Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDI PEKRTI (PBP)

DI SEKOLAH RUJUKAN SMALMA DALAM MENYONGSONG


INDONESIA EMAS 2045

MAKALAH
Disusun oleh:

Upomo Budiarso,S.Pd,M.Kom
Pengawas Sekolah Menengah Kabupaten Tebo
Disampaikan dalam kegiatan sekolah rujukan
Di SMA Negeri 5 Kabupaten Tebo
Rabu, 26 Oktober 2016

DINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDA


DAN OLAHRAGA KABUPATEN TEBO
2016
ABSTRAK

Upomo Budiarso Tulisan ini dilatarbelakangi oleh kondisi peserta didik bahkan pendidik
yang terkesan jauh dari karakter subyek pendidikan. Salah satu hal yang dapat dilihat adalah
merosotnya akhlak peserta didik dan juga pendidik dalam kehidupan sehari-hari, yang jika
kita amati bersama cukup menyimpang dari nilai-nilai kemanusiaan bahkan nilai-nilai sosial.
Oleh Karena itu Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang
Konsep Pendidikan Budi Pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya dengan
Pendidikan Akhlak dalam Islam. Analisis data yang dilakukan dengan metode deskriptif
analitis dengan menggunakan pendekatan penanaman nilai (inculcation approach). Hasil
penelitian menunjukkan: 1). Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pengajaran dan bukan
konsep yang bersifat teoritis sebagaimana yang dipahami oleh masyarakat pada umumnya,
dan bukan pula pengajaran budi pekerti dalam arti mengajar teori tentang baik buruk, benar
salah, dan seterusnya. 2). Tujuan dari pendidikan budi pekerti Ki Hadjar Dewantara adalah
untuk memanusiakan manusia dan untuk mengembangkan pribadi yang lebih manusiawi
serta untuk mengembangkan potensi yang tersimpan dalam diri manusia. 3). Relevansi
Pendidikan Budi Pekerti dengan Pendidikan Akhlak dalam Islam. Pendidikan budi pekerti
yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara sejatinya relevan dengan pendidikan akhlak dalam
Islam. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek yang terdapat dalam pendidikan budi pekerti
yang juga sejalan dan saling terkait dengan aspek-aspek yang terdapat dalam pendidikan
akhlak dalam Islam. Implementasi alur penerapan PBP di SMALMA akan diterapkan pada
tahap diajarkan, dibiasakan, dilatih secara konsisten, kemudian akan menjadi kebiasaan,
sehingga akan terbentuk karakter, dan akhirnya menjadi budaya dalam setiap perilaku anak-
Nilai-nilai Mendasar dan Lingkup kegiatan PBP dibagi menjadi tujuh, yaitu: Internalisasi
nilai-nilai moral dan spiritual, Penanaman nilai kebangsaan & kebhinnekaan, Interaksi
positif dengan sesama siswa, Interaksi positif dengan guru dan orangtua, Penumbuhan
potensi unik dan utuh setiap anak, Pemeliharaan lingkungan sekolah dan Pelibatan
orangtua dan masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

