Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROMA NEFROTIK PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

Achmad Taufik NPM 20210910170026


Alfi Divia Qotrun Nida NPM 20210910170081
Beni Ronialsyah NPM 20210910170064

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2021-2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beriringan salam juga penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah berjasa membawa perubahan pada umat
manusia yaitu dari zaman kebodohan ke zaman yang serba canggih seperti sekarang ini.
Makalah ini membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada Kasus Sindroma nefrotik pada
anak”, Sehingga dengan mempelajari Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman pembaca dalam perkembangan dan perubahan terhadap
keperawatan anak, khususnya Masyarakat Kampus Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Dalam penyusunan Makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dalam
hal isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan dari para pembaca demi terbentuk pola pikir yang lebih baik dalam penulisan
makalah selanjutnya. Pada kesempatan ini, penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga menjadi
amalan yang menjadi pahala berlipat ganda di akhirat nanti. Aamiinn Yaa Rabbal Alamiinn.

Jakarta, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................. 2
1. Tujuan Umum............................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus.............................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan............................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................ 4
A. Konsep Sindroma Nefrotik............................................................................... 4
1. Pengertian..................................................................................................... 4
2. Etiologi......................................................................................................... 5
3. Manifestasi Klinis........................................................................................ 6
4. Patofisiologi................................................................................................. 6
5. WOC (Web Of Caution).............................................................................. 7
6. Pemeriksaan Penunjang............................................................................... 8
7. Penatalaksanaan medis................................................................................. 8
......................................................................................................................
B. Konsep asuhan keperawatan pada kasus sindroma nefrotik....................... 9
1. Pengkajian.................................................................................................... 9
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................ 13
3. Intervensi...................................................................................................... 14
4. Implementasi................................................................................................ 19
5. Evaluasi........................................................................................................ 19
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 20
A. Kesimpulan......................................................................................................... 20
B. Saran.................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindrom Nefrotik merupakan suatu keadaan klinik dan laboratorik tanpa

menunjukkan penyakit yang mendasari, dimana menunjukkan kelainan inflamasi

glemerulus, secara fungsional sindrom nefrotik diakibatkan oleh keabnormalan

pada proses filtrasi pada glomerulus yang biasanya menimbulkan berbagai masalah

yang membutuhkan perawatan yang tepat, cepat, dan akurat (Gocke,2017).

Insidens Sindroma Nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika

Serikat dan Inggris terdapat 2-7 kasus baru per 100.000 anak dalam satu tahun,

dengan prevalensi berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak. Di negara berkembang

insidensinya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada

anak berusia kurang dari 14 tahun. Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1

(Konsensus IDAI, 2012 )

Sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital,

sindrom nefrotik primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya sebagian

besar (±80%) sindrom nefrotik primer memberi respon yang baik terhadap

pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% diantaranya akan relaps dan

sekitar 10% tidak memberi respon lagi dengan pengobatan steroid (Konsensus

IDAI, 2012 ).

Jika seorang anak memberikan respon baik terhadap pengobatan dan

diperbolehkan untuk rawat jalan, maka perawat perlu memberikan pendidikan

kesehatan pada orangtua mengenai tanda dan gejala kekambuhan sindroma nefrotik

seperti edema, oligurie bahkan anurie serta urine yang berwarna pekat. Jika tanda

1
dan gejala tersebut telah muncul pada anak, anjurkan kepada orangtua atau

keluarga untuk segera membawa anak ke pelayanan kesehatan terdekat.

Salah satu peran perawat yaitu berkolaborasi dengan tim pelayanan

kesehatan lain untuk memberikan perawatan dan pengobatan yang optimal, perawat

dapat berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi diuretik dalam kasus

Sindroma Nefrotik ini. Selain itu, perawat perlu memberikan penilaian serta

mengobservasi tingkat keparahan edema, penambahan berat badan, mengontrol

kelembaban kulit serta memantau protein serum pada anak dengan Sindroma

Nefrotik (Betz & Sowden, 2017).

