MAKALAH
Disusun oleh:
Upomo Budiarso,S.Pd,M.Kom
Pengawas Sekolah Menengah Kabupaten Tebo
Disampaikan dalam kegiatan sekolah rujukan
Di SMA Negeri 5 Kabupaten Tebo
Rabu, 26 Oktober 2016
Upomo Budiarso Tulisan ini dilatarbelakangi oleh kondisi peserta didik bahkan pendidik
yang terkesan jauh dari karakter subyek pendidikan. Salah satu hal yang dapat dilihat adalah
merosotnya akhlak peserta didik dan juga pendidik dalam kehidupan sehari-hari, yang jika
kita amati bersama cukup menyimpang dari nilai-nilai kemanusiaan bahkan nilai-nilai sosial.
Oleh Karena itu Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang
Konsep Pendidikan Budi Pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya dengan
Pendidikan Akhlak dalam Islam. Analisis data yang dilakukan dengan metode deskriptif
analitis dengan menggunakan pendekatan penanaman nilai (inculcation approach). Hasil
penelitian menunjukkan: 1). Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pengajaran dan bukan
konsep yang bersifat teoritis sebagaimana yang dipahami oleh masyarakat pada umumnya,
dan bukan pula pengajaran budi pekerti dalam arti mengajar teori tentang baik buruk, benar
salah, dan seterusnya. 2). Tujuan dari pendidikan budi pekerti Ki Hadjar Dewantara adalah
untuk memanusiakan manusia dan untuk mengembangkan pribadi yang lebih manusiawi
serta untuk mengembangkan potensi yang tersimpan dalam diri manusia. 3). Relevansi
Pendidikan Budi Pekerti dengan Pendidikan Akhlak dalam Islam. Pendidikan budi pekerti
yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara sejatinya relevan dengan pendidikan akhlak dalam
Islam. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek yang terdapat dalam pendidikan budi pekerti
yang juga sejalan dan saling terkait dengan aspek-aspek yang terdapat dalam pendidikan
akhlak dalam Islam. Implementasi alur penerapan PBP di SMALMA akan diterapkan pada
tahap diajarkan, dibiasakan, dilatih secara konsisten, kemudian akan menjadi kebiasaan,
sehingga akan terbentuk karakter, dan akhirnya menjadi budaya dalam setiap perilaku anak-
Nilai-nilai Mendasar dan Lingkup kegiatan PBP dibagi menjadi tujuh, yaitu: Internalisasi
nilai-nilai moral dan spiritual, Penanaman nilai kebangsaan & kebhinnekaan, Interaksi
positif dengan sesama siswa, Interaksi positif dengan guru dan orangtua, Penumbuhan
potensi unik dan utuh setiap anak, Pemeliharaan lingkungan sekolah dan Pelibatan
orangtua dan masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
SMA Negeri 5 Kabupaten Tebo yang telah menginjask usia dewasa yakni 27 tahun
merupakan sekolah yang telah memiliki sejarah yang cukup panjang dalam mencetak
generasi penerus bangsa. Ini terbukti dengan banyaknya lulusan (alumni) yang telah berhasil
baik dalam lingkungan karier Pegawai Negeri, Pegawai Swasta ataupun sebagai anggota
masyarakat. Keberhasilan pendidikan di SMA Negeri 5 Kabupaten Tebo tidak terlepas dari
Jasa guru-guru SMAN 5 Kabupaten Tebo dalam menumbuhkan Pendidikan Budi Pekert
Luhur.
Keberhasilan proses belajar budi pekerti / akhlak di sekolah mempersyaratkan adanya
dukungan dari institusi di luar sekolah. Dalam hal ini orang tua, lingkungan masyarakat
memberikan ruangan kondusif bagi proses penanaman dan pembentukan budi pekerti.
Kurikulum berbasis kompetensi yang dikembangkan saat ini tetap menempatkan pendidikan
budi pekerti sebagai pendidikan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain dalam
pembelajaran. Mengintegrasikan suatu muatan pembelajaran ternyata bukan pekerjaan mudah
bagi sebagian besar guru. Karenanya, diperlukan strategi tertentu agar pembelajaran
pendidikan budi pekerti berjalan efektif. Secara konsepsional, pendidikan budi pekerti
merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi
pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa yang akan datang. Di samping
itu, pendidikan budi pekerti merupakan upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan,
pemeliharaan, dan perbaikan perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu
melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi, dan seimbang.