SMA Negeri 5 Kabupaten Tebo yang telah menginjask usia dewasa yakni 27 tahun
merupakan sekolah yang telah memiliki sejarah yang cukup panjang dalam mencetak
generasi penerus bangsa. Ini terbukti dengan banyaknya lulusan (alumni) yang telah berhasil
baik dalam lingkungan karier Pegawai Negeri, Pegawai Swasta ataupun sebagai anggota
masyarakat. Keberhasilan pendidikan di SMA Negeri 5 Kabupaten Tebo tidak terlepas dari
Jasa guru-guru SMAN 5 Kabupaten Tebo dalam menumbuhkan Pendidikan Budi Pekert
Luhur.
Keberhasilan proses belajar budi pekerti / akhlak di sekolah mempersyaratkan adanya
dukungan dari institusi di luar sekolah. Dalam hal ini orang tua, lingkungan masyarakat
memberikan ruangan kondusif bagi proses penanaman dan pembentukan budi pekerti.
Kurikulum berbasis kompetensi yang dikembangkan saat ini tetap menempatkan pendidikan
budi pekerti sebagai pendidikan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain dalam
pembelajaran. Mengintegrasikan suatu muatan pembelajaran ternyata bukan pekerjaan mudah
bagi sebagian besar guru. Karenanya, diperlukan strategi tertentu agar pembelajaran
pendidikan budi pekerti berjalan efektif. Secara konsepsional, pendidikan budi pekerti
merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi
pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa yang akan datang. Di samping
itu, pendidikan budi pekerti merupakan upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan,
pemeliharaan, dan perbaikan perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu
melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi, dan seimbang.
Secara operasional, pendidikan budi pekerti merupakan upaya membekali peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan selama pertumbuhan dan
perkembangannya sebagai bekal bagi masa depannya. Tujuannya agar mereka memiliki hati
nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan
kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap sesama makhluk.
Dikhawatirkan, dengan pengintegrasian yang tidak tepat, pendidikan budi pekerti
dalam pembelajaran akan mengalami pendangkalan makna, setidaknya pendangkalan konsep.
Bisa jadi pembelajaran budi pekerti menjadi tidak lebih sekadar pendidikan etika atau sopan
santun. Padahal, sesungguhnya etika atau sopan santun hanyalah bagian dari pendidikan budi
pekerti. Dewasa ini, masyarakat sering menggunakan istilah etiket atau etika, yang diartikan
sama dengan tata krama, unggah-ungguh, dan subasita. Ketiga istilah ini selalu dihubungkan
dengan sikap dan perilaku sopan santun. Dalam konteks ini, etika dihubungkan dengan norma
sopan santun, tata cara berperilaku, tata pergaulan, dan perilaku yang baik. Pengintegrasian
pendidikan budi pekerti dalam pembelajaran perlu diperjelas wujudnya. Di antaranya,
hendaknya implementasi pendidikan budi pekerti bukan hanya pada ranah kognitif saja,
melainkan harus berdampak positif terhadap ranah afektif dan psikomotorik yang berupa
sikap dan perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Pendidikan budi Pekerti ?
2. Apa Visi dan Misi dari Pendidikan Budi Pekerti ?
3. Apa Tujuan dari Belajar Budi Pekerti ?
4. Apa Fungsi dari Pendidikan Budi Pekerti ?
5. Bagaimana Sifat-sifat Pendidikan Budi Pekerti ?
6, Bagaimana Implementasi pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti di SMALMA ?

1.3 Tujuan
1. Supaya kita dapat mengerti dan mengetahui Apa itu Pendidikan Budi Pekerti
2. Agar kita dapat mengetahui Visi dan Misi dari pendidikan Budi Pekerti
3. Supaya kita dapat mengetahui tujuan dari belajar Budi Pekerti
4. Agar kita dapat mengetahui Fungsi dari pedidikan Budi pekerti
5. Supaya kita dapat mengetahui sifat-sifat Budi Pekerti.
6. Agar kita dapat mengimplementasi Pendidikan Budi Pekerti di SMALMA .
BAB II
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI (PBP)

