TEKNOLOGI INFORMASI
PELAYANAN KESEHATAN
PERAN KOMPUTER DALAM DUNIA KESEHATAN
Mendengar istilah ini mungkin ada yang belum familiar. EHR atau di dalam
bahasa indonesia disebut dengan RKE merupakan catatan klinis perorangan
di dalam suatu institusi yang mempunyai standar data baik nasional maupun
internasional. Sedangkan EMR merupakan catatan klinis perorangan di
dalam suatu institusi yang diolah dan digunakan di dalam institusi tersebut.
Adanya EMR ataupun EHR menjadikan data-data pasien yang masuk ke
rumah sakit atau institusi kesehatan lainnya dapat diakses oleh bagian mana
saja sesuai dengan kebutuhan dan peraturan yang ada.
Kita contohkan dari EMR itu jika anda ke rumah sakit A kemudian
didaftarkan oleh petugas pendaftaran menggunakan SIMRS, kemudian dua
bulan kemudian anda daftar ke rumah sakit B dan sama kegiatannya
mendaftarkan data demografi kita dari awal. Berbeda dengan EHR, jika
bulan januari daftar ke RS A itu menjadi pasien rumah sakit tersebut,
kemudian di bulan Maret ternyata anda mendaftar lagi di RS B, maka tidak
usah input ulang data-data demografi anda. Penjelasan lebih lanjut tentang
EHR dan EMR mungkin akan dibahas di matakuliah lainnya.
Maanfaat-manfaat tidak terbatas pada penjelasan di atas. Dikemudian hari
perkembangan teknologi komputer pasti banyak perkembangan. Kita sebagai
pengguna seyogyanya selalu mengikuti perkembangan teknologi komputer dalam
dunia kesehatan khususnya yang berhubungan dengan Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan (RMIK)ahli lainnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan pandangan
dan konsentrasi kajian serta hasil penelitian dan pengamatan yang berbeda.
Dengan demikian jika para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai suatu
pengetahuan tertentu, maka merupakan hal yang wajar. Begitu juga halnya dengan
definisi atau pengertian tentang geografi. Banyak ahli yang memaparkan berbagai
pengertian atau definisi geografi. Dari banyaknya pengertian atau definisi tersebut
terdapat persamaan dan ketidaksamaan antara yang satu dengan yang lain. Ada
yang memuat sedikit komponen kajian ada juga yang memuat banyak komponen
kajian. Definisi geografi tidak lepas dari perkembangan pandangan geografi
sebagai ilmu dari masa ke masa.
Prof. R. Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1982), memerinci perkembangan
pandangan geografi dimulai dengan pandangan geografi klasik, pandangan
geografi pada abad pertengahan dan “renaissance”, pandangan geografi modern,
pandangan geografi pada
akhir abad 19 ke abad 20 dan pandangan geografi mutakhir.
PENGANTAR TI KEPERAWATAN
Manfaat Komputer Dalam Keperawatan
Di era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat
mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya,
sehingga apabila masyarakat mendapatkan pelayanan
kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak
menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan. Namun kondisi
keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum
didukung dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya
dalam memenuhi ketersediaan alat dokumentasi yang cepat
dan modern dipelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik
oleh perawat khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama
pelayanan keperawatan.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,
seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar,
yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah
disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya
dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual dan
konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai.
Contohnya dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual,
sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian
dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka
sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen.
Salah satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang sudah mulai
dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional adalah teknologi PDA
( personal digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan
dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Perawat, dokter,
bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan
terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia
adalah sebuah alat komputer genggam portable, dan dapat
dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu,
namun terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi
antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet
akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam
gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan juga
spreadsheet. PDA terbaru bahkan memiliki tampilan layar
berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai telepon
bergerak, HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini
banyak PDA dapat langsung mengakses internet, intranet dan
ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area
Networks). Dan terutama PDA memiliki kelebihan hanya
menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch screen.7)
Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bahkan pasien akan lebih mudah
mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir. “Aplikasi klinis
yang banyak digunakan selama ini adalah referensi tentang obat/drug
reference. Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data,
saat ini sudah tersedia. PDA semacam ini memungkinkan tenaga
kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data pasien guna
mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi,
riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat
pula diakses secara virtual di mana pun kapan pun, dengan bandwidth
ponsel yang diperluas atau jaringan institusional internet nirkabel
kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien atau
gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan
pengajaran atau riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Meski demikian, PDA tidak akan dapat menggantikan
komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat ini akan memberikan
kemudahan tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di mana saja.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat
mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan
kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan
data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan
menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data,
mendokumentasikan intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan
keperawatan; PDA dapat menyimpan daftar nama, email, alamat website, dan
diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk program pembelajaran
keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat. Apabila
pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat
mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran tatap muka
hubungan interaksi perawat-pasien (telenursing). PDA dapat menunjang
pengumpulan data base pasien dan RS, yang berguna untuk kepentingan riset
dalam bidang keperawatan. Sudah selayaknya institusi pendidikan keperawatan
sebaiknya memberikan penekanan penting dalam kurikulumnya, untuk mulai
mengaplikasikan “touch” over “tech” (sentuhan tehnologi dalam bidang
keperawatan). Sehingga saat si perawat tersebut telah lulus, mereka dapat
mengintegrasikan tehnologi dalam asuhan keperawatan.
Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan
produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan
mutu perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat.
Sebagian besar perawat secara umum masih “gaptek” tehnologi, termasuk PDA.
Kita bisa memulai bergabung dengan grup penggermar PDA dan masuk dalam
kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para dokter, membuka website
tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan dari perawat lain yang telah
terbiasa menggunakan PDA. Mulailah mencoba dari hal yang sederhana seperti
agenda harian, organizer, mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu
sendiri. Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit
atau pendidikan keperawatan, agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi
informasi/nursing computer secara luas di negara kita. Di Indonesia seyogyanya
akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari institusi pendidikan
AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi belajar
mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek
mahasiswa di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka
dosen dan mahasiswa dapat langsung akses browser internet.
Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat
Kepala bidang Keperawatan/supervisor keperawatan di RS
pun demikian. PDA sebagai organizer, dan smart phone dapat
membantu bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai
manajer. Setiap kegiatan rapat, pengambilan keputusan,
penggunaan analisa data dan teori keperawatan dapat diakses
segera melalui PDA. Setiap data yang ada di RS dapat pula
bermanfaat untuk bahan analisa riset keperawatan, masukkan
untuk perumusan kebijakan/policy dan penunjang sistem TI
(tehnologi informasi) di RS. Sehingga bukan tidak mungkin
akan tercipta nursing network (jaringan keperawatan online)
yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan
program kesehatan secara online tanpa mengenal batas
geografis.
Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan
keperawatan akan bersinggungan dan berjalan seiringan
dengan perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan
keperawatan dimasa mendatang bukan tidak mungkin, akan
semakin banyak berkembang pesat. Aplikasi telemetry (alat
monitor jantung pasien) di ruang rawat semisal medikal pada
pasien jantung koroner/MI, yang dimonitor melalui CCU
untuk melihat irama dan patologi, sistem data base pasien, dan
bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran
suhu pasien dengan dimonitor melalui komputer – menjadi
terobosan baru yang perawat perlu ketahui. Hingga ada
saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu
mengurangi beban kerja perawat, dan meningkatkan akurasi
hasil asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia.
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia
nampaknya masih sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah
berkembang pesat. Kemungkinan faktor penghambatnya yaitu kurang
terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika khususnya PDA,
masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum
terintegrasinya sistem infirmasi manajemen berbasis IT dalam parktek
keperawatan di klinik. Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari organisasi
profesi perawat bekerjasama dengan institusi pelyanan kesehatan untuk lebih
mengaplikaskan lagi sistem informasi manajemen berbasis IT dalam
memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa menyulitkan dan
membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program tersebut. Namun
setelah terbiasa terasa sangat membantu perawat sehingga mengurangi
administrasi kertas kerja dalam asuhan keperawatan. Seperti contohnya,
perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs pasien (dengan
pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry ke
komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu
diisikan, sekarang cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan keperawatan)
SEJARAH PERKEMBANGAN
KOMPUTER DALAM KEPERAWATAN
Komunikasi adalah hal yang sangat penting bagi sebuah
institusi perawatan kesehatan karena banyaknya
bagian/departemen yang terlibat dalam proses perawatan
pasien. Pelayanan dan manajer keperawatan harus
memasukkan banyak data/informasi mengenai pasien mulai
dari saat masuk hingga pasien pulang.
Saat ini komputer secara absolut penting untuk mengatur:
Komputer telah dikenal sekitar lima puluh tahun yang lalu, tetapi rumah sakit lambat
dalam menangkap revolusi komputer. Saat ini hampir setiap rumah sakit
menggunakan jasa komputer, setidaknya untuk manajemen keuangan. Perawat
terlambat mendapatkan manfaat dari komputer, usaha pertama dalam menggunakan
komputer oleh perawat pada akhir tahun 1960-an dan 1970-an mencakup:
1. Automatisasi catatan perawat untuk menjelaskan status dan perawatan pasien.
2. Penyimpanan hasil sensus dan gambaran staf keperawatan untuk analisa
kecenderungan masa depan staf.
