Dosen Pembimbing :
Dr. Hj. Asiyah, M.Pd
PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BENGKULU
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam Karya Ilmiah ini kami
membahas “Membangun Pemahaman Kritis Terhadap Ketidakadilan dan
Perbedaan Status Sosial” dengan tujuan agar mahasiswa mengetahui dan
mengenal beberapa isi dan makna yang terkandung di dalamnya.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan,
Sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca, Amin.
Penulis,
i2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Masalah................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Status Sosiasl Dan Pendidikan Multikultural...................................... 3
B. Makna Stratifikasi Sosial..................................................................... 3
C. Problem Kesejahtraan Sosial............................................................... 4
D. Menigkatkan Sikap Kepedulian Sosial Disekolah.............................. 8
DAFTAR PUSTAKA
i3i
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumberdaya manusia
agar memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal
memberikan relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan
lingkungan budaya sekitarnya. Lebih dari itu pendidikan merupakan proses
“memanusiakan manusia” dimana manusia diharapkan mampu memahami
dirinya, orang lain, alam dan lingkungan budayanya. Atas dasar inilah
pendidikan tidak terlepas dari budaya yang melingkupinya sebagai
konsekwensi dari tujuan pendidikan yaitu mengasah rasa, karsa dan karya.
Pencapaian tujuan pendidikan tersebut menuai tantangan sepanjang masa
karena salah satunya adalah perbedaan budaya.
Olehnya, kebutuhan terhadap pendidikan yang mampu mengakomodasi
dan memberikan pembelajaran untuk mampu menciptakan budaya baru dan
bersikap toleran terhadap budaya lain sangatlah penting atau dengan kata lain
pendidikan yang memiliki basis multikultural akan menjadi salah satu solusi
dalam pengembangan sumberdaya manusia yang mempunyai karakter yang
kuat dan toleran terhadap budaya lain.
Pertautan antara Pendidikan dan Multikultural merupakan solusi atas
realitas budaya yang beragam sebagai sebuah proses pengembangan seluruh
potensi yang menghargai pluralitas dan heterogenitas sebagai konsekwensi
keragaman budaya, etnis, suku dan aliran atau agama. Pluralitas budaya,
-sebagaimana terdapat di Indonesia,- menempatkan pendidikan Multikultural
menjadi sangat urgen.
Keberagaman budaya di Indonesia merupakan kenyataan historis dan
sosial yang tidak dapat disangkal oleh siapapun. Keunikan budaya yang
beragam tersebut memberikan implikasi pola pikir, tingkah laku dan karakter
pribadi masing–masing sebagai sebuah tradisi yang hidup dalam masyarakat
dan daerah. Tradisi yang terbentuk akan berlainan dari satu suku/ daerah
1
dengan suku/daerah yang lain. Pergumulan antar budaya memberikan peluang
konflik manakala tidak terjadi saling memahami dan menghormati satu sama
lain. Proses untuk meminimalisir konflik inilah memerlukan upaya pendidikan
yang berwawasan Multikultural dalam rangka pemberdayaan masyarakat yang
majemuk dan heterogen agar saling memahami dan menghormati serta
membentuk karakter yang terbuka terhadap perbedaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Status Sosiasl Dan Pendidikan Multikultural?
2. Bagaimana Makna Stratifikasi Sosial?
3. Bagaimana Problem Kesejahtraan Sosial?
4. Bagaimana Menigkatkan Sikap Kepedulian Sosial Disekolah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Status Sosiasl Dan Pendidikan Multikultural
2. Untuk mengetahui Makna Stratifikasi Sosial
3. Untuk mengetahui Problem Kesejahtraan Sosial
4. Untuk mengetahui Menigkatkan Sikap Kepedulian Sosial Disekolah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
social, ekonomi dan politik menjadi berbeda. Stratifikasi social lebih
merupakan akibat dari perbuatan manusia yang dilakukan sekarang atau pada
masa lalu.