Secara operasional, pendidikan budi pekerti merupakan upaya membekali peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan selama pertumbuhan dan
perkembangannya sebagai bekal bagi masa depannya. Tujuannya agar mereka memiliki hati
nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan
kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap sesama makhluk.
Dikhawatirkan, dengan pengintegrasian yang tidak tepat, pendidikan budi pekerti
dalam pembelajaran akan mengalami pendangkalan makna, setidaknya pendangkalan konsep.
Bisa jadi pembelajaran budi pekerti menjadi tidak lebih sekadar pendidikan etika atau sopan
santun. Padahal, sesungguhnya etika atau sopan santun hanyalah bagian dari pendidikan budi
pekerti. Dewasa ini, masyarakat sering menggunakan istilah etiket atau etika, yang diartikan
sama dengan tata krama, unggah-ungguh, dan subasita. Ketiga istilah ini selalu dihubungkan
dengan sikap dan perilaku sopan santun. Dalam konteks ini, etika dihubungkan dengan norma
sopan santun, tata cara berperilaku, tata pergaulan, dan perilaku yang baik. Pengintegrasian
pendidikan budi pekerti dalam pembelajaran perlu diperjelas wujudnya. Di antaranya,
hendaknya implementasi pendidikan budi pekerti bukan hanya pada ranah kognitif saja,
melainkan harus berdampak positif terhadap ranah afektif dan psikomotorik yang berupa
sikap dan perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
1.3 Tujuan
1. Supaya kita dapat mengerti dan mengetahui Apa itu Pendidikan Budi Pekerti
2. Agar kita dapat mengetahui Visi dan Misi dari pendidikan Budi Pekerti
3. Supaya kita dapat mengetahui tujuan dari belajar Budi Pekerti
4. Agar kita dapat mengetahui Fungsi dari pedidikan Budi pekerti
5. Supaya kita dapat mengetahui sifat-sifat Budi Pekerti.
6. Agar kita dapat mengimplementasi Pendidikan Budi Pekerti di SMALMA .
BAB II
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI (PBP)
Secara etimologi budi pekerti terdiri dari dua unsur kata, yaitu budi dan pekerti. Budi
dalam bahasa sangsekerta berarti kesadaran, pengertian, pikiran dan kecerdasan. Kata pekerti
berarti aktualisasi, penampilan, pelaksanaan atau perilaku. Dengan demikian budi pekerti
berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berprilaku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagai
tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Budi pekerti dalam bahasa Arab disebut dengan
akhlak, dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam bahasa Inggris
disebtu ethics.
Senada dengan itu Balitbang Dikbud (1995) menjelaskan bahwa budi pekerti secara
konsepsional adalah budi yang dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan atau
dilaksanakan) dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi, sekolah, masyarakat,
bangsa dan negara.
Pengertian pendidikan budi pekerti menurut Haidar (2004) adalah usaha sadar yang
dilakukan dalam rangka menanamkan atau menginternalisasikan nilai-nilai moral ke dalam
sikap dan prilaku peserta didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur (berakhlakul
karimah) dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesama
manusia maupun dengan alam/lingkungan.
Pengertian pendidikan budi pekerti menurut draft kurikulum berbasis komptensi (2001)
dapat ditinjau secara konsepsional dan operasianal.
a. Pengertian pendidikan budi pekerti secara konsepsional.
Pendidikan budi pekerti secara konsepsioonal mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Usaha sadar untuk menyiapkan perserta didik menjadi mansia seutuhnya yang berbudi
pekerti luhur dalam segenap peranannya,sekarang dan masa yang akan datang.
2. Upaya pembentukan,pengembangan,peningkatan,pemeliharaan dan perilaku peserta didik
agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara
selaras,serasi,seimbang ( lahir batin,material spiritual,dan individu sosial).
3. Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi seutuhnya yang
berbudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan,pembiasaan pengajaran dan latihan serta
keteladanan.
b. Pengertian budi pekerti secara operasional
Pendidikan budi pekerti secara operasional adalah upaya untuk membekali peserta didik
melalui bimbingan,pengajaran,dan latihan selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya
sebagai bekal masa depannya, agar memiliki hati nurani yang bersi, berperingai baik,serta
menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan sesama mahluk.
Dengan demikian,terbentuklah pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku berupa
ucapan,perbuatan,sikap,pikiran,perasaan,kerja dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama
serta norma dan moral luhur bangsa.
