar karyawan
pengurus panti sehingga SDM yang ada di panti sangat baik dan berkualitas.
Adanya transparansi mengenai masalah yang dihadapi panti dan bahkan
pengurus diikutsertakan dalam setiap pengambilan keputusan ketika rapat
terutama saat terjadi masalah anak asuh. Memiliki seorang perkerja sosial
yang kompeten dan staf yang cekatan serta responsif dalam menyelesaikan
beberapa masalah dipanti.

58
 Weakness (Kelemahan)
Asas keluarga dalam pengambilan keputusan seringkali menjadikan
kendala untuk panti terutama konteks profesionalitas. Kelemahan aspek
planning karena terkadang perencanaan dan pengambilan keputusan,
cenderung mengarah kepada persetujuan Kepala Panti yang berstatus
sebagai orangtua dalam keluarga. Belum memiliki rencana strategis jangka
pendek atau rencana strategis jangka panjang yang membuat arahan panti
masih sangat tergantung pendiri ( Ibu Siti) yang mana juga dalam keuangan
belum adanya rancangan anggaran membuat kesulitan dalam pembuatan
proposal pengajuan dana. Minimnya SDM menjadikan satu pekerjaan tidak
akan scepet diselesaikan karena disambi mengerjakan pekerjaan lainnya.
 Opportunity (Kesempatan)
Memiliki citra baik dimasyarakat dikarenakan panti yang mendekati
warga sekitar dengan bentuk santunan kepada anak kurang mampu yang
tinggal disekitar panti yang mana menurut ibu Maida selaku ketua panti saat
ini ada sekitar 50 anak yang mampu disantuni panti diluar dari anak panti
yang berjumlah 30 anak. Panti memiliki kewewenangan sendiri dalam
pengambilan keputusan terkait masalah yang dihadapi internal tanpa
menunggu yayasan sehingga segala perubahan akan lebih cepat
dilaksanakan.
 Threat (Ancaman)
Kekurangan SDM akan menjadi ancaman dimasa mendatang seiring
staff yang sering double job yang mana bila panti semakin besar dikemudian
hari akan terjadi masalah seperti banyak pekerjaan yang tak terselesaikan
baik dan diluar itu perkembangan panti sendiri akan tersendat dengan
minimnya SDM terutama yang bakal mengurusi administrasi panti,
dikarenakan ketua panti yang kewalahan mengurusnya karena sebagai ketua
panti merangkap juga sebagai bendahara.

59
Strength: Weakness:
 Pekerjaan berasas  Asas keluarga dalam
kekeluargaan. pengambilan
 Adanya keputusan seringkali
transparansi menjadikan kendala
mengenai masalah untuk panti terutama
yang dihadapi konteks
panti, profesionalitas,
 Memiliki seorang  Belum memiliki
perkerja sosial rencana strategis
yang kompeten jangka pendek atau
dan staf yang rencana strategis
cekatan. jangka panjang,
 Minim SDM.
Opportunity: SO: WO:
 Memiliki citra Koordinasi dan Rencana strategis yang
baik pengambilan keputusan akan terbentuk serta
dimasyarakat, sudah cukup berjalan prekruitan SDM dapat
 Panti memiliki dengan baik antara membangun panti
kewewenangan panti dan yayasan dan semakin baik dan besar.
sendiri dalam antar karyawan karena Selain itu hubungan
pengambilan mudah hubungan kekeluargaan yang
keputusan terkait kekeluargaan yang ada dibangun dapat semakin
masalah yang dalam yayasan dan diperkuat dengan
dihadapi internal panti. membangun pola
tanpa menunggu profesionalitas kerja.
yayasan.

Threat: ST: WT:


 Kekurangan Sistem kerja dengan Hubungan kekeluargaan
SDM akan asas kekeluargaan yang yang dibangun dapat
menjadi ancaman sudah dibangun dapat menjadi ancaman di
dimasa diperkuat dengan kemudian hari dan
mendatang profesionalitas dan kurangnya SDM dan
seiring staff yang perekruitan dengan
sering double job profesional agar
akan banyak pula kemungkinan konflik
pekerjaan yang di kemudian hari dapat
tak terselesaikan. dihindari.
Tabel 3.3: Matriks Hasil Analisis SWOT Planning

60
3.3.2. Organizing
Pada hari Senin, 25 September praktikan mengunjungi lembaga untuk
menanyakan lembaga apakah lembaga memberikan izin kepada praktikan
untuk melakukan kegiatan praktikum di lembaga tersebut atau tidak. Perizinan
ini merupakan perzinan secara informal. Praktikan bertemu dengan Ibu Maida
yang dimana beliau merupakan bendahara Panti Asuhan Anak Sholeh
Bandung. Praktikan menyampaikan maksud untuk melakukan praktikum di
lembaga tersebut. Ibu maida memberikan izin dan meminta praktikan untuk
datang kembali ke lembaga dengan membawa surat perizinan dari pihak
fakultas.

Pada hari Rabu tanggal 29 September pratikan kembali melakukan


proses perizinan berupa pemberian surat tugas dari fakultas untuk
melaksanakan pratikum di Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung. Pada waktu
itu pratikan disambut langsung oleh Ibu Fitri sebagai administrator panti
asuhan tersebut. Kemudian kamu dipertemukan singkat dengan Ibu Meida
Aulia Akbari selaku bendahara yang yang bertanggung jawab penuh atas
kelembagaan yayasan dan juga Ibu Rada selaku pekerja sosial (social work)
yang juga bertanggung jawab dengan segala kebutuhan Panti Asuhan Anak
Sholeh Bandung, baik itu secara kelembagaan maupun pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan anak panti yang ada disana. Disini pratikan melakukan
perkenalan dan menjelaskan maksud dan tujuan untuk melakukan pratikum ke
lembagaan kepada Ibu Rada dan Ibu Fitri. Pratikan juga bertemu dengan Ibu
Nenden yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak – anak yang
berada di Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung. Pembahasan pratikan pada
waktu itu seputar pelayanan sosial yang dilakukan Panti Asuhan Anak Sholeh
Bandung kepada anak-anak yang berada disana. Kemudian karena baru
pertemuan awal pratikan memutuskan untuk menyusun kesepakatan agenda
bersama selama pratikum berlangsung.

Kemudian pada Kamis tanggal 12 Oktober 2017 pratikan kembali lagi


ke Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung. Agenda kami pada kali ini ialah ingin

61
menjelaskan ulang maksud dan tujuan kami karena khawatir terjadi kesalah
pahaman terkait pratikum yang dimana kami berkegiatan terhadap anak – anak
panti disana dan bukannya melakukan pratikum manajerial secara
kelembagaan. Kemudian juga disana pratikan berdiskusi mengenai beberapa
aspek POHFI yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Kalau yang dapat dilihat
dari aspek organizing, mekanisme pengambilan keputusan masih
mengedepankan nilai-nilai kekeluargaan dan musyawarah untuk mufakat.
Selain itu, pratikan juga mendapatkan informasi terkait Yayasan Anak Sholeh
Bandung itu sendiri. Informasi yang pratikan dapatkan bahwasannya pada
Yayasan Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung. Terdapat beberapa unit yang
berfungsi untuk menyelaraskan arah gerak dan tujuan satu sama lain, yaitu
Rumah Aqiqah, Majelis Ta’lim, Rumah Tahfidz, DKM Masjid Al – Thaf dan
tentunya Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung itu sendiri. Penjelasan demi
penjelasan pun pratikan dapat, bahkan Ibu Rada sendiri yang berprofessi
sebagai pekerja sosial belum lama bekerja di Panti Asuhan Anak Sholeh
Bandung serta tenaga pekerja sosial baru hadir kurang lebih 1,5 tahun lamanya
di Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung.

Proses assessment berlanjut pada Rabu tanggal 18 Oktober 2017 untuk


meminta dan membahas profil lembaga Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung.
Profil Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung yang kami dapatkan terakhir kali
diperbaharui pada tahun 2015, sehingga ada keinginan dari pengurus sendiri
ingin mengganti dan memperbaharui profil Panti Asuhan Anak Sholeh
Bandung itu sendiri. Menurut pratkan pun juga demikian, profil yang
seharusnya mencakup SOTK, SOP, dan informasi lainnya mengenai
kelembagaan Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung harus direvisi sehingga bisa
terus mengetahui perkembangan informasi keadaan dan kondisi dari pada Panti
Asuhan Anak Sholeh Bandung itu sendiri. Kebetulan juga dari Panti Asuhan
Anak Sholeh Bandung belum memiliki rancangan strategis dalma jangka
waktu dekat maupun panjang, sehingga dari sini pratikan mulai menemukan
aspek-aspek mana yang terlebuh dahulu dikerjakan dan diselesaikan.
Kemudian kalau dilihat dari segi struktural, Ibu Rada selaku pekerja sosial

62
yang berada disana belum tertuliskan jabatannya secara struktural serta pada
waktu itu ada wacana untuk mengganti dan merumuskan kembali visi, misi dan
tujuan dari pada Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung itu sendiri.

