Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PEDIATRIK PSIKOLOGI

“KULTUR/BUDAYA MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL


DAN EMOSIONAL”

KELOMPOK 3:

AGUSTINI MELANI 188110117


AURIZAL YULIANDRI 188110002
DIMAS BAGUS HD 188110157
EMILIA SANJAYA 188110186
FIVIE PUJI LOESTARI 188110111
ISRA MULIA RAHMI 188110153
JULIA PUGASARI 188110059
LARAS APRILLIA 188110166
NOVIKA 188110139
NUR AINI 188110229
NUR HEFNI EBRI 188110037
NURUL KHOFIFAH 188110106
RAFIKA NABILA 188110146
PUTRI SHAREFFA 188110104
RIZKY SEPTIANDI 188110226
SITI NURWAHIDENI 188110173
TRI PUTRI MAHARANI 188110017

KELAS 6-O
PENDIDIKAN ILMU PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Asslamau’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pediatrik Psikologi dengan judul ‘Kultur/Budaya
Mempengaruhi Perkembangan Sosial dan Emosional.

Dalam menyusun makalah ini, penulis memperoleh bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu dr. Raihanatu Binqolbi Ruzzain, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah
Pediatrik Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Riau.
2. Teman-teman seperjuangan di dalam kelompok tiga ini yang membantu
mengerjakan makalah Pediatrik Psikologi yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan
makalah ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca umumnya.

Pekanbaru, 1 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAAN

1.1 Latar Belakang Makalah ................................................................................. 4


1.2 Rumusan Makalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Makalah .............................................................................................. 4
1.4 Manfaat Makalah ............................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kultur/Budaya ................................................................................... 5


2.2 Peran Budaya Dalam Perkembangan Anak ................................................... 5
2.3 Variasi Etnis Terhadap Pola Pengasuhan Anak ............................................ 7
2.4 Contoh Variasi Etnis Pada Pola Pengasuhan Anak ........................................ 7
2.5 Faktor Mempengaruhi Kesehatan dan Perkembangan Anak ........................ 8
2.6 Aplikasi Kultur Budaya pada Pediatrik Psikologi .......................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang

Perkembangan sosial emosional seseorang tidak terlepas dari pengaruh kultur atau budaya
tempat orang tersebut tumbuh dan berkembang. Tentunya hal ini merupakan bawaan dari
orang tua, bagaimana cara mereka memilih dan memilah lingkungan yang baik untuk
perkembangan anaknya. Sebab, lingkungan adalah faktor utama dan yang paling penting
dalam mempengaruhi sifat dan kepribadian serta cara berpikir seseorang selama ia
berkembang.

Perkembangan sosio-emosional merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan


sosial. Perkembangan ini dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi dimana manusia meleburkan diri menjadi
kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama. Proses pelaksanaannya yaitu melalui
perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan aspek-aspek
kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan
memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Makalah


Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan pada makalh ini adalah : Apakah
aplikasi dari kultur budaya pada pediatrik psikologi?

1.3 Tujuan Makalah


Berdasarkan rumusan makalah di atas, adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai
peneliti adalah : Untuk mengetahui bagaimana aplikasi dari kultur budaya pada pediatrik
psikologi.

1.4 Manfaat Penelitain


Berdasarkan tujuan makalah di atas, dapat diambil beberapa manfaat dari makalah ini
adalah : Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai aplikasi dari
kultur budaya pada pediatrik psikologi.