Budi pekerti secara operasional merupakan suatu prilaku positif yang dilakukan melalui
kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai
dewasa melalui latihan-latihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan
menghormati orang lain, cara bersikap menghadapi tamu, cara makan dan minum, cara
masuk dan keluar rumah dan sebagainya.
Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang berisikan
kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia. Tata
krama terdiri atas kata tata dan krama. Tata berarti adat, norma, aturan. Krama sopan santun,
kelakukan, tindakan perbuatan. Dengan demikian tata krama berarti adat sopan santun
menjadi bagian dari kehidupan manusia.
Dalam menerapkan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sering terjadi benturan-benturan
nilai dan norma-norma yang kita rasakan. Apa yang dahulu kita anggap benar mungkin
sekarang sudah menjadi salah. Apa yang dulu kita anggap tabu dibicarakan sekarang sudah
menjadi suatu yang lumrah. Misalnya berbicara masalah seks, hubungan pacaran, masalah
politik, masalah hak azazi manusia, dan sebagainya.
Sementara itu ,Menurut Draf Kurikulum Berbasis Kompetensi (2001) fungsi pendidikan
budi pekerti bagi peserta didik ialah sebagai berikut :
a) Pengembangan, yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik peserta didik yang telah
tertanam dalam lingkungankeluarga dan masyarakat.
b) Penyaluran, yaitu untuk membantu peserta didik yang memiliki bakat tertentu agar dapat
berkembang dan bermanfaat secara optmal sesuai dengan budaya bangsa.
c) Perbaikan, untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan peserta didik.
d) Pencegahan, yaitu mencegah perilaku negatif yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan
budaya bangsa.
e) Pembersih, yaitu untuk memebersihkan diri dari penyakit hati seperti sombong,
iri, dengki, egois dan ria.
f) Penyaringan (filter),yaitu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain
yang tidak sesuai dengan nilai budi pekerti.
Membiasakan untuk menunaikan ibadah bersama sesuai agama dan kepercayaannya baik
dilakukan di sekolah maupun bersama masyarakat.
Membiasakan perayaan Hari Besar Keagamaan dengan kegiatan yang sederhana dan hikmat.
Membiasakan siswa menginisiasi dan melakukan kegiatan sosial.
2. Penanaman nilai kebangsaan & kebhinnekaan
Keteguhan menjaga semangat kebangsaan dan kebhinnekaan untuk menjalin dan merekat
tenun kebangsaan. Mampu terbuka terhadap perbedaan bahasa, suku bangsa, agama dan
golongan, dipersatukan oleh keterhubungan untuk mewujudkan tindakan bersama sebagai
satu bangsa dan satu tanah air.
Kegiatan wajib
Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan seragam atau pakaian
yang sesuai dengan ketetapan sekolah.
Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan MOPDB untuk jenjang SMP, SMA/SMK.
Sesudah berdoa setiap memulai hari pembelajaran, guru dan peserta didik menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia Raya.
Sebelum berdoa saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan peserta didik menyanyikan lagu
daerah, lagu wajib nasional maupun lagu terkini yang bernuansa patriotik atau cinta tanah air.
Mengenalkan beragam keunikan potensi daerah asal siswa melalui berbagai media dan
kegiatan.
Membiasakan perayaan Hari Besar Nasional dengan mengkaji atau mengenalkan pemikiran
dan semangat yang melandasinya melalui berbagai media dan kegiatan.
Membiasakan pertemuan di lingkungan sekolah dan/atau rumah untuk belajar kelompok yang
diketahui oleh guru dan/atau orangtua.
Gerakan kepedulian kepada sesama warga sekolah dengan menjenguk warga sekolah yang
sedang mengalami musibah, seperti sakit, kematian, dan lainnya.
Gerakan kakak kelas asuh, di mana seorang kakak kelas membimbing seorang adik kelas
yang baru masuk ke sekolah.
4. Interaksi positif dengan guru dan orangtua
Interaksi sosial positif antara peserta didik dengan figur orang dewasa di lingkungan sekolah
dan rumah, yaitu mampu dan mau menghormati guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan,
warga masyarakat di linglkungan sekolah dan orang tua, yang sebaliknya menghargai dan
menyayangi para siswa.
