Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ANALISIS SOSIALISASI

Aturan Penting yang Diajarkan dalam Keluarga dan Peer-grup

Disusun oleh :

Kelompok 10

Cherry Indahsyawal (0802521232)

Firda Chaerunnisa Fuad (0802521062)

Nadiya Ivanda Puteri (0802521135)

Salsabila (0802521185)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POITIK

UNIVERSITAS AL-AZHAR INDONESIA JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Makalah Analisis Sosialisasi" dengan
tepat waktu.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sosia
l dan Ilmu Politik. Makalah ini juga bertujuan menambah wawasan tentang norm
a-norma/aturan-aturan dalam keluarga dan peer-group bagi para pembaca dan jug
a kami, selaku penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nurul Robbi Sepang selaku dosen


Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Ucapan terima kasih juga ka
mi sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 05 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 SOSIALISASI................................................................................................1
1.2 PEMIKIRAN MEAD.....................................................................................1
1.3 PEMIKIRAN COOLEY.................................................................................1
1.4 AGEN SOSIALISASI....................................................................................2
1.5 KESEPADANAN PESAN AGEN SOSIALISASI BERLAINAN...............2
1.6 SOSIALISASI PRIMER DAN SEKUNDER................................................2
1.7 POLA SOSIALISASI....................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
ISI PAPER...............................................................................................................3
2.1 NARASI CHERRY INDAHSYAWAL.........................................................3
2.2 NARASI FIRDA CHAERUNNISA FUAD...................................................4
2.3 NARASI NADIYA IVANDA PUTERI.........................................................5
2.4 NARASI SALSABILA..................................................................................5
BAB III....................................................................................................................7
ANALISA................................................................................................................7
3.1 ANALISIS NARASI CHERRY INDAHSYAWAL......................................7
3.2 ANALISIS NARASI FIRDA CHAERUNNISA FUAD...............................7
3.3 ANALISIS NARASI NADIYA IVANDA PUTERI.....................................8
3.4 ANALISIS NARASI SALSABILA...............................................................8
BAB IV....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
4. 1 Kesimpulan....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 SOSIALISASI
Sosialisasi merupakan suatu konsep umum yang bisa dimaknai sebagai sebuah
proses di mana manusia belajar melalui interaksi dengan manusia lainnya, tentang
cara berpikir, merasakan, dan bertindak, dimana semuanya itu merupakan hal-hal
yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.

Keseluruhan kebiasaan yang dipunyai manusia di bidang ekonomi, kekeluargaan,


pendidikan, agama, politik, dan sebagainya harus dipelajari oleh setiap anggota
baru masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan Sosialisasi (socialization).
Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be
a participant member of society” (Berger, 1978:116). Definisi ini disajikannya
dalam suatu pokok bahasan berjudul soecity in man; dari sini tergambar
pandangan bahwa melalui sosialisasi masyarakat dimasukkan ke dalam manusia.1

1.2 PEMIKIRAN MEAD


Menurut Mead pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui beberapa
tahap. Pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar
mengambil peran orang yang berada di sekitarnya. Pada tahap game stage
seseorang anak tidak hanya telah mengetahui peran yang harus dijalankannya,
tetapi telah pula mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain dengan
siapa ia berinteraksi. Ayah dan Ibu adalah orang penting pada tahap awal proses
sosialisasi, proses ini dinamakan significant others. Pada tahap ketiga sosialisasi,
seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang
lain dalam masyarakat, mampu mengambil peran adalah generalized others.2

1.3 PEMIKIRAN COOLEY


Menurut Cooley konsep diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan
orang lain. Diri yang berkembang melalui interasksi dengan orang lain ini oleh
Cooley diberi nama looking glass self, yang menurutnya terbentuk melalui tiga
tahap. Karena kemampuan seseorang untuk berperan sebagai anggota masyarakat
tergantung pada sosialisasi. Oleh karena itu seseorang yang tidak mengalami
sosialisasi tidak dapat berinteraksi dengan orang lain.3

