Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PROCEDURAL PEMBERIAN TRANFUSI DARAH DAN


PROCEDURAL TOURNIQUET TEST
MATAKULIAH KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH

DISUSUN OLEH :
ANGGOTA KELOMPOK 8 :

Beni Ronialsyah (NPM 20210910170003)


Fauziah Agustina (NPM 20210910170035)
Lita Janiar Indriana (NPM 20210910170012)
Shilfa Puspita (NPM 20210910170059)
Yuni Rizka Amelia (NPM 20210910170025)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
SEMESTER GANJIL 2021-2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehin
gga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun a
gar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “procedural pemberian tranfusi darah dan
procedural tourniquet test” yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumb
er. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Keperawatan Medical Bedah di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jak
arta.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada tek
nis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu k
ritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan m
akalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada piha
k-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen kami ya
ng telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tu
gas ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta , November 2021

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
A. Tourniquet Test..............................................................................................................3
1. Pengertian................................................................................................................3
2. Indikasi Tes Tourniquet...........................................................................................4
3. Penatalaksanaan Medis Tes Tourniquet..................................................................4
4. Komplikasi Tes Tourniquet.....................................................................................4
5. Prosedur tindakan Tes Tourniquet...........................................................................4
6. Nilai Rujuk...............................................................................................................5
B. Tranfusi Darah ..............................................................................................................6
1. Pengertian..................................................................................................................6
2. Indikasi Tranfusi Darah.............................................................................................6
3. Penatalaksanaan Medis Tranfusi Darah....................................................................7
4. Komplikasi Tranfusi Darah.......................................................................................8
5. Prosedur tindakan Tranfusi Darah............................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Transfusi darah merupakan bagian penting dalam bidang kesehatan. Transfusi darah
adalah suatu terapi dengan cara pemberian darah lengkap atau komponen darah seperti
plasma, sel darah merah, atau trombosit melalui jalur IV (Kiswari, 2014). Tujuannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan klien terhadap darah sesuai dengan program pengobatan.
Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi perencanaan,
pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah, pendistribusian darah, dan
tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan (Kemenkes RI, 2016).
Pemberian transfusi darah di rumah sakit merupakan salah satu tindakan interdependen,
karena tindakan ini memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya seperti
dokter, analis, Palang Merah Indonesia (PMI) dan perawat. Perawat ialah tenaga kesehatan
yang memberikan asuhan selama 24 jam pada pasien. Dalam pemberian asuhan, seorang
perawat harus memperhatikan keselamatan pasien. Untuk itu dalam setiap melakukan
tindakan perawat harus bekerja sesuai dengan standar, yang dikenal dengan Standar
Oprasional Prosedur (SOP).
Standar pelayanan dalam tindakan transfusi menjadi acuan bagi tenaga kesehatan
dan/atau pelaksana program di bidang kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan
transfusi darah, yang bertujuan menjamin pelayanan darah yang aman, berkualitas dan
dalam jumlah yang cukup (Permenkes RI No 91, 2015). Pada negara berkembang, transfusi
darah juga diperlukan untuk menangani kegawat daruratan, melahirkan dan anak- anak
malnutrisi yang berujung pada anemia berat sehingga memerlukan transfusi darah untuk
tujuan pengobatan dan pemulihan kesehatan (Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
Sebuah tes tourniquet (juga dikenal sebagai Rumpel-Leede Kerapuhan kapiler-Test
atau hanya tes kerapuhan kapiler) menentukan kapiler kerapuhan. Ini adalah metode
diagnostik klinis untuk menentukan kecenderungan perdarahan pada pasien. Ia menilai
kerapuhan dinding kapiler dan digunakan untuk mengidentifikasi trombositopenia(dengan
pengurangan count platelet). Tes ini tidak memiliki spesifisitas tinggi. faktor Mengganggu
dengan uji ini adalah perempuan yang pramenstruasi, postmenstrual dan tidak mengambil
hormon, atau mereka dengan kulit rusak matahari, karena semua akan mengalami

1
peningkatan kerapuhan kapiler.