Dengan diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan

terjadi peningkatan kesehatan anak yang berpengaruh kepada berkurangnya jumlah

hari rawatan di rumah sakit dan meminimalkan biaya yang akan dikeluarkan serta

mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dari Sindroma Nefrotik seperti

Penyakit Ginjal Kronik dan Infeksi akibat penurunan daya tahan tubuh anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan urian dalam latar belakang, maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah kelompok mampu mengetahui dan mendescribsikan asuhan
keperawatan pada anak dengan kasus Sindroma Nefrotik.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui defenisi Sindroma nefrotik
2. Mengetahui etiologi sindroma nefrotik
3. Mengetahui Manifestasi klinis sindroma nefrotik
4. Mengetahui Patofisiologi Sindroma nefrotik
5. Mengetahui Pathway sindroma nefrotik
6. Mengetahui Pemeriksaan penunjang sindroma nefrotik
7. Mengetahui penatalaksanaan medis sindroma nefrotik
8. Mengetahui proses asuhan keperawatan pada kasus sindroma nefrotik
9. Mengetahui proses Pengkajian pada kasus sindroma nefrotik

2
10. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus sindroma
nefrotik
11. Mengetahui Implementasi pada kasus sindroma nefrotik
12. Mengetahui Evaluasi pada kasus sindroma nefrotik.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pendidikan
Mengembangkan ilmu keperawatan pada anak sebagai bahan kajian kegiatan
makalah ilmiah serta sebagai bahan di perpustakaan
2 Bagi Penulis
Menulis makalah ini sebagai pengalaman berharga bagi penulis dan kelompok
untuk bisa mengetahui Asuhan keperawatan pada kasus sindroma nefrotik pada
anak.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Sindrome Nefrotik
1. Pengertian

Sindrom Nefrotik merupakan suatu keadaan klinik dan laboratorik tanpa

menunjukkan penyakit yang mendasari, dimana menunjukkan kelainan inflamasi

glemerulus, secara fungsional sindrom nefrotik diakibatkan oleh keabnormalan

pada proses filtrasi pada glomerulus yang biasanya menimbulkan berbagai masalah

yang membutuhkan perawatan yang tepat, cepat, dan akurat (Gocke,2016).

Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering ditemukan pada

anak, dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya

keruskan pada glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinurea,

hipoalbuminea, hyperlipidemia, dan edema (Suradi & Yuliani 2010).

Sejumlah anak dengan sindrom nefrotik yang mengalami kekambuhan dapat

berkurang secara bertahap sesuai dengan bertambahnya usia anak. Insiden yang

ditemukan pada sindroma nefrotik yaitu angka mortalitas dan prognosis anak

bervariasi berdasarkan penyebab, keparahan, tingkat kerusakan ginjal, usia anak

serta respon anak terhadap pengobatan.penyakit ini sedikit lebih tinggi pada anak

laki-laki daripada anak perempuan (Betz & Sowden, 2017).

Berdasarkan pengertian diatas, sindrom nefrotik pada anak merupakan penyakit

ginjal yang terjadi pada anak diakibatkan oleh kerusakan glomerulus dengan

karakteristik proteinurea, hipoalbumunea, hyperlipidemia, dan adanya edema, dan

kejadian penyakit ini lebih tinggi terjadi pada anak laki-laki.

4
2. Etiologi

Menurut Nurarif & Kusuma (2016). Penyebab sindrom Nefrotik yang pasti belum

diketahui. Akhir-akhir ini sering dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu

suatu reaksi anti body. Umumnya etilogi dinbagi menjadi:

a. Sindrom nefrotik bawaan

diturunkan sebagai resesif autonom atau karena reaksi maternofetal. resisten

terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah pernah

dicoba pencangkokan ginjal pada neonatus tapi tidak berhasil. prognosis buruk

dan biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupan.

b. Sindrom nefrotik sekunder

Disebabkan oleh:

1) Malaria quartana atau parasite lainnya

2) Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid.

3) Glumerulonefrotis akut atau glomerulonefrotis kronis, thrombosis vena

renalis

4) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion,panisilamin, garam emas,

sengatan lebah, racun otak, air raksa

5) Amyloidosis, penyakit sel sabit, hiperpolinemia, nefritis membrane

proliferatif hipoklomplentemik

c. Sindrom nefrotik idiopatik

Adalah sindrom nefrotik yang tidak diketahui penyebabnya atau juga

disebut sindrom nefrotik primer, berdasarkan histopatologis yang tampak pada

biopsy ginjal dengan mikroskopi biasa mikroskopi electron, Churg dkk membagi

dalam empat golongan yaitu kelainan minimal, nefropati membranosa,

glumerulonefrotis proliferative, glomerulosklerosis fokal segmental.

