Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANUSIA KERAGAMAN DAN KESETARAAN

Disusun oleh :

Muhammad Lintang Herlambang

2010020067

Kelas 4A Nonreg Sistem Informasi Banjarbaru

Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

Dosen Pengampu : Bambang P, S.Pd.,MM

JURUSAN SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMASI
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL
BANJARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin
dan kekuatan kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Manusia, Keragaman dan Kesetaraan”.

Meskipun banyak hambatan yang saya alami dalam proses pengerjaannya,


tetapi saya berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa saya
sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing saya, yang telah membantu dan
membimbing dalam mengerjakan makalah ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang


juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini. Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan kepada
masyarakat dari hasil makalah ini.

Karena itu saya berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

14 April 2021

Muhammad Lintang Herlambang

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

2.1 Unsur-Unsur Keragaman.....................................................................................3

2.2 Hakikat Keseragaman dan Kesetaraan Manusia..................................................4

2.3 Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat..............................................................6

2.4 Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial...................................................................7

2.5 Peranan Pemerintah, Masyarakat dan Keluarga dalam Perkembangan Anak


yang berasal dari Keluarga Miskin....................................................................11

BAB III PENUTUP...................................................................................................14

3.1 Kesimpulan........................................................................................................14

3.2 Saran..................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Ilmu Sosial dan Budaya Dasar adalah cabang ilmu pengetahuan yang
merupakan integrasi dari dua ilmu lainnya, yaitu ilmu sosial yang juga merupakan
sosiologi (sosio:sosial, logos: ilmu) dan ilmu budaya yang merupakan salah satu
cabang dari ilmu sosial (Antropologi, Anthropos: Manusia; Logos: Ilmu). •
Pengertian lebih lanjut tentang ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang
menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi masalah-masalah sosial,
sedangkan ilmu budaya adalah ilmu yang termasuk dalam pengetahuan budaya,
mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya.(Nasution, 2016)

Pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar lebih bersifat interdisiplin atau
multidisiplin, khususnya ilmu-ilmu sosial dalam menghadapi masalah sosial.
pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar bersumber dari dasar-dasar ilmu social
dan budaya yang bersifat terintegrasi. ilmu sosial budaya dasar digunakan untuk
mencari pemecahan masalah kemasyarakatan melalui pendekatan interdisipliner atau
multidisipliner ilmu-ilmu sosial dan budaya. Sedangkan pendekatan dalam ilmu
sosial lebih bersifat subjek oriented, artinya berdasarkan sudut pandang dari ilmu
sosial tersebut. Misalnya, ilmu ekonomi melihat suatu masalah melalui prespektif
ekonomi serta pemecahan masalah pun dari sudut pandang ekonomi pula.

Ilmu sosial budaya dasar sebagai kajian masalah social, kemanusiaan dan
budaya, sekaligus pula member dasar pendekatan yang bersumber dari dasar-dasar
ilmu sosial yang terintegrasi. Pendekatan yang mendalam bersifat subject oriented di
bebankan pada ilmu sosial budaya dasar yang lebih bersifat teoritis, baik yang
menyangkut ruang lingkup, metode dan sistematikanya.(Umanailo dkk., 2016)

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana usnur-unsur keragaman?
2. Apa hakikat keseragaman dan kesetaraan manusia?
3. Apa itu pelapisan sosial dan klesamaa derajat?
4. Bagaimana kemiskinan sebagai masalah social?
5. Bagaimana peranan pemerintah, masyarakat dan keluarga dalam
perkembangan anak yang berasal dari keluarga miskin?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui unsur-unsur keragaman
2. Untuk mengetahui hakikat keseragaman dan kesetaraan manusia
3. Untuk mengetahui itu pelapisan sosial dan klesamaa derajat
4. Untuk mengetahui kemiskinan sebagai masalah sosial
5. Untuk mengetahui peranan pemerintah, masyarakat dan keluarga dalam
perkembangan anak yang berasal dari keluarga miskin

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Unsur-Unsur Keragaman


Berikut ini terdapat beberapa unsur-unsur keragaman dalam masyarakat, terdiri
atas:

2.1.1 Suku Bangsa dan Ras

Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke
sangat beragam, sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokan
besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahirlah yang sama seperti rambut,
warna kulit, ukuran tubuh, mata, ukuran kepala dan lain sebagainya.