2. Tujuan

Tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu :


1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i khususnya pembaca dapat mengetahui, memahami, dan dapat
mengaplikasikan tentang procedural pemberian tranfusi darah dan procedural
tourniquet test
2. Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah menjelaskan :
a. Definisi tranfusi darah
b. Definisi tourniquet test
c. Prosedur tranfusi darah
d. Prosedur tourniquet test

2
BAB II
PENDAHULUAN

A. Tes Tourniquet
1. Pengertian tes tourniquet
Sebuah tes tourniquet (juga dikenal sebagai Rumpel-Leede Kerapuhan kapiler-Test atau
hanya tes kerapuhan kapiler) menentukan kapiler kerapuhan. Ini adalah metode diagnostik kli
nis untuk menentukan kecenderungan perdarahan pada pasien. Ia menilai kerapuhan dinding
kapiler dan digunakan untuk mengidentifikasi trombositopenia(dengan pengurangan count pl
atelet). Pengujian ini didefinisikan oleh WHO sebagai salah satu syarat yang diperlukan untu
k diagnosis DBD. Ketika manset tekanan darah dipacu ke titik antara tekanan darah sistolik d
an diastolik selama lima menit, maka tes ini akan dinilai. Tes positif jika ada 10 atau lebih pet
echiae per inci persegi. Dalam DBD tes biasanya memberikan hasil positif yang pasti dengan
20 petechiae atau lebih.
Tes ini tidak memiliki spesifisitas tinggi. faktor Mengganggu dengan uji ini adalah
perempuan yang pramenstruasi, postmenstrual dan tidak mengambil hormon, atau mereka
dengan kulit rusak matahari, karena semua akan mengalami peningkatan kerapuhan kapiler
Gambar 1
Hasil Rampelit test/ Tourniquet test

Sumber : www. Alomedika.com

Sebuah tourniquet tes positif di sisi kanan pasien dengan demam berdarah. Catatan : p
eningkatan jumlah petechiae. Menurut WHO pada tes tourniquet dilakukan penghitungan jum
lah petekie dalam daerah seluas 1 inci 2 (1 inci =  2,5 cm) dimana saja yang paling banyak pe
tekienya termasuk  di bawah fosa cubiti dan bagian dorsal lengan dan tangan.  Dalam klinik u
ntuk mempermudah penghitungan digunakan  plastik transparan dengan gambaran lingkaran
beriameter 2,8 cm(10) atau bujur sangkar dengan ukuran 2,5 cm x 2,5 cm. 

3
Gambar 2
Prosedur pemeriksaan tourniquet tes

Sumber : www. Hellosehat.com

2. Indikasi Tes Tourniquet


Indikasi Tes Tourniquet adalah untuk membantu menegakkan diagnosis infeksi dengue s
ecara klinis, terutama di layanan kesehatan dengan keterbatasan sarana dan prasarana, misaln
ya yang tidak memiliki fasilitas pemeriksaan laboratorium darah.
3. Penatalaksanaan Medis Tes Tourniquet
Pedoman klinis Tes Tourniquet adalah sebagai pemeriksaan sederhana yang dapat
digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam dengue, terutama pada setting
klinis dengan sarana dan prasarana terbatas. Tes Tourniquet dilakukan dengan memberi
penekanan pada lengan atas pasien selama 5 menit, sehingga dapat timbul rasa tidak nyaman
seperti nyeri atau kesemutan.
4. Komplikasi Tes Tourniquet

Tes Tourniquet umumnya tidak menimbulkan komplikasi. Pemeriksaan ini sederhana,


aman, murah, dan tidak invasif. Perlu diketahui bahwa terdapat laporan kasus dimana hasil
tes Tourniquet positif pada pasien dengan hipertensi dan diabetes mellitus. Pemeriksaan ini
juga memiliki nilai prediksi positif yang tinggi dan nilai prediksi negatif yang rendah untuk
diagnosis demam dengue, sehingga sebaiknya tetap dilanjutkan dengan pemeriksaan serologi.

5. Prosedur tindakan Tes Tourniquet sebagai berikut :


a) Alat :
1) Tensimeter
2) Stetoskop
3) Timer/StopWatch
4) Spidol
b) Cara Kerja : Terangkan pada pasien tentang tujuan tes RL dan prosedurnya.

