Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN TUMBUH KEMBANG ANAK

A. Pengertian
Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individuyang bisa diukur dengan ukuran berat
(gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (Skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang
dewasa, misalnya mengkonsumsi makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman,
pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat
tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan sesuai yang
diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat
diubah/dimodifikasi yaitu faktor lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang
menyebabkan gangguan terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu
diubah (dimodifikasi).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor genetik.
a. Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik
b. Jenis kelamin
c. Suku bangsa atau bangsa
2. Faktor lingkungan.
a. Faktor pranatal
Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas,
anoksia embrio
b. Faktor postnatal
1. Faktor Lingkungan Biologis
Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan thd penyakit, perawatan kesehatan,
penyakit kronis, dan hormon
2. Faktor lingkungan fisik
Cuaca, musim, sanitasi,keadaan rumah.
3. Lingkungan sosial
Stimulasi, Motivasi belajar, Stress, Kelompok sebaya, Ganjaran atau hukuman
yang wajar, Cinta dan kasih sayang
4. Lingkungan keluarga dan adat istiadat yang lain
Pekerjaan, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas rumah tangga,
kepribadian ayah/ibu, agama, adat istiadat dan norma-norma

C. Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan
dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Walaupun terdapat variasi akan tetapi setiap anak
akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan sebagai berikut :

1. Masa prenatal atau masa intrauterin ( masa janin dalam kandungan )


a. masa mudigah/embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu. Ovum
yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu organisme, terjadi diferensiasi yang
berlangsung cepat, terbentuk suatu sistem oragan dalam tubuh.
b. Masa janin/fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa ini terdiri dari 2
periode yaitu :
1) Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan TM II kehidupan
intrauterin, terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia
sempurna dan alat tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi.
2) Masa fetus lanjut, pada akhir TM pertumbuhan berlangsung pesat dan adanya
perkembangan fungsi. Pada masa ini terjadi transferimunoglobin G(IgG) dari ibu
melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esesnsial seri omega 3(Docosa
Hexanicc Acid) omega 6(Arachidonic Acid) pada otak dari retina.
2. Masa bayi : usia 0 – 1 tahun
a. Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi
darah, serta mulainya berfungsi orgaan-oragan tubuh lainnya.
b. Masa pasca neonatal , proses yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara
kontinu terutama meningkatnya fungsi sistem saraf (29 hari – 1 tahun).
3. Masa prasekolah

Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangaan dengan
aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkaatnya keterampilan dan proses berpikir.

4. Masa sekolah, pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah,


keterampilan, dan intelektual makin berkembang, senang bermain berkelompok dengan
jenis kelamin yang sama ( usia 6 – 18/20 tahun).
a. Masa pra remaja: usia 6-10 tahun
b. Masa remaja :
1) Masa remaja dini (Wanita: usia 8-13 tahun dan Pria: usia 10-15 tahun)
2) Masa remaja lanjut (Wanita: usia 13 –18 tahun dan Pria: usia 15-20 tahun)

