Disusun Oleh:
Kelompok 5
NAMA STAMBUK
NURANISA A31119046
KETUT ARDANA A31119025
ABDUL MUGHNI A31119018
KARTINI A31118001
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO
Jl. SoekarnoHatta Km. 9 Telp. (0451) 429743, 422611 Ext. 246-247-248-249-250
Email :untad@untad.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Membangun
pemahaman kritis terhadap ketidakadilan dan perbedaan status sosial ”
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita, baik untuk penulis maupun pembaca. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Status sosial dan pendidikan multikultural........................................................................ 2
2.1.1 Pengertian status sosial………………………………………………………….. 2
2.1.2 pengertian Pendidikan multikultural…………………………………………….. 4
2.2 Problem kesejahteraan sosial…………………………………………………………… j
2.3 Meningkatkan sikap kepedulian sosial di sekolah………………………………………. 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 6
3.2 Saran................................................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk membangun pemahaman kritis terhadap ketidakadilan dan perbedaan status sosial
agar mulai mengkaji diantaranya kesejahteraan sosial dan pendidikan multikultural, problem
dalam kesejahtraan sosial, serta peran guru dalam meningkatkan sikap kepedulian sosial di
sekolah .
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Badan Pusat Statistik dalam publikasi Data dan Informasi Kemiskinan (2009),
kesejahteraan mencakup bidang-bidang kehidupan yang sangat luas dan semua aspeknya tidak
dapat diukur. Kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah kondisi dimana seorang
dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakian, tempat tinggal, air
minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan
yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehimgga memliki status social yang
mengantarkan pada status social yang sama terhapat sesame warga lain
2
(Banks,2007). 1 Banks mengatakan bahwa pendidikan multikultur dapat didefinisikan menurut
tiga hal, yaitu ide atau konsep (ideaorconcept), gerakan reformasi (reformmovement),dan proses
berkelanjutan (ongoingprocess). Sebagai ide, pendidikan multikultural mengandung makna
bahwa semua peserta didik, tanpa memperhatikan gender, statussosial, suku, rasa tau
karakteristik budaya, wajib memperoleh kesempatan yang sama untuk belajar disekolah. Sebagai
gerakan reformasi, pendidikan multi-kultur dirancang untuk membuat perubahan disekolah dan
isntitusi pendidikan sehingga seluruh peserta didik dari semua kelas sosial,
gender,ras,dankelompok budaya dapat memperoleh kesempatan yang sama untuk belajar.
Sebagai proses berkelanjutan, pendidikan multikultural adalah proses terus menerus diterapkan
di segala aspek pendidikan disekolah dengan tujuan persamaan hak memperoleh pendidikan dan
meningkatkan prestasi akademik untuk mencapai potensi tertinggi dirinya sebagai yang mungkin
tidak pernah tercapai sempurna tapi tetap terus diupayakan(Banks,2007,p.82).
1. Siswa memiliki critical thinking yang kuat, sehingga bisa mengkaji materi yang di
sampaikan secara kritis dan konstruktif
2. Siswa memiliki kesadaran atas sifat curiga atas pihak lain yang dimiliki, dan mengkaji
mengapa dan dari mana sifat itu muncul, serta terus mengkaji bagaimana cara
menghilangkan sifat curiga tersebut.
3. Siswa memahami bahwa setiap ilmu bagaikan sebuah pisau bermata dua, ada sisi baik
dan ada sisi buruk. Semua tergantung pada yangmemiliki ilmu tersebut. Siswa memiliki
keterampilan untuk memanfaatkan dan mengimplementasikan ilmu yang dikuasai.
3
4. Siswa bersifat sebagai alearning person, belajar sepanjang hayat masih di kandung badan.
Siswa memiliki cita-cita untuk menempati posisi sebagaimana ilmu yang dipelajari.
Namun, juga menyadari bahwa posisi tersebut harus dicapai dengan kerjakeras.
5. Siswa dapat memahami keterkaitan apa yang dipelajari dengan kondisi dan persoalan
yang dihadapi bangsa.
Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas, dapat dikatakan bahwa pendidikan
multikultural adalah sebuah konsep yang dibuat dengan tujuan untuk menciptakan persamaan
peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok
budaya.Tujuan penting lainnya dari konsep pendidikan multikultural adalah untu k membantu
semua siswa agar memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam
menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokratik-pluralistik serta
diperlukan untukberinteraksi, negosiasi,dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam
agarter Melalui pendidikan multikultural peserta didik diharapkan dapat dengan mudah
memahami, menguasai, memiliki kompetensi yangbaik, bersikap dan menerapkan nilainilai
demokratis, humanisme dan pluralisme di sekolah dan diluar sekolah. Pendidikan dialam
demokrasi seperti Indonesia harus berorientasi pada kepentingan bangsa yang berlatarbelakang
multietnic, multireligion, Multi languagedanlain-lain.Hal ini berarti bahwa penyelenggara
pendidikan harus memperhatikan ragam kondisi bangsa yang heterogen.
Masalah utama yang dihadapi negara berkembang yang sedang dilanda krisis
multidimensi adalah pengangguran dan kemiskinan. Berikut adalah tabel tentang pengangguraan
dan kemiskinan. Apabila kedua masalah ini dapat ditekan serendah-rendahnya, maka sedikit
demi sedikit negara ini akaan dapaat menjauh dari berbagai krisiss yang ada. Pembahasan
tentang beberapa masalah pengangguran dan kemiskinan ini dalam pendidikan multikultural
adalah sangat penting. Diharapkan nanti bahwa pembahasan ini dapat menggugah kesadaran para
guru dalam melihat masalah-masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial (kesenjangan
sosial) yang paada akhirnya nanti diharapkan kesaadaran tersebut dapat ditularkan kepada
peserta didik mereka.
4
Tabel peningkatan jumlah pengangguran sejak awal krisis 1997-2001 berdasarkan tingkat
pendidikan.
Tingkat
1 TK atau
tidak lulus
216.495 257.330 278.500 221.242 851.426
SD
6 Academy/
diploma III
104.054 128.037 153.696 184.690 251.134
Menurut data pusat statistic pada tahun 1998, jumlah masyarakat miskin di Indonesia
telah meningkat tajam menjadi 31,9% atau 79,4 juta jiwa dari total jumlah penduduk kita yang
berjumlah lebih dari 200.000.000 juta jiwa.
5
Tabel dibawah ini menjelaskan frekuensi jumlah masyarakat miskin di Indonesia ddari
tahun 1970 sampai 1999.
Penduduk Miskin
Dari table diatas, angka kemiskinan pada decade tahun 1970 hingga tahun 1996 terlihat
sudah mulai menurun. Namun kemudian meningkat lagi secara drastic pada akhir tahun 1996-
1997.
Korupsi aatau penyalahgunaan wewenang dan jabatan untuk memperkaya diri adalah
salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan kehancuran sebuah negara. Maka dari itu,
6
peemberantasan korupsi yang serius adalah merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-
tawar lagi oleh siapapun yang memerintah dinegeri ini, agar stabilitas ekonomi dan politik dapat
berangsur-angsur pulih.akan tetapi, kenyataan yang ada tidak seperti yang diharapkan. Para
aparat pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif, para penegak hukum, aparat militer,
pegawai negeri sipil maupun swasta (messkipun tidak semuanya) telah larut dalam lingkaran
setan yang bernama korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Upaya pemberantasan korupsi dinegeri ini, tentunya sangat terkait dengan upaya
penegakan hukum. Dan untuk melakukan penegakan hukum, maka sangat tergantung kepada
seberapa besar keseriusan pemerintah untuk membuat dan menerapkan undang-undang anti
korupsi yang intinya memberi sanksi berat pada koruptor, seperti hukuman seumur hidup atau
hukuman mati. Menghukum para pejabat korup dan konglomerat hitam tanpa peduli apa jabataan
dan pangkatnya, apa partai dan organisasinya, adalah langkah penegakan hukum yang memang
sangat penting untuk dilakukan saat ini. Selain itu, mengangkat orang-orang yang benar-benar
bersih dan tidak terlibat dalam kasus korupsi sebagai pejabat baru adalah langkah politis yang
sangat penting pada saat ini.
Langkah-langkah lain jugaa telah dilakukan oleh pemerintah untuk memberantas korupsi
di negeri ini, seperti dibentuknya “Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara” (KPKPN).
