Anda di halaman 1dari 43

GURU KREATIF PENCETAK GENERASI UNGGUL

Andi Sahtiani Jahrir

Guru adalah pembentuk karakter dan kreativitas siswa. Menjadi seorang guru tidak hanya
dituntut memiliki gelar sarjana pendidikan (S.Pd), tetapi guru itu harus kreatif, guru yang
mampu menciptakan sesuatu yang unik dan beda untuk kemajuan diri dan peserta didik,
menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang berat yang tidak bisa dilakukan oleh orang yang
tidak memiliki pengetahuan dan keahlian sebagai seorang guru. Tugas guru bukan berdiri di
depan kelas dengan wajah mengerikan sambil menyuruh siswa mengerjakan halaman sekian,
kerjakan sampai pukul sekian, setelah itu diperiksa lalu pulang . guru itu harus menjadi
idola bagi siswanya, bukanlah guru yang ditakuti oleh anak didiknya.

Guru itu adalah profesi yang sangat mulia, yang dimaksud mulia di sini adalah selain
mengajar, guru itu harus mendidik anak didiknya menjadi anak yang berakhlak mulia,
memiliki budi pekerti, bahasa yang baik, tingkah laku yang sopan; guru juga harus menjadi
agent of change untuk menghasilkan anak-anak yang berprestasi. Oleh sebab itu, tugas yang
diemban oleh seorang guru tidak ringan, karena guru yang baik tidak hanya memberitahu,
menjelaskan atau mendemonstrasikan, tapi juga dapat menginspirasi.

Seorang guru adalah pemimpin di kelas untuk mencetak siswa-siswa yang berprestasi dari
apa yang telah direncanakan dengan cara-cara yang kreatif. Menjadi guru yang kreatif
memang tidak mudah apalagi untuk seorang guru yang akan mengajar di PAUD/TK atau SD
kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3).

Karena guru PAUD/TK dan SD tingkat rendah dituntut untuk lebih kreatif daripada guru-
guru yang mengajar di tingkat SMP,SMA, ataupun perguruan tinggi.

Namun, pada kenyataanya masih banyak guru di PAUD/TK ataupun SD yang belum kreatif.
Mereka masih merasa sulit dalam menciptakan sesuatu yang baru karena terkendala oleh
kekurangkreatifan sebagai guru. Untuk mejadi kreatif itu memang tidak mudah dan kreatif
itu bukanlah sebuah bakat atau minat tetapi kebiasaan-kebiasaan yang harus selalu
dikembangkan untuk menciptakan sebuah inovasi.

Memang masa depan ada di tangan penerus bangsa ini, tetapi yang bertanggung jawab
memberikan pengetahuan, bimbingan, dan motivasi ada di tangan seorang guru yang kreatif
dan inovatif. Di tangan dan di bibir merekalah ide-ide, kepribadian, karakter, dan
pengalaman anak didik bisa dilakukan untuk menghadapi tantangan bangsa ini ke depan.

Untuk menjadi seorang guru yang kreatif, inovatif, dan memiliki karakter maka diperlukan
hal-hal berikut,

Guru harus memiliki pengetahuan yang luas.

Seorang guru yang menguasai bidang ilmunya akan semakin percaya diri dan yakin dalam
mengajar, agar ilmu yang diberikan mampu dipahami dengan baik dan benar oleh siswanya.
Jika seorang guru itu sendiri tidak memiliki konsep ilmu yang luas, bagaina siswa bisa
percaya apa yang dikatakan oleh gurunya

Guru harus selalu memperbaharui ilmu yang dimilikinya

Walaupun guru sudah mengerti semua materi yang diajarkan, guru tetap dituntut untuk
belajar agar bisa menemukan hal-hal yang baru sebagai metode pengajaran yang lebih efektif
yang akan diajarkan. Jadi, bukan hanya siswa yang harus selalu belajar tetapi guru harus
selalu memberi contoh yang mutakhir

Menciptakan metode yang menyenangkan

Mengemas pelajaran menjadi lebih mudah dipahami adalah kekuatan seorang guru yang
kreatif, yang mampu membuat siswanya tidak merasa takut, tidak merasa bosan dengan
pelajaran yang diberikan oleh guru. Guru harus bisa membuat pelajaran itu menjadi sebuah
pelajaran yang menyenangkan misalnya dengan metode bermain untuk memudahkan siswa
dalam memahami pelajaran. Jika siswa senang dalam memahami pelajaran, maka mereka
akan lebih bersemangat dalam belajar

Menjadi pendengar yang baik

Jika ingin didengar, maka menjadilah pendengar yang baik terlebih dahulu agar dapat
menciptakan suasana kelas yang nyaman, tentram, dan bersahabat serta mengerti keadaan
murid.

Berpikir positif

Dengan berpikir positif maka ide-ide cemerlang akan selalu tercipta, guru pun selalu bisa
memahami keadaan siswanya.

Evaluasi diri

Guru yang kreatif harus bisa mampu mengevaluasi diri bahwa kesalahan yang dilakukan oleh
siswa bukan karena kesalahan siswa tersebut, tetapi terdapat sebuah kekuarangan dalam diri
seorang guru yang harus diperbaiki.

Berkata positif dan menghidari amarah

Tidak ada seorang pun yang menghasilkan suatu kreativitas dalam keadan takut. Kreativitas
hanya akan muncul di saat situasi damai dan menyenangkan. Guru yang menampakkan
amarahnya kepada siswanya akan membuat siswa itu semakin terpuruk dan menggangsu
psikolginya untuk belajar.

Mengenali bakat siswa


Guru harus peka terhadap bakat siswa, guru harus bisa melihat talenta yang dimiliki
siswanya. Jika seorang siswa unggul di mata pelajaran menggambar, tetapi tidak unggul di
mata pelajaran matematika atau yang lainnya maka guru harus bisa mengembangkan bakat
menggambar siswa, bukan malah mengharuskan mengurangi kegiatanx dalam menggambar
dan memaksanya mengauasai matematika atau pelajaran lain.

Menjalin komunikasi yang baik dengan siswa

Guru yang aik adalahh yang mampu berbahasa yang baik dan santun kepada siswanya, tidak
melecehkan siswa yang memiliki kemampuan lebih rendah atau melakukan kesalahan.
interaksi yang baik antara guru dan siswa agar siswa tidak merasa canggung atau sungkan
menyampaikan pendapatnya.

Tidak menjatuhkan atau menyalahkan, menkan ataupun mengancam siswa baik secara
pribadi ataupun di depan siswa lain. Perilaku seperti itu akan mengganggu psikologi siswa
tersebut, menjadi pendidik yang kreatif tentunya akan selalu menamankan hal-hal positif
kepada peserta didiknya. Seorang guru harus bisa merangkul muridnya dan menjadikan
dirinya sebagai idola di hatinya siswanya
KREATIFITAS GURU SANGAT MENDUKUNG TERHADAP
EFEKTIVITAS PBM DALAM RANGKA
MENCERDASKAN ANAK BANGSA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas individu Semester V
Program Strata Satu Fakultas Tarbiyah
Kelompok Kelas : D
Mata Kuliah : Administrasi Pendidikan
Dosen
SOBARI WS, S.Pd. M.Pd

Oleh
MUCHSOLEHUDIN
NIM : 2103846

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA


(STAINU) KEBUMEN
2012
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kehadhirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah sebagai tugas individu yang berjudul

KREATIFITAS GURU SANGAT MENDUKUNG TERHADAP EFEKTIVITAS PBM DALAM RANGKA

MENCERDASKAN ANAK BANGSA ini dengan lancar.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu Mata Kuliah Administrasi

Pendidikan, pada Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Kebumen, Semester V, Program

S1 Pendidikan Agama Islam, tahun 2012.

Terima kasih kami sampaikan pada Dosen Pengampu mata Kuliah Administrasi Pendidikan yang

terhormat Sobari WS, S.Pd., M.Pd, yang telah memberikan bimbingan dan semua pihak yang telah membantu

dalam kami menyusun makalah ini.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya, dan bagi

pembaca pada umumnya. Amin.

Kebumen, 2012

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL I

...... ii

KATA PENGANTAR iii

.... 1

DAFTAR ISI 1

..... 2

BAB I PENDAHULUAN 2

........ 3

A. Latar Belakang ......... 3

B. Rumusan Makalah ... 6

C. Tujuan ...... 7

BAB III PEMBAHASAN

..... 9

1. Pengertian Kreativitas. 12

2. Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran 12

3. Manfaat Kreatifitas Guru Dalam Pendidikan. 12

4. Peranan Kreativitas Guru Dalam Meningkatkan Pembelajaran 13

Siswa

BAB III PENUTUP

..

A. Kesimpulan .....

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

....
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru sebagai sosok pendidik bagi anak-anak di sekolah merupakan bagian yang menjadi pokok dalam

pencapaian tujuan pendidikan. Peran guru yang sangat strategis dalam pembelajaran tentunya harus dibarengi

dengan kemampuan guru sebagai pendidik. Kemampuan guru di sini meliputi bagaimana mengelola peserta

didik, mengelola kelas dan kemampuan dalam berkreativitas.

Dewasa ini pendidikan dipandang sebagai suatu aktifitas yang bersifat antisipatoris, aktifitas yang ada

diarahkan untuk menyongsong perkembangan-perkembangan yang diperhitungkan akan terjadi di masa depan.

Salah satu kecenderungan yang terlihat dengan jelas adalah dinamika kehidupan manusia dewasa ini ialah

perubahan-perubahan yang dihasilkan kehidupan manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang

berlangsung lebih cepat.

Jumlah penemuan yang dihasilkan per tahun di berbagai bidang ilmu pengetahuan makin lama makin

bertambah sejajar harapan manusia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Implikasi dari segenap

perubahan yang terjadi mempengaruhi aspek pendidikan di Indonesia. Bangsa Indonesia dituntut untuk

merancang sistem pendidikan yang lebih kreatif, dinamis dan responsif terhadap perubahan serta

kecenderungan-kecenderungan yang sedang berlangsung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Pengertian Kreativitas?

2. Bagaimana Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran?

3. Apakah Manfaat Kreatifitas Guru Dalam Pendidikan?

4. Bagaimana Peranan Kreativitas Guru Dalam Meningkatkan Pembelajaran Siswa?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui Pengertian Kreativitas.

2. Mendeskripsikan Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran.

3. Menjelaskan Manfaat Kreatifitas Guru Dalam Pendidikan.


4. Menjelaskan Peranan Kreativitas Guru Dalam Meningkatkan Pembelajaran Siswa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kreativitas

Kreativitas adalah sebuah karya yang harmonis dalam pembelajaran yang berdasarkan tiga aspek cipta,

rasa dan karsa yang akan menghasilkan sesuatu yang baru agar dapat membangkitkan dan menanamkan

kepercayaan diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.1)

Seorang guru harus kreatif dalam pembelajaran karena isi pendidikan umum menyumbang terhadap

kehidupan yang kreatif. Kreativitas menunjukkan eksplorasi gagasan-gagasan dan kegiatan baru dan

memberikan kepuasan serta dorongan untuk memperluas eksplorasinya.2)

Dalam pembelajaran kreativitas seorang guru dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan yang

dimiliknya mengembangkan bakat yang yang ada pada diri siswa serta dapat mempertahankan kompetensi yang

ada pada dirinya.3)

Bentuk kreativitas seorang guru dalam pembelajaran di kelas, akan sangat membantu dalam menentukan

arah dan tujuan pembelajaran. Kreativitas guru akan lebih memudahkan siswa dalam menerima dan memahami

materi pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga tujuan dari pembelajaran dalam hal ini pembelajaran

akidah akhlak akan mampu membentuk kepribadian dan moral siswa menjadi pribadi yang Islami dan moral

yang luhur.