Mengacu pada penjelasan di atas, timbul kesenjangan social yang sangat
dalam antara kelompok masyarakat yang kaya dan yang miskin di Indonesia
ini, kemungkinan besar merupakan akibat dari perbuatan pada generasi
pendahulu kita (pemerintah dahulu) atau biasa juga merupakan akibat dari
perbuatan generasi sekarang (pemerintah sekarang). Webber menjelaskan
bahwa di dalam stratifikasi social ini terdapat tiga unsur pokok yaitu; kelas
(class), Status (status) dan pengaruh (power).
4
bahwa pembahasan ini dapat menggugah kesadaran para guru dalam
melihat masalah-masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial
(kesenjangan sosial) yang paada akhirnya nanti diharapkan kesaadaran
tersebut dapat ditularkan kepada peserta didik mereka.
Tabel peningkatan jumlah pengangguran sejak awal krisis 1997-2001
berdasarkan tingkat pendidikan.
Tingkat
No Pendidikan 1997 1998 1999 2000 2001
1 TK atau tidak
lulus SD 216.495 257.330 278.500 221.242 851.426
5
Tabel jumlah penduduk miskin per-lima tahunan mulai 1970-1999
Penduduk Miskin
No Tahun Jiwa (juta) (%)
1 1970 70,00 60,00
2 1976 54,20 40,08
3 1980 42.30 33,31
4 1984 35,00 21,64
5 1987 30,00 17,42
6 1990 27,20 15,08
7 1993 26,90 13,67
8 1996 22,50 11,34
9 1998 49,50 24,20
10 1999 79,40 39,10
6
milliar dolar AS) Rp. 90 trilyun
Pajak yang dibayar oleh pembayar pajak
tetapi tidak masuk ke ka negara Rp. 240 trilyun
Subsidi kepada perbankan yang tidak pernah
akan sehat Rp. 40 trilyun
Kebocoran dalam APBN sebesar 20% dari
370 trilyun rupiah Rp. 74 trilyun
Jumlah yang dikorup
Jumlah APBN 2003 adalah Rp. 370 trilyun tahun 2003 diperkirakan
sekitar
Rp. 444 trilyun
Dari tabel diatas dapat terlihat begitu parahnya kasus korupsi yang
ada. Karena jumlah uang yang telah dikorup ternyata lebih besar dari
APBN negara ini. Sudah pasti bahwa pernyataan yang kemudian muncul
akibat keadaan ini adalah bagaimana mungkin sebuah negara akan terlepas
dari krisis apabila dana yang dikorup ternyata lebih besar dari anggaran
yang ada.
4. Korupsi dan Penegakan Hukum
Upaya pemberantasan korupsi dinegeri ini, tentunya sangat terkait
dengan upaya penegakan hukum. Dan untuk melakukan penegakan
hukum, maka sangat tergantung kepada seberapa besar keseriusan
pemerintah untuk membuat dan menerapkan undang-undang anti korupsi
yang intinya memberi sanksi berat pada koruptor, seperti hukuman seumur
hidup atau hukuman mati. Menghukum para pejabat korup dan
konglomerat hitam tanpa peduli apa jabataan dan pangkatnya, apa partai
dan organisasinya, adalah langkah penegakan hukum yang memang sangat
penting untuk dilakukan saat ini. Selain itu, mengangkat orang-orang yang
benar-benar bersih dan tidak terlibat dalam kasus korupsi sebagai pejabat
baru adalah langkah politis yang sangat penting pada saat ini.
Sebenarnya, pemerintahan di negeri ini, pasca kejatuhan pemerintahan
Soeharto seperti pada pemerintahan Habibie, Abdurrahman Wachid dan
7
Megawati, telah melakukan beberapa langkah strategi untuk membrantas
korupsi. Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30
tahun 2002 tentang pembentukan dan penugasan “Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi” dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2001 tentang “Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi” adalah
salah satu langkah politik pemerintah yang cukup maju. Sayangnya
pembuatan Undang-Undang semacam ini saja tidak cukup apabila
kemauan politis pemerintah lemah dalam mengadili para koruptor.