5
3. Manifestasi klinis

Menurut Hidayat (2016), tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah

sebagi berikut: edema periorbital, edema fasial, asites, distensi abdomen, penurunan

jumlah urine, urine tampak berbusa dan gelap, hematuria, nafsu makan menurun, dan

kepucatan.

4. Patofisiologi

Menurut Betz & Sowden (2017), sindrom nefrotik adalah keadaan

klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas

glomerulus dan edema. Hilangnya protein dari rongga vaskuler menyebabkan

penurunan tekanan osmotic plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik, yang

menyebabkan terjadinya akumulasi cairan akumulasi cairan dalam rongga interstisial

dan rongga abdomen. Penurunan volume cairan vaskuler menstimulasi system

reningiotensin yang mengakibatkan diskresikannya hormone anti diuretic dan

aldosterone. Reabsorsi tubular terhadap natrium (Na) dan air mengalami peningkatan

dan akhirnya menambah volume intravaskuler.

6
5. WOC (Web Of Caution)

Penyakit Sekunder Penyakit primer Idiopatik

Kerusakan Glomerulus

Nefrotik sindrom

Perubahan permeabilitas glomerulus

Sistem imun menurun Proteinuria

Hilangnya protein plasma


Resiko Infeksi

Hipoalbunemia

Tekanan Osmotik menurun

Kelebihan Volume
cairan Cairan intravaskuler
edema
berpindah keintertisial

s.pernafasan s.pencernaan s.Integumen


Asites tekanan
Menekan diafragma abdomen Tirah baring
meningkat
Ekspansi paru menurun Sirkulasi kulit
Merangsang terganggu
saraf simpatis
Volume paru menurun
abdomen
Sirkulasi kulit
terganggu
Dispnea Mual dan
muntah
Luka/lecet
Ketidak efektifan pola
anorexia
nafas
Kerusakan integritas
Ketidakseimbangan nutrisi kulit
kurang dari kebutuhan
tubuh

Kelemahan

Intoleransi aktifitas

Penatalaksanaan Hospitalisasi Kecemasan anak

7
6. Pemeriksaan penunjang

Menurut Betz & Sowden (2017), pemeriksaan penunjang sebagai berikut

a. Uji urine

1) Urinalis: proteinurea (dapat mencapai lebih dari 2 g/m2/hari) bentuk hialin dan

granular, hematuria

2) Uji dipstick urine: hasil positif untuk protein dan darah

3) Berat jenis urine: meningkat palsu karena proteinuria

4) Osmoglotis urine: meningkat

b. Uji darah

1) Kadar albumin serum: menurun (<2g/dl)

2) Kadar kolestrol serum: meningkat (mencapai 450-1000mg/dl)

3) Hitung trombosit: meningkat (mencapai 500.000-1000.000/uI)

4) Kadar elektrolit serum: berpariasi sesuai dengan keadaan penyakit perorangan

c. Uji diagnostic

d. Biopsy ginjal (tidak dilakukan secara rutin)

7. Penatalaksanan medis

Menurut Wong (2016), penatalaksaan medis untuk sindrom nefrotik mencakup:

a) Pemberian kortikosteroid (prednisone atau prednisolone) untuk menginduksi

remisi. Dosis akan diturunkan setelah mencapai 4 sampai 8 minggu terapi.

Kekambuhan diatasi dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.

b) Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)

c) Pengurangan edema

8
1) Therapy diuretic (diuretic hendak digunakan secara cermat untuk mencegah

terjadinya penurunan volume intravaskuler, pembentukan thrombus, dan

ketidakseimbangan elektrolit).