Membangun kreativitas guru membutuhkan proses, ia tidaklah lahir tiba-tiba, ada proses yang

mengawalinya seperti: pertama, belajar dari pengalaman mengajar, baik diperoleh dari pengalaman sendiri

maupun dari pengalaman guru lain. Guru dapat belajar dan merefleksikan perjalanan proses belajar

mengajarnya ke dalam praktik pembelajaran bersama siswa. Kedua, rasa cinta dan kasih sayang yang

mendalam terhadap murid-muridnya agar mereka menjadi manusia ideal di masa yang akan datang. Cinta

adalah energi kehidupan. Cinta merupakan sumber pemicu yang kuat atas lahirnya kreativitas. Jika ada cinta

dan kasih sayang, maka rasa dan jiwa guru terlibat dalam proses pengajaran dan pendidikannya sehingga

totalitas kinerja guru lahir. Perasaan siswa dapat menangkap cinta kasih gurunya sehingga terjalin hubungan

1) Abdurrahman Masud, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal. 165.

2) Chabib Thaha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hal. 45.

3) M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hal. 257.
psikologis antara siswa dan guru. Ketiga, adanya tanggung jawab yang mendalam terhadap tugasnya. Keempat,

guru giat belajar untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kepribadian dan keterampilannya yang

berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru.

Kreatifitas adalah orisinalitas, artinya bahwa produk, proses, atau orangnya, mampu menciptakan

sesuatu yang belum diciptakan oleh orang lain. Kreativitas juga dapat dispesifikkan dalam dunia pendidikan,

yang dinamakan oleh Torrance dan Goff (1990) sebagai kreativitas akademik (academic creativity), Kreativitas

akademik ini menjelaskan cara berpikir guru atau siswa dalam belajar dan memproduksi informasi. Berpikir

dan belajar kreatif memuat kemampuan untuk mengevaluasi (kemampuan untuk menangkap akar masalah,

ketidakkonsistenan dan elemen yang hilang), berpikir divergen (fleksibilitas, originalitas dan elaborasi) dan

redefinisi.

Belajar secara kreatif adalah hal yang alami karena berkaitan sifat manusia yang selalu ingin tahu.

Psikologi belajar telah menunjukkan bahwa individu yang menghadapi hal baru akan mengalami

ketidakseimbangan dalam dirinya. Dengan demikian peluang untuk mengatasi ketidakseimbangan tersebut

secara kreatif terbuka bagi semua orang.

Kreatifitas tidak selalu dimiliki oleh guru berkemampuan akademik dan kecerdasan yang tinggi. Hal ini

dikarenakan kreativitas tidak hanya membutuhkan keterampilan dan kemampuan, kreatifitas juga

membutuhkan kemauan atau motivasi. Keterampilan, bakat, dan kemampuan tidak langsung mengarahkan

seseorang guru melakukan proses kreatif tanpa adanya faktor dorongan atau motivasi. Apakah perbedaan antara

kreativitas dan inovasi? Inovasi dapat diartikan sebagai proses penyempurnaan produk atau proses yang sudah

ada. Negara Jepang adalah negara yang inovatif karena terus menerus menciptakan beragam produk otomotif,

elektronik atau industri yang menguasai pasar dunia. Negara Inggris dan Jerman adalah negara yang kreatif

karena banyak ilmuwan mereka banyak memenangkan hadiah Nobel. Kreatifitas adalah jantung dari inovasi.

Tanpa kreatifitas tidak akan ada inovasi. Semakin tinggi kreatifitas, jalan ke arah inovasi semakin lebar pula.

B. Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran

Kreatifitas guru dapat diarahkan pada dua komponen pembelajaran di kelas, yaitu produk kreatifitas dan

hasil inovasi yang mendukung manajemen kelas serta hasil kreatifitas dan hasil inovasi dalam bentuk media

pembelajaran.

1. Kreatifitas dalam Manajemen Kelas


Manajemen kelas adalah aktifitas guru dalam mengelola dinamika kelas, mengorganisasikan sumber

daya yang ada serta menyusun perencanaan aktifitas yang dilakukan di kelas untuk diarahkan dalam proses

pembelajaran yang baik. Dalam hal manajemen kelas, kreatifitas guru dalam manajemen kelas diarahkan

untuk:

a. Membantu siswa di kelas dapat belajar secara kolaboratif dan kooperatif

b. Menciptakan lingkungan akademik yang kondusif dalam proses belajar

2. Kreatifitas dalam Pemanfaatan Media Belajar

Media belajar adalah alat atau benda yang dapat mendukung proses pembelajaran di kelas. Fungsi

Media Belajar (1) membantu siswa dalam memahami konsep abstrak yang diajarkan, (2) meningkatkan

motivasi siswa dalam belajar, (3) Mengurangi terjadinya misunderstanding, (4) Memotivasi guru untuk

mengembangkan pengetahuan. Dalam hal media belajar, kreatifitas guru dalam media belajar diarahkan untuk:

a. Mereduksi hal-hal yang terlalu abstrak dalam materi belajar

b. Membantu siswa mengintegrasikan materi belajar ke dalam situasi yang nyata

C. Manfaat Kreatifitas Guru Dalam Pendidikan

Tugas guru (sebagai pendidik karena jabatan) adalah berat, maka sebagai pendidik harus pandai

menggunakan bahasa yang sopan harus mempunyai kepribadian yang bauk dan kuat dan harus disenangi dan

segani oleh anak didiknya. Jangan sampai anak didik menjadi takut atau terlalu berani, emosinya harus stabil.

Sebab nanti akan menghadapi berbagai macam anak didik. Seorang pendidik harus dapat menyesuaikan diri,

tidak boleh terlalu sensitive/perasa, lekas marah/penakut.9)

Pekerjaan dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah pekerjaan professional, dalam arti seorang

guru harus benar-benar konsekuen, bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diemban, menguasai bahan

yang akan diajarkan, sehingga sebagai guru memiliki wibawa akademis di depan kelas dengan anak didik dan

masyarakat di mana ia berada.

Dalam proses belajar dan mengajar, kreatifitas dalam pembelajaran merupakan bagian dari suatu sistem

yang tak terpisahkan dengan terdidik dan pendidik. Peranan kreatifitas guru tidak sekedar membantu proses

belajar mengajar dengan mencakup satu aspek dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup apek-aspek

lainnya yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Secara umum kreatifitas guru memiliki fungsi utama yaitu

9) Dakir, Perencanaan dan Pengembagan Kurikulum, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004), hal. 19
membantu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan efisien. Namun fungsi tersebut dapat dispesifikkan

menjadi beberapa macam antara lain :

1. Kreatifitas guru berguna bagi peningkatan minat siswa terhadap mata siswaan

Produk kreatifitas guru diharapkan akan memberikan situasi yang nyata pada proses pembelajaran.

Selama ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan verbalisme yang tinggi pada hal-hal yang abstrak.

Verbalisme adalah hal sangat sulit sekali dan membosankan bagi siswa jika terus menerus dipacu di sekolah.

Penerapan produk kreatifitas guru misalnya berupa instrumen yang mampu mengajak siswa belajar ke dunia

nyata melalui visualisasi akan mampu menurunkan rasa bosan siswa dan meningkatkan minatnya pada mata

siswaan

2. Kreatifitas guru berguna dalam transfer informasi lebih utuh

Hasil inovasi berupa instrumen bantu pendidikan akan memberikan data atau informasi yang utuh, hal

ini terlihat pada aktifnya indera siswa, baik indera penglihatan, pendengaran dan penciuman, sehingga siswa

seakan-akan menemui situasi yang seperti aslinya. Produk kreatifitas guru akan melengkapi gambaran abstrak

yang sebelumnya dipahami siswa dan membetulkan pemahaman yang salah mengenai informasi yang

didapatkan dari teks. Pada kasus penerapan produk kreatifitas guru pada laboratorium, dengan memanipulasi

objek dan situasi penelitian sedemikian rupa, maka objek dan situasi tersebut seakan-akan sesuai dengan

fenomena-fenomena yang dipelajari oleh siswa.

3. Kreatifitas guru berguna dalam merangsang siswa untuk lebih berpikir secara ilmiah dalam mengamati gejala

masyarakat atau gejala alam yang menjadi objek kajian dalam belajar.

Produk kreatifitas guru sangat penting dalam pengembangan kerangka berpikir ilmiah berupa langkah

rasional, sistematik, dan konsisten. Hasil-hasil kreatifitas guru akan merangsang siswa untuk membantu siswa

dalam mengidentifikasi masalah, observasi data, pengolahan data serta perumusan hipotesis. Kegiatan tersebut

tidak hanya hanya memperkuat ingatan terhadap informasi yang diserap, tetapi juga berfungsi sebagai

pembentukan unsur kognitif yang menyangkut jenjang pemahaman.

4. Produk kreatifitas guru akan merangsang kreatifitas siswa.

Kreatifitas guru dapat digunakan secara mandiri oleh siswa, dimana siswa dapat mengembangkan

kreatifitasnya serta imajinasi dan daya nalarnya dalam memahami materi yang diajarkan. Siswa akan memiliki

kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan keunikan dalam berpikir.

D. Peranan Kreativitas Guru Dalam Meningkatkan Pembelajaran Siswa


Setiap orang memiliki potensi untuk melakukan aktifitas yang kreatif. Setiap siswa baru yang memasuki

proses belajar, dalam benak mereka selalu diiringi dengan rasa ingin tahu. Guru pada tahap ini diharapkan

untuk merangsang siswa untuk melakukan apa yang dinamakan dengan learning skills acquired, misalnya

dengan jalan memberi kesempatan siswa untuk bertanya (questioning), menyelidik (inquiry), mencari

(searching), menerapkan (manipulating) dan menguji coba (experimenting). Kebanyakan yang terjadi di

lapangan adalah aktifitas ini jarang ditemui karena siswa hanya mendapatkan informasi yang bagi mereka

adalah hal yang abstrak. Rasa ingin tahu siswa harus dijaga dengan cara memberikan kesempatan bagi mereka

untuk melihat dari dekat, memegangnya serta mengalaminya.

Guru diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendemontsrasikan perilaku yang

kreatif. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kreatifitas siswa antara lain :

1. Guru menghargai hasil-hasil pikiran kreatif siswa

2. Guru respek terhadap pertanyaan, ide dan solusi siswa yang tidak biasa (unusual)

3. Guru menunjukkan bahwa gagasan siswa adalah memiliki nilai yang ditunjukkan dengan cara mendengarkan

dan mempertimbangkan. Pada tataran ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada

orang lain.

