TUMBUH KEMBANG
Pengertian
Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individuyang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-
sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 2002).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
menurut Potter & Perry,2005 adalah sebagai berikut:
1. Faktor genetik.
1. Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik
2. Jenis kelamin
3. Suku bangsa atau bangsa
2. Faktor lingkungan.
a. Faktor pranatal Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi,
infeksi, stress, imunitas, anoksia embrio
b. Faktor postnatal
c. Faktor Lingkungan Biologis
Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan thd penyakit, perawatan kesehatan,
penyakit kronis, dan hormon
d. Faktor lingkungan fisik
Cuaca, musim, sanitasi,keadaan rumah.
e. Lingkungan sosial
Stimulasi, Motivasi belajar, Stress. Kelompok sebaya. Ganjaran atau hukuman
yang wajar, Cinta dan kasih sayang
f. Lingkungan keluarga dan adat istiadat yang lain Pekerjaan, pendidikan ayah
dan ibu, jumlah saudara, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu,
agama, adat istiadat dan norma-norma
A. DEFINISI
Diare adalah kondisi yang didefinisikan ole peningkatan frekwensi
defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per
hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen.yang di tandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan
atau tanpa lendir dan darah.
B. ETIOLOGI
Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Faktor infeksi Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral: Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak
anak).
c. Faktor malabsorbsi: Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan: Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis: Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu. formula untuk pemberian makanan melalui selang,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom Zollinger
Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
C. TANDA dan GEJALA
Tanda dan Gelaja diare menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Peningkatan frekwensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses
b. Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan rasa
haus, kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif (tenemus)
setiap kali defekasi.
c. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil
d. Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus besar
e. Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis atau
inflamasi
f. Cipratan minyak pada cairan toilet, yang merupakan diagnosis insufisiensi
pancreas dan diare nokturnal, yang merupakan manifestasi neuropatik diabetik
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat discrap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga
gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
E. PATHWAY
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium:
feses kultur: Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit: Hipo ratremi, Hipernatremi, hipokalemi
AGD: asidosis metabolic (Ph menurun, p02 meningkat, pe02 meningkat,
HCO3 menurun) Faal ginjal: UC meningkat (GGA)
b. Radiologi mungkin ditemukan bronchopemoni
G. Penalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Brunner&Suddart (2014);
a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala,
mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-inflamasi) dan
antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit (limotil)
dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral. larutan elektrolit dan glukosa oral dapat diprogramkan
d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi atau
diare tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang sangat
muda atau pasien lansia.
H. Komplikasi
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
Renjatan hipovolemik.
Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
Hipoglikemia.
Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus
Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
DIARE
B. Diagnosa Kep
1. Risiko infeksi
2. Hipertermia
3. Perfusi perifer tidak efektif
4. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
5. Gangguan pertukaran gas
6. Defisit pengetahuan
C. Interevensi
1. Risiko infeksi
Amati adanya menggigil dan diaforesis
Memantau tanda tanda penyimpangan kondisi
Inspeksi rongga mulut terhadap plat putih
Dapatkan spesimen urin, darah, sputum, luka
Berikan obat anti infeksi
2. Hipertermia
Pantau suhu pasien
Pantau suhu lingkungan
Berikan kompres mandi hangat, hindari pemggunaan alkohol
Berikan antipiretik
Berikan selimut pendingin
3. Perfusi perifer tidak efektif
Pertrahankan tirah baring
Pantau kecenderungan pd TD
Pantau frekuensi dan irama jantung
Catat keluaran urine setiap jam
Auskultasi bising usus
Pantau pemeriksaan lab
4. Risiko ketidakseimbangan elektrtolit
Catat keluaran urin dan berat jenis
Pantau TD dan denyut jantung
Palpasi denyut perifer
Kaji membran mukosa kering, tugor kulit yg kurang baik
Amati edema dependen
Berikan cairan IV
5. Gangguan pertukaran gas
Pertahankan jalan nafas px
Pantau frekuensi dan kedalaman nafas
Auskultasi bunyi nafas
Catat munculnya sianosis sirkumonal
Sering ubah posisi
Pantau GDA
6. Defisit pengetahuan
Tinjau faktir risiko individual dan bentuk penularan
Berikan info mengenai terapi obat-obatan, interaksi, efek samping
Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional
Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan
Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis
D. Implementasi
Adalah penatalaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan pasien.