BAB II PEMBAHASAN

4
2.1 Konsep Kultur/ Budaya
Budaya mengacu pada keseluruhan cara hidup dari masyarakat atau kelompok
meliputi adat, tradisi, belief (keyakinan), nilai, bahasa, dan produkproduk fisik dari alat
hingga karya seni (Papalia dkk.,2009). Semua tingkah laku tersebut dipelajari dan
diwariskan pada anggota-anggota kelompok masyarakat di budaya tersebut. Dalam
keluarga, nilai-nilai biasanya diwariskan oleh orang tua kepada anak-anaknya.
Budaya secara konstan berubah. Perubahan ini sering terjadi karena adanya kontak
dengan budaya lain. Sebagai contoh, ketika orang Eropa sampai ke tanah Amerika,
mereka segera belajar dari orang asli Indian tentang bagaimana caranya menanam jagung.
Perkembangan komputer dan telekomunikasi semakin makin meningkatkan kontak
budaya (Papalia, dkk., 2009). Budaya adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan
sukar untuk diubah, budaya yang diterapkan di dalam keluarga sangat berpengaruh
kepada perkembangan anak.
Kelompok etnik terdiri dari orang-orang yang dipersatukan oleh keturunan/nenek
moyang, agama, bahasa, dan atau oleh daerah asal, yang menyumbang pada perasaan
berbagi identitas serta berbagi sikap, belief, dan nilai-nilai di antara mereka. (Papalia
dkk., 2009). Kebanyakan kelompok etnik memiliki akar yang sama, di mana mereka atau
nenek moyang mereka berbagi budaya dan hal ini berlanjut mempengaruhi cara hidup
mereka selanjutnya (Papalia dkk, 2009). Pola etnik dan budaya mempengaruhi
perkembangan dalam hal komposisi rumah tangga, sumber-sumber sosial dan ekonomi,
cara anggota-anggotanya bertindak satu sama lain, makanan yang dimakan, permainan
yang anak mainkan, cara anak belajar, seberapa baik anak melakukan hal-hal yang
berhubungan dengan sekolah, pekerjaan yang dipilih orang dewasa, serta cara anggota
keluarga berpikir dan memandang dunia (Parke dalam Papalia dkk., 2009).

2.2 Peranan Budaya Dalam Perkembangan Anak


Budaya adalah alat yang ampuh untuk mempromosikan refleksivitas, dan memperluas
wawasan kita dengan memasukkan pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari anak-anak
dari belahan dunia tempat sebagian besar anak-anak tinggal. Konsep kedudukan
perkembangan kultur dan budaya diperkenalkan sebagai kerangka kerja untuk
mempelajari produksi kesehatan dan perkembangan anak melalui interaksi antara
lingkungan fisik dan sosial kehidupan sehari-hari anak, kebiasaan pengasuhan anak yang
ditentukan secara budaya, dan teori orang tua tentang anak .

5
Budaya adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk diubah, budaya
yang diterapkan di dalam keluarga sangat berpengaruh kepada perkembangan anak.
Perkembangan biasanya terjadi secara bertahap dan saling berhubungan, perkembangan
yang dilakukan di lingkungan sosial berdampak baik dan buruk terhadap tahap
perkembangan anak. Pada perkembangan anak gagasan zona proksimal sangat penting
karena dalam beberapahal dimasa pembelajaran anak harus mendapatkan dukungan dari
luar dan dari aspek lain anak bisa belajar sendiri tanpa ada dukungan dari luar. Saat ini
perkembangan sangat di pengaruhi oleh lingkungan sosial dan ditambah lagi semakin
majunya teknologi yang dapat memberikan kemudahan untuk mengakses informasi
apabila anak-anak tidak diawasi maka akan berakibat fatal untuk perkembangan mereka
kedepan.

Hal yang harus di perhatikan dan menjadi sangat mendasar pada perkembangan
seorang anak adalah budaya yang mereka kembangkan di dalam suatu keluarga dan
biasanya anak yang berkambang di banyak budaya dapat memperoleh pelajaran yang lebih
mendasar tentang lingkungan mereka, lingkungan budaya juga membentuk cara berpikir
dan berprilaku. Dari cara berpikir dan berprilaku tentu sangat mempengaruhi anak dalam
memperhatikan diri sendiri atau hubungan mereka dengan orang lain untuk membentuk
identitas mereka seperti di Negara Eropa barat dan Amerika Utara, anak cenderung
memperhatikan dirinya sendiri “aku bisa mewarnai” atau “aku bisa bernyanyi” sedangkan
di Negara Asian Afrika lebih memperlihatkan ke lingkungan sosisal contohnya seperti
“aku anak hebat” atau “aku adalah pemain gitar” dan lain sebagainya.

Perkembangan yang telah tumbuh di dalam diri seseorang akan terus berkembang
setiap masyarakat meneruskan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan
dengan cara seperti itulah peradaban berlangsung (Sandrock, 2003) Dalam masyarakat
anak-anak berhubungan dengan teman sepergaulan lainnya, terkadang perilaku dan
pergaulan yang salah dapat membawa anak-anak ke arah negatif, sikap egois, sikap ingin
dihargai, dan menunjukkan eksistensi dalam pergaulannya membuat mereka lebih mudah
terjerumus kearah yang tidak di inginkan, semakin bertambahnya usia anak akan
mengalami banyak masalah dan banyak juga pelajaran yang dapat di ambil mereka bisa
berkembang dan mereka dapat menyesuaikan diri pada lingkungan masyarakat sekitar.