Berikut beberapa pembiasaan guru kiranya dapat dijadikan bahan renungan untuk mengimprov

kreativitas dan inovasi guru dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas:

1. Mengaplikasi pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, siswa bisa diajak ke luar kelas dengan tujuan

memaksimalkan lingkungan sekolah sebagai alat, media dan sumber belajar yang sesuai.

2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan memanfaatkan potensi sekolah yang ada, terutama sekolah yang

siswanya banyak berasal dari lapisan masyarakat margin proses pembelajarannya disetting yang kreatif

inovavatif mampu beradaptasi berbagai macam situasi.

3. Mendisain pembelajaran oleh guru kreator yang dapat menumbuhsuburkan kreativitas dan inovasi

pembelajaran dengan analisis dan evaluasi untuk penyempurnaan disain berikutnya.

4. Hindari ketegangan semua pelaku proses pembelajaran. Baik guru maupun siswa diharapkan mampu

memnghindari ketegangan sebaliknya nikmati situasi dan kondisi pembelajaran menuju tercapainya kompetensi

siswa sesuai KTSP.

5. Biasakan selalu mengamati lingkungan sekolah sehingga dapat menemukan area yang dapat dijadikan alat,

media dan sumber belajar siswa.

6. Mengimprovisasi daya kreatif dan inovsi dengan sedikit humor sehat dan seperlunya saja untuk

mempertahankan dan mengembangkan semangat inovasinya.


7. Keluar dari dunia sempit menuju dunia luas dengan banyak baca buku bidang seni dan teknologi dapat

menambah daya peka berfikir efektif dan efisien.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kreatifitas tidak selalu dimiliki oleh guru berkemampuan akademik dan kecerdasan yang tinggi. Hal ini

dikarenakan kreativitas tidak hanya membutuhkan keterampilan dan kemampuan, kreatifitas juga

membutuhkan kemauan atau motivasi. Keterampilan, bakat, dan kemampuan tidak langsung mengarahkan

seseorang guru melakukan proses kreatif tanpa adanya faktor dorongan atau motivasi.

2. Kreatifitas dan inovasi guru dapat diarahkan pada dua komponen pembelajaran di kelas, yaitu produk

kreatifitas dan hasil inovasi yang mendukung manajemen kelas serta hasil kreatifitas dan hasil inovasi dalam

bentuk media pembelajaran.

3. Peranan kreatifitas guru tidak sekedar membantu proses belajar mengajar dengan mencakup satu aspek dalam

diri manusia saja, akan tetapi mencakup apek-aspek lainnya yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.

4. Guru diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendemontsrasikan perilaku yang kreatif.

B. Saran

Sebagai guru yang berhadapan langsung dengan siswa, hendaknya lebih meningkatkan kreativitas dalam

mengajar, sehingga siswa mampu menjadi siswa yang cerdas harapan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

----Abdurrahman Masud, (2001), Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

----Chabib Thaha, (1989), Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Andi Offset

----Dakir, (2004), Perencanaan dan Pengembagan Kurikulum, Jakarta: Asdi Mahasatya

----M. Arifin, (1997), Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


Makalah tentang menjadi guru yang kreatif dan inovatif

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Lembaga pendidikan adalah salah satu harapan besar bagi negeri ini agar bisa bangkit dari keterpurukan
dalam semua aspek kehidupan.Bangsa yang dilanda krisis sejak 1997 dan sampai sekarang belum mampu
keluar dari krisis multidimensional ini membutuhkan lahirnya kader-kader muda yang handal ynag mempunyai
ilmu pengetahuan dan teknologi modern.Dipundak mereka lah,kejayaan bangsa ini di
pertaruhkan.Namun,kelahiran mereka tidak cukup hanya dinanti,ditunggu dan dibayangkan.kader-kader muda
ini harus di rencanakan,diupayakan,dimunculkan,dan diperjuangkan dengan usaha maksimal,sistematis,dan
terstruktur.
Dalam hal ini,guru adalah aktor utama,disamping orang tua dan elemen lainnya.Kesuksesan pendidikan
yang dicanangkan .Tanpa keterlibatan aktif guru,pendidikan kosong dari materi,esensi dan substansi.Secanggih
apapun kurikulum,visi,misi,dan kekuatan finansial,sepanjang gurunya pasif dan stagnan,maka kualitas
pendidikan akan merosot tajam.Sebaliknya,selemah dan sejelek apapun sebuah kurikulum,visi misi dan
kekuatan finansial,jika gurunya inovatif,progresif,dan produktif,maka kualitas pendidikan akan maju
pesat.Apalagi jika sistem yang baik ditunjang dengan kualitas guru yang inovatif,maka kualitas lembaga
pendidikan semakin dasyat.
Disinilah,letak strategis guru dalam dunia pendidikan.Karena itu,tidak ada pilihan lain,guru-guru yang ada
harus memosisikan diri sebagai guru yang ideal dan inovatif,yakni guru-guru yang mampu menyesuaikan diri
dengan tuntutan zaman,yang mempunyai kekuatan spiritual,intelektual,emosional,dan sosial yang tinggi,serta
kreatif melakukan trobosan baru yang kontinyu dan konsisten.
Tetapi fakta nya,kebanyakan guru di indonesia tidak sesuai dengan harapan diatas.Mereka belum
mencerminkan guru yang ideal dan inovatif yang siap mendidik siswa dengan profesionalisme dan
optimisme.Oleh karena itu pemakalah ingin menyusun tentang menjadi guru kreatif dan inovatif.

II. Tujuan penyusunan makalah


a. Untuk mengetahui arti penting guru.
b. Mengetahui hal-hal yang dibenci peserta didik.
c. Mengetahui tips menjadi guru yang kreatif dan inovatif.
d. Mengetahui cara memupuk kreativitas
e. Pentingnya memberdayakan media.
f. Untuk memenuhi tugas ICT.