D. Tugas perkembngan anak


1. Tugas perkembangan masa bayi dan anak prasekolah
a. Belajar memakan makanan padat
b. Belajar berjalan
c. Belajar berbicara
d. Belajar menegndalikan pembuangan kotoran tubuh
e. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
f. Mencapai kestabilan fisik
g. Belajar mengenal konsep – konsep sederhana tentang kenyataan alam dan social
h. Belajar membedakan baik buruk , benar- salah , atau mengembangkan kata hati
2. Tugas perkembangan anak usia sekolah
a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
biologis
c. Belajar bergaul dengan teman sebaya
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin
e. Belajar keterampilan dasar membaca . menulis , dan menghitung
f. Belajar mengembangkan konsep sehari – hari
g. Mengembangkan kata hati
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
i. Mengembangkan sikap positif terhadap kelompok sosial
3. Tugas perkembangan remaja
a. mencapai kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. mencapai kematangan berperilaku etis
c. mencapai kematngan emosi
d. mencapai kematangan intelektual
e. memiliki kesadaran tanggung jawab social
f. mencapai kematangan perkembangan pribadi
g. mencapai kematangan hubungan dengan teman sebaya
h. memiliki kemandirian perilaku ekonomis
i. mencapai kematngan dalam pilihan karir
j. mencapai kematangan dalam kesiapan diri untuk menikah dan hidup berkeluarga
4. Tugas Perkembangan Dewasa Awal
a. memilih pasangan hidup
b. belajar hidup dengan pasangan nikah
c. memulai hidup berkeluarga
d. memelihara anak
e. menggelolah rumah tangga
f. mulai bekerja
g. bertanggung jawab sebgani warna Negara
h. menemukan kelompok social yang serasi
5. Tugas perkembangan dewasa pertengahan
a. mencapai tanggung jawab social sebagai warga Negara
b. membantu remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
c. mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang
d. menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu
e. menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan fisologis
f. mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier pekerjaan
dan
g. menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua
6. Tugas Perkembangan Dewasa Akhir (masa tua )
a. menyusaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
b. menyesuaikan diri dengan masa pension dan menurunya pengahsilan keluarga
c. menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
d. membentuk hubungan dengan orang – orang seusia
e. membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
f. menyesuaikan diri dengan peran social secara luwes.
E. Penilaian pertumbuhan fisik
1. Ukuran Antropometrik
Pertumbuhan fisik anak pada umumnya dinilai dengan menggunakan ukuran
antropometrik yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi:
a. tergantung umur yaitu berat badan (BB) terhadap umur, tinggi badan (TB) terhadap
umur,lingkaran kepala (LK) terhadap umur dan lingkaran lengan atas (LLA) terhadap
umur. Untuk dapat memberikan pemaknaan secara klinis pada parameter tersebut
diperlukan keterangan yang akurat mengenai tanggal lahir anak. Kesulitannya adalah
di daerah-daerah tertentu, penetapan umur anak kurang tepat karena orang tua tidak
ingat bahkan tidak ada catatan mengenai tanggal lahirnya.
b. Tidak tergantung umur yaitu berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), lingkaran
lengan atas (LLA) dan tebal lipatan kulit (TLK). Hasil pengukuran antropometrik
tersebut dibandingkan dengan suatu baku tertentu misalnya NCHS dari Harvard atau
standar baku nasional (Indonesia) seperti yang terekam pada Kartu Menuju Sehat
(KMS). Dengan melihat perbandingan hasil penilaian dengan standar baku tersebut
maka dapat diketahui status gizi anak. Nilai perbandingan ini dapat digunakan untuk
menilai pertumbuhan fisik anak karena menunjukkan posisi anak tersebut pada
persentil (%) keberapa untuk suatu ukuran antropometrik pertumbuhannya, sehingga
dapat disimpulkan apakah anak tersebut terletak pada variasi normal, kurang atau
lebih. Selain itu juga dapat diamati trend (pergeseran) pertumbuhan anak dari waktu
ke waktu.
2. Berat Badan (BB)
Berat badan (BB) adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana,mudah
diukur,dan diulang. BB merupakan ukuran yang terpenting yang dipakai pada setiap