Langkah-langkah lain jugaa telah dilakukan oleh pemerintah untuk
memberantas korupsi di negeri ini, seperti dibentuknya “Komisi
Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara” (KPKPN). Dibentuknya KPKPN
diharapkan dapat memberikan laporan atas ketimpangan harta kekayaan
para aparat negara yang korup dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) yang diharapkan dapat menyehatkan dunia perbankan nasional
dari para banker-banker korup. Sayangnya, institusi-institusi tersebut
mandul karena kemauan pemerintah secara politis terhadap pemberantasan
korupsi kurang kuat dan tidak serius. Kurang kuatnya kemauan politis
pemerintah dalam pemberantasan korupsi disebabkan para koruptor kelas
kakap itu adalah tidak lain kroni-kroni mereeka sendiri.
Rendahnya kemauan politis pemerintah dalam memberantas korupsi ini
dapat terlihat dengan jelas daari banyaknya para koruptor kelas kakap
yang ditengarai telah merugikan negara ratusan trilyun rupiah justru telah
memenangkan proses peradilan dan bebas dari tuntutan.
8
1. Peran guru dan sekolah dalam membangun sikap kepedulian sosial
Guru dan sekolah mempunyai peran pokok terhadap
pengembangan sikap siswa yang peduli dan kitis terhadap segala bentuk
ketidakadilan sosial, ekonomi dan politik yang ada disekitarnya. Dalam
pendiddikan multikultural ada beeberapa langkah penting untuk diterapkan
oleh para guru dalam menumbuhkan sikap kepedulian sosial siswa yaitu:
Pertama, dalam pendidikan multikultur, seorang guru sebaiknya
mempunyai wawasan yang cukup tentang berbagai macam fenomena
sosial yang ada dilingkungan murid-muridnya. Terutama sekali yang
berkaitan dengan ketidakadilan sosial, politik dan ekonomi seperti masalah
keemiskinan, pengangguran, korupsi, daan lain-lain. Harus disadari bahwa
tidak semua guru mempunyai wawasan dan pemahaman kritis tentang
berbagai ketidakadilan yang terjadi. Untuk itu, penting bagi pihak sekolah
untuk memberikan training dan pelatihan khusus untuk membangun
pemahaman kitis guru terhadap berbaagai fenomena ketidakadilan yang
ada.
Kedua, guru sebaiknya mempunyai sensitifitas terhadap adanya
diskriminasi dan ketidakadilan sosial, ekonomi, dan politik. Ketika ada
penggusuran terhadap perkampungan kumuh yang terletak tidak jauh dari
sekolah, seorang guru eharusnya mampu menjelaskan keadaan tersebut
secara obyektif dan kritis. Kesensitifan seoraang guru yang dapat
menjelaskan kenapa sampai terjadi penggusuran, apa dampak dari
penggusuran itu, kenapa orang-orang yang tinggal di daerah yang digusur
teersebut kebanyakan orang miskin, apa yang seharusnya dilakukan
pemerintah terhadap para korban penggusuran tersebut, tentunya, akan
bermanfaat dalam membentuk wacana dan pemahaman murid terhadap
berbagai fenomena sosial yang ada disekitar mereka.
Ketiga, seorang guru sebaiknya dapat menerapkan secara langsung
sikap peduli dan anti diskriminasi sosial, politik dan ekonomi di kelas,
sekolah maupun diluar sekolah. Guru dapat menerapkan sikap tersebut
dengan cara bersikap adil kepada seluruh siswa tanpa harus
9
mengistimewakan salah satu dari mereka meskipun latar belakang status
sosial mereka berbeda. Contoh lainnya, seorang guru harus dapat
bertindak ketika melihat sekelompok siswa membuat “geng” yang
anggotanya para siswa dngan latar belakang kelas sosial-ekonomi tertentu.
Dalam meelihat fenomena semacam ini, guru harus tanggap dan
mampu menjelaskan, membimbing dan menyadarkan para siswa tersebut
untuk tidak mengeksklusifkan diri, karena hal itu tidak sesuai dengan etika
dan norma-norma kehidupan sosial yang ada. Selain itu, harus dijelaskan
bahwa tindakan tersebut merupakan salah satu bentuk diskriminasi
terhadap sisswa lain yang didalam undang-undang sekolah tindakan
semacam itu dilarang.
Sekolah juga mempunyai peran penting dalam membangun
kesadaran kritis siswa dalam melihat ketidakadilan sosial di sekelilingnya.