Kegiatan wajib
Sekolah mengadakan pertemuan dengan orangtua siswa pada setiap tahun ajaran baru untuk
mensosialisasikan: a) visi; b) aturan; (c) materi; dan (d) rencana capaian belajar siswa agar
orangtua turut mendukung keempat poin tersebut.
Memberi salam, senyum dan sapaan kepada setiap orang di komunitas sekolah.
Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut kedatangan peserta didik
sesuai dengan tata nilai yang berlaku.
Membiasakan peserta didik untuk berpamitan dengan orang tua/wali/penghuni rumah saat
pergi dan lapor saat pulang, sesuai kebiasaan/ adat yang dibangun masing-masing keluarga.
Secara bersama peserta didik mengucapkan salam hormat kepada guru sebelum pembelajaran
dimulai, dipimpin oleh seorang peserta didik secara bergantian.
Menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata
pelajaran.
Peserta didik membiasakan diri untuk memiliki tabungan dalam berbagai bentuk (rekening
bank, celengan, dan lainnya).
Membangun budaya bertanya dan melatih peserta didik mengajukan pertanyaan kritis dan
membiasakan siswa mengangkat tangan sebagai isyarat akan mengajukan pertanyaan.
Membiasakan setiap peserta didik untuk selalu berlatih menjadi pemimpin dengan cara
memberikan kesempatan pada setiap siswa tanpa kecuali, untuk memimpin secara bergilir
dalam kegiatan-kegiatan bersama/berkelompok.
Warga sekolah memanfaatkan waktu sebelum memulai hari pelajaran pada hari-hari tertentu
(dilaksanakan secara berkala dan rutin) untuk kegiatan olah fisik seperti senam kesegaran
jasmani.
Siswa melakukan kegiatan positif secara berkala sesuai dengan potensi dirinya.
Membiasakan penggunaan sumber daya sekolah (air, listrik, telepon, dsb) secara efisien
melalui berbagai kampanye kreatif dari dan oleh siswa.
Menyelenggarakan kantin yang memenuhi standar kesehatan. ? Membangun budaya peserta
didik untuk selalu menjaga kebersihan di bangkunya masing-masing sebagai bentuk tanggung
jawab individu maupun kebersihan kelas dan lingkungan sekolah sebagai bentuk tanggung
jawab bersama.
Mengajarkan simulasi antri melalui baris sebelum masuk kelas, dan pada saat bergantian
memakai fasilitas sekolah.
Peserta didik melaksanakan piket kebersihan secara beregu dan bergantian regu.
Menjaga dan merawat tanaman di lingkungan sekolah, bergilir antar kelas.
Melaksanakan kegiatan bank sampah bekerja sama dengan dinas kebersihan setempat.
Mengadakan pameran karya siswa pada setiap akhir tahun ajaran dengan mengundang
orangtua dan masyarakat untuk memberi apresiasi pada siswa.
Contoh-contoh pembiasaan baik
3.1 Kesimpulan
Budi pekerti secara operasional merupakan suatu prilaku positif yang dilakukan melalui
kebiasaan. Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang
berisikan kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia.
Dalam menerapkan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sering terjadi benturan-benturan
nilai dan norma-norma yang kita rasakan oleh karena itu, pendidikan budi pekerti dalam
pelaksanaanya dilandasi oleh Visi dan Misi yang bertujuan untuk mencapai pembelajaran
Pendidikan Budi Pekerti yang lebih baik guna meluruskan benturan-benturan yang terjadi
antara nilai dan norma dalam kehidupan.
Implementasi alur penerapan PBP di SMALMA akan diterapkan pada tahap diajarkan,
dibiasakan, dilatih secara konsisten, kemudian akan menjadi kebiasaan, sehingga akan
terbentuk karakter, dan akhirnya menjadi budaya dalam setiap perilaku anak- Nilai-nilai
Mendasar dan Lingkup kegiatan PBP dibagi menjadi tujuh, yaitu: Internalisasi nilai-nilai
moral dan spiritual, Penanaman nilai kebangsaan & kebhinnekaan, Interaksi positif
dengan sesama siswa, Interaksi positif dengan guru dan orangtua, Penumbuhan potensi
unik dan utuh setiap anak, Pemeliharaan lingkungan sekolah dan Pelibatan orangtua
dan masyarakat
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini,tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini. Kami penulis berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Pendidikan Budi Pekerti (PBP)
Haidar Putra Daulay, (2004). Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia. Jakarta: Prenada Media, Cet. ke-1.