2.1.2 Agama dan Keyakinan

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan atau juga disebut nama lainnya dengan ajaran kebhaktian
dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

2.1.3 Ideologi dan Politik

Ideologi ialah kumpulan ide atau gagasan, kata ideologi sendiri diciptakan oleh
Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains tentang ide”.
Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang
segala sesuatu “banding Weltanschauung”, secara umum “lihat ideologi dalam
kehidupan sehari-hari” dan beberapa arah filosofis “lihat ideologi politis” atau
sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota
masyarakat.

Yang tujuan utama dibalik ideologi ialah untuk menawarkan perubahan


melalui proses pemikiran normatif. Ideologi ialah sistem pemikiran abstrak “tidak

3
hanya sekedar pembentukan ide” yang diterapkan pada masalah publik sehingga
membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik
mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang
eksplisit “definisi ideologi marxisme”.

2.1.4 Tatakrama

Tatakrama yang dianggap arti bahasa jawa yang berarti “adat sopan santun,
basa basi” pada dasarnya ialah segalan tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa,
ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu.

2.1.5 Kesenjangan Ekonomi dan Sosial

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang manjemuk dengan


bermacam tingkat, pangkat dan strata sosial. Kesenjangan ekonomi antara
masyarakat level atas dan bawah yang cukup lebar. Hal ini menjadi salah satu
sumber konflik dan mudah sekali tersulut di masyarakat “ada stagnasi perkembangan
ekonomi mikro karena kebijakan yang belum berpihak ke masyarakat bawah”.
Anggaran negara itu belum sepenuhnya menetes ke masyarakat level bawah seperti
nelayan, petani, masyarakat pesisir dan pedagang kecil.(Keragaman adalah - Faktor,
Unsur, Makna dan Implementasi, t.t.)

2.2 Hakikat Keseragaman dan Kesetaraan Manusia


Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat
perbedaaan dalam berbagai bidang (masyarakat yang majemuk). Keragaman dalam
masyarakat adalah sebuah keadaaan yang menunjukkan perbedaan yang cukup
banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat. Unsur keragamannya dapat dilihat
dalam suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi dan politik, tata karma,
kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan sosial. Semua unsur tersebut merupakan hal
yang harus dipelajari agar keragaman tersebut tidak membawa dampak yang buruk
bagi kehidupan bermasyarakat.

4
Sedangkan kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahkluk
tuhan yang memiliki tingkatan atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau
kedudukan yang sama bersumber dari pandangan bahwa semua manusia tanpa
dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan yang sama yaitu sebagai makhluk
mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain, dihadapan tuhan , semua
manusia adalah sama derajat, kedudukan atau tingkatannya yang membedakannya
adalah tingkat ketaqwaan manusia tersebut terhadap tuhan.

Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep


kesetaraan dan keragaman. Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan
pendekatan formal dan pendekatan substantif. Pada pendekatan formal kita mengkaji
kesetaraan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku, baik berupa undang-
undang, maupuin norma, sedangkan pendekatan substantif mengkaji konsep
kesetaraan berdasarkan keluaran / output, maupun proses terjadinya kesetaraan.
Konsep kesetaraan biasanya dihubungkan dengan gender, status sosial, dan berbagai
hal lainnya yang mencirikan perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan.
Sedangkan konsep keragaman merupakan hal yang wajar terjadi pada kehidupan dan
kebudayaan umat manusia. Kalau kita perhatikan lebih cermat, kebudayaan Barat
dan Timur mempunyai landasan dasar yang bertolak belakang. Kalau di Barat
budayanya bersifat antroposentris (berpusat pada manusia) sedangkan Timur, yang
diwakili oleh budaya India, Cina dan Islam, menunjukkan ciri teosentris (berpusat
pada Tuhan.Dengan demikian konsep-konsep yang lahir dari Barat seperti
demokrasi, mengandung elemen dasar serba manusia, manusia-lah yang menjadi
pusat perhatiannya. Sedangkan Timur mendasarkan segala aturan hidup, seperti juga
konsep kesetaraan dan keberagaman, berdasarkan apa yang diatur oleh Tuhan
melalui ajaran-ajarannya.