4
1) Buatlah lingkaran (pakai spidol), pada lengan volar lengan bawah.
Radius 3 cm.
2) Titik pusat terletak 2 cm di bawah garis  lipatan siku.
3) Pasang manset tensimeter pada lengan atas. Carilah Tekanan Sistole (TS) dan Tekan
an Diastole (TD) padan lengan volar lengan bawah. Pompa sfigmomanometer sampa
i tekanan antara sistolik dan diastolik (100 mmHg) yaitu di atas tekanan vena tapi ku
rang dari tekanan arteri sehingga darah dari jantung ke perifer tetap jalan. Pertahank
an selama 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai lanjutan dari test IVY, 5 menit su
dah mencukupi).Jika tekanan Sistolik < 100 mmHg, buatlah tekanan sebesar ½ (TS+
TD) pertahankan tekanan ini selama 5 menit.(3-5-10 menit).
4) Lepaskan ikatan sfigmomanometer dan tunggu sampai tanda stasis darah lenyap. Sta
sis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang dibendung sama dengan w
arna kulit lengan yang disebelahnya. Perhatikan timbulnya peteki (bintik-bintik mera
h) pada lengan bawah di daerah kulit lipatan siku di bawah bebatan.(pada lengan ba
wah sepertiga bagian proksimal medial)
5) Setelah tes, buka-tutup tangan beberapa saat sampai sirkulasi lengan kembali normal
Peteki: ialah manifestasi perdarahan yang sering ditemukan, biasanya muncul pada
hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari
6. Nilai Rujuk :
a) < 10 peteki dinyatakan negative atau normal
b) 20 dinyatakan abnormal
c) 10-20 dinyatakan dubia Atau :
d) Scale

Scale for reporting number of petechiae :


0 To 10 = 1+
10 To 20 = 2+
20 To 50 = 3+
50 or more = 4+

5
B. Tranfusi Darah
1. Pengertian Tranfusi Darah
Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang donor (r
esipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang, akibat pendarahan, luka bakar, me
ngatasi shock dan mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Setyati, 2010). Manu
sia memiliki sistim transportasi yang handal yaitu darah, darah manusia memiliki sifat-sifat y
ang unik yang disebabkan oleh faktor genetik selama ribuan tahun, sifat-sifat unik tersebut tid
ak dapat dilihat dan dibedakan oleh kasat mata setiap tahun. Berjuta-juta kehidupan manusia
dibumi terselamatkan oleh kegiatan transfusi darah.
Agar didapatkan hasil transfusi darah yang optimal maka harus ada penyediaan darah har
us aman dan diperlukan suatu alur kerja yang berkesinambungan sehingga dapat menunjang p
engobatan pemerintah ( Zainuddin, 2014). Transfusi darah dibutuhkan untuk menangani pasie
n dengan penyakit yang mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau ko
mponen darah sebagaimana mestinya.
2. Indikasi tranfusi darah
Indikasi Transfusi darah Indikasi transfusi darah secara rasional adalah pemilihan bahan t
ransfusi yang tepat, jumlah sesuai dengan kebutuhan, pada saat yang tepat dengan cara yang
benar, tepat klien dan waspada efek samping yang terjadi. Sehubungan dengan hal tersebut pe
tugas kesehatan yang mempunyai kewenangan pemberian transfusi darah perlu memahami te
ntang transfusi darah, antara lain berbagai komponen darah, manfaat masing2 komponen, sirk
ulasi peredaran darah stabilitas dan umur berbagai komponen darah dalam tubuh serta adanya
indikasi transfusi itu sendiri.
Ada 4 indikasi transfusi darah adalah sebagai berikut:
a) Kehilangan darah akut, bila 20-30% total volume darah hilang dan perdarahan terus terja
di
b) Anemia berat
c) Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan sebagai
tambahan faktor pembekuan karena komponen darah spesifik tidak ada.
d) Transfusi tukar pada neonatus dengan icterus berat
Whole blood harus dicadangkan untuk pendarahan medis atau bedah yang parah, misalny
a selama perdarahan saluran makanan yang cepat atau pada trauma mayor saat diperlukan pe
mulihan daya angkut oksigen, volume, dan faktor pembekuan. Bahkan pada syok hemoragik,
kombinasi sel darah merah dan larutan kristaloid atau koloid biasanya efektif, pada keadaan d
arurat, pergantian volume secara cepat biasanya mendahului penggantian sel darah merah dan