1
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, edisi revisi. (Jakarta: Lembaga Penerbitan Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004), hlm 21
2
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, edisi revisi. (Jakarta: Lembaga Penerbitan Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004), hlm 22
3
Ibid, hlm 23
1.4 AGEN SOSIALISASI
Fuller dan Jacobs (1973:168–208) mengidentifikasi empat agen sosialisasi utama :
keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.4

1.5 KESEPADANAN PESAN AGEN SOSIALISASI BERLAINAN


Pesan-pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi yang berlainan tidak
selamanya sepadan satu sama lain. Apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh
agen sosialisasi dalam masyarakat sepadan dan tidak bertentangan melainkan
saling mendukung maka proses sosialisasi diharapkan dapat berjalan relatif lancar.
5

1.6 SOSIALISASI PRIMER DAN SEKUNDER


Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia.
Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani oleh individu dalam
suatu lembaga masyarakat. Adapun lembaga masyarakat yang dimaksud adalah
keluarga.6 Selanjutnya, sosialisasi sekunder (secondary socialization). Sosialisasi
antisipatoris merupakn suatu bentuk sosialisasi sekunder yang mempersiapkan
seseorang untuk peran yang baru.7
1.7 POLA SOSIALISASI
Pola pertama sosialisasi represif, yaitu penekanan pada penggunaan hukuman
terhadap kesalahan. Pola kedua, sosialisasi partisipatoris (participatory sociali-
zation), yaitu pola yang di dalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku
baik.8

4
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, edisi revisi. (Jakarta: Lembaga Penerbitan Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004), hlm 24
5
Ibid, hlm 28
6
Shulfi Ana Helmi, “Apa yang Dimaksud Sosialisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder?”
(https://tirto.id/apa-yang-dimaksud-sosialisasi-primer-dan-sosialisasi-sekunder-gdkU, Diakses
pada 6 Oktober 2021, 14:01)
7
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, edisi revisi. (Jakarta: Lembaga Penerbitan Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004), hlm 29
8
Ibid, hlm 31

2
BAB II

ISI PAPER

2.1 NARASI CHERRY INDAHSYAWAL


Perkenalkan nama saya Cherry Indahsyawal, saya lahir di Jakarta 26 November
2003, saya adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Saya lahir di keluarga yang
cukup religius kalau soal agama, karena notaben nya ibu saya bergelar Hj. jadi
cukup mengedepankan ilmu ber agama.

Ditambah saya di kelilingi orang-orang yang mengerti akan ilmu agama jadi
alhamdulillah banyak yang menuntun saya ke jalan yang lurus. Jadi norma- norma
penting yang diajarkan mama saya yang paling utama adalah Sholat 5 waktu,
tidak ada toleran apapun, walaupun sedang perjalanan jauh ataupun sedang
keadaan sesulit apapun diusahakan mem prioritas kan sholat. Karena notaben nya
dari kecil sudah tertanam mindset untuk selalu sholat dimana pun dan kapan pun
saya jadi lebih terbiasa untuk sholat bahkan ketika saya tidak sholat malah
menjadi beban yang sangat mengganjal.

Gambar 1.1 saya dan teman-teman saya yang sedang solat ashar ketika study tour SMA

Alasan mengapa Sholat sangat penting bagi ajaran keluarga saya karena mama
saya selalu mengingatkan bahwa tiang agama kita adalah Sholat, jika kita tidak
Sholat maka tiang agama kita otomatis akan hancur seketika.Perumpamaan saja
jika ada sebuah gedung yang mempunyai tiang-tiang yang kokoh, terus rubuh
seketika maka seluruh bangunan pasti akan roboh dan hancur. Apa yang terjadi
ketika tiang agama kita hancur? Pastinya iman kita turun dan menjadi jauh dengan
Tuhan kita. Maka dari itu sholat sangat penting hukumnya di dalam keluarga saya.

Menurut saya norma yang di ajarkan oleh orang tua saya sejalan dengan apa yang
saya terapkan saat ini, karena saya merasa itu norma yang baik dan membawa
saya ke arah yang baik dan positif. Jadi saya sepakat kalau norma ini dianggap
norma atau nilai yang menjadi pedoman atau tolak ukur di keluarga saya.