2) Pembatasan natrium (mengurangi edema)

d) Mempertahankan keseimbangan elektrolit

e) Pengobatan nyeri ( untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan

dengan edema dan therapy invasive

f) Therapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin) untuk anak

yang gagal berespon terhadap steroid.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Sindroma Nefrotik


1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus Sindroma Nefrotik meliputi:

1) Identitas, seperti :nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, panjang
badan lahir, serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin,
anak ke, jumlah saudara dan identitas orang tua.
a) Keluhan Utama
i. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada beberapa bagian
tubuh anak seperti pada wajah, mata, tungkai serta bagian genitalia.
Orang tua anak biasanya juga mengeluhkan anaknya mudah demam
dan daya tahan tubuh anaknya terbilang rendah.
ii. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak dahulu untuk
menilai adanya peningkatan berat badan. Perlu dikaji riwayat
keluarga dengan sindroma nefrotik seperti adakah saudara-
saudaranya yang memiliki riwayat penyakit ginjal dan riwayat
tumbuh kembang anak yang terganggu, apakah anak pernah
mengalami diare atau sesak napas sebelumnya, serta adanya
penurunan volume haluaran urine.
iii. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
9
Perlu dikaji adanya penyakit pada ibu saat masa kehamilan adakah
menderita penyakit lupus eritematosus sistemik atau kencing manis,
konsumsi obat-obatan maupun jamu tradisional yang diminum serta
kebiasaan merokok dan minum alkohol selama hamil.
iv. Riwayat Pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena keletihan akibat lambung yang mengalami tekanan oleh
cairan intrastisial dan memberikan persepsi kenyang pada anak.
v. Riwayat Psikososial dan Perkembangan
Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan
perfusi darah ke otak. Hal ini dapat berdampak pada
ketidakseimbangan perfusi jaringan cerebral pada anak. Sehingga
anak perlu mendapatkan stimulasi tumbuh kembang dengan baik.
2) Pemeriksaan Fisik
a) TTV
i. Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah sistole normal
80 sampai 100 mmHg dan nilai diastole normal 60 mmHg. Anak
dengan hipovolemik akan mengalami hipotensi, maka akan
ditemukan tekanan darah kurang dari nilai normal atau dapat
ditemukan anak dengan hipertensi apabila kolesterol anak
meningkat.
ii. Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun 105x/
menit, frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun 95x/menit, frekuensi
nadi anak usia 10-14 tahun 85x/menit dan frekuensi nadi anak usia
14-18 tahun 82x/menit.
iii. Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21- 30x/menit,
anak 6 sampai 10 tahun 20-26x/menit dan anak usia 10-14 tahun
18-22x/menit.
b) Postur
BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur dalam tahun)
+ 8. Perlu ditanyakan kepada orangtua, BB anak sebelum sakit untuk
menentukan adanya peningkatan BB pada anak dengan sindroma
nefrotik. Edema pada anak juga dapat ditandai dengan peningkatan

10
Berat Badan >30%.

c) Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya
Jugularis Vein Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulus
sternalis pada posisi 450, pada anak dengan hipovolemik akan
ditemukan JVD datar pada posisi supinasi, namun pada anak dengan
hipervolemik akan ditemukan JVD melebar sampai ke angulus
mandibularis pada posisi anak 450.
d) Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami edema
pada periorbital yang akan muncul pada pagi hari setelah bangun tidur
atau konjunctiva terlihat kering pada anak dengan hipovolemik.
e) Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun
anak dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan memiliki pola napas
yang tidak teratur sehingga akan ditemukan pernapasan cuping hidung.
f) Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat
penurunan saturasi oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula bibir
kering serta pecah-pecah pada anak dengan hipovolemik .
g) Kardiovaskuler
i. Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola napas
yang tidak teratur
ii. Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut jantung
iii. Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
iv. Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta penurunan
bunyi napas pada lobus bagian bawah. Bila dilakukan EKG, maka
akan ditemukan aritmia, pendataran gelombang T, penurunan segmen
ST, pelebaran QRS, serta peningkatan interval PR.
h) Paru-Paru
i. Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan
ii. Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak

11
simetris bila anak mengalami dyspnea
iii. Perkusi, biasanya ditemukan sonor
iv. Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan.
Namun, frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan
abdomen kerongga dada.
i) Abdomen
i. Inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat bila
anak asites.
ii. Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur
lingkar perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
iii. Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
iv. Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting
dullness
j) Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare akan
tampak pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit anak tegang
akibat edema dan berdampak pada risiko kerusakan integritas kulit.
k) Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila edema
anasarka atau hanya edema lokal pada ektremitas saja. Selain itu dapat
ditemukan CRT > 2 detik akibat dehidrasi.
l) Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada skrotum dan
pada anak perempuan akan mengalami edema pada labia mayora.
1. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Urine
 Urinalisis
 Proteinuria, dapat ditemukan sejumlah protein dalam urine lebih dari 2
gr/m2/hari. Ditemukan bentuk hialin dan granular.
 Terkadang pasien mengalami hematuri.