6
cairan resusitasi bebas sel harus digunakan apabila jenis darah resipien sedang ditentukan, bil
a defisit sel darah merah kritis, di indikasikan pemberian sel darah merah tipe O atau untuk sp
esifik tipe yang tidak dicocokkan terlebih dahulu. Darah lengkap berguna untuk meningkatka
n jumlah sel darah merah dan volume plasma dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada p
endarahan aktif dengan kehilangan darah lebih dari 25-30% volume darah total (Sudoyo, 200
9).
3. Penatalaksanaan Medis Tranfusi Darah
Tindak lanjut atas kecurigaan terjadinya reaksi transfusi dilakukan dengan melakukan ev
aluasi klinis pasien dan melakukan verifikasi secara laboratorium. BDRS harus melakukan pe
nelusuran penyebab reaksi transfusi. Langkah penelusuran reaksi transfusi di BDRS, meliputi:

a) Penerimaan keluhan reaksi transfusi secara tertulis dari petugas ruang perawatan.
b) Penerimaan sisa kantong darah donor dan sampel pasien pasca transfusi dari ruang
perawatan disertai formulir pengiriman sampel untuk penelusuran reaksi transfusi
(Formulir 3.10).
c) Identifikasi kantong darah donor meliputi:
 nomor kantong darah
 golongan darah pada label kantong (ABO dan rhesus)
 jenis komponen darah
 perkiraan volume darah donor yang tersisa didalam kantong
 uji saring IMLTD (hasil, waktu, metoda dan petugas pemeriksaan) uji silang serasi
(hasil, waktu, metoda dan petugas pemeriksaan)
d) Pengecekan silang semua informasi permintaan darah (dilihat dari arsip formulir
permintaan yang ada di BDRS) dengan identitas kantong darah donor.
e) Pemeriksaan ulang atas golongan darah donor dan pasien meliputi golongan darah ABO
dan rhesus.
f) Pemeriksaan ulang uji silang serasi darah donor dengan darah pasien menggunakan
persediaan darah pasien pra transfusi di BDRS.
g) Pencatatan penelusuran reaksi transfusi meliputi: -
 Tanggal dan waktu diterimanya keluhan secara tertulis dari ruang perawatan
 Hasil identifikasi kantong darah donor –
 Hasil pengecekan silang semua informasi permintaan darah pada arsip permintaan
darah dengan identitas kantong darah donor
 Hasil pemeriksaan ulang golongan darah donor dan pasien

7
 Hasil pemeriksaan ulang uji silang serasi
 Kesimpulan dugaan penyebab reaksi transfusi
 Pencatatan divalidasi dengan membubuhkan tanda tangan pemeriksa dan
penanggung jawab BDRS
 Pencatatan didokumentasikan
h) Laporan penelusuran reaksi transfusi dikirimkan kepada tim keselamatan pasien di
Rumah Sakit.
4. Komplikasi Tranfusi Darah
a) Demam
Demam sebenarnya tidak dianggap berbahaya jika dialami pasien 1-6 jam setelah transfusi.
Namun, apabila demam diiringi dengan mual dan sakit di dada, pasien harus menghubungi
dokter dengan segera karena dapat mengindikasikan kondisi yang serius.
b) Reaksi Alergi
Reaksi alergi tetap mungkin terjadi walau pasien menerima darah dengan tipe yang
cocok. Gejala reaksi alergi yang bisa dirasakan pasien yaitu gatal-gatal dan biduran. Reaksi
alergi tersebut bisa terjadi saat proses transfusi sedang berlangsung atau mungkin sesegera
mungkin sesudah transfusi.
c) Reaksi hemolitik imun akut
Komplikasi ini jarang terjadi, namun sifatnya bisa gawat darurat jika dialami pasien.
Reaksi hemolitik imun akut terjadi ketika tubuh menyerang sel darah merah yang berasal dari
darah donor. Reaksi dapat terjadi saat proses transfusi sedang berlangsung atau sesudah
prosedur dilakukan.Reaksi hemolitik imun akut dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti
demam, menggigil, mual, serta nyeri di dada atau punggung bagian bawah. Urine yang
dikeluarkan pasien juga akan berubah menjadi gelap.
d) Reaksi hemolitik tertunda
Reaksi hemolitik tertunda sebenarnya mirip dengan reaksi hemolitik akut. Namun, reaksi
ini terjadi secara perlahan.
e) Reaksi anafilaktik
Reaksi anafilaktik ini terjadi saat pasien baru memulai transfusi dan berisiko
mengancam nyawa. Resipien atau penerima donor akan menunjukkan gejala seperti
pembengkakan di wajah dan tenggorokan, napas pendek, serta tekanan darah rendah.
f) Cedera paru-paru akut terkait transfusi (TRALI)