2.3 Variasi Etnis Terhadap Pola Pengasuhan Anak

6
Latar belakang etnis, budaya dan kelas sosial dala keluarga sangat berpengaruh dalam
pola pengasuhan anak. Dalam sejumlah isu keluarga, seperti apa seharusnya peran ayah
dan keluarga, sejauh mana sistem-sistem bantuan diberikan kepada keluarga, dan
bagaimana anak-anak seharusnya didisiplinkan. Walaupun terdapat variasi lintas budaya
dalam pengasuhan (Whiting & Edwards, 1988), dalam suatu studi tentang perilaku
pengasuhan pada 186 kebudayaan di seluruh dunia, pola yang paling umum ialah suatu
pola yang hangat dan meengendalikan, suatu gaya yang bukan permisif maupun Restrikrif
(Rohner & Rohner. 1981).
Perkembangan sosial yang sehat bagi anak-anak dan remaja paling efektif dilakukan
melalui kasih sayang dan sekurang-kurangnya beberapa kontrol pengasuhan yang
moderat. Beberapa aspek kehidupan keluarga dapat membantu melindungi anak-anak
minoritas etnis dari pola-pola ketidakadilansosial (Spencer & Dornbusch, 1990).
Masyarakat dan keluarga dapat menyaring pesan-pesan rasis yang merusak orang tua
dapat memberi kerangka acuan alternatif dari yang diberikan oleh mayoritas, serta orang
tua dapat memberi model-model peran dan dorongan yang kompeten (Bowman &
Howard, 1985; ]ones, 1990).

2.4 Contoh Variasi Etnis Pada Pola Pengasuhan Anak

Koentjaraningrat (1994) membedakan etnis Jawa menjadi lima subkultur; dua


diantara- nya adalah Jawa Negarigung dan Jawa Mancanegari. Kedua subkultur ini
memegang prinsip harmonis atau kerukunan, meskipun Jawa Mancanegari lebih terus
terang dan terbuka dalam mengekspresikan pendapatnya dibanding Jawa Negarigung
(Sartini, 2009; Sutarto, 2004). Masya- rakat Jawa Negarigung lebih mengutamakan sikap
dan perilaku unggah-ungguh, sedangkan Jawa Mancanegari lebih mementingkan kualitas
hubungan dalam berelasi. Di sisi lain, masyarakat Minangkabau mengutamakan
keterikatan interpersonal dalam hal pertimbangan pihak ketiga (alim ulama, cerdik
pandai, dan ninik mamak) (Nashori dkk., 2020).

Pada masyarakat Minangkabau, pola asuh orang tua menekankan pada rasa saling
menghargai dan sopan santun kepada orang yang lebih tua. Sopan santun ini berkaitan
dengan rasa malu dan kontrol sosial yang ada di dalam masyarakat (Röttger-Rössler dkk.,
2013). Saling menghargai bertujuan agar tercapai keharmonisan dalam pergaulan. Adat
menyebutkan “nan tuo dihormati, samo gadang baok bakawan, nan ketek disayangi” yang

7
berarti yang tua dihormati, sesama saling berkawan, yang muda disayangi (Amir, 2011;
Diradjo, 2015).

Masyarakat Minangkabau juga dikenal sebagai masyarakat yang ekspresif dalam ber-
pendapat, berani untuk tampil beda, serta demokratis atau terbuka terhadap ide dan opini
baru selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar agama Islam (Röttger-Rössler dkk.,
2013). Dalam mengambil keputusan, cara yang diutama- kan umumnya adalah konsensus
dan mufakat atau “bulek kato dek mufakat” yang mana dalam Bahasa Indonesia “bulat
kata karena mufakat” (Chandra, 2004). Anak diberi kesempatan untuk menjadi kritis dan
berani mengambil keputusan, serta bertanggung jawab atasnya. Pendidikan menjadi hal
yang penting bagi masyarakat Minangkabau.