3
2.2 NARASI FIRDA CHAERUNNISA FUAD
Saya melakukan tahapan proses sosialisasi dari saat saya balita, kanak-kanak,
hingga menjadi anggota masyarakat. Ketika saya balita saya belum mengetahui
bagaiman cara makan, mandi, berpakaian, dan lain sebagainya, tetapi orang tua
saya mengajarkan itu semua dengan memberi contoh cara kerjanya kepada saya
sehingga saya dapat terbiasa melakukannya sendiri. Sebelum diajarkan oleh orang
tua saya cara makan yang benar, saya selalu menggunakan tangan kiri untuk
memegang makanan, tidak baca doa terlebih dahulu, tidak mencuci tangan, makan
sambil berbicara, makan sambil berdiri, tetapi setelah orang tua saya mengajarkan
adab makan yang benar, saya menjadi mengerti dan terbiasa bagaimana adab
makan itu dilaksanakan.

Beranjak kanak-kanak saya mendapat banyak sekali pelajaran yang


diberikan orang tua kepada saya mulai dari pendidikan, emosional, kemandirian,
moral, hingga rutinitas kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya yaitu saya
diajarkan untuk selalu berdoa sebelum makan dan minum, tidak berpergian pada
saat malam hari, mengucapkan kata permisi pada saat melewati orang yang lebih
tua maupun sebaliknya, bersalaman kepada orang tua setelah sholat maupun
setelah pulang dari kegiatan di luar rumah, selain itu orang tua saya juga
menanamkan sifat percaya diri kepada saya.

Ketika saya memasuki awal pendidikan tepatnya pada saat Taman Kanak-Kanak
kami siswa dan siswi diberi perintah oleh guru untuk memberitahukan cita-cita
kami, pada saat itu saya menjawab bahwa saya ingin menjadi seorang dokter,
alasan saya ingin menjadi dokter supaya bisa membantu mengobati orang-orang
sakit yang tidak mempunyai biaya maupun yang mampu. Sejak pertanyaan itu
saya minta dibelikan mainan dokter-dokteran kepada kedua orang tua saya, untuk
mendalami peran sebagai seorang dokter orang tua saya mengajari bagaimana
cara menggunakan mainan tersebut. Setelah paham saya mengajak teman-teman
saya untuk bermain peran bagaimana tenaga medis bekerja, di sini teman saya ada
yang berperan sebagai seorang pasien, suster, dan juga apoteker.

Gambar 1.2 Mainan dokter-dokteran ketika saya kecil

4
2.3 NARASI NADIYA IVANDA PUTERI
Setiap keluarga pasti memiliki aturan-aturan atau nilai-nilai yang berlaku untuk
mengharmoniskan keluarganya. Dalam keluarga saya sangat penting untuk
memberi kabar ada dimana, dengan siapa, dan ada urusan apa, baik secara
langsung maupun meninggalkan pesan di grup chat keluarga. Awalnya saya
merasa aturan ini semata-mata hanya untuk memudahkan orang tua saya dalam
mengawasi anak-anaknya saat jauh dari pantauan mereka. Namun, semakin
dewasa saya merasa bentuk komunikasi seperti ini justru memberikan ruang aman
bagi saya. Waktu itu, ketika saya sedang bepergian bersama teman-teman saya,
saya sempat tidak menyadari bahwa HP saya lowbat. Karena sebelumnya saya
sudah mengabari kalau saya bersama teman-teman saya, orang tua saya mencoba
menghubungi saya melalui teman-teman saya. Setelah saya beritahu kondisi HP
saya, ibu saya menghela nafas dan mensyukuri karena tidak terjadi hal-hal yang
dikhawatirkannya. Disitu saya merasa bahwa ibu saya sangat mengkhawatirkan
saya dan berusaha menjaga saya.