2.1 Pengertian Budi Pekerti

Secara etimologi budi pekerti terdiri dari dua unsur kata, yaitu budi dan pekerti. Budi
dalam bahasa sangsekerta berarti kesadaran, pengertian, pikiran dan kecerdasan. Kata pekerti
berarti aktualisasi, penampilan, pelaksanaan atau perilaku. Dengan demikian budi pekerti
berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berprilaku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagai
tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Budi pekerti dalam bahasa Arab disebut dengan
akhlak, dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam bahasa Inggris
disebtu ethics.
Senada dengan itu Balitbang Dikbud (1995) menjelaskan bahwa budi pekerti secara
konsepsional adalah budi yang dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan atau
dilaksanakan) dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi, sekolah, masyarakat,
bangsa dan negara.
Pengertian pendidikan budi pekerti menurut Haidar (2004) adalah usaha sadar yang
dilakukan dalam rangka menanamkan atau menginternalisasikan nilai-nilai moral ke dalam
sikap dan prilaku peserta didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur (berakhlakul
karimah) dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesama
manusia maupun dengan alam/lingkungan.
Pengertian pendidikan budi pekerti menurut draft kurikulum berbasis komptensi (2001)
dapat ditinjau secara konsepsional dan operasianal.
a. Pengertian pendidikan budi pekerti secara konsepsional.
Pendidikan budi pekerti secara konsepsioonal mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Usaha sadar untuk menyiapkan perserta didik menjadi mansia seutuhnya yang berbudi
pekerti luhur dalam segenap peranannya,sekarang dan masa yang akan datang.
2. Upaya pembentukan,pengembangan,peningkatan,pemeliharaan dan perilaku peserta didik
agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara
selaras,serasi,seimbang ( lahir batin,material spiritual,dan individu sosial).
3. Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi seutuhnya yang
berbudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan,pembiasaan pengajaran dan latihan serta
keteladanan.
b. Pengertian budi pekerti secara operasional
Pendidikan budi pekerti secara operasional adalah upaya untuk membekali peserta didik
melalui bimbingan,pengajaran,dan latihan selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya
sebagai bekal masa depannya, agar memiliki hati nurani yang bersi, berperingai baik,serta
menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan sesama mahluk.
Dengan demikian,terbentuklah pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku berupa
ucapan,perbuatan,sikap,pikiran,perasaan,kerja dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama
serta norma dan moral luhur bangsa.
Budi pekerti secara operasional merupakan suatu prilaku positif yang dilakukan melalui
kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai
dewasa melalui latihan-latihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan
menghormati orang lain, cara bersikap menghadapi tamu, cara makan dan minum, cara
masuk dan keluar rumah dan sebagainya.
Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang berisikan
kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia. Tata
krama terdiri atas kata tata dan krama. Tata berarti adat, norma, aturan. Krama sopan santun,
kelakukan, tindakan perbuatan. Dengan demikian tata krama berarti adat sopan santun
menjadi bagian dari kehidupan manusia.
Dalam menerapkan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sering terjadi benturan-benturan
nilai dan norma-norma yang kita rasakan. Apa yang dahulu kita anggap benar mungkin
sekarang sudah menjadi salah. Apa yang dulu kita anggap tabu dibicarakan sekarang sudah
menjadi suatu yang lumrah. Misalnya berbicara masalah seks, hubungan pacaran, masalah
politik, masalah hak azazi manusia, dan sebagainya.

2.1 Visi dan Misi Pendidikan Budi Pekerti


Menurut buku pedoman umum dan nilai budi pekerti untuk pendidikan dasar dan menengah
(2000),diterakan bahwa :
2.1.1 Visi
Visi pendidikan budi pekerti dalam konteks ini adalah kemampuan untuk memandang
arah pendidikan budi pekerti ke depan dengan berbijak pada permasalahan saat ini untuk
disusun perencanaan secara bijak dan mewujudkan proses pengembangan budi pekerti siswa
yang terarah kepada kemampuan berpikir rasional, memiliki kesadaran moral, berani
mengambil keputusan dan bertanggungjawab atas perilakunya berdasarkan hak dan
kewajiban warga Negara yang pada gilirannya mampu bekerja sama dengan anggota
masyarakat lainnya.
Visi pendidikan budi pekerti adalah mewujudkan pendidikan budi pekerti sebagai
bentuk pendidikan nilai, moral,etika yang berfungsi menumbuh kembangkan individu warga
Negara Indonesia yang berakhlak mulia dalam pikir, sikap dan perbuatannya sehari-hari,
yang secara kurikuler benar-benar menjiwai dan memaknai semua mata pelajaran yang
relevan serta system social cultural dunia pendidikan sehingga dari dalam diri setiap lulusan
setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan terpancar akhlak mulia.
Visi budi pekerti demikian menghendaki agar terbentuk manusia yang berkualitas dan
berakhlak manusia semacam milah yang akan terbentuk melalui semaian nilai-nila budi
pekerti yang dihayati dalam hidup sehari-hari.hal ini berati bahwa setiap mata pelajaran
ataupun bidang lain yang mampu disisipi (diintegrasikan) budi pekerti perlu segera
memasukkan. Termasuk didalamnya bidang sastra,budaya,sosial,politik,dll yang akan
membentuk karakter manusia.
Dari visi tersebut selanjutnya muncul Misi pendidikan budi pekerti.
2.1.2 Misi
Adapun misi adalah harapan pendidikan budi pekerti untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Lebih lanjut misi pendidikan budi pekerti adalah sebagai berikut :
a) Mengoptimalkan subtansi praktis mata pelajaran yang relevan untuk menyemaikan atau
menanamkan budi pekerti. Dalam kaitan ini tidak hanya pelajaran agama dan PPKN yang
patut menjadi ladang budi pekerti melaikan juga bidang bahasa,satra budaya,antropologi
dan sebagainya.
b) Mewujudkan interaksi yang kondusif yang mencerminkan akhlak atau moral luhur.
c) Membantu siswa memahami kecenderungan masyarakat yang terbuka dalam Era
globalisasi,tuntutan kualitas dalam segala bidang, dan kehidupan yang demokratis dengan
tetap berdasarkan norma budi pekerti warga Negara Indonesia
d) Membantu siswa memahami disiplin ilmu yang berperan mengembangkan Budi pekerti
diperoleh wawasan keilmuan yang berguna untuk mengembangkan penggunaan hak
dan kewajibannya sebagai warga Negara
e) Membantu siswa memahami arti demokrasi dengan cara belajar dalam
Suasana Demokratis sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang lebih demokratis.
Dari visi dan misi tersebut muncul tujuan utama pendidikan budi pekerti.
2.1.3 Tujuan Pendidikan Budi Pekerti
Tujuan pendidikan budi pekerti berdasarkan kerangka pemikiran para ahli yaitu sebagai
berikut :
a. Siswa memahami nilai - nilai budi pekertidi lingkungan keluarga, lokal, nasional,
dan internasional melalui adat istiadat, hukum, undang - undang dan tatanan antar bangsa.
b. Siswa mampu mengembangkan watak atau tabiatnya secara konsisiten dalam mengambil
keputusan budi pekerti di tengah - tengah rumitnya kehidupan bermasyarakat saat ini.
c. Siswa mampu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat secara rasional bagi
pengambilan keputusan yang baik setelah melakukan pertimbangan sesuai dengan norma
pendidikan budi pekerti .
d. Siswa mampu menggunakan pengalaman budi pekerti yang baik bagi pembentukan
kesadaran dan pola perilaku yang berguna dan bertanggung jawab atas tindakannya.