Pada pertengahan tahun 1970-an, ide dari sistem informasi rumah sakit (SIR)
diterapkan, dan perawat mulai merasakan manfaat dari sistem informasi manajemen.
Pada akhir tahun 1980-an memunculkan mikro-komputer yang berkekuatan besar
sekali dan perangkat lunak untuk pengetahuan keperawatan seperti sistem informasi
manajemen keperawatan (SIMK)
SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT
(SIR)
Sistem informasi rumah sakit (SIR) sangat luas, desain sistem
komputer yang komplek untuk menolong komunikasi dan
mengatur informasi yang dibutuhkan dari sebuah rumah sakit.
Sebuah SIR akan diaplikasikan untuk perijinan, catatan medis,
akuntansi, kantor, perawatan, laboratorium, radiologi, farmasi,
pusat supali, mutrisi/pelayanan makan, personel dan gaji.
Jumlah aplikasi-aplikasi lain dapat dimasukkan bagi beberapa
bagian/departemen dan untuk beberapa tujuan yang praktikal.
Manajer-manajer perawat perlu mengenal komputer, yang
mencakup mengenal istilah umum yang digunakan komputer.
Pada masa depan dapat diharapkan bahwa semua pekerjaan
perawat akan dipengaruhi oleh komputer, dan beberapa posisi
baru akan dikembangkan bagi perawat-perawat di bidang
komputer
PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
KEPERAWATAN (SIMK)
Sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK) merupakan paket perangkat lunak yang
dikembangkan secara khusus untuk divisi pelayanan keperawatan. Paket perangkat lunak ini
mempunyai program-program atau modul-modul yang dapat membentuk berbagai fungsi
manajemen keperawatan. Kebanyakan SIMK mempunyai modul-modul untuk :
Ø Mengklasifikasikan pasien
Ø Pambentukan saraf
Ø Penjadwalan
Ø Catatan personal
Ø Laporan bertahap
Ø Pengembangan anggaran
Ø Pengendalian mutu
Ø Rencana strategi
Ø Evolusi program
Modul SIMK untuk klasifikasi pasien, pengaturan staf, catatan personal,
dan laporan bertahap sering berhubungan. Pasien diklasifikasikan
menurut kriterianya. Informasi klasifikasi pasien dihitung berdasarkan
formula beban kerja. Juga susunan pegawai yang dibutuhkan dan
susunan pegawai yang sebenarnya dapat dibuat. SIMK dan komputer
dapat membuat perawatan pasien lebih efektif dan ekonomis. Perawat-
perawat klinis menggunakannya untuk mengatur perawatan pasien,
termasuk di dalamnya sejarah pasien, rencana perawatan, pemantauan
psikologis dan tidak langsung, catatan kemajuan perawatan dan peta
kemajuan. Hal ini dapat dilakukan di semua kantor/ruang perawat.
Perawat-perawat klinis dapat menggunakan SIMK untuk mengganti
sistem manual pada pencatatan data. Hal ini dapat mengurangi biaya
sekaligus memungkinkan peningkatan kualitas dari perawatan. Dengan
sistem informasi usia, manajer perawat dapat merencanakan karier
untuk mereka sendiri dan perawat klinis mereka. Karier baru di SIMK
mungkin satu jawaban untuk perawat.
Perkembangan teknologi computer (informasi) yang begitu
pesat telah merambah ke berbagai sektor termasuk kesehatan.
Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang
bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi
komputer relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi
finansial secara elektronik sudah menjadi salah satu prosedur
standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah sakit di
Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing
system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang
padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi informasi
masih merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju
baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi informasi
komputer, rumah sakit rata-rata hanya menginvestasinya 2%
untuk teknologi informasi.
Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi
komputer merupakan salah satu tool penting dalam peradaban
manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah derasnya arus
informasi. Teknologi informasi dan komunikasi komputer saat ini
adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Di dunia
medis, dengan perkembangan pengetahuan yang begitu cepat
(kurang lebih 750.000 artikel terbaru di jurnal kedokteran
dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal jika tidak
memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan
terbaru. Selain memiliki potensi dalam memfilter data dan
mengolah menjadi informasi, TI mampu menyimpannya dengan
jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari cara-cara manual.
Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan
data kesehatan di-share secara mudah dan cepat.
Disamping itu, teknologi memiliki karakteristik
perkembangan yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan
muncul produk baru dengan kemampuan pengolahan yang
dua kali lebih cepat dan kapasitas penyimpanan dua kali
lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif terbaru. Dengan
berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen
informasi kesehatan di rumah sakit tidak memberikan
perhatian istimewa. Artikel ini secara khusus akan
membahas perkembangan teknologi informasi untuk
mendukung manajemen rekam medis secara lebih efektif dan
efisien. Tulisan ini akan dimulai dengan berbagai contoh
aplikasi teknologi informasi, faktor yang mempengaruhi
keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam medis.