Implementasi kep adalah pengelolaan dan pereujudan dari rencana kep yang telah
disusun pada tahap perencanaan
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien ataa tindakan yang
telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan kep tercapai
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJEKWESI
BOJONEGORO
PROGRAM D-III KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tanggal Praktek :
Ruangan :
Tanggal Pengkajian :
I. IDENTITAS PASIEN
b. Penggunaan Obat-obatan
Tidak ada
c. Riwayat Alergi
Tidak ada
Tidak ada
a. Prenatal
Bayi lahir secara normal, BB: 2650 g, PB: 48 cm, dibantu oleh nakes
c. Post Natal
Setelah An. Alahir langsung diberi ASI, kuku bersih, tali pusar baik
b. Cairan
Dirumah
Jenis : ASI
Frekuensi : 3 jam sekali
Porsi/Jumlah : 1/3 botol susu
Di Rumah Sakit
Jenis : ASI
Frekuensi : 3 jam sekali
Porsi/Jumlah : 1/3botol susu
c. Tidur dan Istirahat
Dirumah
Kurang lebih 16 jam/hari, tidur nyenyak
Di Rumah Sakit
Tidur siang 1 jam tidak nyenyak, rewel, tidur malam 3-4 jam tidak
nyenyak dan rewel
d. Kebersihan Diri
Dirumah : mandi 2x/hari (pagi dan sore)
Di Rumah Sakit : dibasuh denganair hangat pahi dan sore
e. Aktivitas dan Bermain
Dirumah : bermain dengan teman sebaya
Di Rumah Sakit : sering digendong, bermain dengan mainan yang
dibawake RS
f. Eliminasi
Urine
Dirumah : 5-6x/hari, warna kuning jernih
Di Rumah Sakit : 120 gram
Alvi/feses
Dirumah : 1x/hari, konsistensi lunak
Di Rumah Sakit : 3x/hari, konsistensi cair
N HARI/ TT
JAM IMPLEMENTASI RESPON PASIEN
O TGL D
1 Selasa 08.0 • Mengidentifikasi faktor Pasien
19/10/2022 0 pengganggu tidur (fisik atau mengatakan
psikologis) sulit tidur
• Modifikasi lingkungan karena
(mis.Pencahayaan,kebisinga memikirkan
n, suhu,dsb) sesuatu
• Melakukan prosedure Pasien
untuk meningkatkan merasa
kenyamanan (mis.pijat, nyaman
posisi,dsb) dengan
• Menjelaskan pentingnya pencahayaa
tidur cukup selama sakit n yang
•Menganjurkan menepati minim
kebiasaan waktu tidur Pasien
•Menganjurkan mnghindari merasakan
makanan/minuman yang tidak
mengganggu tidur nyaman
ketika terus
berbaring
Pasoien
mengetahui
pentingnya
tidur cukup
Pasien biasa
tidur kurang
dari 8 jam
Pasien
mengetahui
makanan
dan
minuman
yang
menganggu
tidur
10.0 Memonitor warna, volume, BAB 3×,
0 frekuensi dan konsistensi warna
tinja kuning,
Memonitor tanda dan gejala
hypovolemia konsistensi
Memberikan asupan cairan sesikit ada
oral ampas
Menganjurkan melanjutkan
pemberian ASI CRT <2 dtk,
Kolaborasi pemberian obat
tugor kulit
pengeras feses
hangat, N:
132×/mnt,
RR:
27×/mnt, S:
37,2°C
Px
kooperative
minun
renalyt
Ibu
memberikan
ASI setiap 3
jam sekali
Px
kooperatif
minum obat
CATATAN PERKEMBANGAN