Secara umum bertujuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu menggunakan


pengetahuan,mengkaji dan mempersonalisasikan nilai, mengembangkan keterampilan sosial
yang memungkinkan tumbuh dan berkembang, berakhlak mulia dalam diri manusia serta
mewujudkannya dalam perilaku sehari - hari, dalam berbagai konteks sosial - budaya yang
berbhinneka sepanjang hayat.
Pendidikan Budi Pekerti bertujuan untuk :
1) Membina kepribadian peserta didik berdasarkan nilai, norma, dan moral luhur bangsa
Indonesia yang tercermin dalam dimensi keagamaan, kesusilaan, dan kemandirian.
2) Membiasakan peserta didik untuk berpola pikir, bersikap, berkata, dan bertindak
yang mencerminkan nilai, norma, dan moral luhur bangsa Indonesia yang tercermin dalam
dimensi keagamaan, kesusilaan, kemandirian
3) Menciptakan suasana sekolah yang kondusip untuk berlangsungnya pembentukan budi
pekerti yang luhur.
Pendidikan budi pekerti mempunyai sasaran kepribadian siswa , khususnya unsur
karakter atau watak yang mengandun hati nurani (conscience) sebagai kesadaran diri
(consciousness) untuk berbuat kebajikan (virtue).
2.3 Fungsi Budi Pekerti
Menurut cahyoto tahun (2001:13) kegunaan pendidikan budi pekerti antara lain
sebagai berikut.
a. Siswa memahami susunan pendidikan budi pekerti dalam lingkup etika bagi
pengembangan dirinya dalam bidang ilmu pengetahuan.
b. Siswa memiliki landasan budi pekerti luhur bagi pola perilaku sehari-hari yang didasari
hak dan kewajiban sebagai warga negara.
c. Siswa dapat mencari dan memperoleh informasi tentang budi pekerti,mengolahnya dan
mengambil keputusan dalam menghadapi masalah nyata dimasyarakat.
d. Siswa dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain untuk mengembangkan
nilai moral.