 Uji Dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein


dan darah.

 Berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya proteinuria


12
( normalnya 50-1.400 mOsm).

 Osmolaritas urine akan meningkat.


b) Uji Darah
 Kadar albumin serum akan menurun, dengan hasil kurang dari 2 gr/dl
(normalnya 3,5-5,5 gr/dl).
 Kadar kolesterol serum akan meningkat, dapat mencapai 450-1000 mg/dL
(normalnya <200 mg/dl).
 Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau mengalami
hemokonsentrasi ( normalnya Ht pada laki-laki 44-52% dan pada
Perempuan 39-47% ).
 Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000-
1.000.000/ µl (normalnya 150.000-400.000/µl).
 Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan (normalnya K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+ 135-145 mEq/L, Kalsium
4-5,5 mEq/L, Klorida 98-106 mEq/L).
2. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan status glomerular, jenis
sindrom nefrotik, respon terhadap penatalaksanaan medis dan melihat proses
perjalanan penyakit. (Betz & Sowden, 2017)
2. Diagnosa Keperawatan
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik koloid
2) Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
3) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan sekunder,
imunosupresan
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan pertahanan tubuh
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, dan anorexia
6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
7) kecemasan anak berhubungan dengan tindakan keperawatan

13
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi
1 Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan perawatan 1. Kaji lokasi dan luas
. Batasan Karakteristik : di harapkan kelebihan volume oedem
1. Gangguan elektrolit cairan berkurang / teratasi 2. Monitor tanda – tanda
2. Anasarka vital
dengan kriteria hasil :
3. Perubahan tekanan darah 3. Monitor intake dan
1. Keseimbangan intake dan
4. Perubahan pola napas output makanan/cairan
output dalam 24 jam
5. Penuruna hematokrit 4. Timbang berat badan
2. Berat badan stabil/ ideal
6. Penurunan hemoglobin setiap hari
3. Turgor kulit
7. Edema 5. ukur lingkar perut
4. Asites berkurang
8. Asupan melebihi haluaran 6. Tekan derajat pitting
5. Edema perifer berkurang
9. Oliguri edema, bila ada
6. Tanda -Tanda Vital dalam
10. Distensi vena jugularis 7. Observasi warna dan
keadaan normal
11. Efusi pleura tekstur kulit
7. Berat jenis urin dalam batas
12. Penambahan berat badan 8. Monitor hasil urin setiap
normal
dalam waktu singkat hari
Faktor Berhubungan 9. Kolaborasi pemberian
dengan : terapi diuretik
1. Gangguan mekanisme
regulasi
2. Kelebihan asupan cairan
3. Kelebihan asupan natrium
2 Ketidakefektifan pola napas Setelah dilakukan perawatan di Monitor pernapasan
Batasan Karakteristik : harapkan pola nafas kembali 1. Monitor kecepatan, irama,
1. dispnea normal dengan kriteria hasil : kedalaman dan kesulitan
2. Penggunaan otot bantu 1. Frekuensi pernapasan normal dalam bernapas
pernafasan 2. Irama pernapasan normal 2. Catat pergerakan dada,
3. Pernafasan cuping hidung 3. Kepatenan jalan nafas tidak catat ketidaksimetrisan,
4. Pola nafas abnormal (mis. terganggu penggunaan otot-otot
Irama, Frekuensi, Kedalaman) 4. Suara pernafaan tidak ada bantu pernapasan dan
Faktor Berhubungan 5. Penggunaan otot bantu retraksi dinding dada
dengan : napas tidak ada 3. Monitor suara napas
1. Hiperventilasi 6. Retraksi dinding dada tidak ada tambahan seperti ngorok