III. Rumusan masalah


a. Seberapa penting kah guru dimata kita?
b. Hal-hal apa saja yang dibenci peserta didik?
c. Apa saja tips menjadi guru yang kreatif dan inovatif?
d. Bagaimana cara memupuk kreativitas peserta didik?
e. Seberapa besar peran media untuk pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN
1. Arti penting Guru.
Pembahasan guru itu selalu menarik,karena ia adalah kunci pendidikan.Artinya,jika guru
sukses,maka kemungkinan besar murid-muridnya akan sukses.Guru adalah figur inspirator dan motivator murid
dalam mengukir masa depannya.Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak
didiknya,maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar cita-cita besar nya dimasa depan.
Ada beragam julukan yang diberikan kepada sosok guru.Salah satu yang paling terkenal adalah
pahlawan tanpa tanda jasa.Julukan ini mengindikasikan betapa besarnya peran dan jasa yang dilakukan guru
sehingga guru disebut sebagai pahlawan.Namun,penghargaan terhadap guru ternyata tidak sebanding dengan
dengan besarnya jasa yang telah diberikan.
Ada banyak tokoh-tokoh yang sukses karena gurunya.Contohnya Imam syafii.Kesuksesan beliau
tidak lepas dari peran guru-gurunya,khususnya Imam malik.Begitu juga dengan tokoh Hellen yang tidak
mampu berbuat apa-apa dan tidak mengenal dunia,beliau di didik oleh gurunya yang begitu sabar.Akhirnya
beliau mampu menjadi guru besar dan melahirkan pemikiran-pemikiran yang dapat diturunkan kepada anak
cucunya,atau tokoh-tokoh yang sangat terkenal sekarang seperti Bj.Habibi yang mampu membuat pesawat
terbang,Prof.Yahya.A.muhaimin yang dapat membangun sekolah tinggi STKIP ISLAM BUMIAYU yang
sebentar lagi akan menjadi universitas,pemikiran beliau pun karena jasa-jasa gurunya.
2. Hal-hal yang di benci oleh peserta didik.
Guru ideal tidak lepas dari penilaian murid.Untuk itu,seorang guru ideal harus mendengarkan
aspirasi murid agar perilakunya disenangi murid.Tidak sebaliknya,bersikukuh dan cuek dengan sikapnya
sendiri tanpa memperhatikan penilaian dan aspirasi murid,karena harmonisasi hubungan guru dan murid sangat
penting untuk efektivitas pembelajaran yang dinamis dan progresif.Dalam hal ini sebaiknya hal-hal yang
dibenci murid menjadi parameter agar pembelajaran berjalan dengan baik,berikut hal-hal yang biasanya dibenci
oleh peserta didik adalah sebagai berikut :
a) Berpakaian kurang rapi.
b) Jarang masuk.
c) Pilih kasih(tidak adil)
d) Suka memberi PR tanpa mengoreksi.
e) Berkata kasar.
f) Suka menyuruh.
g) Menghukum semena-mena.
h) Cuek didalam dan diluar kelas.
3. Menjadi guru yang ideal dan inovatif
Menjadi guru yang ideal dan inovatif adalah sebuah tuntutan yang tidak bisa dielakan.Masa depan
bangsa sangat ditentukan oleh kader-kader muda.Sedangkan penanggung jawab utama masa depan kader-kader
muda tersebut berada dipundak guru,karena gurulah yang langsung berinteraksi dengan meraka dalam
pembentukan kepribadian,memberi pemahaman,menerbangkan imajinasi dan cita-cita,membangkitkan
semangat dan mengerakkan kekuatan mereka.
Disinilah guru dituntut menjadi busur yang kuat,dinamis,visioner ,dan powerful sehingga mampu
melesatkan potensi dan cita-cita tinggi jauh ke angkasa,mejadi orang yang mampu memberikan kemanfaatan
penuh bagi kemajuan dunia.Agar dapat menjadi guru yang dapat diinginkan seperti diatas,maka hal-hal di
bawah ini dapat menjadi renungan bersama.
a) Menguasai materi pelajaran secara mendalam.
Menguasai materi pelajara adalah syarat utama menjadi guru yang inovatif,karena dengan menguasai
materi,kepercayaan diri terbangun dengan baik,tidak ada rasa was-was,dan bimbang terhadap pertanyaan
murid.Ada pepatah mengatakan the right man on the right place,artinya guru yang ideal adalah guru yang
mengajar sesuai bidangnya.
b) Mempunyai wawasan luas.
Perubahan yang terjadi setiap saat akibat revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi informasi berjalan
dengan hitungan detik,oleh karena itu guru harus up to date sehingga cakrawala pemikirannya menjadi
luas,mendunia.Karena sesuatu hal baru yang disampaikan seorang guru akan menjadi salah satu daya tarik
murid yang dapat menggugah semangatnya mengikuti pelajaran guru.Siswa pun akan bangga mempunyai guru
yang pengetahuannya luas.
c) Komunikatif.
Guru yang suka menyapa dan memperhatikan kondisi muridnya lebih diterima oleh anak didik
dibndingkan dengan guru yang cuek dan egois,yang datang hanya untuk menerangkan pelajaran lalu
pulang,karena ketika seorang murid disapa ia akan merasa diperhatikan.
d) Dialogis.
Ketika guru hanya mengandalkan metode ceramah tanpa ada ruang dialog,al hasil pemikiran anak
tidak akan berkembang,dan semangat mengembangkan materi menjadi lemah.Disinilah pentingnya metode
dialog interaktif yang melibatkan dua atau tiga arah,misalnya murid bertanya,guru menanggapi kemudian
ditanggapi lagi oleh siswa yang lain.
e) Mampu menggabungkan teori dan praktik.
Anak didik akan mudah jenuh kalau hanya dijejali dengan reori tanpa praktek.Praktek sangat
diperlukan sebagai media menurunkan,mengedepankan,dan meletakan pemahaman materi pada otak anak
didik.Praktek dapat langsung kelapangan atau sekedar di laboraturium,misalnya,untuk materi bahasa inggris
siswa sekali-kali diajak study tour ke tempat pariwisata yang banyak turis asingnya agar mereka dapat
mempraktikan dialog yang pernah diajarkan di sekolahnya.
f) Bertahap.
Belajar ilmu adalah setahap demi setahap,dari satu,dua,dan seterusnya.Bertahap ini meniscayakan
pentingnya materi yang disampaikan secara urut,tidak loncat-loncat.Dalam hal ini guru harus arif dan
bijaksana,jangan memberi materi dalam satu kesempatan.Berilah sedikit demi sedikit agar anak didik dapat
menerima dengan baik dan tidak mudah hilang.kita bisa mengambil metode ini dari peristiwa turunnya al-
quran.
g) Mempunyai variasi pendekatan.
Dalam proses belajar dan mengajar,seorang guru harus mempelajari banyak pendekatan
pengajaran.Dengan menguasai pendekatan pengajaran yang banyak,proses belajar dan mengajar dapat berjalan
secara variatif,tidak monoton dan selalu segar.
h) Tidak memalingkan materi pelajaran.
Dalam mengajar,seorang guru harus berkonsentrasi penuh pada satu arah,satu target,dan satu tujuan
yang dicanangkan,sehingga hasilnya dapat maksimal.Misanya, dalam materi agama tentang shalat,ia harus
berbicara seputar shalat dan hal-hal lain bersifat menunjang.
i) Tidak terlalu menekan dan memaksa.
Seorang guru harus berusaha untuk mengajar secara alami,tidak terlalu menekan dan memaksa
murid,karena akan berakibat negatif bagi perkembangan psikologisnya.Guru harus menyelami psikologi anak
didik,memberikan materi secara mengalir sesuai falsafah air yang mengalir secara pelan,mampu merobohkan
hal-hal besar dengan ketekunan,kerajinan, dan kesungguhan.
j) Humoris tapi serius.
Salah satu guru yang ideal adalah berwatak dinamis,kompetetif,tapi humoris.Ditengah kepenatan
pikiran,keletihan fisik, dan kebosanan berfikir,humor sangat diperlukan.Dengan selera humor yang
tinggi,seorang guru dapat memecahkan suasana yang menjenuhkan,menghilangkan kepenatan,dan
menyegarkan pikiran anak didik.Humor bukan sekedar alat penyegar,tetapi dilihat dari banyaknya pelajaran
yang murid dapatkan dan jam yang begitu lama misalnya,dari jam 07.00 sampai 13.00,tentu beban pikiran
mereka akan penat,disinilah peran guru dalam mengatur ritme,irama dan menghilangkan beban pikiran yang
semakin berat,lebih baik guru menyelingi dengan humor atau permainan untuk menyegarkan otak mereka,dari
pada guru ceramah tapi siswa tidak mendengarkan dengan baik.
4. Memupuk kreativitas.
Bakat yang telah ditemukan dan kemudian teraktualisasi akan semakin menemukan momentum
dalam mengantarkan kesuksesan manakala diikuti dengan kemampuan membangun kreativitas diri.Kreativitas
ini merupakan upaya membangun berbagai terobosan yang memungkinkan bagi pemberdayaan dan penguatan
bagi pengembang bakat yang telah tergali .Disinilah arti penting kreativitas untuk menunjang kesuskesan.
Untuk membangun kreativitas,ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.Pertama,pengetahuan yang
luas serta bidang yang dikuasainya dan keinginan yang terus menerus untuk mencari problem
baru.Kedua,adanya sejumlah kualitas yang memungkinkan memunculkan respon seperti rasa percaya diri,ceria
mandiri,kukuh pendirian,tidak mengenal lelah,dan kesiapan mengambil resiko.Ketiga,adanya kemampuan
membagi konsentrasi,menjauh dari cara berpikir konvensional menggunakan kekuatan intuitif dan yang tidak
tersadari untuk menyelesaikan masalah.Keempat,adanya keinginan kuat untuk mencapai keseimbangan saat
menghadapi persoalan,sehingga selalu berakhir dengan cemerlang.
5. Memberdayakan media.
Perkembangan media telah berlangsung secara cepat,dan membentuk budaya baru dengan
segnifikan.Budaya baru ini,langsung atau tidak langsung,sudah mempengaruhi bagaimana siswa mengikuti
sebuah proses pembelajaran.Ciri yang mendominasi adalah munculnya komponen budaya indrawi yang
utuh,meliputi melihat,mendengar,merasakan,menyentuhkan dan bereksplorasi.
Bagi guru yang kreatif dan inovatif,kehadiran budaya baru ini selayaknya ditempatkan sebagai
potensi dan tantangan untuk mengembangkan model pembelajaran yang lebih inovatif.Sebagai
konskuensinya,guru juga harus mengikuti perkembangan budaya baru ini secara respontif.Pada zaman sekarang
ini seorang guru jangan sampai gaptek gagal teknologi,merespons secara kreatif terhadap perkembangan
teknologi dan memanfaatkannya sebagai media untuk memperkukuh dan memaksimalkan hasil
pembelajaran,merupakan hal yang tidak dapat dihindari lagi.
Untuk mengimplementasi rancangan tersebut maka dalam pembelajaran,ada dua pendekatan yang
perlu dikembangkan,yaitu pendekatan visual-auditif dan pendekatan populer,untuk mendukung pendekatan
tersebut,kita perlu mengupayakan sarana-sarananya antara lain:
Media gambar (visual) adalah sarana atau media yang berbentuk poster,lukisan,foto,karikarur,dan
sebagainya,yang fungsinya untuk mendukung pembelajaran secara visual.
Media auditif adalah sarana atau media yang digunakan melalui pendengaran,misalnya lagu dari kaset,CD dan
lainnya.
Media audio-visual (FILM) adalah sarana atau media yang utuh untuk mengolaburasikan bentuk visual dan
audio.Sekarang hampir semua menggunakan komputer dan proyektor atau LCD.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Banyak cara yang dilakukan untuk menjadi guru yang ideal,kreatif dan inovatif yaitu,harus menyadari
bahwa guru adalah publik figur yang sangat di hormati dimasyarakat,guru juga harus menjadi inspirasi bagi
kader-kader muda yang akan menjadi cahaya masa depan ditangannya lah bangsa ini dijunjung.Guru
merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam hal ini,namun untuk menjadi guru yang ideal harus
mempunyai wawasan yang luas,dialogis,komunikatif dan sebagainya.
Dalam hal ini perkembangan teknologi dapat mempengaruhi kinerja guru,karena guru dituntut untuk
mengikuti perkembangan zaman,dan media pun sangat membantu jalannya pembelajaran,seperti media
visual,audio dan audio-visual.
Untuk itu guru seharusnya dapat menjadi contoh yang baik dan dan memunculkan ide-ide baru yang
dapat memotivasi dan menginspirasi peserta didiknya.
B. Saran.
Agar para calon guru tidak menjadi guru yang jadul,hendaknya mulai dari bangku kuliahlah saatnya
mengeruk ilmu para dosennya sebanyak-banyaknya,dan mencari informasi sebanyak-banyaknya diluar jam
kuliah,agar nanti pas selesai maupun belum siap diterjunkan ke lapangan.
Demikian makalah yang saya buat semoga ada manfaat nya.Terima kasih.
Daftar Pustaka
Asmani,Jamal mamur. 2011.Tips Menjadi Guru Inspiratif,Kreatif dan Inovatif. Yogyakarta: Diva press.
Naim,Ngainun. 2009 .Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: pustaka pelajar.
BEGINILAH GURU KREATIF ITU

Oleh: Solihin Agyl

Pernahkah terlintas dalam benak Anda apa yang membuat seseorang berbeda dengan yang lainnya secara
professional? Mengertikah Anda apa yang membuat seorang guru berbeda dengan guru lainnya? Keduanya
mungkin sama-sama memiliki pengetahuan yang mendalam dan pengalaman yang luas dalam mengajar,
keduanya mungkin juga sama-sama mampu membuat rencana pembelajaran (RPP / Lesson Plan) yang bagus
dan efektif sekaligus mampu mengaplikasikannya di dalam kelas dengan baik.

Namun, ada satu faktor yang akan membuat mereka berbeda satu sama lain yaitu kreatifitas. Kemampuan alami
yang dimiliki setiap orang ini menurut Bernard Golden (2013) memang dibutuhkan di setiap profesi dan
keadaan bahkan dibutuhkan kreatifitas dengan standar yang lebih tinggi di dunia pendidikan dan pengajaran.

Kreatifitas inilah yang membuat saya teringat pada pengalaman di 3 pelatihan guru (Teacher Training) yang tak
akan pernah saya lupakan. Pengalaman pertama mengikuti teacher training terjadi pada 1999 yang diadakan
oleh sebuah lembaga bahasa milik swasta di Surabaya. Itulah pertama kalinya saya mengenal dan mengetahui
apa yang disebut dengan Rencana Pembelajaran (RPP / Lesson Plan) dan bagaimana cara membuatnya padahal
sudah cukup lama saat itu saya menjadi guru bahasa Inggris di Jember. Dalam pelatihan itu semua peserta
pelatihan diberi tugas untuk membuat 3 RPP (Lesson Plan) untuk 3 kelas yang berbeda dan untuk 3 tatap muka
ke depan. Dan, semua RPP itu harus dikonsultasikan dulu dengan seorang supervisor sebelum layak
ditampilkan / dipraktekkan di dalam kelas.

Bagian yang paling menarik dan bahkan penting dalam sesi konsultasi itu adalah diskusi yang merangsang
kekritisan dan kreatifitas guru, di situlah sesi saling berbagi ide terjadi. Dan juga, bimbingan praktis untuk
pembuatan alat bantu pengajaran / media pengajaran menjadi pertemuan / konsultasi yang sangat
mengasyikkan. Lebih lagi, direktur lembaga tersebut, yang tidak jarang nimbrung dalam diskusi itu, sesekali
memberi tantangan pada semua peserta pelatihan untuk mencipta alat bantu pengajaran / media pengajaran.
Yang berani mengambil tantangan itu dan benar-benar mencipta media pembelajaran mendapatkan hadiah
langsung secara tunai.