Penilaian atas realisasi kesetaraan dan keragaman pada umat manusia,


khususnya pada suatu masyarakat, dapat dikaji dari unsur-unsur universal
kebudayaan pada berbagai periodisasi kehidupan masyarakat.Sehubungan dengan itu

5
Negara kebangsaan Indonesia terbentuk dengan ciri yang amat unik dan spesifik.
Berbeda dengan Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Yunani, yang menjadi suatu negara
bangsa karena kesamaan bahasa. Atau Australia, India, Sri Lanka, Singapura, yang
menjadi satu bangsa karena kesamaan daratan. Atau Jepang, Korea, dan negara-
negara di Timur Tengah, yang menjadi satu negara karena kesamaan ras. Indonesia
menjadi satu negara bangsa meski terdiri dari banyak bahasa, etnik, ras, dan
kepulauan. Hal itu terwujud karena kesamaan sejarah masa lalu; nyaris kesamaan
wilayah selama 500 tahun Kerajaan Sriwijaya dan 300 tahun Kerajaan Majapahit dan
sama-sama 350 tahun dijajah Belanda serta 3,5 tahun oleh Jepang.(Unknown, 2013)

2.3 Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat


2.3.1 Pelapisan Sosial

Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial adalah perbedaan individu atau


kelompok dalam masyarakat yang menempatkan seseorang pada kelas-kelas sosial
sosial yang berbeda-beda secara hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang
berbeda-beda pula antara individu pada suatu lapisan sosial lainnya.Dalam hal ini,
stratifikasi sosial terbentuk dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan
masyarakat. Pada dasarnya stratifikasi sosial terbagi atas persamaan derajat yang
dimiliki oleh suatu kelompok hingga membentuk lapisan sosial di masyarakat.

Pelapisan sosial adalah golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara
hidup dalam kesadaran tertentu. Pelapisan sosial merupakan gejala yang bersifat
keseluruhan. Di dalam masyarakat mana pun, pelapisan sosial selalu ada. Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyebut bahwa selama dalam masyarakat ada
sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan sosial terjadi. Wujudnya
bisa dilihat dalam lapisan-lapisan masyarakat diantaranya ada kelas sosial tinggi,
sedang dan rendah. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorang itu
disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi,
nilai-nilai sosial itu.

6
2.3.2 Kesamaan Derajat

Kesamaan derajat adalah kesamaan nilai, harga taraf yang membedakan


makhluk satu dengan makhluk lainnya. Harkat manusia sebagai makhluk tuhan yang
dibekali cipta, rasa, karsa, dan hak hak serta kewajiban asasi manusia. Martabat
adalah tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat. Sedangkan
kesamaan derajat adalah tingkatan derajat adalah tingkatan, martabat, dan kedudukan
manusia sebagai makhluk tuhan yang memiliki kemampuan kodrat, hak, dan
kewajiban.

Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungkan antara manusia


dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal balik, maksudnya orang sebagai
anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun
terhadap pemerintah dan Negara. Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan
dalam perundang-undangan atau Konstitusi. Undang-undang itu berlaku bagi semua
orang tanpa terkecuali dalam arti semua orang memiliki kesamaan derajat. Kesamaan
derajat ini terwujud dalam jaminan hak yang diberikan dalam berbagai faktor
kehidupan.