Assessment dilanjutkan pada tanggal 9 November 2017 untuk


membahas lebih lanjut terkait profil Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung yang
sudah kami dapatkan pada pertemuan sebelumnya. Pratikan berdiskusi
langsung dengan Ibu Meida dan Ibu Nenden untuk mengetahui kelembagaan
dan pelayanan sosial yang diberikan Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung
kepada anak – anak yang berada disana. Pratikan mendapatkan profil Yayasan
Anak Sholeh Bandung pada waktu itu sekaligus juga membahas aspek – aspek
POHFI yang lainnya. Ketika itu pratikan memastikan kembali terkait wacana
untuk melakuan perubahan terkaitvisi dan misi kelembagaan kepada Ibu Meida
dan respon dari beliau sangat menginginkan adanya perubahan tersebut. Hal
tersebut terjadi karena dilatar belakangi yaitu ketika tahun 2015 tim akreditasi
kelembagaan hadir untuk memberikan penilaian, dan memberikan masukan
kepada Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung untuk dapat merevisi visi dan misi
dari pada Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung sendiri. Tim akreditasi menilai
bahwasannya adanya ketidakseuaian visi dan misi yang kurang mencerminkan
Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung itu sendiri. Kemudian pratikan juga
mendapatkan informasi mengenai pelayanan yang diberikan Panti Asuhan
Anak Sholeh Bandung, pelayanan yang dilakukan kepada anak sudah sesuai
karena mengacu pada Peraturan Menteri Sosial Nomor 3/HUK/2011 tentang
Standar Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. SOP
pelayanan anak pun juga tercantum didalam SOTK, mulai dari proses
recruitment anak, kegiatan sehari – hari, program – program yang bertujuan
kepada anak, dan lain hal sebagainya. Pada kesempatan kali ini juga akhirnya
pratikan membagi fokus kedalam dua hal, yaitu renstra dengan sistem
informasi dan funding kelembagaam agar keduanya memiliki keterkaitan
praktikum yang dapat berjalana secara beriringan.

63
Pada tanggal 15 November 2017 kami kembali lagi ke Panti Asuhan
Anak Sholeh Bandung dengan agenda membahas rancangan startegis
(Planning) yang dimana baru nantu bisa diturunkan kepada aspek – aspek yang
lainnya, terutama pada aspek organizing kelembagaan Panti Asuhan Anak
Sholeh Bandung. Pratikan bertemu dengan Ibu Rada, Ibu Fitri dan Bapak Fuad
yang juga memiliki peran strategis dalam bidang kelembagaan di Yayasan
Anak Sholeh Bandung. Tentunya dalam perancangan visi dan misi lembaga
tentulah harus berasal dari Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung itu sendiri,
fungsi pratikan hanya memfailistasi dan membimbing dari pada pembuatan hal
tersebut. Sehingga pratikan memutuskan untuk memberikan waktu selama satu
pekan untuk nanti pada pertemuan selanjutnya dari pihak Panti Asuhan Anak
Sholeh Bandung sudah ada gambaran sementara terkait visi dan misi yang akan
dibawa selama Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung berdiri untuk ke
depannya.

Hingga akhirnya pada tanggal 22 November 2017 pratikan mulai


merancang terkait renstra itu sendiri. Tentunya dimulai dari analisis SWOT
kelembagaan yang harus dimulai secara keberlanjutan yang memang sudah
dimulai dari pertemuan sebelumnya. Alhamdulillahnya pada waktu itu ada Ibu
Rada dan Ibu Fitri, akan tetapi terkendala dengan kondisi kesehatan serta waktu
yang juga sudah terjadwal, sehingga Ibu Meida berhalangan hadir serta belum
adanya pembahasan lebih lanjut terkait visi dan misi. Hingga akhirnya kami
pun mendiskusikan contoh renstra dari lembaga pelayanan sosial yang
bergerak dibidang kesehatan reproduksi yang sudah masif pergerakan dan
cakupan perubahannya untuk masyarakat. Sekaligus memberikan pengenalan
mengenai tahap – tahap dalam membuat renstra berdasarkan analisis SWOT
itu sendiri dan beberapa materi tentang fundraising dan pembuatan proposal
kreatif yang bisa dibuat sekreatif mungkin nantinya oleh Panti Asuhan Anak
Sholeh Bandung.

64
Analisis Swot Organizing

Analisis SWOT ini menjelaskan mengenai kondisi internal dan


eksternal yang berkaitan dengan organisasi lembaga Panti Asuhan Anak
Sholeh Bandung.

STRENGTH WEAKNESS
 Panti Asuhan Anak Sholeh  Masih sering terjadinya double job
Bandung sudah memiliki Struktur atau terjadi tumpang tindih di
Organisasi dan Tata Kerja antara jabatan yang satu dengan
(SOTK). yang lain dalam melaksanakan
 Sudah memilik Standar tugas.
Operasional Prosedur (SOP)
dalam melakukan pelayanan
sosial kepada anak asuh Panti
Asuhan Anak Sholeh Bandung.
 Uraian tugas (job description)
masing-masing jabatan sudah
jelas terpaparkan pada SOTK.
 Banyak di antara pengurus
lembaga panti asuhan berasal dari
kalangan keluarga.
 Memiliki surat izin operasional
dari Dinas Sosial Kota Bandung
 Telah bergabung dengan Forum
Komunikasi Panti Sosial Kota
Bandung.
OPPORTUNITY THREAT
 Lembaga telah dikenal oleh  Pengaruh kuat nilai kekeluargaan
masyarakat serta kepercayaan dapat menurunkan nilai
masyaraka terhadap lembaga professionalisme pengurus Panti
sangat baik. Asuhan Anak Sholeh Bandung.
 Jejaring dan kerja sama antara Double job di antara jabatan satu
lembaga dapat memberikan dengan yang lainnya dapat
kemudahan bagi Panti Asuhan mempercepat proses burn out
Anak Sholeh Bandung dalam pengurus yang berdampak pada
melakukan pelayanan kesehatan menurunnya produktifitas kerja
maupun pendidikan. dalam melaksanakan pelayanan
sosial tersebut.
Tabel 3.4: Analisis SWOT Organizing

65
Berdasarkan assessment yang telah pratikan lakukan, didapakan hasil
assessment berupa analisis SWOT terhadapt aspek organizing sebagai berikut:

 Strenght (Kekuatan)
Hasil assessment yang pratikan dapat terkait analisis swot pada aspek
strenght (kekuatan) yaitu berupa Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung sudah
memiliki Struktur Organisasi dan tata Kerja (SOTK) dalam pelaksanaan
manajerial organisasi Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung. Uraian tugas dari
pada masing – masing pengurus sudah tertuliskan didalam SOTK itu sendiri
sehingga ada pembagian peran dan fungsi dari pada masing - masing pengurus
dalam melaksanakan tugasnya. Ketika semuanya sudah tertuliskan dengan
jelas dan dapat berfungsi dengan baik, maka pratikan yakin akan terciptanya
lembaga professional dan berkualitas dalam melaksanakan pelayanan sosial
anak. Selain itu, Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung juga sudah memiliki
standar operasional prosedur dalam melakukan proses pelayanan anak dalam
memenuhi segala kebutuhan anak asuh. Mulai dari agenda harian maupun
pekanan yang berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan agar
terciptanya kepribadian yang unggul dan mandiri dalam menghadapi beragam
macam tantangan dalam kehidupan. Serta pendirian Panti Asuhan Anak Sholeh
Bandung sudah mengantongi surat izin dari Dinas Kota Bandung, sehingga
dalam pelaksanaannya sudah resmi secara hukum dan dapat menjadi mitra
antara kelembagaan, baik itu dengan pihak pemerintah atau swasta sekalipun.

Aspek kekuatan yang lainnya yaitu pengurus Panti Asuhan Anak


Sholeh Bandung berasal dari satu keluarga besar yang sama karena secara
historis Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung didirikan oleh Ibu Hj. Siti
Rahimah Tussa’diyah secara mandiri pada tahun 2004 silam. Sehingga
menurut pratikan sendiri ketika ada suatu permasalahan dalam kepengurusan
dapat diselesaikan secara kekeluargaan dan saling mendukung satu sama lain.
Selain itu juga Panti Asuhan Anak Sholeh Bandung tergabung dalam Forum
Komunikasi Panti Asuhan Kota Bandung yang dapat memberikan manfaat

66
dalam berjejaring dan membangun sinergitas antara lembaga dalam
mengoptimalkan unit – unit pendukung pada panti asuhan itu sendiri.

 Weakness (Kelemahan)
Informasi hasil assessment yang pratikan dapatkan dalam aspek
kelemahan ialah masih sering terjadinya double job atau tumpang tindih peran
diantara jabatan yang satu dengan yang lainnya dalam melaksanakan tugas.
Faktor yang juga mempengaruhi hal tersebut adalah minimnya sumber daya
manusia untuk menjalankan tugas satu dengan yang lainnya sehingga
timbulnya tumpang tindah peran diantara sesama pengurus Panti Asuhan Kota
Bandung.
 Opportunity (Peluang)
Tergabungnya Panti Asuhan Kota Bandung dalam Forum Komunikasi
Panti Asuhan Kota Bandung berdampak dapat bertambahnya jejaring dalam
membangun kerja sama antara lembaga dengan memberikan kemudahan bagi
Panti Asuhan Kota Bandung. Dalammelakukan pelayanan sosial anak, baik itu
pendidikan, kesehatan, maupun program peningkatan keterampilan yang
lainnya. Selain itu, Panti Asuhan Kota Bandung. telah dikenal baik dan sudah
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut sangat baik, buktinya dapat
kita lihat dari antusiasme masyarakat dalam memberikan bantuan secara
finansial ataupun berpartisipasi pada program – program yang lainnya.
 Threat (Ancaman)
Setiap organisasi memiliki nilai dan ciri khas dari karakternya masing
– masing. Kalau dalam konteks Panti Asuhan Kota Bandung, lembaga ini
memiliki nilai kekeluargaan yang kuat satu sama lain. Akan tetapi, dari adanya
nilai kekeluargaan tersebut jika tidak sesuai porsi dan kondisi akan berdampak
pada menurunnya nilai professionalisme pengurus dalam melaksanakan peran
dan fugnsinya sebagai pengurus Panti Asuhan Kota Bandung. Selain itu, slaah
satu dampak dari adanya double job akan berpengaruh pada penurunan
produktifitas kerja pengurus karena belum bisa menjalankan tugas dan
fungsinya dengan baik, walaupun sudah tercantumkan dalam SOTK, tetapi

67
dalam praktiknya tentu akan menyesuaikan dengan fakta yang terjadi
sebagaimana fenomena tersebut hadir dalam kehidupan kelembagaan Panti
Asuhan Kota Bandung.

Strength : Weakness:
1. Panti Asuhan 1. Masih sering
Anak Sholeh terjadinya double
Bandung sudah job atau terjadi
memiliki Struktur tumpang tindih di
Organisasi dan tata antara jabatan yang
Kerja (SOTK). satu dengan yang
2. Sudah memilik lain dalam
Standar melaksanakan tugas.
Operasional
Prosedur (SOP)
dalam melakukan
pelayanan sosial
kepada anak asuh
Panti Asuhan
Anak Sholeh
Bandung.
3. Uraian tugas (job
description)
masing-masing
jabatan sudah jelas
terpaparkan pada
SOTK.
4. Banyak di antara
pengurus lembaga
panti asuhan
berasal dari
kalangan keluarga.
5. Memiliki surat izin
operasional dari
Dinas Sosial Kota
Bandung
6. Telah bergabung
dengan Forum
Komunikasi Panti
Sosial Kota
Bandung.
Opportunity : SO: WO:
1. Lembaga telah Yayasan Panti Pola kerja double job
dikenal oleh Asuhan Anak Sholeh merupakan penghambat
masyarakat serta Bandung sudah dalam

68
kepercayaan memiliki sistem pengoptimalisasian
masyaraka terhadap manajemen yang baik kinerja dan performa
lembaga sangat sehingga masyarakat lembaga sebagai tempat
baik. maupun pihak luar dalam menjalankan
2. Jejaring dan kerja sudah memiliki nilai pelayanan sosial kepada
sama antara lembaga trust kepada Panti anak, terlebih sudah
dapat memberikan Asuhan Anak Sholeh memiliki jejaring yang
kemudahan bagi Bandung dalam luas dan kepercayaan
Panti Asuhan Anak memberikan bantuan, dari masyarakat itu
Sholeh Bandung baik berupa matarial sendiri.
dalam melakukan maupun finansial.
pelayanan kesehatan
maupun pendidikan.
Threat : ST : WT :
1. Pengaruh kuat nilai
kekeluargaan dapat Sistem manajemen Minimnya pengurus
menurunkan nilai kelembagan kurang yang bertugas dalam
professionalisme didukung oleh menjalankan manajemen
pengurus Panti kuantitas SDM yang kelembagaan dapat
Asuhan Anak dapat berdampak pada berdampak pada
Sholeh Bandung. menurunnya nilai terjadinya tumpang
2. Double job di professionalitas dan tindih dalam melakukan
antara jabatan produktifitas kerja aktivitas kelembagaan
satu dengan para pengurus Panti dan menurunkan
yang lainnya Asuhan Anak Sholeh produkifitas kerja
dapat Bandung. Dampak pengurus itu sendiri.
mempercepat dapat berupa tumpang Terlebih kebanyakan
proses burn out tindih tugas dan fungsi pengurus berasal dari
pengurus yang masing – masing keluarga yang sama
berdampak pada pengurus dan burn out sehingga dikhawatirkan
menurunnya dalam melakukan dapat menurunnya nilai
produktifitas aktifitas kerjanya di professinalitas kerja
kerja dalam Panti Asuhan Anak dalam memainkan
melaksanakan Sholeh Bandung. peranannya sebagai
pelayanan sosial pengurus Panti Asuhan
tersebut. Anak Sholeh Bandung.

Tabel 3.5: Matriks Hasil Analisis SWOT Organizing

3.3.3. Human Resources Development


Pada hari senin, 25 September praktikan mengunjungi lembaga untuk
menanyakan lembaga apakah lembaga memberikan izin kepada praktikan
untuk melakukan kegiatan praktikum di lembaga tersebut atau tidak. Perizinan

69
ini merupakan perzinan secara informal. Praktikan bertemu dengan Ibu Maida
yang dimana beliau merupakan Bendahara yayasan tersebut. Praktikan
menyampaikan maksud untuk melakukan praktikum di lembaga tersebut. Ibu
maida memberikan izin dan meminta praktikan untuk datang kembali ke
lembaga dengan membawa surat perizinan dari pihak fakultas

Pada tanggal 29 September praktikan melakukan perizinan dengan


memberikan surat perizinan dari fakultas untuk melakukan praktikum di Panti
Asuhan Anak Sholeh. Pihak lembaga memberikan respon yang positif terhadap
praktikan dan memberikan izin kepada praktikan untuk melakukan praktkum
di Panti Asuhan Anak Sholeh. Pada hari itu praktikan bertemu dengan ibu
Maida dan juga Ibu Rada selaku pekerja sosial di lembaga tersebut. Ibu Rada
membahas pelayanan yang didapatkan oleh anak-anak di Panti Asuhan Anak
sholeh tersebut. Selain itu, praktikan bertemu dengan ibu Nenden selaku
pengasuh dan sebagai penanggung jawab terhadap anak-anak di panti tersebut.
Praktikan melihat-lihat sarana dan prasarana yang ada di lembaga tersebut.
Setelah itu, Praktikan mulai membahas dan menyusun kesepakatan bersama
selama kegiatan praktikum berlangsung.

Pada hari kamis, 12 oktober 2017 praktikan kembali lagi ke Panti


Asuhan Anak Shaleh. Praktikan menyampaikan maksud dan tujuannya untuk
melakukan praktikum yang berfokus ke lembaga panti tersebut. Selain itu,
dilanjutkan dengan berdiskusi mengenai beberapa aspek POHFI. Pada kegiatan
assesment ini, praktikan mendapatkan informasi bahwa dalam lembaga
tersebut belum tersedia HRD, selain itu SDM yang ada pada lembaga tersebut
minim. Panti asuhan tersebut berada di bawah Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak (LKSA) Anak Shaleh. Dalam yayasan tersebut tidak hanya terdapat panti
asuhan namun juga terdapat Rumah Aqiqah, Majelis Ta’lim, Rumah Tahfidz,
DKM Masjid AL- Thaf.

Dalam Panti Asuhan Anak Shaleh hanya terdapat 2 dua pengasuh


dengan total anak asuh 25 orang yang ada di Panti Asuhan Anah Sholeh

70
tersebut. Ibu Rada menjelaskan bahwa dirinya bekerja sebagai pekerja sosial
di lembaga tersebut kurang lebih 1,5 tahun lamanya. Beliau menjelaskan
bahwa dalam lembaga tersebut mayoritas penggurusnya adalah anggota
keluarga walaupun Ibu Rada bukan merupakan anggota keluarga. Pendaftaran
menjadi staff tidak melalu kualifikasi tertentu, hanya ada musyawarah antar
pengurus.

Pada tanggal 18 oktober praktikan kembali mengunjungi lembaga.


Proses assesment dilanjutkan pada tanggal 18 Oktober untuk membahas profil
lembaga panti asuhan yang diperbaharui tahun 2015. Panti Asuhan Anak
Shaleh belum memiliki rencana strategis dalam jangka panjang maupun jangka
pendek. Ibu rada secara struktural belum menuliskan jabatannya sebagai
pekerja sosial dalam lembaga tersebut. Selain itu, ibu Rada juga menjelaskan
mengenai kurangnya SDM dalam lembaga tersebut sehingga dirinya dan staff
yang lain sering kali mendapat tugas lain untuk membantu staff lainnya.
Minimnya SDM yang terdapat pada lembaga mengakibatkan adanya tumpang
tindih tugas para anggotanya.

Pada tanggal 9 November praktikan kembali mengunjungi lembaga.


Praktikan bertemu dengan Ibu Maida dan juga Ibu Nenden selaku pengasuh
anak-anak di panti tersebut. Ibu Nenden membahas mengenai kurang
maksimalnya pengasuhan terhadap anak-anak dikarenakan pengasuh yang
hanya beberapa orang saja sedangkan anak asuh di lembaga tersebut cukup
banyak. Anak-anak yang belum mengikuti kegiatan belajar disekolah
seringkali kurang diperhatikan kegiatannya. Selain itu juga ibu Maida
memberikan informasi bahwa dalam lembaga tersebut tidak hanya kurang
SDM namun juga kurangnya sarana prasarana seperti sarana kesehatan dan
lainnya.

Pada tanggal 15 November praktikan kembali ke lembaga untuk


mencari informasi lebih terkait visi dan misi lembaga yang nantinya akan di
perbaharui. Dalam HRD, praktikan mencari informasi mengenai hubungan

71
antar anggota (employee relations) dalam lembaga tersebut. Dikarenakan
lembaga tersebut memiliki asas dasar kekeluargaan maka sistem kerja yang ada
pada lembaga tersebut tidak terlalu kaku. Pengambilan keputusan dan lain-lain
dilakukan berdasarkan musyawarah bersama antar pengurus. Selain itu,
hubungan antar anggota di lembaga tersebut dekat sehingga antara anggota satu
dengan yang lain sering melakukan pekerjaan bersama.

Pada tanggal 22 November 2017, praktikan kembali mengunjungi


lembaga. Selain mulai menganalisis SWOT lembaga tersebut, dalam bidang
HRD merancang pengadaan volunteer melalui website yang nantinya akan di
bantu oleh sistem informasi dan staff bagian administrasi. Website ini nantinya
akan membantu lembaga untuk menambah SDM ketika akan mengadakan
suatu kegiatan.

Analisis SWOT Human Resources Development

STRENGTH WEAKNESS
 Struktur Organisasi dan Tata  Kurangnya SDM
mengakibatkan tumpang tindih
Kerja sudah di atur
pekerjaan

 Uraian tugas setiap staff sudah  Ada beberapa pengurus yang


terkadang mendapatkan
jelas
double job, dikhawatirkan
akan menjadi kewalahan dan
 Memiliki Standar Operasional menurunnya kualitas anggota
Prosedur (SOP)  Kurangnya SDM dalam
mengelola Panti Asuhan Anak
Shaleh membuat anak yang
bukan pelajar menjadi kurang
di perhatikan kegiatan sehari-
harinya
OPPORTUNITY THREAT
 Panti Asuhan Anak Shaleh  Persaingan antar lembaga
dikenal baik oleh masyarakat yang sejenis dengan sistem
sekitar HRD yang lebih baik

72
 Jejaring dan kerjasama
lembaga memberikan
kemudahan dalam melakukan
pelayanan kesehatan maupun
pendidikan Panti Asuhan Anak
Shaleh dikenal baik oleh
masyarakat sekitar

 Jejaring dan kerjasama


lembaga memberikan
kemudahan dalam melakukan
pelayanan kesehatan maupun
pendidikan

Tabel 3.4: Analisis SWOT HRD

 Strengh (kekuatan)

Hasil assesment yang dilakukan pada Panti Asuhan Anak Shaleh yaitu
adanya Struktur Organisasi dan Tata Kelola yang sudah jelas di miliki oleh
lembaga tersebut. Oleh karena itu, pembagian kerja dan uraian tugas di setiap
anggota dan jabatannya sudah jelas. Struktur di suatu lembaga merupakan
faktor yang sama pentingnya dalam menentukan dan melihat cara kerja suatu
lembaga, yang mana dapat dianalisa melalui strukturnya yang tergambar dan
akan bisa diketahui bagian dan sub bagian, wewenang masing-masingnya serta
hubungan koordinasi antar bagian dan sub bagian dalam pelaksanaan tugas
serta tanggungjawab masing-masing berikut pembagian tugas berdasarkan
spesialisasi yang ada akhirnya menggambarkan saling ketergantungan antar
bagian dan sub bagian dalam suatu organisasi. Dengan adanya pembagian kerja
yang jelas, diharapkan pelaksanaan program kerja akan berjalan dengan baik
dan profesional.

73
Panti Asuhan Anak Shaleh sudah memiliki Standard Operating
Procedure (SOP) yang dimana hal ini sangat diperlukan untuk memudahkan
para angota bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya di bagiannya
masing-masing. Tujuannya adalah untuk menjelaskan perincian atau standard
yang tetap mengenai aktivitas program kerja yang di selenggarakan dalam
suatu lembaga. Dengan demikian maka lembaga akan dapat memberikan
pelayanan dengan baik.

 Weakness (kelemahan)
Berdasarkan assesment yang dilakukan oleh praktikan, terdapat
kelemahan atau weakness dalam lembaga tersebut yaitu kurangnya SDM
dalam mengelola Panti Asuhan Anak Shaleh. Jumlah anggota yang tak lebih
dari 10 orang dalam mengurus aktivitas dan kegiatan yang ada di panti tersebut
membuat terjadinya peranan ganda dalam menjalankan fungsi dan peran setiap
anggotanya. Hal tersebut dapat berpengaruh pada turunnya profesionalitas
kerja anggotanya dalam melakukan tugasnya masing-masing. Selain itu,
kurangnya SDM dalam mengelola Panti Asuhan Anak Shaleh membuat anak
yang bukan pelajar menjadi kurang di perhatikan kegiatan sehari-harinya.
Dikarenakan tidak semua anak yang berada pada panti adalah usia sekolah,
maka terkadang anak-anak selain pelajar tidak terpantau kegiatannya di setiap
saat.
 Opportunity (Peluang)
Panti Asuhan Anak Shaleh dikenal baik oleh masyarakat sekitar, hal
tersebut menjadi opportunity bagi lembaga tersebut karena akan berdampak
pada bertambahnya kepercayaan masyarakat sekitar terhadap lembaga. Hal ini
dapat menarik simpati donatur untuk memberika donasi terhadap lembaga
tersebut. Selain itu, akan memberikan kemudahan kepada lembaga untuk
melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga lainnya yang nantinya dapat
membantu keberlangsungan lembaga. Jejaring dan kerjasama lembaga yang
luas juga dapat memberikan kemudahan dalam melakukan pelayanan

74
kesehatan maupun pendidikan sebagai pelayanan yang dilakukan oleh lembaga
tersebut.
 Threat (Ancaman)
Persaingan antar lembaga yang sejenis dengan sistem HRD yang lebih
baik

Assessment yang dilakukan praktikan melihat bahwa lembaga tersebut


berasas kekeluargaan yang dimana dalam sisi lain dapat berpengaruh terhadap
kualitas anggotanya dalam bekerja. Staffing process serta dan juga tumpang
tindihnya peekerjaan yang membuat tidak maksimalnya pelaksanaan tugas
setiap anggotanya akan membuat pelayanan yang diberikan tidak maksimal
sehingga akan bersaing dengan panti asuhan lain yang memberikan layanan
yang lebih baik.

Berdasarkan analisis SWOT diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam


bidang HRD pada Panti Asuhan Anak Shaleh sudah terdapat struktur dan
pembagian kerja dengan baik. Adanya kekuatan dan peluang dapat
meminimalisir kekurangan dan ancaman-ancaman terhadap lembaga. Namun,
terdapat beberapa kekurangan yang dimiliki Panti Asuhan Anak Shaleh seperti
tenaga SDM yang masih sangat sedikit. Ini akan menyulitkan karena ada
beberapa pengurus yang akhirnya memiliki double job.

Strengh Weakness

 Struktur Organisasi dan  Kurangnya SDM


mengakibatkan
Tata Kerja sudah di atur
tumpang tindih
pekerjaan
 Uraian tugas setiap
 Ada beberapa pengurus
staff sudah jelas
yang terkadang
mendapatkan double
job, dikhawatirkan
akan menjadi
kewalahan dan
menurunnya kualitas
anggota

75
 Memiliki Standar  Kurangnya SDM
dalam mengelola Panti
Operasional Prosedur
Asuhan Anak Shaleh
(SOP) membuat anak yang
bukan pelajar menjadi
kurang di perhatikan
kegiatan sehari-harinya

Opportunity SO WO

 Panti Asuhan Anak  Struktur organisasi  Terbatasnya jumlah


Shaleh dikenal baik yang sudah jelas dan anggota menjadikan
oleh masyarakat adanya SOP lembaga
sekitar membuat lembaga
tersebut dikenal baik
 Jejaring dan kerjasama
oleh masyarkat sekitar
lembaga memberikan
sehingga mudah untuk
kemudahan dalam
melakukan kerjasama
melakukan pelayanan
kesehatan maupun
pendidikan Panti
Asuhan Anak Shaleh
dikenal baik oleh
masyarakat sekitar

 Jejaring dan kerjasama


lembaga memberikan
kemudahan dalam
melakukan pelayanan

76
kesehatan maupun
pendidikan

Threat ST WT

 Persaingan antar  Adanya SOP dan  Terbatasnya SDM


lembaga yang sejenis struktur organisasi berpengaruh pada
dengan sistem HRD yang jelas dapat tumpang tindihnya
yang lebih baik membantu pekerjaan sehingga
meminimalisir berpengaruh terhadap
persaingan dengan pelayanan lembaga
panti asuhan lain tersebut sehingga akan
bersaing dengan panti
asuhan lain yang lebih
baik

Tabel 3.5: Matriks SWOT HRD

77
3.3.4. Fundraising
Praktikan melakukan kontak pertama dengan pihak Panti Asuhan Anak
Shaleh yaitu saat kita pertama kali untuk bertanya apakah kita dapat melakukan
praktikum di Panti Asuhan Anak Shaleh pada tanggal 25 September 2017. Pada
hari itu praktikan hanya datang sekedar untuk berkenalan dengan pihak Panti
Asuhan Anak Shaleh yang disambut oleh Bu Fitri sebagai administrator di
Panti Asuhan Anak Shlaeh. Lalu lanjut pada tanggal 29 September 2017
praktikan melakukan perizinan yaitu pemberian surat izin dari fakultas untuk
melakukan pratikum. Praktikan datang ke kantor Panti Asuhan Anak Shaleh
dan disambut oleh administarator dari Panti Asuhan Anak Shaleh yaitu Teh
Fitri. Lalu kita dipertemukan dengan bendahara Panti Asuhan Anak Shaleh
yaitu Bu Maida yang merupakan anak dari pemilik Panti Asuhan Anak Shaleh.
Pada hari itu kita bercengkrama singkat mengenai Panti Asuhan Anak Shaleh
dan kita diizinkan untuk mengelilingi asrama Panti Asuhan Anak Shaleh.

Pada 12 Oktober 2017, praktikan menemui Ibu Maida. Beliau


menjelaskan mengenai struktur organisasi dan kegiatan lembaga. Pada hari itu
juga dijelaskan mengenai sistem koordinasi Panti Asuhan Anak Shaleh dengan
pihak-pihak lain yang terkait dan mendukung setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh Panti Asuhan Anak Shaleh. Praktikan juga mempertanyakan
mengenai alur informasi dan media promosi yang dimiliki oleh Panti Asuhan
Anak Shaleh untuk mendapatkan pemasukan dana dari penyedia dana.

Fundraising di lembaga panti asuhan anak soleh sudah tersedia dan


memiliki pengelolaan dana yang sudah cukup baik dan terstruktur. Sudah
tertera dengan jelas proses pengumpulan dana yang ada di Panti Asuhan Anak
Shaleh seperti yang sedang dijalankan saat ini. Selain itu, Panti Asuhan Anak
Shaleh juga telah memiliki banyak donatur tetap maupun tidak tetap yang
sangat membantu dalam kelancaran program-program ataupun kegiatan yang
ada di Panti Asuhan Anak Shaleh.

Fundraising yang dilakukan oleh lembaga hanya terfokus pada satu


kegiatan saja, dimana kegiatan fundraising yang ada di panti tersebut yaitu

78
“Rumah Aqiqah Anak Shaleh”. Rumah aqiqah merupakan salah satu kegiatan
fundraising terbesar yang dimiliki oleh Panti Asuhan Anak Shaleh. Rumah
Aqiqah Anak Shaleh adalah sebuah kegiatan fundraising di bidang penyedia
jasa aqiqah bagi masyarakat yang akan melaksanakan ibadah aqiqah. Panti
Asuhan Anak Shaleh terfokus kepada jasa penyedia domba dan katering untuk
membantu masyarakat agar lebih praktis menjalankan ibadah aqiqah bersama
keluarga. Pelayanan penjualan yang dilakukan oleh Panti Asuhan Anak Shaleh
adalah dengan langsung melihat dan memilih dombanya sendiri di kandang
dengan akses yang mudah untuk dilalui.

Gambar 3.1: Tampilan Website Rumah Aqiqah Anak Shaleh

Sudah tertera pada web yang mereka sediakan bahwa 10% dari
keuntungan dari Rumah Aqiqag Anak Shaleh akan disisihkan untuk program
aqiqah yatim dan dhuafa. Akan tetapi yang menjadi hambatan yaitu web yang
sudah tersedia tidak dapat di kelola dengan baik oleh pihak panti asuhan
dikarenakan beberapa alasan tertentu. Seperti kurangnya SDM yang
berkompeten dalam bidang pengelolaan web tersebut.

79
Gambar 3.2: Tampilan Profile Website Rumah Aqiqah Anak Shaleh

Kelengkapan media informasi untuk dapat mengenalkan kegiatan


fundraising Panti Asuhan Anak Shaleh telah memadai, akan tetapi pada saat
ini web tersebut sudah jarang dan bahkan tidak aktif untuk memperbaharui
informasi baru terkait perkembangan rumah aqiqah dikarenakan alasan yang
telah di paparkan diatas yakni kurangnya SDM yang berkompeten dalam
bidang tersebut.

Pengurus panti menyadari minimnya pemanfaatan media sosial dalam


upaya promosi kegiatan fundraising lembaga. Selama ini, dalam pemanfaatan
media sosial, pengurus yayasan lebih memaksimalkan pengelolaan akun milik
Aqiqah Anak Shaleh yang merupakan bentuk fundraising Yayasan Anak
Shaleh yang menjadi pemasukan terbesar bagi panti. Untuk akun Aqiqah Anak
Shaleh terdapat staff khusus yang bertugas untuk mengelola akun Instagram
sebagai media promosi.

Selanjutnya dalam bidang budgeting Panti Asuhan Anak Shaleh mereka


secara rutin membuat laporan keuangan per tahunnya. Di dalam laporan
tersebut terdapat laporan alur kas masuk dan alur kas keluar. Namun sayangnya
bidang budgeting pada Panti Asuhan Anak Shaleh belum memiliki Rancangan
Aggaran Biaya untuk pengeluaran yang akan mereka keluarkan. Mereka hanya
memastikan agar pemasukan yang masuk ke dalam kas mereka digunakan
secara optimal dan tidak mengalami deficit pada akhir periodenya.

80
Analisis Swot Fundraising

Fundraising adalah salah satu aspek dalam fungsi manajemen yang ada
di dalam sebuah organisasi yang mempunyai peran penting dalam proses
pendanaan bagi suatu lembaga. Fundraising tidak hanya bergerak dalam
bidang pencarian dana melainkan memperluas jaringan melalui kegiatan yang
dilakukan oleh pihak lembaga. Adapun hasil SWOT dalam bidang fundraising
yaitu:

STRENGTH WEAKNESS
 Sistem kerja berazaskan  Kurangnya pengetahuan untuk
kekeluargan pengadaan fundraising melalui
 Selalu mengalami surplus di setiap pengajuan ke pihak lembaga terkait
periodenya  Kurangnya SDM yang fokus
 Memiliki sumber fundraising terhadap masalah fundraising
mandiri  Tidak adanya alternatif fundraising
yang lebih beragam
 Adanya tumpang tindih jobdesk
dalam mengurus fundraising
 Tidak adanya rancangan anggaran
biaya yang disusun di awal sebelum
kegiatan-kegiatan dilaksanakan
OPPORTUNITY THREATH
 Fundraising yang berjalan sudah  Pemasukan terbanyak hanya dari
memiliki nama yang baik di mata donatur yang tertarik untuk
masyarakat berdonasi
 Selalu ada donator yang tertarik  Banyaknya lembaga dengan bidang
berdonasi untuk kegiatan yang sejenis yang membuat donatur
dilaksanakan untuk lembaga dengan kegiatan
sejenis tersebut terpecah

81
Tabel 3.6: Analisis SWOT Fundraising

Berdasarkan assessment yang telah praktikan lakukan, didapatkan hasil


assessment berupa analisis SWOT terhadap aspek fundraising sebagai berikut:

 Strength (Kekuatan)
Panti Asuhan Anak Shaleh menganut asas kekeluargaan dalam sistem
manajerial yang ada di Panti Asuhan Anak Shaleh. Hal tersebut menjadi
kekuatan untuk Panti Asuhan Anak Shaleh karena hubungan keluarga antar
pengurus Panti Asuhan Anak Shaleh menjadi suatu kemudahan dalam proses
perencanaan terkait kebijakan yang akan diambil pihak Panti Asuhan Anak
Shaleh. Masalah yang terjadi akan mudah diketahui oleh masing-masing
pengurus karena proses pertukaran informasi lebih cepat terjadi karena
hubungan kekeluargaan tersebut. Oleh karena itu, terdapat kekuatan yang
dimiliki yaitu pengurus dan anggota yang ada di dalam Panti Asuhan Anak
Shaleh melakukan kegiatan fundraising berdasarkan asas kekeluargaan,
sehingga seperti yang telah di jelaskan di atas hal tersebut dapat memudahkan
berjalannya sistem manajerial yang ada di Panti Asuhan Anak Shaleh. Hal
selanjutnya yang menjadi kekuatan bagi PAnti Asuhan Anak Shaleh yaitu
adanya kegiatan fundraising tetap yang selalu dilakukan oleh pihak Panti
Asuhan Anak Shaleh yaitu adanya “Rumah Aqiqah”, di mana kegaiatan
fundraising tersebut menjadi sumber tetap dan utama bagi Pihak Panti Asuhan
Anak Shaleh. Selain itu, Panti Asuhan Anak Shaleh selalu mengelola dana
yang mereka miliki sebaik mungkin sehingga di akhir periode per tahunnya
Panti Asuhan Anak Shaleh selalu mengalami surplus.
 Weakness (Kelemahan)
Terbatasnya SDM yang dimiliki oleh Panti Asuhan Anak Shaleh
membuat tidak adanya bagian yang fokus untuk menangani bidang fundraising
ini. Sehingga peluang untuk mengembangkan kegiatan fundraising dengan
kaegiatan yang lebih bervaritif sulit untuk dilakukan. Dikarenakan kurangnya
SDM yang fokus terhadap fundraising Panti Asuhan Anak Shaleh, pihak Panti

82
merasa enggan untuk melakukan kegiatan fundraising lain dan fokus untuk
mengingkatkan satu kegiatan fundraising yang sudah mereka miliki.
 Opportunity (Kesempatan)
Peluang yang diraskan oleh panti begitu beasar, dimana ketika
kurangnya pemasaran atau media informasi dan publikasi terkait kegiatan
fundraising yang sudah ada, akan tetapi masyarakat mengenal dan mengetahui
keberadaan kegiatan fundraising yang di lakukan oleh Panti Asuhan Anak
Shaleh. Panti yang posisinya di bawah yayasan, tetap memiliki wewenang
sendiri untuk mengambil keputusan sendiri terkait masalah yang dihadapi
panti. Kondisi tersebut menjadi kesempatan bagi panti dalam aspek
fundraising. Kesempatan yang dapat dimanfaatkan panti adalah melakukan
publikasi terkait kegiatan fundraising hanya dengan melalui cara door to door
atau mempublikasikan melalui sosial media para pengurus panti asuhan. Hal
tersebut menunjukan bawha Panti Asuhan Anak Shaleh sudah mempunyai
kepercayaan yang sangat besar dari masyarakat.
 Threat (Ancaman)
Tantangan yang mungkin terjadi dari kondisi kepengurusan panti dan
yayasan yang juga berasaskan kekeluargaan adalah tidak adanya
perkembangan dalam kegiatan fundraising karena banyak kemungkinan terjadi
persaingan dengan lembaga yang bergerak dibidang yang sama dan lembaga
tersebut telah memiliki banyak kegiatan fundraising sehingga lebih cepat untuk
mendapatkan sumber dana melalui orang-orang yang berkompeten dibidang
tersebut.

83
Strength : Weakness:
1. Sistem kerja 1. Kurangnya
berazaskan pengetahuan untuk
kekeluargan pengadaan
2. Selalu mengalami fundraising melalui
surplus di setiap pengajuan ke pihak
periodenya lembaga terkait
3. Memiliki sumber 2. Kurangnya SDM
fundraising yang fokus
mandiri terhadap masalah
fundraising
3. Tidak adanya
alternatif
fundraising yang
lebih beragam
4. Adanya tumpang
tindih jobdesk
dalam mengurus
fundraising
5. Tidak adanya
rancangan
anggaran biaya
yang disusun di
awal sebelum
kegiatan-kegiatan
dilaksanakan
Opportunity : SO WO:
a. Fundraising yang Sistem kerja yang Dengan ada adanya
berasaskan kekeluargaan kepercayaan dari
berjalan sudah
mencipatkan timbulnya masyarakat sekitar
memiliki nama rasa kepercayaan dari mengenai kegiatan
masyarakat mengenai fundraising maka
yang baik di mata
produk layanan yang seharusnya pihak
masyarakat diberikan oleh Panti panti membuat
Asuhan Anak Shaleh, kegiatan fundraising
b. Selalu ada donator
sehingga selalu terdapat baru guna
yang tertarik mendapatkan sumber

84
berdonasi untuk surplus keuangan setiap dana yang lebih
periodenya mencukupi dari
kegiatan yang
sebelumnya. Dan
dilaksanakan untuk meningkatkan
ketertartikan
masyarakat terhadap
kegiatan Panti
Asuhan Anak Shaleh
yang lain, perlu
dibuat sebuah
Rancangan Anggaran
Biaya setiap
periodenya.
Threat : ST : WT :
 Pemasukan terbanyak Bekerjasama dengan Penigkatan media
donatur tetap untuk informasi dan SDM
hanya dari donatur melakukan kegiatan yang berkompeten
yang tertarik untuk fundraising baru sehingga dalam aspek
meminimalisir persaingan fundraising agar
berdonasi antar lembaga yang eksistensi lembaga
 Banyaknya lembaga bergerak dibidang yang semakin meningkat.
sama. Dan selanjutnya Dan mencari sumber
dengan bidang sejenis mencari sumber dana lain dana lain untuk
yang membuat donatur untuk tindakan preventif memenuhi setiap
kurangnya pemasukan dari kebutuhan Panti
untuk lembaga dengan pihak donatur Asuhan Anak Shaleh
kegiatan sejenis
tersebut terpecah

Tabel 3.7: Matriks Hasil SWOT Fundraising

3.3.5. Information System Management


Praktikan melakukan kontak pertama pada tanggal 11 Oktober 2017
untuk melakukan perizinan kepada Panti Asuhan Anak Shaleh. Praktikan
disambut langsung oleh pengurus Ibu Rada dan Ibu Maida selaku stakeholder
Panti Asuhan Anak Shaleh. Pada pertemuan pertama, praktikan hanya
membahas perizinan, mencari tahu keadaan umum panti, dan melihat-lihat
keadaan lokasi praktikum yang akan dijalani selama satu sampai dua bulan
kedepan.

85
Pada tanggal 17 Oktober 2017, praktikan kembali mengunjungi panti.
Tujuan pada hari tersebut untuk mengetahui keadaan sistem infomasi yang
dimiliki oleh pihak panti diantara pengurus panti atau internal. Praktikan
mendapatkan informasi, bahwa pengurus panti tidak memiliki grup atau forum
komunikasi dengan seluruh pengurus panti yang menggunakan media sosial,
seperti Whatsapp atau Line. Selama ini yang terjadi, semua informasi tidak
langsung hanya disampaikan dari pimpinan langsung kepada pengurus yang
bersangkutan.

Pada tanggal 18 Oktober 2017, praktikan menemui pengurus panti.


untuk berbincang lebih lanjut mengenai Panti Asuhan Anak Shaleh. Ibu Maida
selaku bendahara panti menjelaskan sistem kepengurusan panti, struktur
organisasi, serta informasi umum mengenai keadaan panti. Selain itu beliau
juga mengungkapkan mengenai manajemen sistem informasi yang dimiliki
oleh panti. Pada bagian manajemen sistem informasi yang menjadi salah satu
bagian penting di dalam sebuah organisasi yang dimiliki oleh Panti Asuhan
Anak Shaleh, belum memiliki alur yang cukup baik. Hal ini disebabkan oleh
penumpukkan tugas pada beberapa stakeholder akibat dari kurangnya SDM
yang dimiliki oleh Panti Asuhan Anak Shaleh, khususnya pengurus atau staf
yang memiliki kemampuan untuk mengelola manajemen sistem informasi.

Tidak hanya itu, kekurangan staf yang khusus mengelola sistem


informasi juga mengakibatkan media sosial yang dimiliki oleh Panti Asuhan
Anak Shaleh belum digunakan secara maksimal, sehingga informasi yang ingin
disampaikan pada pihak eksternal belum dapat tersampaikan dengan baik.
Seperti yang dapat dilihat pada website panti, yang hingga kini belum ada
pembaharuan atau berita yang memuat kondisi terkini di panti.

86
Gambar 3.3: Tampilan website Yayasan Anak Shaleh

Pengurus Panti menyadari, terbengkalainya manajemen sistem


informasi akibat dari kurangnya SDM yang dimiliki oleh panti, membuat
sosialisasi panti terhadap pihak luar belum tersampaikan dengan baik. Selama
ini mereka lebih terfokus pada pengembangan sistem informasi yang dimiliki
oleh Aqiqah Anak Shaleh, sebagai salah satu sumber penghasilan fundraising
yang dapat membantu keuangan panti.

Hal yang telah dijelaskan di atas, menjadi kekhawatiran praktikan untuk


ke depannya, karena dengan pemanfaatan media sosial yang maksimal sebagai
sarana sosialisasi dan kurangnya SDM yang mempunyai kemampuan dibidang
sistem informasi akan membuat Panti Asuhan Anak Shaleh kalah bersaing
dengan Lembaga serupa. Namun, situasi ini terjadi karena pihak pimpinan
panti yang tidak menginginkan penambahan staf khusus untuk mengelola
sistem informasi. Mereka menginginkan dengan jumlah yang ada tetap dapat
melaksanakan tugas-tugas untuk memenuhi semua kebutuhan panti.

Analisis Swot Sistem Informasi

Analisis SWOT berikut ini akan menjelaskan kondisi internal dan


eksternal yang berkaitan dengan sistem informasi Panti Asuhan Anak Shaleh.

87
STRENGH WEAKNESS
 Penyebaran informasi yang  Kekurangan SDM yang
baik di antara sesama dapat mengelola sistem
pengurus panti. informasi panti melalui
 Rapat rutin tiga bulan sekali. media sosial.
 Memiliki perangkat  Tidak adanya media sosial
multimedia yang cukup bersama (grup) untuk
memadai. pengurus panti
 Memiliki media sosial yang
dapat digunakan sebagai
media sosialisasi.
OPPORTUNITY THREAT
 Banyaknya media sosial yang  Kalah saing dengan
dimiliki untuk sosialiasi Lembaga serupa yang telah
dengan pihak eksternal. memanfaatkan teknologi
 Masyarakat semakin up to dengan maksimal dan konsep
date dengan memanfaatkan yang matang.
teknologi.
Tabel 3.8 : Analisis SWOT Sistem Informasi

Berdasarkan assessment yang telah praktikan lakukan, didapatkan hasil


assessment berupa analisis SWOT terhadap aspek sistem informasi sebagai
berikut:

 Strenght

Pada pengelolaan sistem informasi yang dilakukan oleh Panti Asuhan


Anak Shaleh tidak memiliki staf khusus. Semua informasi bersumber dari
pimpinan Panti yang disampaikan secara langsung melalui kunjungan dan rapat
rutin tiga bulan sekali ataupun melalui pesan yang disampaikan melalui
jaringan pribadi antara pimpinan dengan pengurus terkait, sehingga informasi
yang perlu diketahui oleh pengurus dapat tersampaikan langsung. Panti Asuhan

88
Anak Shaleh pun telah mempunyai media sosial online maupun langsung yang
digunakan sebagai sarana sosialisasi kepada pihak eksternal, seperti website
dan brosur/pamphlet.

 Weakness
Hasil analisis SWOT yang terjadi pada Panti Asuhan Anak Shaleh,
menunjukkan bahwa kekurangan yang dimiliki adalah belum terpenuhinya
jumlah SDM yang memadai untuk bekerja fokus pada pengelolaan sistem
informasi (media sosial) yang dimiliki oleh panti. Hal tersebut mengakibatkan
terbengkalainya website yang dimiliki oleh panti, karena SDM yang ada tidak
hanya mengerjakan satu bidang pekerjaan dan belum tercapainya tujuan dari
pembuatan akun media sosial. Kemudian tidak adanya media komunikasi
bersama antar pengurus panti, sehingga terkadang salah satu di antara pengurus
panti terlambat mengetahui informasi penting jika tidak dihubungi oleh
pimpinan panti.
 Opportunity
Peluang yang ada dalam pemanfaatan sistem informasi yang maksimal,
cukup besar karena tanpa harus bersusah payah bertemu langsung dengan
pihak eksternal, pihak panti sudah dapat dengan mudah mensosialisaikan
berbagai hal yang ada di panti dengan cakupan masyarakat yang lebih luas.
Sejalan dengan perkembangan zaman, pengemasan media sosial yang menarik
dapat membuat pihak eksternal lebih tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai kehidupan di dalam Panti Asuhan Anak Shaleh.
 Threat
Panti Asuhan Anak Shaleh bukan merupakan satu-satunya lembaga
yang ada. Ada banyak lembaga serupa yang sudah memiliki sistem informasi
dengan pemanfaatan yang maksimal. Dengan keadaan panti yang belum dapat
memanfaatkan sistem informasi dengan baik, terutama media sosial untuk
sosialisasi dengan pihak eksternal, lama-kelamaan akan tersusul oleh lembaga
lain yang mempunyai inovasi dan menjadi lebih dikenal masyarakat. Walaupun
penyampaian melalui media sosial bukanlah menjadi satu-satunya sarana,

89
tetapi jika dimanfaatkan dengan baik akan memberikan dampak yang lebih
banyak daripada sebelumnya.

Strength: Weakness:

 Penyebaran  Kekurangan
informasi yang SDM yang dapat
baik di antara mengelola
sesama
sistem informasi
pengurus panti.
panti melalui
 Rapat rutin tiga
bulan sekali. media sosial.
 Memiliki  Tidak adanya
perangkat media sosial
multimedia bersama (grup)
yang cukup untuk pengurus
memadai.
panti
 Memiliki
media sosial
yang dapat
digunakan
sebagai media
sosialisasi.
Opportunity: SO: WO:

 Banyaknya Lembaga dapat Tidak terlalu banyak


media sosial dengan mudah SDM yang
yang dimiliki memberikan menangani dapat
untuk sosialiasi informasi pada membuat
dengan pihak
cakupan yang luas pengontrolan sistem
eksternal.
 Masyarakat melalui manajemen informasi dan media
semakin up to sistem informasi sosial dapat lebih
date dengan yang baik. mudah.
memanfaatkan
teknologi.
Threat: ST: WT:

 Kalah saing Media sosial yang Kekurangan jumlah


dengan telah dimiliki akan SDM yang
Lembaga serupa kurang bermanfaat berkompeten pada
yang telah bila tidak bidang sistem
memanfaatkan dimanfaatkan informasi dapat
teknologi dengan baik dan menghambat

90
dengan tujuan yang pengelolaan data
maksimal dan diinginkan tidak secara rutin.
konsep yang tercapai.
matang.
Tabel 3.9 : Matriks Hasil Analisis SWOT Sistem Informasi

3.4 Proses Intervensi pada Aspek-Aspek POHFI


3.4.1 Planning
Dari proses assessment yang dilakukan dilapangan, team melakukan
analisis SWOT menggunakan data yang didapat dari proses wawancara mendalam
dengan pengurus panti. Dari hasil wawancara mendalam didapat analisis SWOT
yang mana praktikan menggabungkan setiap elemen yang ada di internal lembaga
(strength dan weakness) dengan eksternal lembaga (opportunity dan threat).
Sehingga dari hasil penggabungan tersebut, praktikan menemukan asumsi potensi
dan ancaman yang kuat dalam aspek planning lembaga. Terdapat aspek
pengintegrasian dari WO (Weakness + Opportunity) dan ST (Strength + Threat)
yang menjadi fokus praktikan. Aspek tersebut meliputi rekomendasi sebagai
berikut:

1. Pengintegrasian Weakness dan Opportunity menghasilkan kesimpulan


bahwa Rencana strategis yang akan terbentuk segera dengan baik
dikarenakan hasil kerja sama dengan pekerja sosial dalam pelatihan pertama
sudah menghasilkan konsep awal yang mana nantinya akan merujuk kepada
gambaran rencana strategis lembaga, Prekruitan SDM yang mana
merupakan salah satu fokus dapat membangun panti semakin baik dan besar
dikemudian hari apalagi hubungan atau asas kekeluargaan yang dibangun
dapat semakin diperkuat dengan membangun pola profesionalitas kerja
antar karyawan dan tidak terjadinya overlaping job yang mana berdampak .
2. Pengintegrasian Strength dan Threat menyimpulkan bahwa sistem kerja
dengan asas kekeluargaan yang sudah dibangun bisa diperkuat lagi dengan
profesionalitas dan perekruitan dengan profesional agar kemungkinan
konflik seperti pekerjaan yang tak terselesaikan hingga terbengkalai karena

91
harus bekerja merangkap di kemudian hari dapat dihindari. Oleh karena itu,
perlu dibuatnya perencanaan untuk pengembangan sumber daya manusia
dalam manajemen lembaga melalui mekanisme perekrutan secara
professional dan dengan pembuatan Susunan Organisasi dan tata kerja
(SOTK) dan Standar Operasional (SOP) untuk mengatur dan mengevaluasi
hasil kerja para pengurus sesuai dengan konteks profesionalitas.

Rekomendasi yang disusun praktikan diatas akan disampaikan oleh


praktikan kepada Ibu Maida sebagai pimpinan Panti Asuhan Anak Shaleh dan Ibu
Rada selaku pekerja sosial yang sering menangani beberapa masalah dalam panti
terutama mengenai “planning” dalam manajemen lembaga. Maka melalui segala
pertimbangan, intervensi yang direkomendasikan oleh praktikan adalah
pengagendaan kegiatan Perencanaan Strategis Lembaga Panti Asuhan Anak Shaleh
yang mana telah dilaksanakan bersama hanya saja masih belum selesai.

3.4.2 Organizing

3.4.3 Human Resources Development

Panti Asuhan Anak Shaleh adalah sebuah lembaga yang bergerak


dibidang pelayanan bagi anak-anak yatim piatu atau dhuafa untuk
meningkatkan pendidikan dan keagamaan dengan tujuan peningkatan
kualitas pendidikan serta berusaha membantu pemerintah dalam pengentasan
kemiskinan dan keterbelakangan.

Program utama panti adalah pendidikan dan pengajaran. Hal ini adalah
sebuah ide konkrit dari peningkatan pendidikan dan keagamaan karena akan
membuat lebih terarahnya tujuan dalam mendidik serta membina mereka.
Untuk itu, hampir semua anak asuh berstatus pelajar. Baik itu di tingkat SD,
SLTP, dan juga SMA/SMK. Selain itu, program harian yang diterapkan di
Panti Asuhan ini seperti halnya sistem sebuah asrama. Dua hal inilah yang

92
membuat yang membuat panti asuhan ini terlihat sedikit berbeda dari Panti
asuhan lainya di kota Bandung.

Sumber Daya Manusia dalam sebuah lembaga pelayanan sosial sangat


dibutuhkan terutama di Panti Asuhan Anak Shaleh. SDM yang terbatas akan
sangat berpengaruh kepada program kerja yang akan dilaksanakan karena
banyak pengurus di Panti Asuhan Anak Shaleh yang mempunyai peran ganda
dalam bekerja. Ketumpang tindih pekerjaan tersebut diakibatkan oleh SDM
yang kurang mencukupi.

Jika melihat dari masih adanya staff yang memiliki double job, maka
praktikan dan pihak-pihak dari lembaga mendiskusikan untuk membuka
volunteer dalam mempermudah pelaksanaan program kerja lembaga. Dalam
hal ini rencana intervensi yang akan dilaksanakan oleh praktikan dan lembaga
adalah membuka volunteer dengan memanfaatkan media sosial yang ada
seperti pada website www.indorelawan.org yang merupakan website untuk
para relawan yang ingin menjadi relawan ataupun lembaga yang akan
mewadahi setiap relawan yang ingin ikut berpastisipasi pada kegiatan
lembaga tersebut.

Adapun pada pelaksanaannya, dengan cara mendaftarkan lembaga


sebagai organisasi resmi dalam website tersebut. Ketika lembaga sudah
terdaftar dalam website tersebut, nantinya akan lebih mudah untuk menambah
SDM dengan merekrut volunteer yang mendaftar ketika terdapat kegiatan
pada lembaga tersebut. Volunteer yang nantinya di rekrut disesuaikan dengan
kebutuhan pada lembaga sehingga akan ada kualifikasi tertentu untuk
volunteer yang diterima.

93
Gambar 3.4 website Indorelawan.org

3.4.4 Fundraising
Pada era globalisasi saat sekarang ini banyak sekali media yang dapat
digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Untuk kegiatan
fundraising pada Panti Asuhan Anak Shaleh ini kita juga dapat
memanfaatkan kecanggihan teknologi yang sudah dapat dijangkau
oleh setiap kalngan. Ada beberapa rekomendasi kegiatan yang
sebaiknya dilaksanakan pada bidang fundraising ataupun budgeting
yang praktikan usulkan kepada Panti Asuhan Anak Shaleh, yaitu :
Memanfaatkan website-website penggalangan dana untuk mendanai
beberapa kegiatan bagi anak asuh pada Panti Asuhan Anak Shaleh
Menyusun proposal pengajuan kebutuhan barang-barang sehari-sehari
anak asuh, seperti alat mandi, obat-obatan, dll ke perusahaan
penghasil barang-barang kebutuhan sehari-hari tersebut
Merancang anggaran dana pada awal periode guna untuk menjadi
bahan pertimbangan pada setiap pengeluaran, dan untuk memudahkan
promosi kepada pihak donator mengenai kebutuhan yang dibutuhkan
dalam setahun.

94
3.4.5 Information System Management
Pencapaian yang dilakukan setelah menganalisis kelebihan dan
kekurangan secara langsung dari Panti Asuhan Anak Shaleh adalah menyusun
perencanaan intervensi pada bagian manajemen sistem informasi. Perencanaan
intervensi kepada lembaga dilakukan dengan melakukan wawancara untuk
mendapatkan data yang akurat guna mendukung manfaat yang tepat bagi
lembaga terkait bidang sistem informasi. Praktikan mendapatkan berbagai
informasi penting dari segi kelebihan maupun kekurang yang dimiliki lembaga
pada bidang sistem informasi. Hasil yang didapat kemudian dianalisis dengan
menggunakan SWOT (Strengh, Weakness, Opportunity, Threat). Berdasarkan
hasil analisis tersebut, intervensi yang direncanakan oleh praktikan dalam
rangka membantu mengembangkan sistem informasi dengan keadaan
kekurangan SDM adalah
1. Menyusun timeline atau jadwal pembaharuan media sosial yang tidak
menyulitkan pengurus, seperti memperbaharui website sebulan sekali
dengan konten yang dirangkum berisikan foto kegiatan dan keterangan
singkat mengenai kegiatan tersebut.
2. Memanfaatkan dengan maksimal media sosial yang dapat diperbaharui
dengan mudah, seperti facebook dan Instagram yang dapat langsung
diperbaharui melalui smartphone saat acara berlangsung atau pasca acara.
3. Membuat grup atau forum komunikasi bagi pengurus panti melalui
Whatsapp atau Line yang dapat membantu untuk mempermudah
penyampaian informasi umum kepada seluruh pengurus panti, selain itu
juga dapat membuat pengurus panti tidak ketinggalan zaman untuk
memanfaatkan teknologi yang ada.

3.5 Proses Terminasi


Praktikan dan pihak lembaga belum melaksanakan terminasi karena ada
beberapa program yang belum terlaksana dan masih dalam tahap perancangan.

95
Rencana terminasi akan dilaksanakan setelah program tersebut selesai
dilaksanakan.

BAB IV

EVALUASI

Setelah diadakannya Praktikum Manajemen Lembaga Pelayanan Sosial ini


diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap lembaga Panti Asuhan Anak
Shaleh mengenai penglolaan lembaga untuk lebih baik lagi ke depannya. Dan
dengan dilaksanakannya praktikum ini diharapkan dapat menghasilkan berbagai
evaluasi bagi Lembaga PAnti Asuhan Anak Shaleh untuk menjalankan
kepengurusan periode selanjutnya.

Dari proses praktikum yang telah dilaksanakan terdapat beberapa hal yang menjadi
rekomendasi dari praktikan untuk lembaga Panti Asuhan Anak Shaleh yang
diharapkan dapat diperbaiki kedepannya

1. Planning
2. Organizing
3. Human Resources Development
4. Fundraising
5. Information System Manangement

Perlu adanya Sumber Daya Manusia yang fokus kepada bidang fundraising
lembaga dan diharapakan dapat menyusun anggaran lalu berusaha untuk mencari
sumber dana lain ke perusahaan, NGO, atau lembaga yang tertarik dengan kegiatan
kemanusiaan yang dilaksanakan oleh Panti Asuhan Anak Shaleh

96
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil assesment dan intervensi yang telah dilakukan selama masa
praktikum, dapat disimpulkan bahwa Panti Asuhan Anak Shaleh sudah memahani
setiap aspek-aspek yang seharusnya ada pada sebuah lembaga. Namun dalam
pelaksanaannya setiap bidang yang dilaksnakan terdapatnya tumpah tindih oleh
satu orang dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Sehingga tujuan yang
diharapakan belum tercapai secara maksimal.

Pada bidang fundraising, Panti Asuhan Anak Shaleh sudah memiliki laporan
keuangan yang dibuat setiap tahunnya. Dan laporan itu diberikan kepada donator
yang telah berdonasi untuk setiap kegiatan yang dilaksanakan. Namun sayangnya
belum ada Rancangan Anggaran Dana yang seharusnya disusun pada awal periode
yang berguna untuk proposal pengajuan pengadaan bantuan terhadap kegiatan-
kegiatan yang nantinya akan dilaksanakan.

Berikut merupakan Kesimpulan dari setiap aspek POHFI :

5.1.1 Planning
Hasil kegiatan praktikum manajemen lembaga di dalam bidang planning
melalui kegiatan assessment mendapatkan suatu kesimpulan tentang belum
dimilikinya perencanaan strategis (Renstra) oleh Panti Asuhan Yayasan Anak
Sholeh menjadi suatu fokus yang ada di lembaga. Belum dimilikinya rencana
strategis jangka pendek dan jangka panjang tentunya akan menjadi masalah bagi
panti seiring panti yang semakin besar. Hasil assessment dianalisis menggunakan
analisis SWOT.

Dalam analisis SWOT, praktikan menggabungkan setiap elemen yang ada di


internal lembaga (strength dan weakness) dengan eksternal lembaga (opportunity
dan threat). Sehingga praktikan menemukan asumsi potensi dan ancaman yang kuat
dalam aspek planning lembaga dari penggabungan tersebut. Pengintegrasian

97
Weakness dan Opportunity menghasilkan kesimpulan bahwa rencana strategis yang
belum terbentuk dapat segera terbentuk dengan baik dikarenakan hasil kerja sama
dengan pekerja sosial dalam pelatihan pertama sudah menghasilkan konsep awal
yang mana nantinya akan merujuk kepada gambaran rencana strategis lembaga,
Prekruitan SDM yang mana merupakan salah satu fokus dapat membangun panti
semakin baik dan besar dikemudian hari apalagi hubungan atau asas kekeluargaan
yang dibangun dapat semakin diperkuat dengan membangun pola profesionalitas
kerja antar karyawan dan tidak terjadinya overlaping job yang mana berdampak.
Rekomendasi yang praktikan susun diatas dirumuskan dalam bentuk kegiatan
perencanaan Strategis Lembaga Panti Asuhan Anak Sholeh dan telah disampaikan
oleh praktikan kepada Ibu Siti sebagai pimpinan Panti Asuhan Anak Sholeh dan
Ibu Maida selaku staff yang sering menangani masalah planning dalam manajemen
lembaga.

5.2. Saran

Setelah terlaksananya praktikum ini, praktikan memberikan beberapa saran


kepada pihak lembaga terkait dengan aspek-aspek pada lembaga tersebut.

Pada bidang fundraising diperlukannya Sumber Daya Manusia yang fokus


terhadap bidang fundraising dan budgeting lembaga.

Saran dari setiap aspek POHFI adalah sebagai berikut :


5.2.1 Planning
Rekomendasi intervensi aspek planning yang untuk kegiatan Perencanaan
Strategis Lembaga Panti Asuhan Anak Sholeh telah disampaikan kepada Ibu Maida
selaku ketua panti. Beliau meyakini bahwa renstra akan menentukan arah
pengembangan lembaga ke depannya. Pihak lembaga mengakui bahwa selama ini
kegiatan panti hanya bersifat spontan tanpa adanya perencanaan dan pembahasan
keputusan yang terarah. Lembaga menyadari bahwa hal tersebut menjadi
kelemahan yang lembaga miliki dan perlunya perubahan sehingga bersama
praktikan dimulainya pengkonsepan renstra. Penyadaran akan hal tersebut muncul

98
dari pemaparan praktikan mengenai analisis SWOT terhadap aspek planning dalam
lembaga. Oleh karena itu, saran untuk aspek planning adalah segera
diselesaikannya rencana strategis jangka panjang dan jangka pendek lembaga agar
lembaga makin menjadi baik.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1
Time Table Praktikum Manajemen Lembaga Panti Asuhan Anak Shaleh
NO KETERANGAN
WAKTU KEGIATAN OUTPUT
. WAKTU
Senin, 25 Perizinan Perkanalan singkat
September secara informal mengenai kesediaan
2017 ke Panti lembaga untuk dijadikan
1.
Asuhan Anak tempat pratikum manajemen
Sholeh lembaga.
Bandung
Rabu, 29 Konfirmasi Pratikan diterima secara
September Perizinan dan resmi oleh Panti Asuhan
2017 perkenalan Anak Sholeh Bandung untuk
umum tentang melakukan proses
2.
Panti Asuhan pembelajaran pratikum
Anak Sholeh manajemen lembaga dan
Bandung menceri tahu informasi
secara umum tentang Panti

99
Asuhan Anak Sholeh
Bandung.
Kamis, 12 Memastikan Menjelaskan ulang maksud
Oktober Status dan tujuan pratikum itu
2017 Perizinan sendiri, dan juga
Praktikum dan mendapatkan gambaran
melakukan umum tentang Panti Asuhan
3. indentifikasi Anak Sholeh Bandung,
POHFI secara aspek POHFI dan sistem
umum. manajemen pemberian
pelayanan sosial yang
dilakukan oleh Panti Asuhan
Anak Sholeh Bandung.
Rabu, 18 Mendapatkan Mencari tahu informasi lebih
Oktober profil Panti detail mengenai
2017 Asuhan Anak kelembagaan Panti Asuhan
Sholeh Anak Sholeh Bandung.
Bandung dan Sekaligus pada waktu itu
berdiskusikan Pratikan mendapatkan
4.
hal tersebut, keinginan maupun harapan
khususnya bahwasannya ingin adanya
pada aspek perubahan profil panti itu
POHFI itu sendiri karena belum
sendiri. diperbaharui semenjak tahun
2015.
Kamis, 9 Mendiskusikan Menggali informasi lebih
November Profil Panti dalam terkait profil panti
2017 Asuhan Anak dan mulai melakukan
Sholeh
assessment kelembagaan
Bandung.
berupa analisi SWOT
5. karena ternyata pengurus
Panti Asuhan Anak Sholeh
Bandung ingin membuat
rancangan startegis dari
pada lembaganya itu sendiri.

Rabu, 15 Pembahasan Agendanya berupa adanya


November aspek POHFI, pembahasan ,mengenai visi,
2017 khususnya misi dan tujuan organisasi
pada aspek
6. Panti Asuhan Anak Sholeh
Planning dan
Organizing Bandung. Sekaligus
kelembagaan mempersiapkan workshop
itu sendiri. pembuatan rancangan

100
startegis dengan melibatkan
seluruh elemen Panti
Asuhan Anak Sholeh
Bandung.

Rabu, 22 Pembahasan Mengenalkan model


Desember tentang renstra rancangan startegis NGO
2017 dan analisis lainnya yang bergerak di
SWOT
bidang kesehatan
kelembagaan
Panti Asuhan reproduksi, mengenalkan
7. Anak Sholeh dan mebimbing dalam
Bandung. melaksanakan analisis
SWOT sebagai acuan dasar
dalam membuat rancangan
startegis.

101

Anda mungkin juga menyukai