Pengalaman pelatihan guru berikutnya terjadi pada 2003 yang diprakarsai oleh lembaga konsultan pendidikan
di Surabaya. Lembaga ini memberikan 3 minggu pelatihan secara intensif plus 5 hari workshop tentang
pembuatan materi pembelajaran / media pembelajaran. Lembaga yang mengkhususkan pada pendekatan
kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) secara praktis ini menyediakan sesi khusus untuk pembuatan
RPP, sesi konsultasi dan diskusi lebih intensif dan mendalam, praktek mengajar antar teman (Peer Teaching),
Observasi kelas, evaluasi,dan yang tidak kalah pentingnya adalah wawancara khusus dengan setiap calon siswa
untuk mengetahui kecendurangan kecerdasan mereka masing-masing menurut takaran teori kecerdasan
majemuk (Multiple Intelligence).

Pelatihan guru yang sangat tak terlupakan adalah di tahun 2008 di mana saya tergabung dalam pelatihan ICELT
(In-service Certificate in English Language Teaching) angkatan ke-2angkatan pertama diselesaikan di tahun
sebelumnya. ICELT adalah serangkaian program pelatihan guru di bawah program kerja Universitas
Cambridge ESOL Examinations di Inggris yang pada saat itu diadakan di sebuah lembaga bahasa di Bali yang
berafiliasi langsung dengan pemerintah Australia.
Program ICELT ini menyediakan pelatihan guru dan dosen secara sangat intensif selama 20 minggu di mana
2 modul harus terselesaikan dengan baik. Modul 1 berfokus pada language for teachers (kemampuan bahasa
bagi guru) sementara modul 2 berkaitan dengan praktek mengajar (Teaching Practice) dan metodologi
(Methodology) (Gawron, Josie. 2008). Setiap modul dilenkapi dengan tugas menulis esai, pembuatan RPP
(Lesson Planning), evaluasi, presentasi dan diskusi intensif tentang kegiatan, strategi dan tekhnis pengajaran di
kelas.

Setelah pelatihan tersebut selesai dalam 20 minggu, semua pesertakemudian mendapat gelar Master
Trainerdiberi tugas untuk memberikan pelatihan pada guru-guru bahasa Inggris SMP dan MTs (SMP Islam)
yang sudah dipilih sebelumnya di 3 propinsi yang berbeda (Jawa Timur, NTB dan Sulawesi Selatan) serta
melakukan kunjungan ke sekolah masing-masing untuk memantau langsung dan memberi penilain sejauh mana
praktek, strategi dan tekhnis pengajaran yang telah diberikan dalam latihan tetap dijalankan secara baik dan
profesional (Rohmah, 2007).

Sesi-sesi dalam pelatihan-pelatihan di atas, baik sebagai trainer maupun sebagai trainee, seperti Pembuatan RPP
(Lesson Planning), konsultasi pembelajaran (Lesson Consultation) dalam Pre and Post teaching practice
conference (konsultasi sebelum dan sesudah mengajar),pembuatan alat bantu pengajaran (Media Coaching) dan
evaluasi memainkan peranan penting dalam meningkatkan kreatifitas para guru selain juga peningkatan
pengetahuan dan metodologi pengajaran. Dengan begitu rasa percaya diri setiap guru menjadi meningkat.

Namun demikian, mungkin saja banyak guru sudah mengikuti pelatihan sebelumnya tapi mereka tetap saja
tidak merasa ada peningkatan kreatifitas. Lalu, apa yang salah dengan keadaan ini? Apa saja yang harus kita
perhatikan terkait kreatifitas ini?, Apa saja kriteria guru yang kreatif itu?, Apa yang harus dilakukan seorang
guru untuk menjadi kreatif? Berikut beberapa hal yang bisa dijadikan bahan pertimbangan:

Dyer (2011) telah melakukan pendalaman terhadap penelitian yang dilakukan oleh Merton Reznikoff, George
Domino, Carolyn Bridges dan Merton Honeymoon yang menyatakan bahwa kreatifitas hanyalah masalah
kebiasaan dan pembiasaan saja, bukan masalah genetik; semakin kita banyak belajar dan mempraktekkannya
semakin kita akan mendapatkan kemampuan untuk menjadi kreatif itu.

Orang yang kreatif selalu mendatangkan manfaat bagi kehidupan professionalnya. Hal ini dipertegas oleh
Yoris Sebastian (2006) bahwa orang yang kreatif selalu ada untuk menyelesaikan masalah (problem solver).
Oleh karena itu, mereka selalu dikenal sebagai pejuang tangguh di masa-masa sulit (Golden, 2013).

Orang yang kreatif selalu datang dengan solusi-solusi alternatif. Mereka selalu siap dengan problem dan
dalam kondisi apa pun.

Maka dari itu, beberapa nasehat berikut bisa dipertimbangkan untuk menjadi guru yang kreatif:

Bergabunglah dengan komunitas guru / orang kreatif kalau perlu mendirikan komunitas tersebut. (Sebastian,
2006). Berkumpul dan melakukan program kerja tertentu dengan orang / guru kreatif jelas akan membantu
untuk meningkatkan kreatifitas kita.

Luangkan waktu untuk membaca buku (menjadi Resourceful = memiliki banyak sumber ide) yang
memberikan dan menawarkan ide-ide kreatif untuk merancang media pengajaran, Strategi pengajaran, game
dan kegiatan kreatif lainnya. Beberapa buku sebagai contoh seperti Teaching Grammar Creatively (Gerngross
et al., 2006), Dealing with Difficulties (Prodromou et al., 2007) Vocabulary Games and Activities for Teachers
(Jones, 2001), Language Learning Strategies(Oxford, 1990) dan banyak buku lainnya.

Atau, pastikan untuk selalu terhubung dengan jaringan internet untuk mendapat ide-ide kreatif. Berikut
beberapa jaringan referensi dari internet untuk mendapatkan ide-ide kreatif:www.britishcouncil.com,
www.indonesiamengajar.com, dan www.englishclub.com. Dan banyak lagi link-link lainnya.

Dalam RPP (Lesson planning) atau saat mengevaluasi pelajaran (evaluating the lesson), yang perlu kita ingat
adalah menanyakan bagaimana bila begini / begitu?, Bagiamana bila saya lakukan seperti ini / itu?
atau Bagaimana caranya saya melakukan hal itu secara berbeda?(Amarta, 2013). Pertanyaan-pertanyan
tersebut tentu saja akan memicu pikiran kreatif kita.Pendek kata, Luangkan waktu untuk secara rutin
memodifikasi pelajaran kita secara kreatif dan harus terkait langsung dengan kebutuhan, minat dan kemampuan
siswa, serta berbagai macam latar belakang mereka karena sang gurulah yang mengetahui siswanya dengan
baik.

Berpikirlah di luar kotak / berpikirlah di luar kebiasaan (Think out of the box); hal ini juga dipertegas oleh
Dyer (2011). Guru harus berpikir secara berbeda. Misalnya, memecah kebuntuan dan menghindari gaya-gaya
yang terlalu biasa dilakukan oleh kebanyakan orang bahkan, kalau perlu ide segila apa pun layak dicoba.
Dengan begitu pikiran kreatif kita akan meningkat secara signifikan.

Seorang guru bisa saja memiliki akses yang baik terhadap Komputer dan internet. Mereka juga bahkan bisa saja
memiliki fasilitas kepengajaran yang sangat layak di sekolah. Tapi, semua itu akan sia-sia saja bila ternyata
setiap pribadi guru tidak pernah berusaha keras untuk menghidupkan kekuatan yang sebenarnya sudah ada
dalam diri mereka masing-masing yaitu kreatifitas.

Kreatifitas akan membuat semangat guru sekaligus siswanya meningkat pesat karena guru yang kreatif
menjamin perjalanan belajar di kelas menjadi lebih menyenangkan. Guru yang kreatif akan selalu membuat
perbedaan di kelas. Mereka mampu membuat siswanya tidak ingin beranjak di kursi mereka masing-masing
dan bahkan mereka ketagihan untuk terlibat dalam semua kegiatan di kelas. Kreatifitas pasti membuat proses
belajar mengajar menjadi sangat efektif.

Siapkah Anda menerima tantangan untuk menjadi guru yang kreatif?

1. Amarta, R. (2013). Agar Kamu Menjadi Pribadi Kreatif. Yogyakarta. Sinar Kejora.

2. Dyer, J., Gregersen, H., & Christensen M. C. (2011). The Innovators DNA Mastering The Five Skill of
Disruptive Innovators. Massachusetts. Harvard Business Review Press,

3. Gawron, J. (2008) Course Handbook Cambridge ESOL ICELT (In-service Certificate In English Language
Teaching). Bali. IALF.

4. Golden, B. (2013). Unlock Your Creative Genius. New York. Prometheus Books.

5. Zuliati, R & Bentley, C. (2007). English Language Training for Islamic Schools, papers presented at
TEFLIN International Conference.

6. Sebastian, Y. (2006). Oh My Goodness; Buku Pintar Seorang Kreatif Junkies. In Amarta R. Agar Kamu
Menjadi Pribadi Kreatif. (pp. 95-99). Yogyakarta. Sinar Kejora.
Kreativitas Guru dalam Pembelajaran

1. Pengertian Guru Kreatif

Kreativitas guru merupakan istilah yang banyak digunakan, baik di lingkungan sekolah maupun luar

sekolah. Pada umumnya orang menghubungkan kreativitas dengan produk-produk kreasi. Dengan kata lain

produk-produk kreasi itu merupakan hal yang penting untuk menilai kreativitas. Clark Monstakos, seorang

psikolog humanistis menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan (mengaktualisasikan)

identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan orang lain.[11]

Pada dasarnya pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang

menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.[12]

Dari situlah sehingga dapat diartikan bahwa guru yang kreatif adalah guru yang mampu

mengaktualisasikan dan mengekspresikan secara optimal segala kemampuan yang ia miliki dalam rangka

membina dan mendidik anak didik dengan baik. Seorang guru yang kreatif akan memiliki sikap kepekaan,

inisiatif, cara baru dalam mengajar, kepemimpinan serta tanggungjawab yang tinggi dalam pekerjaan dan

tugasnya sebagai seorang pendidik.

2. Ciri-ciri Guru yang Kreatif

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan

kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut

aktif dan berjiwa besar serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota

masyarakat yang dewasa.