Persamaan derajat adalah persamaan yang dimiliki oleh diri pribadi kepada diri
orang lain ataupun masyarakat, biasanya persamaan derajat itu dapat dinyatakan
dengan HAM (Hak Asasi Manusia) yang telah diatur dalam UUD 45 pasal 1, pasal 2
ayat 1, pasal 7 tentang persamaan hak.(Rizki, 2018)

2.4 Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial


Indonesia merupakan negara yang mempunyai penduduk sangat padat terutama
di kota-kota besar. Dengan jumlah penduduk yang sangat padat tersebut, membuat
Indonesia banyak mengalami masalah sosial. Menurut Soerjono Soekanto masalah
sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat,
yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara

7
unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Masalah sosial muncul
akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan
realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses
sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah,
organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara
lain :

1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.


2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.

Pada kesempatan ini, saya akan membahas salah satu masalah sosial yang
diakibatkan oleh faktor ekonomi, yaitu kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu
keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan juga merupakan masalah global,
sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.

Kemiskinan saat ini memang merupakan suatu kendala dalam masyarakat


ataupun dalam rung lingkup yang lebih luas. Kemiskinan menjadi masalah sosial
karena ketika kemiskinan mulai merabah atau bertambah banyak maka angka
kriminalitas yang ada akan meningkat. Banyak orang saat ini menerjemahkan
kemiskinan sebagai pangkal penyebab masalah sosial dan ekonomi. Kini kemiskinan

8
menjadi masalah sosial ketika stratifikasi dalm masyarakat sudah menciptakan
tingkatan atau garis-garis pembatas. sehingga adanya kejanggalan atau batas pemisah
dalam interaksi atau komunikasi antara orang yang berada di tingkatan yang dibawah
dan di atasnya.

Kemiskinan juga sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup yang akhirnya


akan merusak lingkungan itu sendiri. Penduduk miskin yang terdesak akan mencari
lahan-lahan kritis atau lahan-lahan konservasi sebagai tempat pemukiman. Lahan-
lahan yang seharusnya berfungsi sebagai kawasan penyangga atau mempunyai fungsi
konservasi tersebut akan kehilangan fungsi lingkungannya setelah dimanfaatkan
untuk kawasan pemukiman. Akibat berikutnya, maka akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan lingkungan.

Selain itu, penduduk miskin pun akan sulit dalam hal mencari lapangan
pekerjaan, penduduk miskin tanpa mata pencaharian akan memanfaatkan lingkungan
sekitar, sebagai usaha dalam memenuhi kebutuhannya tanpa mempertimbangkan
kaidah-kaidah ekologis yang berlaku. Karena desakan ekonomi, banyak penduduk
yang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memasuki kawasan-kawasan yang
sebenarnya dilindungi, apabila tidak dicegah dalam jangka waktu yang tidak terlalu
lama menyebabkan kawasan lindung akan berkurang bahkan hilang sama sekali,
yang berdampak pada hilangnya fungsi lingkungan (sebagai pemberi jasa
lingkungan). Selain itu menyebabkan tindakan kriminal yang menyebabkan
permasalahan baru dalam hal masalah sosial.

Dengan pergantian kepemimpinan pun juga tak mampu menekan jumlah


masyarakat miskin. Bukannya masyarakat miskin yang terus berkurang malah isu-isu
ketimpangan sosial yang justru muncul kepermukaan tak memandang itu di
perkotaan maupun di pedesaan. Dewasa ini penggalakan program pemerintah dalam
mengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat terus dilaksanakan, dengan
demikian pemberian bantuan kesetiap kecamatan berupa kucuran dana guna

9
mendukung perencanaan masyarakat dalam pengembangan daerahnya dan juga
program pemerintah berupa pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan di
perkotaan. Hal ini belum mampu mengangkat masyarakat marginal dan
terpinggirkan dari garis kemiskinan. Dapat pula kemiskinan di sekitar kita telah
menjadi bagian dari mentalitas masyarakat sehingga setiap individu akhirnya merasa
nyaman dengan hidupnya meskipun bila dilihat secara kasat mata justru kehidupan
mereka di pandang tidak layak, dapat pula kemiskinan itu terbentuk dengan
eksploitasi kelas sosial di atasnya.

Ketidakmampuan pemerintah dalam mengentaskan masalah ini di perparah


dengan di terbitkannya aturan yang melarang orang miskin seperti misalnya
pelarangan menggelandang, mengemis, mengamen dan pekerjaan orang miskin
lainnya di tambah dengan aturan memberikan sanksi bagi orang yang memberikan
sumbagan kepada orang-orang yang menjalani profesi seperti yang di sebutkan
diatas. Dimana ruh dan jiwa mulia undang-undang pasal 34 mengenai orang miskin
di negara ini di letakkan yang berbunyi “fakir miskin dan anak terlantar di pelihara
oleh negara” Di masyarakat Indonesia jumlah rakyat miskin yang tak juga semakin
rendah tentunya akan banyak di temui fenomena seperti ini. Masyarakat yang plural
dan heterogoen bukan merupakan suatu dukungan yang baik untuk membantu dalam
mengentaskan kemiskinan. Untuk membahas masalah kemiskinan perlu di
identifikasi apa sebenarnya yang di maksud dengan miskin atau kemiskinan dan
bagaimana mengukurnya.

Konsep yang berbeda akan melahirkan cara pengukuran yang berbeda pula,
setelah itu di cari faktor-faktor dominan baik sifatnya kultural maupun struktural
yang menyebabkan kemiskinan terjadi dan yang terakhir adalah mencari solusi yang
relevan dari permasalahan itu. Seperti apa yang dikemukakan Soerjono Soekanto
tentang peran sosiologi dalam melihat kemiskinan yaitu sosiologi menyeidiki
persoalan-persoalan umum pada masyarakat dengan maksud menemukan dan

10
menafsirkan kenyataan-kenyataan kehidupan bermasyarakat sedangkan usaha-usaha
perbaikannya merupakan bahagian dari pekerjaan sosial.

Masyarakat miskin cenderung disingkirkan karena selalu dituduh sebagai


penghambat pembangunan dan kemajuan. Tidak semua pembangunan fisik dan
spiritual memperhatikan kepentingan masyarakat. Akibatnya, tujuan pembangunan
nasional untuk menciptakan atau mencapai masyarakat adil dan makmur sesuai nilai-
nilai luhur yang terkandung dalam pembukaan UUD 45, hanya terwujud pada
sebagian masyarakat atau kolompok yang dekat dengan pusat kekuasaan tingkat
pusat sampai di pelosok-pelosok negeri. Dan paradoksnya adalah, di sana-sini,
tercipta komunitas masyarakat tersisih dan tertinggal karena korban pembangunan
sebagai si miskin. Menelusuri kemiskinan merupakan sesuatu yang cukup kompleks,
ada beberapa catatan yang bisa menjadi acuan tentang kemiskinan terutama di
Indonesia, yaitu:

1. Adanya kemiskinan karena angka kelahiran yang tinggi.


2. Mereka tetap miskin karena menutup diri dari pengaruh luar.
3. Mereka tercipta karena korban ketidakadilan para pengusaha.
4. Mereka tetap ada karena adanya pembiaran-pembiaran yang dilakukan oleh
penguasa dan pengusaha.
5. Mereka menjadi miskin karena manajemen keluarga yang buruk.(agilkusumo,
2015)

2.5 Peranan Pemerintah, Masyarakat dan Keluarga dalam Perkembangan Anak


yang berasal dari Keluarga Miskin
Keluarga dan anak-anak miskin di perkotaan sesungguhnya adalah bagian dari
kelompok marginal yang mengalami berbagai tekanan ekonomi dan terpaksa harus
menanggung beban yang berat akibat efek domino dari krisis ekonomi yang tak
kunjung usai. Secara umum, studi ini menemukan bahwa kondisi sosial keluarga-
keluarga miskin di kota cenderung rapuh dan rentan terperangkap utang. Di samping