Sementara itu ,Menurut Draf Kurikulum Berbasis Kompetensi (2001) fungsi pendidikan
budi pekerti bagi peserta didik ialah sebagai berikut :
a) Pengembangan, yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik peserta didik yang telah
tertanam dalam lingkungankeluarga dan masyarakat.
b) Penyaluran, yaitu untuk membantu peserta didik yang memiliki bakat tertentu agar dapat
berkembang dan bermanfaat secara optmal sesuai dengan budaya bangsa.
c) Perbaikan, untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan peserta didik.
d) Pencegahan, yaitu mencegah perilaku negatif yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan
budaya bangsa.
e) Pembersih, yaitu untuk memebersihkan diri dari penyakit hati seperti sombong,
iri, dengki, egois dan ria.
f) Penyaringan (filter),yaitu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain
yang tidak sesuai dengan nilai budi pekerti.

2.4 Sifat-sifat Budi Pekerti


Sifat-sifat budi pekerti sebagi unsur sifat kepribadian dapat dililihat pada perilakun
seseorang sebagai perwujudannya. Menurut Cahyoto (2002:19-20) dari hasil pengamatan
terhadap perilaku yang berbudiluhur,dapat dikemukakan adanya sifat-sifat budi pekerti,antara
lain sebagai berikut :
1. Budi Pekerti seseorang cenderung untuk mengutamakan kebajikan sesuai dengan hati
nuraninya.
2. Budi Pekerti mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya usia
( Perkembangan Budi Pekerti cukup lambat).
3. Budi Pekerti yang cenderung mewujudkan bersatunya pikiran dan ucapan dalam
kehidupan sehari-hari dalam arti terdapat kesejajaran antara pikiran,ucapan,dan perilaku.
4. Budi Pekerti akan menampilkan diri berdasarkan dorongan dan kehendak untuk
berbuat sesuatu berguna dengan tujuan memenuhi kepentingan diri sendiri dan orang lain
berdasarkan pertimbangan moral.
5. Budi Pekerti tidak dapat diajarkan langsung kepada orang atau siswa karena kedudukanya
sebagai dampak pengiring bagi mata pelajaran lainya .
6. Pembelajaran Budi Pekerti disekolah lebih merupakan latihan bagi siswa untuk
meningkatkan kualitas Budi Pekertinya sehingga terbiasa dan mampu menghadapi
masalah moral dimasyarakat pada masa dewasa nanti.
Dalam praktiknya,sifat-sifat perilaku yang berbudi pekerti luhur memerlukan observasi
atau pengamatan terhadap perilaku seseorang dalam waktu yang lama dan terus-menerus
,karena sifat sifat budi pekerti tidak dapat ditebak dalam waktu yang singkat.
BAB IV
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI (PBP) DI SMALMA

4.1 Alur Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) di SMALMA


Alur penerapan PBP di SMALMA akan diterapkan pada tahap diajarkan, dibiasakan, dilatih
secara konsisten, kemudian akan menjadi kebiasaan, sehingga akan terbentuk karakter, dan
akhirnya menjadi budaya dalam setiap perilaku anak-
Langkah-langkah Pendidikan Budi Pekerti :di SMALMA sebagai berikut :
1. Diajarkan
2. Dibiasakan
3. Dilatih secara konsiste
4. Menjadi kebiasaan
5. Menjadi karakter
6. Menajdi budaya

4.2 Nilai-nilai Mendasar dan Lingkup kegiatan Pendidikan Budi Pekerti


Nilai-nilai Mendasar dan Lingkup kegiatan PBP dibagi menjadi tujuh, yaitu:
1. Internalisasi nilai-nilai moral dan spiritual
Menghayati hubungan spiritual dengan Sang Pencipta dan diwujudkan dengan sikap moral
keseharian untuk menghormati sesama makhluk hidup dan alam sekitar.
Kegiatan wajib ::
Guru dan peserta didik berdoa bersama sesuai keyakinan masing-masing, sebelum dan
sesudah hari pembelajaran, dipimpin oleh seorang peserta didik secara bergantian di bawah
bimbingan guru.
Contoh-contoh pembiasaan baik