Dibentuknya KPKPN diharapkan dapat memberikan laporan atas ketimpangan harta kekayaan
para aparat negara yang korup dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang
diharapkan dapat menyehatkan dunia perbankan nasional dari para banker-banker korup.
7
Sayangnya, institusi-institusi tersebut mandul karena kemauan pemerintah secara politis terhadap
pemberantasan korupsi kurang kuat dan tidak serius. Kurang kuatnya kemauan politis
pemerintah dalam pemberantasan korupsi disebabkan para koruptor kelas kakap itu adalah tidak
lain kroni-kroni mereeka sendiri.
Rendahnya kemauan politis pemerintah dalam memberantas korupsi ini dapat terlihat
dengan jelas daari banyaknya para koruptor kelas kakap yang ditengarai telah merugikan negara
ratusan trilyun rupiah justru telah memenangkan proses peradilan dan bebas dari tuntutan.
2.1.3.1 Peran Guru dan Sekolah dalam Membangun Sikap Kepeduliaan Sosial
Guru dan sekolah memiliki peran terhadap pengembangan sikap peserta didik untuk
peduli dan kritis terhadap segala bentuk ketidakadilan social, ekonomi dan politik yang ada di
dalam lingkungan sekitarnya maupun di luar lingkungan sekitar. Seorang guru harus memiliki
wawasan yang cukup tentang berbagai macam fenomena social yang ada di lingkungan para
peserta didiknya, terutama yang berkaitan dengan masalah kemiskinan, pengangguran, para
siswa yang tidak dapat melanjutkan sekolah, korupsi, pergusuran dan lain-lain. Di sekolah atau
di kelas, guru dapat menerapkan sikap tersebut dengan cara bersikap adil kepada seluruh siswa
tanpa harus mengistimewakan salah satu dari mereka meskipun latar belakang status social
mereka berbeda.
Guru dan sekolah mempunyai peran pokok terhadap pengembangan sikap siswa yang
peduli dan kitis terhadap segala bentuk ketidakadilan sosial, ekonomi dan politik yang ada
8
disekitarnya. Dalam pendiddikan multikultural ada beeberapa langkah penting untuk diterapkan
oleh para guru dalam menumbuhkan sikap kepedulian sosial siswa yaitu:
Ketiga, seorang guru sebaiknya dapat menerapkan secara langsung sikap peduli dan anti
diskriminasi sosial, politik dan ekonomi di kelas, sekolah maupun diluar sekolah. Guru dapat
menerapkan sikap tersebut dengan cara bersikap adil kepada seluruh siswa tanpa harus
mengistimewakan salah satu dari mereka meskipun latar belakang status sosial mereka berbeda.
Contoh lainnya, seorang guru harus dapat bertindak ketika melihat sekelompok siswa membuat
“geng” yang anggotanya para siswa dngan latar belakang kelas sosial-ekonomi tertentu.
Dalam meelihat fenomena semacam ini, guru harus tanggap dan mampu menjelaskan,
membimbing dan menyadarkan para siswa tersebut untuk tidak mengeksklusifkan diri, karena
hal itu tidak sesuai dengan etika dan norma-norma kehidupan sosial yang ada. Selain itu, harus
dijelaskan bahwa tindakan tersebut merupakan salah satu bentuk diskriminasi terhadap sisswa
lain yang didalam undang-undang sekolah tindakan semacam itu dilarang.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun Guru dan sekolah memiliki peran terhadap pengembangan sikap peserta didik
untuk peduli dan kritis terhadap segala bentuk ketidakadilan social, ekonomi dan politik yang
ada di dalam lingkungan sekitarnya maupun di luar lingkungan sekitar. Seorang guru harus
memiliki wawasan yang cukup tentang berbagai macam fenomena social yang ada di lingkungan
para peserta didiknya, terutama yang berkaitan dengan masalah kemiskinan, pengangguran, para
siswa yang tidak dapat melanjutkan sekolah, korupsi, pergusuran dan lain-lain. Di sekolah atau
di kelas, guru dapat menerapkan sikap tersebut dengan cara bersikap adil kepada seluruh siswa
tanpa harus mengistimewakan salah satu dari mereka meskipun latar belakang status social
mereka berbeda.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Penulis banyak berharap para pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya
10
DAFTAR PUSTAKA
11