11
itu, kondisi usaha penduduk miskin di kota umumnya juga rawan kolaps akibat
makin menipisnya margin keuntungan yang diperoleh karena kenaikan biaya
produksi yang tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh. Tanpa didukung
modal yang cukup dan pemilikan ketrampilan alternatif yang cukup, jelas tidak
mudah bagi penduduk miskin untuk melangsungkan kehidupannya jika tidak
didukung intervensi dari pemerintah dan pihak-pihak lain yang concern terhadap
perbaikan nasib penduduk miskin kota. Di kalangan keluarga miskin di perkotaan,
keterlibatan anak-anak untuk ikut serta mencari nafkah bagi keluarga adalah hal yang
lazim terjadi. Ketika kondisi ekonomi keluarga tak lagi mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, memang tidak banyak pilihan yang tersisa. Anak-anak
yang seharusnya masih memperoleh kesempatan untuk melanjutkan sekolah, tak
jarang harus putus sekolah di tengah jalan karena terpaksa bekerja, baik membantu
usaha orang tua di rumah maupun bekerja di sektor public entah di home industry,
toko atau di pabrik-pabrik layaknya pekerja dewasa.

Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin dan meningkatkan


perlindungan sosial bagi anak-anak miskin di berbagai kantong kemiskinan di
wilayah urban sesungguhnya bukan hanya mencakup upaya pengembangan kegiatan
produkif keluarga miskin, tetapi juga menyangkut pada persoalan bagaimana upaya
pemberdayaan yang dilakukan dapat menjamin para keluarga miskin memperoleh
apa yang sebetulnya menjadi hak mereka, khususnya kesejahteraan dan kondisi yang
menjamin anak dapat tumbuh-kembang secara wajar. Pengalaman di masa lalu telah
banyak mengajarkan, bahwa program-program penanggulangan kemiskinan yang
dilakukan hanya berdasarkan pertimbangan logika produksi atau sekadar mengejar
peningkatan omzet produksi, terlebih program yang sifatnya karitatif semata bukan
saja menyebabkan terjadinya overs stock dan berhadapan dengan keterbatasan
pangsa pasar. Tetapi, juga melahirkan proses marginalisasi dan ketergantungan
penduduk miskin yang makin menyolok mata. Kelompok PKL, tukang becak, buruh
industri kecil, pekerja di sektor informal, pegawai rendahan, dan sejenisnya mereka

12
umumnya makin tersisih, rawan diperlakukan salah, dan sulit dapat melakukan
mobilitas vertikal karena struktur yang ada makin hari terasa makin tidak ramah.
Berbagai bukti di lapangan telah banyak memperlihatkan bahwa berbagai program
penanggulangan kemiskinan yang selama ini digulirkan --terutama dalam bentuk
pemberian subsidi yang karitatif dan bantuan modal usaha atau pembinaan usaha
produktif keluarga miskin-- seringkali masih terkonsentrasi pada rekayasa yang
sifatnya teknis produksi dan cenderung hanya beriorientasi kuantitas, sehingga dalam
banyak hal lebih menguntungkan kelompok masyarakat yang memiliki modal dan
asset produksi yang berlebih. Kebijakan pembangunan dan berbagai program
penanggulangan kemiskinan yang dikembangkan seringkali kurang memperhatikan
karakteristik dan konteks lokal masyarakat miskin, sehingga jangan heran jika yang
terjadi kemudian adalah paket-paket kebijakan dan program yang bersifat
meritokratis.

Meningkatkan perlindungan dan memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi


penduduk miskin kota untuk mengembangkan potensi sosial-ekonominya tanpa
harus dibayang-bayangi dengan syakwasangka sekecil apa pun. Seperti dikatakan
Hernando de Soto atau Muhammad Yunus (pemenang Nobel Perdamaian), bahwa
yang dibutuhkan penduduk miskin kota sesungguhnya adalah pengakuan, dan
pelibatan mereka dalam berbagai aktivitas pembangunan di perkotaan agar modal
atau potensi sosial yang mereka miliki tidak menjadi kapital yang mati (dead capital),
melainkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kelangsungan kehidupan mereka
secara mandiri. Seorang PKL, misalnya, sepanjang mereka dilindungi dari
kemungkinan menjadi obyek perahan preman-preman lokal atau razia yang
merugikan kelangsungan usahanya, maka bukan tidak mungkin mereka justru akan
menjadi salah satu sumber PAD yang luar biasa besar bagi Pemerintah Kota. Potensi
penduduk miskin kota membayar iuran, misalnya, jika dikelola dengan baik dan
transparan, maka hasilnya akan sangat luar biasa.(Suyanto, 2013)