 Membiasakan untuk menunaikan ibadah bersama sesuai agama dan kepercayaannya baik
dilakukan di sekolah maupun bersama masyarakat.
 Membiasakan perayaan Hari Besar Keagamaan dengan kegiatan yang sederhana dan hikmat.
 Membiasakan siswa menginisiasi dan melakukan kegiatan sosial.
2. Penanaman nilai kebangsaan & kebhinnekaan
Keteguhan menjaga semangat kebangsaan dan kebhinnekaan untuk menjalin dan merekat
tenun kebangsaan. Mampu terbuka terhadap perbedaan bahasa, suku bangsa, agama dan
golongan, dipersatukan oleh keterhubungan untuk mewujudkan tindakan bersama sebagai
satu bangsa dan satu tanah air.
Kegiatan wajib

 Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan seragam atau pakaian
yang sesuai dengan ketetapan sekolah.
 Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan MOPDB untuk jenjang SMP, SMA/SMK.
 Sesudah berdoa setiap memulai hari pembelajaran, guru dan peserta didik menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia Raya.
 Sebelum berdoa saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan peserta didik menyanyikan lagu
daerah, lagu wajib nasional maupun lagu terkini yang bernuansa patriotik atau cinta tanah air.

Contoh-contoh pembiasaan baik

 Mengenalkan beragam keunikan potensi daerah asal siswa melalui berbagai media dan
kegiatan.
 Membiasakan perayaan Hari Besar Nasional dengan mengkaji atau mengenalkan pemikiran
dan semangat yang melandasinya melalui berbagai media dan kegiatan.

3. Interaksi positif dengan sesama siswa


Kepedulian terhadap kondisi fisik dan psikologis antar teman sebaya, adik dan kakak kelas.
Kegiatan wajib

 Membiasakan pertemuan di lingkungan sekolah dan/atau rumah untuk belajar kelompok yang
diketahui oleh guru dan/atau orangtua.

Contoh-contoh pembiasaan baik

 Gerakan kepedulian kepada sesama warga sekolah dengan menjenguk warga sekolah yang
sedang mengalami musibah, seperti sakit, kematian, dan lainnya.
 Gerakan kakak kelas asuh, di mana seorang kakak kelas membimbing seorang adik kelas
yang baru masuk ke sekolah.
4. Interaksi positif dengan guru dan orangtua
Interaksi sosial positif antara peserta didik dengan figur orang dewasa di lingkungan sekolah
dan rumah, yaitu mampu dan mau menghormati guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan,
warga masyarakat di linglkungan sekolah dan orang tua, yang sebaliknya menghargai dan
menyayangi para siswa.
Kegiatan wajib

 Sekolah mengadakan pertemuan dengan orangtua siswa pada setiap tahun ajaran baru untuk
mensosialisasikan: a) visi; b) aturan; (c) materi; dan (d) rencana capaian belajar siswa agar
orangtua turut mendukung keempat poin tersebut.

Contoh-contoh pembiasaan baik

 Memberi salam, senyum dan sapaan kepada setiap orang di komunitas sekolah.
 Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut kedatangan peserta didik
sesuai dengan tata nilai yang berlaku.
 Membiasakan peserta didik untuk berpamitan dengan orang tua/wali/penghuni rumah saat
pergi dan lapor saat pulang, sesuai kebiasaan/ adat yang dibangun masing-masing keluarga.
 Secara bersama peserta didik mengucapkan salam hormat kepada guru sebelum pembelajaran
dimulai, dipimpin oleh seorang peserta didik secara bergantian.

5. Penumbuhan potensi unik dan utuh setiap anak


Penghargaan terhadap keunikan dan keutuhan potensi peserta didik untuk dikembangkan.
Mendorong siswa mengembangkan kecakapan dasar serta minat-bakatnya.
Kegiatan wajib

 Menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata
pelajaran.

Contoh-contoh pembiasaan baik

 Peserta didik membiasakan diri untuk memiliki tabungan dalam berbagai bentuk (rekening
bank, celengan, dan lainnya).
 Membangun budaya bertanya dan melatih peserta didik mengajukan pertanyaan kritis dan
membiasakan siswa mengangkat tangan sebagai isyarat akan mengajukan pertanyaan.
 Membiasakan setiap peserta didik untuk selalu berlatih menjadi pemimpin dengan cara
memberikan kesempatan pada setiap siswa tanpa kecuali, untuk memimpin secara bergilir
dalam kegiatan-kegiatan bersama/berkelompok.
 Warga sekolah memanfaatkan waktu sebelum memulai hari pelajaran pada hari-hari tertentu
(dilaksanakan secara berkala dan rutin) untuk kegiatan olah fisik seperti senam kesegaran
jasmani.
 Siswa melakukan kegiatan positif secara berkala sesuai dengan potensi dirinya.