INFORMASI DI BIDANG KESEHATAN
DAPAT DIIBARATKAN SEBAGAI
PISAU BERMATA 2
Penerapan teknologi informasi di bidang kesehatan dapat diibaratkan
sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi, inovasi ini dapat
meningkatkan efisiensi, tetapi di sisi lain dapat menyebabkan
pemborosan, memperburuk kinerja organisasi bahkan kegagalan.
Teori mengenai difusi inovasi pertama kali dicetuskan oleh Everett
Rogers melalui publikasinya pada tahun 1960 dengan mendefinisikan
sebagai proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran
tertentu pada kurun waktu tertentu kepada anggota sistem sosial.
Sedangkan inovasi diartikan sebagai “ide, praktek atau obyek yang
dianggap baru oleh individu, kelompok atau bahkan organisasi”.
Proses individu mengadopsi inovasi secara bertahap meliputi fase
pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi dan konfirmasi.
Pengenalan obat baru juga mengikuti fase tersebut. Dokter akan
menggunakan obat baru setelah menerima berbagai informasi melalui
berbagai saluran komersial dan divalidasi oleh saluran profesional.
Penerapan
konsep inovasi dan difusi bagi adopsi teknologi
informasi tidaklah sederhana. Keputusan mengadopsi
teknologi informasi tidak hanya terletak pada aspek individu,
tetapi juga pada tingkatan organisasional. Inovasi penggunaan
surat elektronik (e-mail) lebih tergantung kepada keputusan
individu bukan organisasi. Di sisi lain, dalam suatu organisasi,
berbagai jenis perangkat lunak (yang baru dan lama) dapat
digunakan secara bersama-sama.
Di sinilah peran jaringan sosial menentukan perilaku adopsi
inovasi di sektor kesehatan. Kehadiran seorang juara
(champion) juga akan menentukan proses adopsi inovasi
tersebut. Champion adalah orang yang memiliki ide kreatif
dan menerapkannya di organisasi. Mereka adalah orang yang
membuat kontribusi terhadap proses inovasi dengan secara
aktif dan bersemangat mempromosikan inovasi, membuat
dukungan, mengatasi resitensi serta memastikan bahwa
inovasi diterapkan.
Teori tentang perilaku organisasi juga perlu diperhatikan
untuk memahami difusi teknologi informasi. Jika suatu
sistem sudah diadopsi pada tingkat organisasi, apa yang
harus dilakukan untuk meyakinkan pengguna potensial
untuk mengadopsinya? Mekanisme penghargaan dapat
mendorong tetapi juga dapat menghambat. Pengalaman
menunjukkan bahwa penghargaan tidak harus terkait
dengan kompensasi finansial, tetapi juga penghargaan
profesional seperti proses pengembangan karir.
Faktor lain yang mempengaruhi inovasi adalah saluran komunikasi di
organisasi yang memperkuat jaringan sosial. Komunikasi yang
mendukung pertukaran wacana (diskusi), membawa pengetahuan dan
informasi dari luar organisasi akan mempercepat proses difusi. Selain
itu, faktor lain yang berpengaruh adalah proses pengambilan keputusan
dan komitmen manajemen puncak. Komitmen pucuk pimpinan dapat
ditunjukkan dengan pemberian kesempatan serta sumber daya. Gaya
kepemimpinan juga sangat berpengaruh. Pada fase identifikasi
kebutuhan gaya kepemimpinan partisipatif akan sangat mendukung.
Tetapi ketika sudah fase implementasi, model kepemimpinan yang
hirarkis disebut-sebut lebih menentukan tingkat keberhasilannya. Yang
terakhir adalah kesiapan terhadap perubahan. Zaltman et al. mengatakan
bahwa pada fase implementasi, struktur organisasi yang mendukung
pengendalian serta manajemen proyek yang berhati-hari sangat
mempengaruhi keberhasilan proses inovasi. Oleh karena itu,
perencanaan merupakan salah satu variabel penting dalam penerapan
inovasi. Atribut organisasi merupakan prediktor penting dalam
meluasnya penggunaan inovasi teknologi informasi. Akan tetapi
variabel ini tidak cukup meyakinkan untuk mempengaruhi tingkat
inovasi.
Daftar Pustaka
Asnarbhararta. (2015). SMART CARD, (sejarah perkembangan, eksistensi
dan cara penyimpanannya). Retrieved from
https://asnarbhrt.wordpress.com/2015/03/23/smart-card-sejarah-
perkembangan- eksistensi-dan-cara-penyimpanannya/
Hatta, G. (2008). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. (G. Hatta, Ed.). Jakarta: UI Press.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (2015). Panduan Kurikulum
Keselamatan Pasien Edisi
Multi Profesional.