Dilingkungan pertemanan saya, saat ingin berkumpul, izin orang tua menjadi restu
nomor satu. Saat salah satu tidak diizinkan untuk keluar rumah oleh orang tuanya,
teman yang lain tidak akan memaksakannya untuk ikut pergi keluar. Di
lingkungan pertemanan saya mengabari satu sama lain juga menjadi hal penting.
Misalnya, ketika saya pulang, teman-teman saya akan mengatakan, “kalo udah
sampe kabarin!” Sayapun memberikan kabar sesampainya di rumah.

Gambar 1.3 Pesan mengabari Gambar 1.4 Pesan Gambar 1.5 Pesan mengabari
anggota keluarga mengabari ketika diizinkan teman

2.4 NARASI SALSABILA


Perkenalkan nama saya Salsabila, lahir pada tanggal 5 Februari 2003 tepatnya di
Bukittinggi, Sumatera Barat. Saya anak kedua dari 2 bersaudara. Saya lahir dari
keluarga yang sejak kecil sudah menanamkan nilai religious yaitu beribadah
kepada Allah SWT agar kita tidak lupa bersyukur atas segala nikmat yang sudah
diberikan, kedisiplinan, sopan santun, tanggungjawab, dan mandiri.

Dirumah kami sekeluarga selalu menerapkan makan malam bersama dan berbagi
cerita hari yang sudah kita lalui untuk tetap menjaga komunikasi antar keluarga.
Saya juga sangat terbuka kepada orang tua saya, jika saya cerita telah melakukan

5
kesalahan saya tidak akan dimarahi tetapi dikasih nasihat dan diberi pengertian.
Salah satu hal yang ditanamkan oleh orangtua saya adalah tidak membangunkan
saya untuk berangkat sekolah di pagi hari karena dari awal sudah diajarkan sifat
tanggungjawab atas kewajiban, serta kesadaran diri sendiri.

Disekolah pun saya menerapkan nilai-nilai yang sudah diajarkan orangtua saya,
salah satu contohnya adalah bertanggung jawab mengumpulkan tugas yang
diberikan guru/dosen dengan tepat waktu. Saya juga mempunyai kelompok
belajar yang berfungsi untuk bertukar pikiran/pendapat sehingga pemahaman
yang didapat menjadi lebih luas.

Gambar 1.7 Kelompok belajar saya saat


SMA

6
BAB III

ANALISA

3.1 ANALISIS NARASI CHERRY INDAHSYAWAL

Dari yang sudah saya paparkan diatas keluarga adalah Agen Sosialisasi pertama
saya yaitu mama saya. Karena menurut Gertrude Jaeger (1977) mengemukakan
bahwa peran sosialisasi pada tahap awal ini adalah keluarga, maka dari itu saya
sangat bergantung pada pola pikir orang tua saya yang religius. Dan saya juga
melewati masa Play Stage yaitu proses melalui yang mana seorang anak kecil
mulai belajar mengambil peran orang yang berada di sekitarnya (Mead), karena
saya melihat orang-orang di sekitar saya yang rajin Sholat jadi saya sedari kecil
mulai mencontoh atau mengambil peran orang yang di sekitar saya yaitu keluarga
saya.

3.2 ANALISIS NARASI FIRDA CHAERUNNISA FUAD

Pada narasi yang saya paparkan dapat dilihat bahwa sosialisasi pertama kali kita
lakukan di dalam lingkungan keluarga. Dimana kita diajarkan oleh kedua orang
tua mulai dari norma, pendidikan, emosional, kemandirian, dan rutinitas yang kita
lakukan sehari-hari adalah tiruan apa yang orang tua kita lakukan. Narasi ini
sesuai dengan definisi yang di sampaikan Barger bahwa “sosialisasi sebagai
proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat” (Barger, 1978:116). Sosialisasi ini termasuk
kedalam sosialisasi primer.