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berikut ini terdapat beberapa unsur-unsur keragaman dalam masyarakat, terdiri
atas:

1. Suku Bangsa dan Ras


2. Agama dan Keyakinan
3. Ideologi dan Politik
4. Tatakrama
5. Kesenjangan Ekonomi dan Sosial

Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaaan


dalam berbagai bidang (masyarakat yang majemuk). Keragaman dalam masyarakat
adalah sebuah keadaaan yang menunjukkan perbedaan yang cukup banyak macam
atau jenisnya dalam masyarakat. Pelapisan sosial adalah golongan manusia yang
ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran tertentu. Pelapisan sosial
merupakan gejala yang bersifat keseluruhan. Di dalam masyarakat mana pun,
pelapisan sosial selalu ada. Kesamaan derajat adalah kesamaan nilai, harga taraf yang
membedakan makhluk satu dengan makhluk lainnya. Harkat manusia sebagai
makhluk tuhan yang dibekali cipta, rasa, karsa, dan hak hak serta kewajiban asasi
manusia.

14
Kemiskinan saat ini memang merupakan suatu kendala dalam masyarakat
ataupun dalam rung lingkup yang lebih luas. Kemiskinan menjadi masalah sosial
karena ketika kemiskinan mulai merabah atau bertambah banyak maka angka
kriminalitas yang ada akan meningkat. Keluarga dan anak-anak miskin di perkotaan
sesungguhnya adalah bagian dari kelompok marginal yang mengalami berbagai
tekanan ekonomi dan terpaksa harus menanggung beban yang berat akibat efek
domino dari krisis ekonomi yang tak kunjung usai. Upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga miskin dan meningkatkan perlindungan sosial bagi anak-anak
miskin di berbagai kantong kemiskinan di wilayah urban sesungguhnya bukan hanya
mencakup upaya pengembangan kegiatan produkif keluarga miskin, tetapi juga
menyangkut pada persoalan bagaimana upaya pemberdayaan yang dilakukan dapat
menjamin para keluarga miskin memperoleh apa yang sebetulnya menjadi hak
mereka, khususnya kesejahteraan dan kondisi yang menjamin anak dapat tumbuh-
kembang secara wajar.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu para pembaca
disarankan untuk membaca tentang merancang dan mengelola saluran pemasaran
teritegrasi pada referensi–referensi lainnya, agar pengetahuan pembaca semakin
banyak sehingga memperluas khazanah keilmuan kita.

15
DAFTAR PUSTAKA

agilkusumo. (2015, Januari 2). KEMISKINAN SEBAGAI MASALAH SOSIAL.


agilkusumo. https://agilkusumo.wordpress.com/2015/01/02/kemiskinan-
sebagai-masalah-sosial/
Keragaman adalah—Faktor, Unsur, Makna dan Implementasi. (t.t.). Diambil 14
April 2022, dari https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-keragaman/
Nasution, P. P. (2016). Materi Ajar Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Rizki, A. M. (2018, November 1). Pelapisan Sosial dan Kesaman Derajat.
MAULANATION. https://maulanation.wordpress.com/2018/11/01/pelapisan-
sosial-dan-kesaman-derajat/
Suyanto, B. (2013). Perlindungan sosial bagi anak-anak miskin di perkotaan. Child
Poverty and Social Protection Conference.
Umanailo, M. C. B., Sos, S., Umanailo, M. C. B., & Sos, S. (2016). Ilmu sosial
budaya dasar.
Unknown. (2013, April 9). Any ciie Putri Tilem: Hakikat keragaman dan kesetaraan
manusia sebagai kekayaan sosial budaya. Any ciie Putri Tilem.

16

Anda mungkin juga menyukai