6. Pemeliharaan lingkungan sekolah


Ikut bertanggung jawab memelihara lingkungan sekolah secara bergotong-royong untuk
menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekolah.
Kegiatan wajib

 Membiasakan penggunaan sumber daya sekolah (air, listrik, telepon, dsb) secara efisien
melalui berbagai kampanye kreatif dari dan oleh siswa.
 Menyelenggarakan kantin yang memenuhi standar kesehatan. ? Membangun budaya peserta
didik untuk selalu menjaga kebersihan di bangkunya masing-masing sebagai bentuk tanggung
jawab individu maupun kebersihan kelas dan lingkungan sekolah sebagai bentuk tanggung
jawab bersama.

Contoh-contoh pembiasaan baik

 Mengajarkan simulasi antri melalui baris sebelum masuk kelas, dan pada saat bergantian
memakai fasilitas sekolah.
 Peserta didik melaksanakan piket kebersihan secara beregu dan bergantian regu.
 Menjaga dan merawat tanaman di lingkungan sekolah, bergilir antar kelas.
 Melaksanakan kegiatan bank sampah bekerja sama dengan dinas kebersihan setempat.

7. Pelibatan orangtua dan masyarakat


Penguatan peran orangtua dan unsur masyarakat di sekitar sekolah dengan melibatkan secara
aktif dalam kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah.
Kegiatan wajib

 Mengadakan pameran karya siswa pada setiap akhir tahun ajaran dengan mengundang
orangtua dan masyarakat untuk memberi apresiasi pada siswa.
Contoh-contoh pembiasaan baik

 Orangtua membiasakan untuk menyediakan waktu 20 menit setiap malam untuk


bercengkerama dengan anak mengenai kegiatan di sekolah.
 Sekolah bekerja sama dengan instansi swasta dan organisasi profesi untuk mengenalkan
profesi dan kegiatan kemasyarakatan kepada para siswa.
 Masyarakat bekerja sama dengan sekolah untuk mengakomodasi kegiatan kerelawanan oleh
peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitar sekolah.
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Budi pekerti secara operasional merupakan suatu prilaku positif yang dilakukan melalui
kebiasaan. Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang
berisikan kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia.
Dalam menerapkan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sering terjadi benturan-benturan
nilai dan norma-norma yang kita rasakan oleh karena itu, pendidikan budi pekerti dalam
pelaksanaanya dilandasi oleh Visi dan Misi yang bertujuan untuk mencapai pembelajaran
Pendidikan Budi Pekerti yang lebih baik guna meluruskan benturan-benturan yang terjadi
antara nilai dan norma dalam kehidupan.
Implementasi alur penerapan PBP di SMALMA akan diterapkan pada tahap diajarkan,
dibiasakan, dilatih secara konsisten, kemudian akan menjadi kebiasaan, sehingga akan
terbentuk karakter, dan akhirnya menjadi budaya dalam setiap perilaku anak- Nilai-nilai
Mendasar dan Lingkup kegiatan PBP dibagi menjadi tujuh, yaitu: Internalisasi nilai-nilai
moral dan spiritual, Penanaman nilai kebangsaan & kebhinnekaan, Interaksi positif
dengan sesama siswa, Interaksi positif dengan guru dan orangtua, Penumbuhan potensi
unik dan utuh setiap anak, Pemeliharaan lingkungan sekolah dan Pelibatan orangtua
dan masyarakat

3.2 Kritik dan Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini,tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini. Kami penulis berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Pendidikan Budi Pekerti (PBP)

Balitbang Dikbud. 1997. Pedoman Pembelajaran Budi Pekerti,. Jakarta: Pusbang-


kurrandik.

Cahyoto,2002.Budi Pekerti Dalam Perspektif Pendidikan. Malang : Depdiknas Dirjen


Pendidikan Dasar dan Menengah – Pusat Penataran Guru IPS dan PMP Malang

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .1989.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta :


Balai Pustaka

Haidar Putra Daulay, (2004). Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia. Jakarta: Prenada Media, Cet. ke-1.

Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta. 2001.

Anda mungkin juga menyukai