14
2. Keletihan otot pernafasan 7. Sianosis tidak ada 4. Monitor pola napas
3. Posisi tubuh yang 8. Pernapasan cuping hidung (misalnya:bradypnea ,tak
menghambat ekspansi paru tidak ada ipnea, hiperventilasi,
kusmaul)
5. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
6. Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan
dan kekurangan udara
pada pasien
Manajemen Jalan Napas
1. Atur posisi pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Catat adanya suara napas
tambahan
8. Bantu pasien untuk
bernafas pelan dan
dalam
9. Gunakan Teknik yang
menyenangkan untuk
memotivasi bernafas
dalam kepada anak-
anak
10. Posisikan untuk
meringankan sesak
nafas
11. Monitor status
pernafasan dan
oksigenisasi
3 Resiko infeksi : Setelah dilakukan perawatan Kontrol infeksi
Faktor resiko: diharapkan infeksi tidak 1. Bersihkan lingkungan
1. Mal nutrisi terjadi, dengan kriteria hasil : dengan baik
2. Gangguan integritas 1. Demam tidak ada 2. Batasi Jumlah pasien
kulit 2. suhu tubuh dalam batas 3. Ajarkan cara mencuci
3. Imunosupresi normal tangan dengan tepat
4. Cuci tangan sebelum
15
4. leukopenia 3. Nyeri tidak ada dan sesudah kegiatan
5. Penurunan Hemoglobin 4. letargi tidak ada perawatan
5. Nafsu makan tidak Management nutrisi
terganggu 1. Tentukan Status gizi
6. leukosit dalam batas pasien
normal 2. Tentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan
3. Atur diet yang di
perlukan
4 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan perawatan Managemen tekanan
Batasan Karakteristik : diharapkan kulit dan 1. berikan pakaian yang
1. Kerusakan integritas membrane mukosa kembali tidak ketat pada pasien
kulit normal dengan kriteria hasil : 2. Monitor area kulit
Faktor Berhubungan 1. Suhu kulit normal yang mengalami
dengan: 2. dehidrasi tidak ada kemerahan dan pecah-
Eksternal 3. perfusi jaringan tidak pecah
1. Hipertermia terganggu 3. Monitor aktifitas dan
2. Hipotermia 4. Integritas kulit tidak mobilitas pasien
Internal terganggu 4. Monitor sumber
1. Gangguan sirkulasi 5. tidak ada lesi pada kulit tekanan dan gesekan
2. gangguan turgor 6. Tidak ada lesi pada Pengecekan kulit:
3. Gangguan volume cairan membrane mukosa 1. Amati warna,
4. Imunodefisiensi 7. Wajah pucat tidak ada kehangatan, bengkak,
5. Nutrisi tidak adekuat 8. pengerasan pada kulit tidak tekstur, edema dan
ada ulserasi pada ekstremitas
2. Monitor warna dan
suhu kulit
3. Monitor warna kulit
adanya kekeringan atau
kelembaban
4. Monitor infeksi
terutama dari daerah

16
edema
Managemen cairan:
1. Timbang berat badan
2. Catat Intake dan
output
3, Monitor Status hidrasi
( Misalnya Mukosa
lembab, denyut nadi
adekuat)
4. Monitor hasil
laboratorium
5. Monitor tanda-tanda
vital
6. Monitor
makanan/cairan yang di
konsumsi
7. Monitor status gizi
8. dukung pasien dan
keluarga untuk
membantu dalam
pemberian makan dengan
baik
9. Tawari makanan
ringan (Misalnya
minuman ringan atau
buah-buahan segar/Jus
segar)
5 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan perawatan 1. Tentukan status gizi
kurang dari kebutuhan diharapkan nutrisi terpenuhi pasien
Tubuh dengan kriteria hasil : 2. Tentukan jumlah
Batasan Karakteristik : 1. asupan gizi tercukupi kalori dan jenis nutrisi
1. Diare 2. Asupan makanan tercukupi yang di butuhkan
2. Penurunan berat badan 3. Asupan cairan tercukupi 3. Atur diet yang di