Dari penjabaran di atas, terlihat nilai kolektivisme dan individualisme dihayati secara
padu oleh masyarakat urban (Kuntoro dkk., 2017; Rau dkk., 2003) serta masyarakat
Minangkabau dan Jawa tradisional (rural). Kedua nilai budaya ini nyatanya tidak dihayati
secara eksklusif oleh masyarakat rural maupun urban di Indonesia; tidak selalu budaya
kolektivisme menjadi milik masyarakat rural saja, dan budaya individualisme hanya milik
masyarakat urban. Oleh sebab itu, perlu dipahami bahwa perbandingan kolektivisme dan
individualisme pada masyarakat urban dan rural dapat bervariasi antar budaya, yang
mengakibatkan munculnya perbedaan praktek pengasuhan yang mendominasi antar
masyara- kat dengan budaya berbeda.

2.5 Faktor Mempengaruhi Kesehatan dan Perkembangan Anak

Dalam sistem Kultur atau Budaya, lingkungan adalah faktor utama yang
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Namun, faktor genetik juga
merupakan penentu kesehatan anak ari lahir hingga ia dewasa. Karena biasanya, genetik
menentukan apakah anak akan terlahir sehat atau memiliki kekurangan atau kecacatan.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai faktor lingkungan sebagai pengaruh utama
kesehatan dan perkembangan anak:

 Faktor lingkungan

8
1) Lingkungan Pranatal : Faktor pranatal yang mempengaruhi, antara lain: gizi ibu saat
hamil, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress/psikologis ibu,
imunitas, anoksia embrio.

2) Lingkungan Perinatal : Masa perinatal yaitu masa antar 28 minggu dalam kandungan
hingga 7 hari setelah melahirkan. Periode perinatal merupakan masa rawan dalam proses
tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.

 Lingkungan Pascanatal

1) Faktor biologis : Faktor biologis terdiri dari;

a. Ras/suku bangsa, pertumbuhan somatik dipengaruhi oleh ras/suku bangsa.


Bangsa/ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatik lebih tinggi daripada bangsa
Asia.

b. Jenis kelamin, dikatakan bahwa anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan
anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti penyebabnya. Pertumbuhan
fisik dan gerak berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki lebih
aktif bila dibandingkan dengan anak perempuan. Sebuah penelitian menyatakan
bahwa anak laki-laki mempunyai peluang hingga 4 kali lebih besar untuk mengalami
keterlambatan perkembangan dibandingkan anak perempuan.

c. Umur, umur yang paling rawan adalah umur satu tahun pertama, karena pada
masa itu anak sangat rentan terhadap penyakit dan sering terjadi kurang gizi.

d. Gizi, untuk melaksanakan perkembangan diperlukan zat makanan yang adekuat.


Gizi yang buruk akan berdampak pada keterlambatan perkembangan.

e. Perawatan kesehatan, perawatan kesehatan mencakup pemeriksaan kesehatan,


imunisasi, skrining dan deteksi dini gangguan tumbuh kembang, stimulasi dini, serta
pemantauan tumbuh kembang.

f. Kerentanan terhadap penyakit, kerentanan terhadap penyakit dapat dikurangi


antara lain dengan memberikan gizi yang baik, meningkatkan sanitasi, dan
memberikan imunisasi.

9
g. Kondisi kesehatan kronis, yakni keadaan yang perlu perawatan terus menerus,
tidak hanya penyakit tetapi juga kelainan perkembangan. Anak dengan kondisi
kesehatan kronis sering mengalami gangguan tumbuh kembang dan gangguan
pendidikannya.

h. Fungsi metabolisme, terdapat perbedaan proses metabolisme yang mendasar


diantara berbagai jenjang umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrient harus
didasari atas perhitungan yang tepat atau memadai sesuai tahapan umur.

i. Hormon, hormon-hormon yang seks, insulin, Insulin-like growth factors (IGFs),


dan hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal.

2.6 Aplikasi Kultur Budaya pada Pediatrik Psikologi

Budaya adalah alat yang ampuh untuk mempromosikan refleksivitas, dan memperluas
wawasan kita dengan memasukkan pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari anak-anak
dari belahan dunia tempat sebagian besar anak-anak tinggal. Konsep kedudukan
perkembangan kultur dan budaya diperkenalkan sebagai kerangka kerja untuk
mempelajari produksi kesehatan dan perkembangan anak melalui interaksi antara
lingkungan fisik dan sosial kehidupan sehari-hari anak, kebiasaan pengasuhan anak yang
ditentukan secara budaya, dan teori orang tua tentang anak .

Sebagaimana budaya adalah faktor penentu bagaimana seorang anak akn berperilaku,
maka budaya pula juga merupakan sebagai dampak dari hasil perilaku yang dikeluarkan
oleh seorang anak. Karena seorang manusia bekerja dan berinteraksi pada lingkungan,
maka lingkungan pula yang menjadi wadah atau media bagi fungsi perkembanagn,
kognitif, sosial, dan emosional seseorang.

Cara kultur dan budaya mempengaruhi fungsi di atas adalah dengan bagaimana
pilihan lingkungan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk perkembangan
mereka. Seperti budaya Minangkabau yang sudah dijelaskan di atas. Dimana anak diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Serta anak juga dituntut untuk menghargai orang dewasa sebagaimana pada prinsip
masyarakat Minangkabau adalah ‘yang tua dihormati, sesama saling berkawan, yang

10
muda disayangi’. Dari hal ini, anakpun dapat menjadi pribadi yang disiplin dan mampu
bersosialisasi dengan baik terhadap lingkungannya.

Mengenai kesehatan anak dalam kaitannya dengan kultur budaya adalah, sebagai
contoh ketika sebuah keluarga tinggal atau memiliki budaya dimana lingkungan mereka
berada di daerah terpencil sehingga pasokan makanan tidak begitu banyak. Maka cara
satu-satunya adalah memakan apa yang ada di sekitar mereka. Hal ini pun menjadi
dampak bagi kesehatan anak dimana anak bisa terkena kekurangan gizi karena belum
tentu makanan yang terdapat disekitarnya dapat memenuhi 4 sehat dan 5 sempurna.
Sehingga kesehatan anak tidak begitu terjamin. Dan juga kebanyakan dari anak yang
berasal dari daerah terpencil, mereka ketika datang ke kota besar akan menjadi penakut
dan pemalu karena tidak terbiasa dengan lingkunganbaru. Bahkan juga terdapat anak yang
‘dibully’ oleh teman-temannya karena terlihat berbeda dari yang lain. Sehingga menjadi
trauma bagi anak tersebut.

Maka dari itu, perlu adanya pilihan lingkungan yang baik oelh orang tua untuk
anaknya agar perkembanagn akanya tetap terjaga dan stabil serta menumbuhkan anak
yang sehat baik secara mental maupun fisik. Karena budaya sngat-sangat mempengaruhi
bagaimana cara seseorang berperilaku ketika dewasa dan bagaimana kesehatan mental
mereka di kemudian hari.

11
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Budaya adalah alat yang ampuh untuk mempromosikan refleksivitas, dan memperluas
wawasan kita dengan memasukkan pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari anak-anak
dari belahan dunia tempat sebagian besar anak-anak tinggal. Konsep kedudukan
perkembangan kultur dan budaya diperkenalkan sebagai kerangka kerja untuk
mempelajari produksi kesehatan dan perkembangan anak melalui interaksi antara
lingkungan fisik dan sosial kehidupan sehari-hari anak, kebiasaan pengasuhan anak yang
ditentukan secara budaya, dan teori orang tua tentang anak .

Perkembangan sosial yang sehat bagi anak-anak dan remaja paling efektif dilakukan
melalui kasih sayang dan sekurang-kurangnya beberapa kontrol pengasuhan yang
moderat. Beberapa aspek kehidupan keluarga dapat membantu melindungi anak-anak
minoritas etnis dari pola-pola ketidakadilansosial (Spencer & Dornbusch, 1990).

Dalam sistem Kultur atau Budaya, lingkungan adalah faktor utama yang
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Namun, faktor genetik juga
merupakan penentu kesehatan anak ari lahir hingga ia dewasa. Karena biasanya, genetik
menentukan apakah anak akan terlahir sehat atau memiliki kekurangan atau kecacatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Susanti, R. D. (2015). Hubungan Pola Asuh dengan Perkembangan Sosio Emosional


Pada Masa Kanak-kanak Awal. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul
Athfal, 3(2), 246-263.

Nurmalitasari, F. (2015). Perkembangan sosial emosi pada anak usia


prasekolah. Buletin Psikologi, 23(2), 103-111.

Hildayani, R., Psi, S., & Si, M. (2014). Perkembangan Manusia. Psikologi


Perkembangan Anak

13

Anda mungkin juga menyukai