8
Cedera paru-paru akut terkait transfusi (TRALI) merupakan reaksi yang langka namun b
erisiko fatal jika terjadi. Sesuai namanya, reaksi ini terjadi ketika paru-paru menjadi rusak ya
ng bisa dipicu oleh antibodi atau zat yang terkandung dalam darah donor.TRALI bisa mulai t
erjadi dalam beberapa jam setelah dimulainya transfusi – di mana pasien mengalami demam
dan tekanan darah rendah. 
g) Hemokromatosis
Hemokromatosis merupakan kondisi saat kadar zat besi terlalu tinggi di dalam darah –
yang berisiko terjadi jika pasien menerima beberapa transfusi. Kondisi ini berbahaya karena
dapat merusak jantung dan hati.
h) Graft versus host disease
Komplikasi ini terjadi ketika sel darah putih dari darah donor menyerang sumsum tulang
penerima. Komplikasi langkanamun berisiko fatal ini lebih rentan terjadi apabila resipien
memiliki sistem imun yang lemah.
i) Infeksi 
Darah dari donor sebenarnya sudah melewati tahap pemeriksaan patogen di bank darah.
Namun, pada kasus langka, donor darah mungkin masih mengandung virus, bakteri, maupun
parasit sehingga memicu infeksi pada penerimanya. 
5. Prosedur tindakan pemasangan transfusi sebagai berikut :
a) Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah tahap awal yang harus dilakukan sebelum melakukan tindakan
yang bertujuan untuk menyiapkan semua aspek yang dibutuhkan serta mempermudah dan
memperlancar dalam melakukan tindakan transfusi darah. Tahap persiapan sangat
mempengaruhi tahap selanjutnya karena apabila yang kita butuhkan telah disiapkan, maka
proses tindakan akan berjalan dengan lancar, tahap persiapan pasien, tahap ini merupakan
tahap dimana perawat melakukan identifikasi dan informed conset. Identifikasi pasien dan
pencocokan pasien dengan pengobatan merupakan kegiatan yang dilakukan secara rutin di
semua rangkaian perawatan (Australian Commission on Safety and Quality in Health
Care 2017). Ketepatan dalam mengidentifikasi pasien merupakan upaya untuk mengurangi
kesalahan dalam melakukan tindakan terhadap pasien (WHO, 2007).
b) Tahap Tindakan Pemasangan Transfusi Darah
Tahap tindakan merupakan tahap kedua pada prosedur tindakan penasangan transfusi
darah. Pada tahap ini, perawat akan melakukan tindakan dan berinteraksi langsung pada
pasien.
c) Tahap post tranfusi darah

9
Tahap ini merupakan tahap akhir, tahap pengawasan, dan pendokumentasian. Pendokume
ntasian merupakan suatu kegiatan pencatatan atau merekam suatu kejadian serta aktivitas yan
g dilakukan dalam bentuk pemberian pelayanan yang dianggap sangat berharga dan penting
(Tungpalan, 1983, dalam Dalami, 2011). Setelah darah ditransfusikan pasien harus diobserva
si secara cermat pada 5-10 menit pertama sejak transfusi dimulai. Setidaknya tanda-tanda vita
l harus dikaji setiap lima menit semenjak transfusi diberikan. Pemeriksaan tanda vital setelah
darah dimasukan ke dalam tubuh diperlukan untuk mengamati reaksi transfusi yang berkaitan
dengan reaksi imunologis. Pada reaksi hemolitik dan alergi, pasien bisa mengalami shock seh
ingga perlu pengawasan terhadap tanda-tanda vital.
1. SOP Tranfusi Darah
a) Persiapan Alat
1. Kateter besar (18G atau 19G)
2. Cairan IV salin normal (Nacl 0.9%)
3. Set infuse darah dengan filter
4. Produk darah yang tepat
5. Sarung tangan sekali pakai
6. Kapas alcohol
7. Plester
8. Manset tekanan darah
9. Stetoskop
10. Thermometer
11. Format persetujuan pemberian transfusi yang ditanda tangani
b) Prosedur
1. Jelaskan prosedur kepada klien, kaji pernah atau tidak klien menerima transfusi
sebelumnya dan catat reaksi yang timbul
2. Minta klien untuk melaporkan adanya menggigil, sakit kepala, gatal-gatal atau ruam
dengan segera
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan
4. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
5. Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran besar
6. Gunakan selang infuse yan memiliki filter didalam selang
10
7. Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan setelah pemberian infuse
darah selesai

8. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah

9. Identifikasi produk darah dan klien dengan benar


10. Ukur tanda vital
11. Berikan dahulu larutan salin normal. Mulai berikan transfuse secara perlahan diawali
dengan pengisian filter didalam selang Ukur tanda vital dasar klien 1, Berikan dahulu
larutan salin normal
12. Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah bersama klien
13. Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfuse, selanjutnya ukur
setiap jam.
14. Pertahankan kecepatan infuse yang di programkan dengan menggunakan pompa infuse
15. Lepas dan buang sarung tangan, cuci tangan.
c) Factor -faktor yang mempengaruhi taranfusi darah
a. Golongan dan Tipe Darah
Golongan darah yang paling penting untuk transfusi darah ialah sistem ABO, yang
meliputi golongan berikut golongan berikut : A, B, O dan AB. Penetapan golongan darah
didasarkan pada ada tidaknya antigen sel darah merah A dan B. Individu dengan antigen A,
antigen B, atau tidak memiliki antigen yang termasuk dalam golongan darah A, B, dan O.
Individu dengan antigen A dan B memiliki golongan darah.
b. Reaksi Transfusi.
Reaksi transfusi adalah respons sistemik tubuh terhadap ketidak cocokan darah donor
dengan darah resipien. Reaksi ini disebabkan ketidak cocokan sel darah merah atau
sensitivitas alergi terhadap leukosit, trombosit atau komponen protein plasma pada darah
donor atau terhadap kalium atau kandungan sitrat di dalam darah. Transfusi darah juga
dapat menyebabkan penularan penyakit.

11
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Manusia memiliki sistim transportasi yang handal yaitu darah, darah manusia memilik
i sifat-sifat yang unik yang disebabkan oleh faktor genetik selama ribuan tahun, sifat-sifa
t unik tersebut tidak dapat dilihat dan dibedakan oleh kasat mata setiap tahun. Berjuta-jut
a kehidupan manusia dibumi terselamatkan oleh kegiatan transfusi darah. Agar didapatka
n hasil transfusi darah yang optimal maka harus ada penyediaan darah harus aman dan di
perlukan suatu alur kerja yang berkesinambungan sehingga dapat menunjang pengobatan
pemerintah ( Zainuddin, 2014). Transfusi darah dibutuhkan untuk menangani pasien den
gan penyakit yang mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau ko
mponen darah sebagaimana mestinya.
Tes Tourniquet atau hanya tes kerapuhan kapiler menentukan kapiler kerapuhan. Ini
adalah metode diagnostik klinis untuk menentukan kecenderungan perdarahan pada pasie
n. Ia menilai kerapuhan dinding kapiler dan digunakan untuk mengidentifikasi trombosit
openia(dengan pengurangan count platelet).
B. Saran
1. Sebelum pemberian transfusi darah memperhatikan suhu penyimpanan kantong da
rah karena akan mempengaruhi kadar hemoglobin.
2. Diharapkan perawat mampu melakukan tindakan secara benar dan tepat sesuai SO
P yang ada.
3. Diharapkan penulis mampu memahami lebih dalam tentang pemberian transfusi d
arah dan tornique test.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010, pencegahan dan pemberantasan demam be


rdarah dengue. Jakarta:Depkes RI.

Desmawati. 2013. Sistem Hematologi Dan Imunohematologi. Jakarta

Grande, AJ. Et al. Tourniquet Test for Dengue Diagnosis: Systematic Review and Meta-analy
sis of Diagnostic Test Accuracy. PLoS Negl Trop Dis. 2016;10(8):e0004888.
Diakses tgl 10 november 2021

Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. 74,
76,80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.

Hotman, Robert. 2019, Transfusi Darah http://repository.uki.ac.id/2787/1/Transfusidarah201


82.pdf, diakses 4 november 2021

Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 91 tahun 2015 tentang
Standar Pelayanan Transfusi Darah. 2016, No.36
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._91_ttg_Standar_Tr
ansusi_Pe layanan_Darah_.pdf, diakses tgl 5 november 2021

Yustia , Nova .(2020) Studi Kualitatif Prosedur Pemasangan Transfusi Darah Pada Pasien
Anemia http://jurnal.umb.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/726 diakses 9
november 2021

14

Anda mungkin juga menyukai