Menurut Mead pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui


beberapa tahap—tahap play stage, tahap games stage, dan tahap generlized other.
Dalam narasi saya termasuk ke dalam tahapan game stage seorang anak tidak
hanya mengetahui peran yang harus dijalankannya, tetapi telah mengetahui peran
yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi, contoh yang
diajukan pada narasi diatas ketika saya berperan sebagai seorang dokter bersama
teman-teman saya, di sana saya tidak hanya mengetahui apa yang diharapkan
orang lain darinya, tetapi juga apa yang diharapkan orang lain yang ikut bermain
dalam hal tersebut. Di kala bermain sebagai seorang dokter dalam peran tenaga
medis, misalnya, saya mengetahui peran-peran yang dijalankan oleh teman-teman
saya sebagai apoteker, suster, dan juga pasien.

Contoh kedua ketika saya mulai belajar mengambil peran yang dijalankan
oleh orang tua, dengan meniru peran apa yang dijalankan orang tua saya, agar
saya dapat mengetahui cara makan dengan baik sesuai adabnya, pelajaran yang
dapat diambil yaitu, ketika makan menggunakan tangan kanan, tidak berbicara
pada saat makan, mencuci tangan terlebih dahulu, makan sambil duduk, dan

7
membaca doa sebelum dan setelah makan. Di sini saya telah mengetahui maksud
dari orang tua saya mengajarkan hal tersebut supaya saya menjadi orang yang
memiliki aturan-aturan dalam kehidupan.

3.3 ANALISIS NARASI NADIYA IVANDA PUTERI

Meminta izin orang tua dan mengabari satu sama lain dalam lingkup keluarga dan
pertemanan saya memiliki pengaruh besar bagi saya, diantaranya dapat
mengurangi kekhawatiran satu sama lain, menambah rasa percaya, menciptakan
rasa aman dan tentunya mampu mempererat hubungan yang saling memberi
kabar. Narasi ini termasuk ke dalam tipe sosialisasi informal, dimana saya
memperoleh pengajaran dari pihak keluarga dan teman-teman saya. Dalam narasi
ini aturan di lingkup pertemanan mendukung adanya sosialisasi di lingkup
keluarga, sehingga dapat dikatakan sosialisasi dari kedua agen ini sepadan dan
tidak bertentangan.

3.4 ANALISIS NARASI SALSABILA

Sejak saya lahir kedua orang tua saya menjadi agen sosialisasi pertama saya.
Banyak hal-hal yang diajarkan oleh orang tua saya. Seperti kata teori George
Herbert Mead, sejak baru lahir saya mempunyai diri. Diri saya berkembang secara
bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lainnya. Saya mampu
berinteraksi dengan teman kelompok belajar saya berarti telah mengerti peran
sendiri serta peran orang lain yang dinamakan sebagai Generalized Others.

Mempunyai kelompok belajar membuat diri berkembang mempunyai interaksi


dengan orang lain dinamakan looking-glass self. Norma-norma yang diajarkan
keluarga saya sangat lah penting untuk masa depan saya agar mengerti peranan
orang lain dan tidak salah untuk menyikapinya. Nilai, aturan, dan norma yang
sudah dibuat oleh keluarga saya sangat lah sejalan karena untuk mencapai
peraturan tersebut diadakan dengan cara mufakat.

8
BAB IV

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

Berdasarkan narasi tiap individu dapat disimpulkan setiap lingkungan memiliki


aturan masing-masing. Aturan yang ada dalam suatu lingkungan tersebut tentunya
menjadi dasar sosialisasi bagi kita yang ada di lingkungan tersebut. Hal itu
tentunya memiliki tujuan yang baik untuk kepentingan bersama. Dari narasi
tersebut aturan yang ada dalam setiap lingkungan juga menjadikan bekal bagi
mereka untuk mempraktikannya di lingkungan yang lain, tentunya jika aturan
tersebut saling mendukung atau sepadan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi, edisi revisi. Lembaga penerbitan F


akultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Helmi, Shulfi Ana. 2021. “Apa yang Dimaksud Sosialisasi Primer dan Sosialisasi
Sekunder?” https://tirto.id/apa-yang-dimaksud-sosialisasi-primer-dan-sosialisasi-s
ekunder-gdkU, diakses pada 6 Oktober 2021 pukul 14.01.

10

Anda mungkin juga menyukai