Pada hakikatnya, mengajar jika dilakukan dengan baik telah dikatakan kreatif. Kunci keberhasilan

pengembangan kreatif itu terletak pada mengajar dengan kreatif dan efisien dalam interaksi yang kondusif. Hal

ini tidaklah mudah dan dibutuhkan keahlian dan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran agar tercapai apa yang

diharapkan. Secara umum dapat dinyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui

pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memiliki hasrat keingintahuan yang cukup besar.

b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.

c. Panjang akal.

d. Mempunyai keingintahuan untuk menemukan (meneliti).


e. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat (sulit).

f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.

g. Memiliki dedikasi, bergerak dan aktif menjalankan tugas.

h. Berfikir fleksibel.

i. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak.

j. Kemampuan membuat analisis dan sintesis.

k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti.

l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.

m. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.[13]

Ada yang mengatakan bahwa mengajar itu adalah seni (art), karena mengajar itu membutuhkan inspirasi,

intuisi, dan kreativitas.[14]

A. A. Mangun-harjana yang menukil salah satu ilmuwan barat mengata-kan bahwa mengembangkan kreativitas
itu menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh dalam kemajuan hidup. Orang yang berkreatif atas itu bercirikan
lincah, kuat mental .dapat berfikir dari segala arah maupun ke segala arah, dan yang terpenting mempunyai
keluwesan konseptual, orisinalitas dan menyukai kerumitan. Ciri-ciri tersebut masih harus ditambah lagi
dengan sifat mau bekerja keras, mandiri, pantang menyerah, dan lebih tertarik pada konsep besar, punya selera
humor dan fantasi serta tidak menolak ide-ide yang ada di depanya.[15]
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kreativitas Guru

Proses perkembangan pribadi seseorang pada umumnya ditentukan oleh perpaduan antara faktor-faktor

internal (warisan dan psikologis) dan faktor eksternal (lingkungan sosial dan budaya). Faktor internal adalah

hakikat dari manusia itu sendiri yang dalam dirinya ada suatu dorongan untuk berkembang dan tumbuh ke arah

usaha yang lebih baik dari semula, sesuai dengan kemampuan pikirnya untuk memenuhi segala kebutuhan yang

diperlukannya. Begitu juga seorang guru dalam hal melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana pendidikan pasti

menginginkan dirinya untuk tumbuh dan berkembang ke rah yang lebih baik dan berkualitas

Ada teori yang mengatakan "kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut

Psikologis yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi. Secara bersamaan tiga segi dalam

pikiran ini membantu memahami apa yang melatar belakangi individu yang kreatif [16]

Intelegensi meliputi kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perumusan masalah, penyusunan

strategi, representasi mental, keterampilan pengambilan keputusan dan keseimbangan serta integrasi intelektual

secara umum.
Gaya kognitif atau intelektual dari pribadi kreatif menunjukkan kelonggaran dan keterikatan konvensi,

menciptakan aturan sendiri, melakukan hal-hal dengan caranya sendiri dan menyukai masalah yang tidak terlalu

berstruktur. Dimensi kepribadian dan motivasi meliputi ciri-ciri seperti kelenturan, dorongan untuk berprestasi

dan mendapat pengakuan keuletan dalam menghadapi rintangan dan pengambilan resiko yang moderat.

Faktor eksternal juga sangat berpengaruh pada dorongan dan potensi dari dalam, yaitu pengaruh-

pengaruh yang datangnya dari luar yang dapat mendorong guru untuk mengembangkan diri. Faktor eksternal

ini dapat dikelompokkan menjadi empat, sebagai berikut :

a. Latar belakang pendidikan Guru

Guru yang berkualifikasi profesional, yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang

diajarkannya, cakap dalam mengajarkannya secara efektif dan efisien dan guru tersebut berkepribadian yang

mantap.[17] Untuk mewujudkan guru yang cakap dan ahli tentunya diutamakan dari lulusan lembaga

pendidikan keguruan seperti PGSD (Diploma) FKIP (Universitas) atau lembaga pendidikan keguruan lainnya.

Karena kecakapan dan kreativitas seorang guru yang profesional bukan sekedar hasil pembicaraan atau latihan-

latihan yang terkondisi, tetapi perlu pendidikan pra jabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot,

terselenggara secara efektif dan efisien dan tolak ukur evaluasinya terstandar.

b. Pelatihan-pelatihan Guru dan organisasi keguruan

Pelatihan-pelatihan dan organisasi sangat bermanfaat bagi guru dalam mengembangkan pengetahuannya

serta pengalamannya terutama dalam bidang pendidikan. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, guru

dapat menambah wawasan baru bagaimana cara-cara yang efektif dalam proses pembelajaran yang sedang

dikembangkan saat ini dan kemudian diterapkan atau untuk menambah perbendaharaan wawasan, gagasan atau

ide-ide yang inovatif dan kreatif yang akan semakin meningkatkan kualitas guru.

c. Pengalaman mengajar Guru

Seorang guru yang telah lama mengajar dan telah menjadikannya sebagai profesi yang utama akan

mendapat pengalaman yang cukup dalam pembelajaran. Hal ini pun juga berpengaruh terhadap kreativitas dan

keprofesionalismenya, cara mengatasi kesulitan, yang ada dan sebagainya. Pengalaman mendorong guru untuk

lebih kreatif lagi dalam menciptakan cara-cara baru atau suasana yang lebih edukatif dan menyegarkan.

d. Faktor kesejahteraan Guru

Tidak dapat dipungkiri bahwa guru adalah juga seorang manusia biasa yang tak terlepas dari berbagai

kesulitan hidup, baik hubungan rumah tangga, dalam pergaulan sosial, ekonomi, kesejahteraan, ataupun
masalah apa saja yang akan mengganggu kelancaran tugasnya sebagai seorang guru dalam proses

pembelajaran.

Gaji yang tidak seberapa ditambah dengan keadaan ekonomi negara saat ini sedang dilanda krisis

berpengaruh pada kesejahteraan guru. Oleh karena itu, tidak sedikit guru yang berprofesi ganda misalnya

seorang guru sebagai tukang ojek demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini akan sangat berpengaruh

pada kreativitas guru dalam kegiatan pembelajaran.

Dikarenakan kesibukan di luar profesi keguruannya menyita banyak waktu, maka ia tidak mempunyai

kesempatan untuk berpikir kreatif tentang pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan terkesan asal-asalan. Akan

tetapi jika gaji guru yang diperoleh mampu memenuhi kebutuhannya, maka ia pun akan memiliki waktu yang

longgar untuk lebih memaksimalkan diri dalam menciptakan suasana belajar yang lebih edukatif, karena tidak

dibayang-bayangi pekerjaan lainnya.

4. Usaha-usaha dalam meningkatkan kreativitas Guru

Tugas mengajar dan mendidik diumpamakan dengan sumber air, jika tidak terisi air maka akan kering.

Demikian juga jabatan guru, jika tidak berusaha menambah wawasan baru, melalui membaca, dan terus belajar

maka materi yang ia sajikan ketika mengajar akan terasa gersang.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin cepat, menuntut para guru untuk terus

belajar dalam banyak hal yang terkait dengan pembelajaran secara berkesinambungan agar peran guru dalam

pengajarannya tetap bermutu, kreatif dalam membimbing siswa.

Adapun hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam memacu kreativitas antara lain aktif membaca,

gemar berapresiasi, mencintai seni, respek terhadap perkembangan, menghasilkan sejumlah karya dan dapat

memberi contoh dari hal-hal yang dituntut siswa.

Usaha pengembangan profesi tenaga kependidikan, khususnya guru meliputi :

a. Program Pre Service Education[18]

Sejak Indonesia merdeka sampai sekarang Pemerintah telah mengusahakan berbagai lembaga yang

menata usaha perbaikan mutu guru. Usaha tersebut adalah dengan mengadakan sekolah-sekolah guru yang

perjalanannya terus mengalami perbaikan dan peningkatan untuk menjadi lebih terfokus.

Di samping itu ada pula program akta mengajar yang diberikan kepada mereka yang berasal dari fakultas

non keguruan untuk memperoleh kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Dengan cara ini

profesi kependidikan menjadi terbuka bagi yang berada di luar fakultas kependidikan untuk menjadi guru dan
memberi proteksi kepada profesi ini dengan mengharuskan mengambil akta mengajar bagi yang ingin menjadi

guru, sehingga dengan demikian kualitas guru dapat ditingkatkan.

b. Program In Service Education [19]

Program In Service Education yaitu usaha yang memberi kesempatan pada guru-guru untuk mendapatkan

penyegaran atau menurut istilah lainnya sebagai penyegaran yang membawa guru ke arah yang lebih baik

Dalam hal ini bagi mereka yang telah memiliki jabatan guru dapat berusaha meningkatkan profesi

melalui pendidikan lanjutan. Dikatakan In Service Education bila mereka sudah menjabat dan kemudian

mengikuti kuliah lagi.

c. Program In Service Training[20]

Pada umumnya yang paling banyak dilakukan adalah melalui penataran, yaitu:

1) Penataran penyegaran, yaitu usaha peningkatan kemampuan guru agar sesuai dengan kemampuan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi serta memantapkan kemampuan tenaga kependidikan tersebut agar dapat

melakukan tugas sehari-harinya dengan baik.

2) Penataran peningkatan kualifikasi, yaitu usaha peningkatan kemampuan guru sehingga mereka memperoleh

kualifikasi formal sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

3) Penataran penjenjangan, yaitu usaha meningkatkan kemampuan guru sehingga dipenuhi persyaratan suatu

jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Masih banyak lagi yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas profesionalismenya dan

sekaligus kreativitasnya. Semua itu tentu saja dilakukan atas dasar rasa tanggungjawab dan pengabdiannya

yang tinggi pada dunia pendidikan serta keikhlasan dan kecintaannya pada anak-anak didik agar mereka

mendapatkan pelayanan yang terbaik.

B. Kajian Tentang Prestasi Belajar PAI

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni "prestasi" dan "belajar". Antara

kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian-pengertian prestasi

belajar dibicarakan ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masalah pertama untuk mendapatkan

pemahaman lebih jauh mengenai makna prestasi dan belajar. Hal ini juga memudahkan untuk memahami lebih

mendalam tentang pengertian belajar itu sendiri.


Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun

kelompok.[21] Dari kegiatan tertentu yang digeluti untuk mendapat prestasi, maka muncullah berbagai

pendapat dari para ahli sesuai keahlian mereka masing-masing untuk memberikan pengertian mengenai kata

prestasi. Namun secara umum mereka sepakat bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan

dan sebagainya).[22] Sedangkan menurut Mas'ud Khasan Abdul Qohar yang dikutip oleh Syaiful Bahri

Djamarah prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati, yang

diperoleh dengan keuletan kerja. Sementara Nasrun Harahap dkk. memberikan batasan, bahwa prestasi adalah

penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan

pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.[23]

Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli di atas, jelas terlihat perbedaan kata-kata

tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama, yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan.

Sedangkan belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah

kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari aktivitas belajar, terjadilah perubahan dalam diri individu.

Dengan demikian belajar dikatakan berhasil bila telah terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya, bila

tidak terjadi perubahan dalam diri individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil.

Senada dengan hal ini, S. Nasution mengatakan bahwa belajar adalah proses yang melahirkan atau

mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau lingkungan alamiah) yang

dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan

karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar.[24]

Menurut Ahmad Mudzakir dan Sutrisno, belajar adalah suatu usaha mengadakan perubahan di dalam diri

seseorang yang mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan

sebagainya.[25]

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu

perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan.[26]


Jadi pada intinya, bahwa orang yang belajar tidak sama besar keadaannya dengan sebelum mereka

melakukan perbuatan belajar, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Dalam belajar faktor perubahan tingkah laku harus ada, dan tidak dikatakan belajar apabila di dalamnya tidak

ada perubahan tingkah laku.

b. Bahwa dalam perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan kecakapan baru.

Sampai di sini dapatlah dikatakan bahwa tujuan belajar, secara tuntas telah terjawab pula, yang

mengadakan perubahan tingkah laku dan perbuatannya. Perubahan dimaksud dapat dinyatakan sebagai suatu

kecakapan, pengertian, pengetahuan dan penghargaan.

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami mengenai makna kata prestasi dan belajar.

Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah

suatu proses yang mengakibatkan perubahan dari dalam individu, yakni perubahan yang sederhana mengenai

hal ini. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan

dalam diri individu sebagai hasil dari suatu aktivitas.[27]

2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Setelah kita membahas dan memahami tentang belajar mulai dari pengertian hingga bagaimana hasil

pembelajaran itu bisa diamnifestasikan dalam kehidupan riil di masyarakat, maka pembahasan selanjutnya

adalah tentang faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, dalam arti suatu pembelajaran dikatakan berhasil

atau tidaknya dipengaruhi faktor-faktor tadi.

Sumardi Suryabrata membagi dua faktor yang mempengaruhi belajar:

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar atau siswa yang berupa faktor sosial dan faktor-faktor non

sosial.

b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar yang berupa faktor-faktor fisiologis dan faktor

psikologis.[28]

Sedangkan Muhibbin Syah membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi tiga faktor, yaitu:

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni kondisi jasmani dan rohani.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan

metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.[29]


Pendapat lain mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Faktor intern, yaitu faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar. Faktor ini dibagi dua, yaitu jasmani

dan rohani

1) Faktor jasmani adalah faktor yang langsung berhubungan dengan jasmani anak yang bersangkutan. Termasuk

dalam faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis ini bisa berasal dari bawaan ataupun faktor yang dapat dipelajari yang terdiri dari:

a) Faktor intelektif, yang meliputi:

(1) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat.

(2) Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah dimiliki

b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, motivasi.[30]

Untuk lebih jelasnya, maka akan dibahas satu-persatu mengenai faktor-faktor tersebut yaitu sebagai berikut :

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan

menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efisien, mengetahui atau menggunakan konsep-

konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, dalam situasi yang sama siswa yang

mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat

intelegensi yang rendah.

b) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata

apabila sudah diadakan proses belajar dan latihan. Bakat dapat mempengaruhi belajar jika bahan pelajaran yang

dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya. Oleh karena itu, hasil belajarnya akan lebih baik dan membuat anak

didik menjadi termotivasi untuk lebih giat lagi dalam belajar.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan untuk tetap memperhatikan beberapa kegiatan yang dimintai seseorang

disertai dengan rasa senang. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang

dipelajari tidak sesuai dengan bakat anak didik, maka anak didik tidak akan belajar dengan baik, sebab tidak

adanya daya tarik dalam mempelajari suatu pelajaran.


d) Motivasi

Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri anak didik yang bisa menimbulkan

suatu aktifitas dalam hal ini adalah aktifitas belajar. Motivasi ini sangat penting dan sangat mempengaruhi

kegiatan maupun hasil belajar. Motivasi perlu ditanamkan sejak dini pada diri anak didik dengan cara

memberikan latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan.

b. Faktor ekstern:

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga yang berupa cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi.[31]

a) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik akan sangat besar pengaruhnya bagi proses belajar anaknya, karena orang tua

merupakan pendidik yang pertama dan yang utama bagi anak. Mendidik anak dengan cara memanjakannya

adalah cara mendidik yang tidak baik. Orang tua terlalu kasihan terhadap anaknya sehingga dia tidak sampai

hati untuk memaksakan anaknya untuk belajar, bahkan membiarkannya untuk tidak belajar, merupakan

tindakan yang salah. Jika dibiarkan berlarut-larut akan menyebabkan anak menjadi bodoh. Begitu juga

sebaliknya jika orang tua mendidik anaknya dengan cara yang keras, memaksa, mengejar-ngejarnya untuk

belajar juga tindakan yang salah atau keliru, karena anak akan menjadi ketakutan dan akhirnya menjadi malas

untuk belajar.

Di sinilah hubungan antara anak dan orang tua sangat diperlukan. Hubungan tersebut bisa direalisasikan

dengan bimbingan. Jika anak mengalami kesulitan-kesulitan dia dapat ditolong dengan cara memberikan

bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitannya tersebut.

b) Hubungan yang terjalin dalam keluarga

Hal ini juga merupakan hal yang sangat penting yang berpengaruh terhadap belajar anak, khususnya

hubungan antara anak dan ibu dan bapaknya selain hubungan itu hubungan antara anak dan anggota keluarga

yang lainnya seperti adik, kakak, saudara juga penting.

Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak perlu diusahakan hubungan yang harmonis antar

anggota keluarga. Hubungan yang baik atau harmonis adalah hubungan yang penuh dengan rasa kasih sayang

disertai dengan bimbingan dan bila perlu diberikan hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak itu

sendiri.
c) Keadaan ekonomi keluarga

Suasana rumah di sini yang dimaksud adalah suasana sebagai situasi atau kejadian yang sering terjadi

dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana yang gaduh dan ramai tidak akan memberikan

ketenangan bagi anak dalam belajarnya. Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana yang

tentram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tentram akan tercipta ketenangan dan ketenteraman bagi

anak dan dia akan lebih konsentrasi untuk belajar.

d) Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan

tugas-tugas rumah karena akan menyebabkan anak menjadi patah semangat. Orang tua wajib memberi

pengertian dan dorongan bahkan terus membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah, dan

kalau perlu, memantaunya dari kejauhan.

e) Keadaan ekonomi orang tua

Keadaan ekonomi keluarga juga menentukan keberhasilan belajar anak, karena anak yang sedang belajar

selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya seperti makan, pakaian, dan lain-lain, mereka juga membutuhkan

fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya

dapat dipenuhi jika keluarga mempunyai uang atau dengan kata lain keluarga itu mampu dalam membeli hal

tersebut di atas.

2) Faktor sekolah

Faktor yang satu ini juga tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi belajar siswa. Faktor-faktor

tersebut antara lain: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin

sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas-tugas rumah. Untuk lebih jelasnya akan

dibahas dalam pembahasan di bawah ini.

a) Metode mengajar/standar pelajaran di kelas

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar

akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode mengajar yang kurang baik juga akan mempengaruhi hasil

belajar, misalnya guru kurang kesiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut

menyajikan pelajarannya tidak jelas sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau kurang senang

terhadap gurunya, akibatnya siswa malas untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode

mengajar harus diusahakan tepat sesuai dengan pokok bahasan.

b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan ini sebagian besar

adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa dapat menerima, menguasai dan dapat mengembangkan bahan

pelajaran sehingga berpengaruh pada belajar siswa itu. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun secara tepat

sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.

c) Hubungan guru dengan siswa dalam proses pembelajaran

Dalam proses pembelajaran hubungan siswa dengan guru sangat dibutuhkan, karena hubungan yang baik

antara guru dengan siswa akan memberikan motivasi kepada siswa untuk giat belajar. Sebaliknya apabila

hubungan antara guru dengan siswa kurang baik, maka akan menimbulkan siswa malas dalam belajar.

d) Hubungan siswa dengan siswa lainnya

Hubungan ini juga sangat penting dan menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa yang mempunyai

sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lainnya dan selalu membuat onar, dan siswa yang

mempunyai rasa rendah dari orang lain, akan diasingkan dari kelompoknya. Akibatnya akan mengganggu

proses belajarnya. Hubungan yang baik antar siswa perlu diwujudkan agar dapat memberikan pengaruh yang

positif terhadap belajar siswa.

e) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah juga dalam belajar.

kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar. Kedisiplinan pegawai dm pekerjaannya,

kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola staf dan siswa-siswanya. Semua itu jika berjalan dengan baik dan

sesuai dengan tugasnya masing-masing, maka akan membantu tercapainya tujuan pendidikan.

f) Tugas-tugas rumah

Memberikan tugas-tugas rumah pada siswa memang diperlukan untuk memotivasi siswa dalam belajar,

akan tetapi apabila guru terlalu banyak memberikan tugas-tugas rumah, maka akan dapat menimbulkan jenuh

bagi siswa dan akibatnya siswa akan menjadi bosan untuk belajar.

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern dan juga berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar siswa.

Pengaruh ini terjadi karena siswa banyak bergaul dalam masyarakat. Berikut ini akan diuraikan tentang

kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, yang semuanya itu dapat mempengaruhi belajar

siswa.

a) Keadaan siswa di masyarakat


Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika

siswa terlalu banyak ambil bagian dalam kegiatan masyarakat, maka belajarnya akan terganggu. Oleh karena

itu, siswa harus pandai-pandai dalam membagi waktu.

b) Mass media

Yang termasuk dalam Mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, buku-buku, komik-komik, dan

lain-lain. Mass media yang baik dapat memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap

belajarnya. Sebaliknya Mass media yang jelek akan berpengaruh jelek pada siswa. Menghadapi kondisi di atas

maka siswa perlu mendapatkan bimbingan dan control yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik,

baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat

c) Teman bergaul.[32]

Teman bergaul akan lebih cepat memberikan pengaruh dalam diri siswa. Teman bergaul yang baik akan

berpengaruh baik pada terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya teman bergaul yang jelek pasti akan

mempengaruhi sifat atau jiwa siswa menjadi jelek pula.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:

a. Faktor intern yaitu suatu hal yang terjadi atau ada pada diri siswa yang keberadaannya mempengaruhi belajar

siswa. Dengan kata lain apabila faktor itu berjalan optimal atau seimbang dengan kebutuhan siswa dalam

belajar, maka hasil belajar siswa akan bagus dan begitu sebaliknya.

b. Faktor ekstern yaitu suatu hal terjadi atau ada di luar diri siswa bisa disebut juga dengan lingkungan di mana

lingkungan ini bisa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

3. Fungsi Prestasi Belajar

Fungsi prestasi belajar dimaksudkan tidak hanya untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa setelah

melakukan suatu aktivitas, tetapi yang lebih penting sebagai alat untuk memotivasi siswa agar lebih giat lagi

dalam belajar baik secara individu maupun kelompok. Penilaian merupakan aktivitas dalam menentukan tinggi

rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu yang dimaksud fungsi penilaian di sini adalah antara lain

sebagai berikut :

a. Penilaian berfungsi selektif

Artinya dalam mengadakan penilaian guru mempunyai cara yaitu mengadakan seleksi atau penilaian

terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri antara lain bertujuan :

1) Untuk memilih siswa yang diterima di sekolah tertentu.


2) Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkatan berikutnya

3) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapatkan beasiswa

4) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapatkan hak lulus dan tidak lulus

b. Penilaian berfungsi diagnotik

Artinya apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memberi persyaratan dengan melihat

hasilnya, maka guru akan mengetahui kelemahan siswa. Jadi mengadakan penilaian sebenarnya guru diagnosa

kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya dengan mengetahui sebab kelemahan tersebut akan lebih

mudah melakukan diagnosa.

c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan

Setiap siswa sejak lahir telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif

apabila disesuaikan dengan bakat atau pembawaan siswa. Akan tetapi karena keterbatasan sarana dan prasarana

dan tenaga kependidikan untuk melayani siswa yang berbeda-beda kemampuannya, maka agak menyulitkan

guru untuk dapat menentukan di kelompok-kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan sehingga mudah

untuk mengadakan penilaian.

d. Penilaian sebagai pengukur keberhasilan

Adanya penilaian ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana metode pembelajaran dan

kurikulum itu berhasil diterapkan. Apabila program yang dipergunakan itu tidak berhasil maka guru dapat

merubahnya [33]

4. Pengertian Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan

Masalah pendidikan tidak terlepas dari nilai-nilai kebudayaan yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan

masyarakat. Nilai-nilai itu senantiasa berkembang dan mengalami perubahan yang terjadi di masyarakat harus

diikuti oleh perkembangan pendidikan agar perubahan tersebut terarah setara dengan falsafah bangsa yang

menjadi anjuran hidup suatu bangsa.

Agar nilai-nilai yang dianut masyarakat tidak musnah, maka masyarakat telah menularkan apa yang

dimilikinya itu kepada generasi berikutnya. Jalan untuk melaksanakan hal itu tiada lain adalah pendidikan.

Melalui pendidikan inilah masyarakat mengajarkan konsep-konsep dan sikap-sikap dalam pergaulan hidup serta

mengajarkan bagaimana cara bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat.


Menurut M. Arifin, pendidikan adalah usaha membina mengembangkan pribadi manusia dari aspek-

aspek rohaniah dan jasmaniah yang berlangsung secara bertahap. Karena itu, kematangan yang bertitik akhir

pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses ke arah

tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.[34]

b. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Muhammad Fadil al-Dzawali, dalam M. Arifin mengartikan pendidikan agama Islam adalah proses

mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai

kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan belajar (pengaruh dari luar).[35]

Sedangkan Zakiyah Darajat mengartikan pendidikan agama Islam sebagai perubahan sikap dan tingkah

laku sesuai dengan petunjuk agama Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan

hidup yang menunjang keberhasilannya.[36]

Lain halnya dengan Zakiyah, mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha secara sistematis dan

programatis dalam membantu anak didiknya supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.[37]

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, jelaslah bahwa pendidikan agama Islam ialah proses pendidikan

yang merupakan rangkaian usaha membimbing, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya

sebagai makhluk individual dan sosial serta hubungannya dengan nilai-nilai Islam, yaitu nilai-nilai yang

melahirkan norma-norma syari'ah dan akhlak karimah.

c. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Yang dimaksud dengan dasar-dasar pendidikan Agama Islam di sini adalah segala sesuatu yang menjadi

sumber kekuatan dan keteguhan bagi tegaknya agama Islam.

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Indonesia mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar

tersebut berasal dari Al-Qur'an, dan berikut akan disebutkan beberapa ayat Al-Qur'an yang berhubungan

dengan pendidikan di antaranya adalah :

1) Surat An-Nahl ayat 125

}521 : {
Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah".[38]
2) Surat Ali Imron ayat 104

}5.1 : {
Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung".[39]
Dua ayat di atas menunjukkan adanya perintah dan anjuran sekaligus digunakan sebagai dasar

pelaksanaan Pendidikan Agama Islam.

d. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan Pendidikan Agama Islam merupakan gambaran sarana yang harus dicapai pendidikan sebagai

suatu sistem. Tujuan pendidikan merupakan suatu yang sangat menentukan sistem itu sendiri, karena inilah

yang merupakan harapan masyarakat akan hasil pendidikan.

Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,

penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi beriman dan bertakwa

kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.[40]

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan agama Islam menurut sebagian para ahli adalah

sebagai berikut :

1) Menurut Athiyah Al-Abrosyi

Tujuan pendidikan agama adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka untuk menanamkan rasa fadlilah,

yang membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang suci

seluruhnya ikhlas dan jujur.[41]

2) Menurut Abdul Ghofir

Makna dan fungsi rumusan pendidikan agama Islam adalah sebagai upaya pembentukan kepribadian

muslim, perpaduan iman dan amal shaleh, yaitu keyakinan adanya kebenaran yang menjadi satu-satunya tujuan

hidup dan sentral pengabdian diri dan perbuatan yang sejalan dengan harkat kemanusiaan[42]

3) Menurut Al-Ghozali

Tujuan pendidikan agama adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan pangkat dan megah-megahan

dengan kawan. Jadi pendidikan itu tidak keluar dari pendidikan akhlak[43]
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah

membimbing anak agar menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal shaleh, dan berakhlak mulia serta

berguna bagi masyarakat, agama, dan bangsa. Untuk tercapainya tujuan pendidikan agama Islam tersebut

diperlukan adanya keimanan yang teguh, sebab dengan adanya keimanan tersebut akan menghasilkan ketaatan

menjalankan kewajiban agama yang diperintahkan Allah, sebagaimana firman Allah :

}15 : {
Artinya : "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahku". (Qs.Ad-Dzariyat :
56)[44]
Di samping tujuan akhirat, manusia juga tidak boleh melupakan masalah keduniaannya sebagaimana

dalam firman Allah dalam surat Al-Qoshos :

}77 : {
Artinya : "Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi". (Qs.Al-Qoshos : 77)[45]
Berdasarkan ayat di atas tujuan pendidikan agama Islam bukan semata-mata untuk akhirat saja akan

tetapi tujuan keduniawianpun diperintahkan untuk mencapai kehidupan yang sakinah

C. Penelitian Sebelumnya

1. Pengaruh Kreativitas Guru Agama dalam Penggunaan Metode Mengajar PAI terhadap

Pemahaman Keagamaan Siswa di SLTPN 1 Waru Sidoarjo, oleh Femiliana Hakim IAIN Sunan

Ampel (2005) yang hasilnya menyatakan tidak ada pengaruh antara metode mengajar PAI

terhadap pemahaman keagamaan siswa.

2. Pengaruh Metode Mengajar terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa di SMA Antartika SDA, oleh

Neneng Sulian, IAIN Sunan Ampel (2005) yang hasilnya menyatakan bahwa ada pengaruh

antara metode mengajar terhadap prestasi belajar PAI.

3. Penggunaan Metode Bervariasi dalam Kaitannya Terhadap Prestasi Pendidikan Agama Islam di

MTs Al-Khoziny Buduran Sidoarjo, oleh Toha Hariyadi, STAI Al-Khoziny (2004) yang

hasilnya menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara metode bervariasi dengan

prestasi pendidikan agama Islam


Jadi belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh kreativitas guru dalam proses

pembelajaran terhadap peningkatan prestasi siswa pada bidang PAI, khususnya di SD. Sentul Tanggulangin

Sidoarjo.

D. Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Siswa Pada Bidang

Pendidikan Agama Islam

Untuk mencapai prestasi belajar yang baik, diperlukan sesuatu proses pembelajaran yang efektif dan

efisien, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan lancar dan sukses.

Hal ini berarti bahwa hasil belajar ini tidak lepas dari faktor yang bersal dari dalam siswa itu sendiri

berupa kemampuan yang dimilikinya, seperti minat perhatian, motivasi belajar, sosial ekonomi, fisik dan psikis.

Sungguhpun demikian hasil belajar yang dapat diraih juga sangat bergantung pada lingkungan belajar

siswa. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas

pembelajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pembelajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya

proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi

kualitas pembelajaran adalah kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. Hal ini berarti

bahwa dalam pembelajaran dibutuhkan suatu sistem yang di mana di dalamnya terdapat komponen-komponen

pembelajaran yang saling berkaitan antara bahan pembelajaran, metode, dan tujuan pembelajaran.

Dengan demikian maka seorang guru yang merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran

dituntut untuk kreatif dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru, sehingga proses pembelajaran akan

lebih efektif dan terarah yang nantinya akan mudah mencapai tujuan dari pembelajaran dalam hal ini prestasi

siswa akan lebih meningkat dengan adanya kekreativan seorang guru baik dalam mengelola pembelajaran

maupun dalam menghadapi siswa.

[11] Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Gramedia
Pustaka, (Jakarta : 2002), hal. 24
[12] Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, (Jakarta : 1995), hal. 145
[13] Slameto, Op. Cit, hal. 197
[14] Soekartini, Meningkatkan Efektivitas Mengajar, Pustaka Jaya, (Jakarta : 1995), hal. 32
[15] A.A. Mangunharjana, Mengembangkan Kreativitas, Kanisius, (Yogyakarta : 1986), hal. 27
[16] Munandar, Kreativitas dan Keterbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, PT Gramedia
Pustaka Utama, (Jakarta : 2002), hal 26
[17] A. Samana, Profesionalisme Keguruan, Kanisius, (Yogyakarta :1994), hal 21
[18] Piet Sahertian, Profil Pendidik Profesional, Andi Offset, (Yogyakarta : 1994) hal. 67.
[19] Ibid hal 67
[20] Ibid hal 70
[21] Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hal. 19
[22] Tim Penyusun , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, (Jakarta : 1989), hal. 700
[23] Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hal. 20
[24] S. Nasution, Didaktik Asas Mengajar, Jemmars, (Bandung : 1986), hal. 39
[25] Ahmad Mudzakir dan Sutrisno, Psikologi Pendidikan, Pustaka Setia, (Bandung : 1997), hal.. 54
[26] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, (Bandung : 1996), hal. 102
[27] Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit, hal. 23
[28] Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, (Jakarta : 1998), hal. 233
[29] Muhibin Syah, Psikologi Belajar, Logos Wacana Ilmu, (Jakarta : 2000 ), hal. 130
[30] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Rineka Cipta (Jakarta :1991) hal 130
[31] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta (Jakarta :1995), hal. 54
[32] Slameto, Op. cit, hal. 54
[33] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara (Jakarta : 1996) hal 9
[34] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, (Jakarta : 2000), hal. 11
[35] M. Arifin, Op.cit, hal. 7
[36] Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, (Jakarta : 1992), hal. 28
[37] Zuhairini, MPAI, Usaha Nasional, (Surabaya : tt), hal. 27
[38] Depag RI., Op. cit, hal. 421
[39] Depag RI., Op. cit, hal. 93
[40] Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, CV Citra Media (Surabaya :1996) hal 2
[41] Athiyah Al-Abrosyi, Dasar-dasar Pendidikan Islam, Bulan Bintang, (Jakarta : 1998), hal. 2
[42] Abdul Ghofir, Filsafat Pendidikan Islam , Angkasa (Bandung 1991) hal 164
[43] Athiyah Al-Abrosyi, Op. cit, hal, 2
[44] Depag. RI. Op. cit, hal. 889
[45] Ibid, hal. 623
[46] H. Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan Angkasa (Bandung : 1993), Hal : 31

Anda mungkin juga menyukai