Agar peran ini dapat dimanfaatkan dengan baik, ada beberapa langkah
yang harus diperhatikan oleh sekolah yaitu:
Pertama, sekolah sebaiknya membuat dan menerapkan peraturan
atau undang-undang sekolah yang dapat mendorong tumbuhnya
kesaadaran kritis terhadap fenomena ketidakadilan politik, ekonomi, dan
sosial yang ada disekitar mereka. Dalam undang-undang sekolah itu
ditetapkan peraturan yang mengatakan bahwa semua siswa , tanpa
terkecuali dan tanpa memandang latar belakangnya, mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Selain itu, dalam undang-
undang sekolah tertulis juga larangan keras bagi setiap siswa untuk
melakukan kebohongan dan mencontek dalam kegiatan akademis
disekolah atau dikampus. Dengan diberlakukannya peraturan yang salah
satu intinya seperti ini secara sungguh-sungguh dan konsisten oleh pihak
sekolah dapat membangun sikap siswa untuk peercaya diri, menghargai
orang lain dan bertanggung jawab.
Kedua, untuk membangun sikap peduli terhadap masyarakat yang
terpinggirkan secara ekonomi, sosial dan politik. Sekolah dapat membuat
acara bulanan atau bahkan tahunan yang diikuti oleh seluruh pihak sekolah
10
yang berbentuk bakti sosial atauaksi nyata lainnya. Dalam bakti sosial ini
tentunya tidak hanya ditekankan pada pemberian sumbangan yang bersifat
ekonomis, akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana siswa dapat
melakukan dialog, merasakan dan mencari solusi pemecahan atas problem
masyarakat yang dapat perlakuan tidak adil dari penguasa tersebut.
Ketiga, sekolah sebaiknya menerapkan kurikulum yang tidak
hanya didisainuntukmeningkatkan kemampuan kognitif (ilmu
peengetahuan), tetapi juga meningkatkan kemampuan efektif (sikap) dan
psikomotorik (keterampilan). Misalnya dalam landasan dan tujuan
kurikulum mata pelajaran ekonomi yang tidak hanya mengatakan bahwa
kuikulum tersebut diterapkan untuk menciptakan ekonom handal yang
mampu menjadi manajer bisnis kelas tinggi. Akan tetapi juga mempunyai
visi dan misi untuk membangun keadilan dan kesejahteraan ekonomi
masyarakat secara umum.
11
GAMBAR
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menjamin keamanan dari kebutuhan-kebutuhan hidup merupakan tujuan
pertama dan utama dari pendidikan Islam. Dalam kehidupan manusia, ini
merupakan hal penting, sehingga tidak bisa dipisahkan. Apabila kebutuhan ini
tidak terjamin, akan terjadi kekacauan di mana-mana. Kelima kebutuhan yang
primer ini disebut dengan istilah Al-Daruriyat al-Khamsah atau dalam
kepustakaan hukum Islam disebut dengan istilah al-Maqasid alKhamsah,
yaitu: agama, jiwa, akal pikiran, keturunan, dan hak milik.
Jika diperhatikan dengan seksama, tujuan pendidikan Islam ditetapkan
oleh Allah untuk memenuhi keperluan hidup manusia itu sendiri, baik
keperluan primer (al-maqasidu al-khamsah), sekunder (hajiyat) , dan tertier
(tahsinat). Oleh karena itu, apabila seorang muslim mengikuti ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan Allah, maka ia akan selamat baik di dunia maupun
di akhirat. Beberapa keterangan mengenai tujuan pendidikan Islam di atas
sesuai dengan tujuan pendidikan multicultural, yaitu untuk menciptakan
kehidupan yang harmonis dalam masyarakat yang serba majemuk.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu
penulis mengharapakan kritik dan saran dari pembaca sebagai pedoman
penulisan makalah yang lebih baik kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Banks, James, Teaching Strategies For Ethnic Studies, Newton: Allyn and Bacon,
1984.
Haryono, Anwar, Hukum Islam; Keluasan dan Keadilan, Jakarta: Bulan Bintang,
1968.
14