17
3. ketidakmampuan 4. Berat badan dan tinggi perlukan
memakan makanan badan normal 4. Timbang berat badan
4. membrane mukosa 5. Hidrasi tidak ada pasien
pucat 5. Monitor pertumbuhan
5. nyeri abdomen dan perkembangan
6. Monitor turgor kulit
7. Monitor adanya mual
dan muntah
8. Monitor diet dan
asupan kalori
9. identifikasi perubahan
nafsu makan
10. Berikan makanan
sedikit tapi sering
11. Berikan informasi
pada keluarga tentang
diet klien
6 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan perawatan 1. Pertahankan tirah
Batasan Karakteristik : diharapkan Anak dapat baring awal bila terjadi
1. kelemahan melakukan aktifitas sesuai edema hebat.
2. pusing dengan kemampuan dan 2. Seimbangkan istirahat
3. dyspnea mendapatkan istirahat dan dan aktivitas bila
4. keletihan tidur yang adekuat, dengan ambulasi.
kriteria hasil : 3. Rencanakan dan
1. Anak mampu melakukan berikan aktivitas tenang.
aktivitas dan latihan secara 4. Instruksikan anak
mandiri. untuk istirahat bila ia
mulai merasa Lelah.
7 kecemasan anak Setelah dilakukan perawatan 1. Bina hubungan saling
diharapkan Ketakutan anak percaya
berkurang dengan kriteria hasil : 2. Gunakan pendekatan
1. Anak merasa tenang yang tenang dan
2. Anak kooperatif meyakinkan

18
3. Jelaskan semua
prosedur termasuk
sensasi yang di
perkirakan akan dialami
selama prosedur
dilakukan
4. Berusaha memahami
perspektif pasien dari
situasi stress

4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, kegiatannya meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi
respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan (Purnomo, 2016)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
klien (hasil yang dimati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Purnomo, 2016).

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom Nefrotik merupakan suatu keadaan klinik dan laboratorik tanpa menunjukkan
penyakit yang mendasari, dimana menunjukkan kelainan inflamasi glemerulus, secara
fungsional sindrom nefrotik diakibatkan oleh keabnormalan pada proses filtrasi pada
glomerulus yang biasanya menimbulkan berbagai masalah yang membutuhkan perawatan
yang tepat, cepat, dan akurat lemak dan mineral yang cukup untuk menunjang
perkembanga pertumbahanya. Masalah keschatan yang sering limbul pada kelompok anak
sekolah: anemia, gondok, karies gigi, obesitas, dan berat badan kurang.
Sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital, sindrom

nefrotik primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya sebagian besar (±80%)

sindrom nefrotik primer memberi respon yang baik terhadap pengobatan awal dengan

steroid, tetapi kira-kira 50% diantaranya akan relaps dan sekitar 10% tidak memberi

respon lagi dengan pengobatan steroid (Konsensus IDAI, 2012).

Dengan diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan terjadi

peningkatan kesehatan anak yang berpengaruh kepada berkurangnya jumlah hari rawatan

di rumah sakit dan meminimalkan biaya yang akan dikeluarkan serta mencegah

terjadinya komplikasi lebih lanjut dari Sindroma Nefrotik seperti Penyakit Ginjal Kronik

dan Infeksi akibat penurunan daya tahan tubuh anak.

B. Saran
1. Bagi Pendidikan
Makalah ini diharapkan menjadi pedoman, referensi dan informasi untuk pembelajaran
tentang Keperawatan Anak 1&2. Bagi mahasiswa diwajibkan mengetahui tentang
“Asuhan Keperawatan Sindroma nefrotik pada anak”.
2. Bagi Penulis
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan baik dari segi materi maupun bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, 2016.Dasar- dasar Sistem Perkemihan Edisi 3.Bandung : Refika Aditama.

Wong, 2016.Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta : EGC.

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.


Jakarta : DPP PPNI

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.Jakarta :
EGC

IDAI.2012. Tatalaksana Sindroma Nefrotik Idiopatik Pada Anak. http://www.idai.or.id. Diakses


pada 20 November 2021 pukul 08.00 WIB.

Bets & Sowden 2017.Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Gocke, 2016.Dasar- dasar Urologi .Jakarta : Salemba Medika.

Suriadi & Rita Yuliani, 2010.Dasar- dasar Sistem Perkemihan.Yogyakarta : Nuha Medika.

Nurarif & Kusuma 2016. “The Relationship Beetween Fluid Overload and
Nephrotic Syndrom at RSUD dr. H Soewondo Kendal. Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No
1, February 2019/ page 1 -9.

Wong, 2016.Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta : EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai