LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN MAHASISWA
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN MAHASISWA
TAHUN ANGGARAN 2019
c. NIM : 16010044002
Mengetahui Surabaya,
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
Lampiran ............................................................................................................................21
4
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha yang dilakukan oleh manusia secara sadar dan juga terencana serta terarah
untuk megembangkan potensi dalam diri tiap tiap individu dalamn aspek spriritual,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sera keterampilan dirinya,
masyarakat , bangsa dan negara disebut dengan pendidikan dalam UU No. 20 tahun
2003. Sudah menjadi rahasia umum setiap manusia sangat memerlukan pendidikan
untuk mengembanhkan potensi bawaan yang dimiliki sejak lahir.
Pendidikan bersifat wajib untuk didapatkan oleh setiap individu sejak mereka lahir
kedunia untuk terus meningkatkan aspek spiritual, psikologis dan kemampuan lain yang
dapat dikembangkan secara bertahap. Pendidikan pertama kali didapatkan anak dalam
lingkup keluarga dan masyarakat di lingkungannya. Dengan pernyataan ini dapat diambil
sedikit kesimpulan bahwa pendidikan adalah hal yang wajib didapatkan oleh tiap
individu guna mengembangkan psikologis, intelegensi dan juga pengetahuan anak yang
dimulai pertama kali dalam lingkup keluarganya.
Dukungan sosial menurut Sarafino (1994) memiliki peran yang penting bagi tiap tiap
individu yang ada pada tahap perkembangan, bantuan yang diterima individu dari orang
lain atau kelompok di sekitarnya, sehingga rasa nyaman, dicintai dan dihargai adapat
dirasakan oleh individu disebut dengan dukungan sosial. Dukungan yang dirasakan
(Peceived Operasional ) merupakan konsep dukungan sosial secara operasional.
Menurut Santrock keluarga merupakan komponenn utama dalam membentuk anak
untuk mandiri.
Dukungan yang paling besar di dalam lingkungan rumah adalah bersumber dari
orang tua. Orang tua diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada anak agar dapat
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, menunjukkan luapan perkembangan
emosional nya yang merupakan wujud perkembangan intelegensi anak itu sendiri .
Dukungan sosial yang dibutuhkan anak ini dapat berupa dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental,dukungan informasi atau dukungan dari
kelompok terdekat yaitu keluarga. Tarmidi dan Rambe (2010) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa dukungan sosial dari orang tua dapat diberikan dengan bentuk
6
dukungan positif seperti menghargai hasil belajar anak, memuji sesuatu kecil yang
dilakukan anak dengan benar. Pendapat lain dipaparkan oleh Hurlock (2001) bahwa
penerimaan yang baik dari keluarga , perhatian dan rasa percaya merupakan dukungan
sosial yang dibnutuhkan anak guna meningkatkan kepercayaan diir anka dan nantinya
akan berhubungan dengan perkembangan emosional anak seta intelegensi anak.
Kemampuan tertinggi dari dalam diri makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh
manusia disebut dengan Intelegensi. Kemampuan ini dimiliki oleh individu sejak mereka
lahir dan terus perkembang dengan tempo dan ritme yang berkualitas seiring berjalannya
waktu guna menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang juga terus berkembang.
Menurut Edward Lee Thorndike, kemampuan yang spefesifik yang dipaparkan melalui
perilaku intelegen meru[akam definisi dari intelegensi, Throndike juga mengatakan
bahwa kemampuan intelegensi tiap individu memiliki tingakatan masing-masing,
gtergantung pada banyak sedikitnya Neural Connection dalam diri inidividu tersebut.
Kemampuan intelegensi tiap individu akan berkembang dengan dipengaruhi
berbagai faktor hal yang saling terkait salah satuinya adalah perkembangan emosi.
Perkembangan emosi meliki hubungan dengan keadaan gejolak penyesuaian diri yang
berasal dari dalam diri mahkluk hidup dan melibatkan hampir seluruh aspek dalam diri
individu (Sujiono, 2005).
Kondisi individiu yang mengalami hambatan secara kompleks dalam diirnya, dan
berkenaan pada sistem nenurologisnya kerap disebut dengan Autism. Senada dengan apa
yang dikatan oleh Yuwono (2009:26) bahwa autism mengalami masalah dalam
neurobiologisnya yang sangat kompleks/berat dan panjang meliputi gangguan
ingtelegensi, komunikasi, dan perilaku serta pada spek sensori motorisnya.
Emosi mampu mendorong individu terhadap sesuatu, misal emosi gembira
mendorong untuk tertawa, atau dengan perkataan lain emosi didefinisikan sebagai suatu
keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hamper
keseluruhan diri individu (Sujiono, 2005). Goleman (2003) mengatakan bahwa
pentingnya keterampilan emosional diberikan dalam proses pembelajaran anak karena
hal ini dapat mmemperbaiki nilai prestasi akademis dan kinerja sekolah anak.
Sejauh ini, beberapa pendapat guru yang bertugas di Sekolah Luar Biasa (SLB) Autis
menyatakan bahwa terkadang emosi anak memang tidak karuan, anak dengan tingkat
autis ringan maupun sedang sama sama memiliki emosi yang tidak stabil, terkadang anak
akan marah ataupun menangis dengan sednirinya namun ketika guru memintanya untuk
diam baik dengan cara halus maupun sedikkit tegas maka anak akan menurut . Hal ini
7
lah yang menjadi kejanggalan pada kalangan guru , mengapa anak mampu untuk
menuruti perkataan guru saat emosionalnya sedang tidak karuan , apakah memang benar
adanya bahwa dukungan sosial dan emosional mempengaruhi pola berpikir anak.
Dari beberapa penjelasan diiatas dapat dirujukkan pada kalimat kesimpulan bahwa
kemampuan emosi dan juga dukungan sosial dapat mempengaruhi tingkat intelegensi
pada anak autism. Hal ini tentu akan menjadi kesenjangan sosial dalam masyarakat luas,
terutama bagi orangtua atau guru anak dengan autism, permasalahan inilah yang
dikahwatirkan akan memberikan dampak buruk pada pekembangan intelegensi maupun
pola berpikir anak. Sebab, merujuk pada kesimpulan diatas, dapat dikatakan bahwa
orangtua atau pendidik siswa autism harus mampu mengetahi bagaimana hubungan
antara perkembangan emosional anak dan dukungan sosial dalam tingkat intelegensi
anak.
Berangkat dari polemik masalah yang cukup kompleks dan rumit, tim peneliti
berkmaksud melakukan Penelitian secara deskriptif, dengan mengamati masalah sosial,
gejala sosial dan kekhawatiran lingkungan tentang hubungan perkembangan emosional
dan dukungan sosial terhadap tingkat intelegensi anak dengan autism dengan subjek
penelitian siswa autism di SLB Harapan Bangsa, Gresik.
Tim peneliti sangat memahami bahwa kesalahan dan kekurangan yang ada dalam
penlitian ini tentu ada. Kritik dan saran membangun sangat dibutuhkan bagi tim peneliti
agar tersempurnanya hasil akhir penelitian yang baik dan mampu memberikan informasi
secara factual serta mammpu memberikan gambaran rinci tentang hubungan
perkembangan emosional dan dukungan sosial terhadap tingkat intelegensi anak autis.
B. Fokus Penelitian
C. Batasan Penelitian
Batasan ini berdasarkan latar belakang fokus penelitian dan tujuan untuk menghindari
adanya salah penafsiran judul dan pembahasan tidak keluar dari fokus penelitian.
1. Lokasi penelitian dilakukan di SLB Harapan Bangsa Gresik.
8
2. Penelitian dilakukan terhadap siswa autis dengan tingkatan hambatan ringan dan
sedang serta orang tua, guru, dan teman-teman siswa.
3. Penelitian ini dilakukan di dalam kelas dan di lingkungan luar sekolah, yang mana
mengamati proses pembelajaran siswa serta interaksi dan komunikasi siswa dengan
lingkungan masyarakat.
D. Asumsi Penelitian
Keterkaitan yang terjalin anatara perkembangan emosional dan dukungan sosial dapat
meningkatkan proses berpikir anak autis.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Emosional
Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang
berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Di dalam
perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan
tuntutan sosial di mana mereka berada. Tuntutan sosial yang dimaksud adalah anak dapat
bersosialisasi dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya, dan
cenderung menjadi anak yang mudah bergaul.
Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungan dengan orang lain, baik dengan
teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya. Saat berhubungan dengan
orang lain, terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupan anak yang
dapat membentuk kepribadiannya, dan membentuk perkembangannya menjadi manusia
yang sempurna. Perilaku yang ditunjukkan oleh seorang anak dalam lingkungan sosialnya
sangat dipengaruhi oleh kondisi emosinya. Perkembangan emosi seorang anak sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Suatu hal yang sangat bijak apabila kita mampu
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu perkembangan emosi anak.
Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan
melibatkan hampir keseluruhan diri individu. Emosi juga berfungsi untuk mencapai
pemuasan atau perlindungan diri atau bahkan kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan
dengan lingkungan atau objek tertentu.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa perkembangan sosial anak adalah suatu proses
dalam kehidupan anak untuk berperilaku sesuai dengan norma atau aturan dalam
lingkungan kehidupan anak. Lebih lanjut dikatakan bahwa perkembangan sosio
emosional meliputi perkembangan dalam hal emosi, kepribadian, dan hubungan
interpersonal (Papalia, 2004). Pada tahapawal masa kanak-kanak, perkembangan sosial
emosional berkisar tentang proses sosialisasi, yaitu proses ketika anak mempelajari nilai-
nilai dan perilaku yang diterima dari masyarakat (Dodge, 2002)
B. Dukungan Sosial
C. Proses Berpikir
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak
bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ
tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan
juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti
mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya
dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.
Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara
kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif
baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol http://psikologi.or.id yang
disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari
beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117).
Proses Berpikir atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu :
D. Anak Autis
mereka inginkan bisa saja mereka marah seperti pada anak autis pada SLB Harapan
Bangsa, Gresik.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa anak autis adalah anak yang mengalami
gangguan perkembangan neurobiologis yang sangat komplek/berat dalam kehidupan
yang panjang, yang meliputi gangguan pada aspek perilaku, interaksi social, komunikasi
dan bahasa,serta gangguan emosi dan presepsi sensori bahkan pada aspek motoriknya.
Gejala autis muncul pada usia sebelum 5 tahun.
13
BAB III
A. Tujuan Penelitian
B. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat ditinjau dari segi
teoritis maupun praktis, yaitu:
1. Segi teoritis ,
2. Segi praktis,
a. Bagi guru,
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman baru bagi pendidik atau
guru terkhusus guru yang bertugas di Sekolah Luar Biasa (SLB) Autis tentang hubungan
perkembanagan emosional dan dukungan sosial terhadap proses berpikir anak dengan
hambatan autis sehingga memungkinkan dapat dijadikan guru sebagai bahan dasar atau
patokam dalam memnetukan program pembelajaran, strategi pembalajaran dan lain
sebagainya bagi anak.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi orang tua mengenai
hubungan perkembangan emosional dan dukungan sosial terhadap proses berpikir anak
autis.
14
BAB IV
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data
dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2017:2) bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
A. Desain Penelitian
Pada penelitian menggunakan metode kualitatif yang dapat diperoleh dari sumber
data langsung dengan mementingkan proses daripada hasil. Metode kualitatif lebih
berdasarkan pada sifat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan. Metode
kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah
laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.Berdasarkan
tinjauan pustaka, tim peneliti menyimpulkan bahwa metode ini cocok untuk mengetahui
perkembangan anak autis berdasarkan hubungan antara perkembangan emosional dan
dukungan sosial yang terjadi pada kehidupan sehari hari pada anak autis.
B. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian di SLB Harapan Bangsa, Gresik
yang merupakan salah satu SLB umum dengan kekhususan Autis. Dengan hal ini menjadi
pendukung bagi kelancaran penelitian yang akan dilakukan
untuk data sekunder dapat diambil dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi
sebagai penunjang dari sumber data primer.
E. Instrumen Penelitian
Ibnu Hajar berpendapat bahwa “Instrumen penelitian adalah alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variabel yang berkarakter &
objektif. ”Penyusunan instrumen penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam proses pengumpulan data.
Sesuai dengan penelitian ini instrumen penelitian ini berupa pedoman wawancara
(Kepala sekolah dan guru kelas), dokumentasi (dokumen asesmen, PPI, pendamping anak
ademik, catatan khusus siswa ABK, bukti koordinasi antar tenaga pendidik dan
kependidikan, remidi dan pengayaan), dan pedoman observasi (pelaksanaan pendamping
anak ademik, dan kegiatan saat pembelajaran)
F. Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Nasution (1988)
dalam (Sugiyono, 2015: 245) menyatakan analisis telah mulai sejak merumuskan, dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih
difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Teknik
analisis kualitatif ini menggunakan model interaktif. Model ini memiliki 4 komponen,
yaitu : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Sumber : Analisis data kualitatif model interaktif ( Miles & Huberman) Sugiyono,
(2009:90)
16
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dari berbagai sumber baik primer maupun sekunder sebagai bahan
untuk mendukung penelitian
2. Reduksi data
Proses reduksi merupakan proses pemilihan atu penyaringan dari berbagai sumber data
yang telah terkumpul secara langsung. Data akan dipilih dan disesuaikan secara
struktural selama proses penelitian. Peneliti akan mengklasifikasi data untuk
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Reduksi data akan memudahkan peneliti untuk
fokus terhadap penelitian sehingga terus berlanjut sampai akhir laporan penelitian.
3. Penyajian data
Proses penyajian data ini serangkaian dari hasil reduksi data yang menyajikan gambaran
dari informasi yang diperoleh secara langsung. Peneliti akan menyajikan data secara
mendalam dan relevan dengan menganalisis data yang telah diperoleh.
4. Penarikan kesimpulan
Dari hasil data yang telah diperoleh maka peneliti akan menarik kesimpulan berdasarkan
hasil pengumpulan data dan teori-teori untuk mengetahui sebab akibat dari rumusan
permasalahan yang ada sehingga diperoleh informasi dan data yang valid berdasarkan
penganalisisan yang dilakukan oleh peneliti.
17
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
A. Hasil Penelitian
B. Luaran Penelitian
Tujuan akhir yang menjadi patokan dimana hasil penelitian akan menjadi informasi
dan pertimbanagn serta solusi atas masalah yang diangkagt serta mampu memberikan
pandangan bagi pendiidk tentang program penangana bagi anak autis senada dengan hasil
peneliti nantinya. Luaran dari penelitian ini adalah artikel ilmiah yang nantinya akan
diterbitkan di Jurnal Ilmiah Nasional (www.jurnal.lipi.go.id)
18
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6. Evaluasi √ √
8. Penyusunan Laporan √ √
9. Pembuatan Jurnal √ √ √
19
BAB VII
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
20
DAFTAR PUSTAKA
Lutthfiyah dan Fitrah Muh. 2017. Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: JejakPublisher.
Ellah Siti Chalidah. 2005. Terapi permainan bagi anak yang memerlukan layanan pendidikan
khusus, Source (Sumber) : Dikdasmen Depdiknas
21
JUDUL PENELITIAN:
Tenaga peneliti
Lokasi penelitian
1. SLB Autis Harapan Puri amerta regency D4, Yayasan Pendidikan dan Sosial
Bangsa Gresik Mojo Kopek, Harapan Bangsa
Randegansari, Kec.
Driyorejo, Kabupaten
Gresik, Jawa Timur
61177
22
1 Pengembangan instrumen V
5 Pengumupulan data V
6 Penganalisisan data V
8 Seminar/penulisan artikel/ V
sosialisasi/workshop/semiloka
9 Penyelesaian pertanggungjawaban V
keuangan (SPJ)
10 Finalisasi laporan V
1. Dua dari tiga anggota sedang melaksanakan PPL di berbagai lokasi (Surabaya dan
Medan) yang menjadikan diskusi tidak dapat berjalan dengan lancar.
2. Kurangnya koordinasi antar anggota kelompok
3. Padatnya jadwal dosen pembimbing menjadikan susah berkonsultas.
E. Artikel Jurnal
Pilih jenis kegiatan yang Anda perlukan untuk membantu tim mencapai output yang
dijanjikan.
Beri tanda Cek (√) apabila
No. Kegiatan
Andamembutuhkan
G. Evaluasi Diri
Lingkari jawaban yang menurut Anda paling sesuai (1 – sangat tidak setuju; 2 – tidak setuju;
3 – netral; 4 – setuju; 5 – sangat setuju). Mohon diisi secara jujur. Evaluasi diri ini berguna
sebagai salah satu instrumen pengendalian proses penelitian. Hasil evaluasi diri ini tidak
akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
No Item Jawaban
Evaluasi