pemeriksaan penilaian pertumbuhan fisik anak pada semua kelompok umur karena BB
merupakan indikator yang tepat untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang
anak saat pemeriksaan (akut). Alasannya adalah BB sangat sensitif terhadap perubahan
sedikit saja seperti sakit dan pola makan. Selain itu dari sisi pelaksanaan, pengukuran
obyektif dan dapat diulangi dengan timbangan apa saja, relatif murah dan mudah, serta
tidak memerlukan waktu lama.
Namun, pengukuran BB tidak sensitif terhadap proporsi tubuh misalnya pendek
gemuk atau tinggi kurus. Selain itu, beberapa kondisi penyakit dapat mempengaruhi
pengukuran BB seperti adanya bengkak (udem), pembesaran organ (organomegali),
hidrosefalus, dan sebagainya. Dalam keadaan tersebut, maka ukuran BB tidak dapat
digunakan untuk menilai status nutrisi.
Penilaian status nutrisi yang akurat juga memerlukan data tambahan berupa umur
yang tepat,jenis kelamin, dan acuan standar. Data tersebut bersama dengan pengukuran
BB dipetakan pada kurve standar BB/U dan BB/TB atau diukur persentasenya terhadap
standar yang diacu. BB/U dibandingan dengan standar, dinyatakan dalam persentase
a. >120% disebut gizi lebih
b. 80-120% disebut gizi baik
c. 60-80% tanpa edema = gizikurang
d. Dengan edema = gizi buruk
e. <60% disebut gizi buruk Perubahan BB perlu mendapat perhatian karena merupakan
petunjuk adanya masalah nutrisi akut. Kehilangan BB dapat dikategorikan menjadi:
1. Ringan = kehilangan 5-15%, 2.Sedang = kehilangan 16-25%, Berat = kehilangan
>25%
3. Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan (TB) merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting. Pengukuran
TB sederhana dan mudah dilakukan. Apalabila dikaitkan dengan hasil pengukuran BB
akan memberikan informasi penting tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisik anak
Ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan dapat terus meningkat sampai tinggi
maksimal dicapai. TB merupakan indikator yang menggambarkan proses pertumbuhan
yang berlangsung dalam kurun waktu relatif lama (kronis), dan berguna untuk mendeteksi
gangguan pertumbuhan fisik di masa lampau. Indikator ini keuntungannya adalah
pengukurannya obyektif, dapat diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah
dibawa. Kerugiannya perubahan tinggi badan relatif lambat dan sukar untuk mengukur
tinggi badan secara tepat. Pengukuran TB pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan
posisi tidur dan pada anak umur lebih dari 2 tahun dengan berdiri. Seperti pada BB,
pengukuran TB juga memerlukan informasi seperti umur yang tepat, jenis kelamin dan
standar baku yang diacu. TB kemudian dipetakan pada kurve TB atau dihitung terhadap
standar baku dan dinyatakan dalam persen. TB/U dibandingkan dengan standar baku (%)
a. 90-110% = baik/normal
b. 70-89% = tinggi kurang
c. <70% = tinggi sangat kurang
Rasio BB menurut TB (BB/TB)
Rasio BB/TB jika dikombinasikan dengan BB/U dan TB/U sangat penting dan lebih
akurat dalam penilaian status nutrisi karena memberikan informasi mengenai proporsi
tubuh. Indeks ini digunakan pada anak perempuan hanya sampai tinggi badan 138 cm dan
pada anak lelaki sampai tinggi badan 145 cm. Setelah itu, hasil perbandingan BB/TB
menjadi tidak bermakna, karena adanya tahap percepatan pertumbuhan (growth spurt)
pada masa pubertas.
Interpretasi BB/TB (dalam %)
a. 120 % : obesitas
b. 110-120 % : overweight
c. 90-110 % : normal
d. 70-90% : gizi kurang
e. <70% : gizi baik
4. Lingkar Kepala (LK)
Lingkar kepala (LK) menggambarkan pertumbuhan otak dari estimasi volume dalam
kepala. Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan.
Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan otak walaupun diperlukan pengukuran LK secara
berkala daripada sewaktu-waktu saja. Apabila pertumbuhan otak mengalami gangguan
yang dideteksi dari hasil pengukuran LK yang kecil (dinamakan mikrosefali) maka hal ini
bisa mengarahkan si anak pada kelainan retardasi mental. Sebaiknya kalau ada gangguan
pada sirkulasi cairan otak (liquor cerebrospinal) maka volume kepala akan membesar
(makrosefali), kelainan ini dikenal dengan hidrosefalus. Pengukuran LK paling
bermanfaat pada 6 bulan pertama sampai 2 tahun karena pada periode inilah pertumbuhan
otak berlangsung dengan pesat. Namun LK yang abnormal baik kecil maupun besar bisa
juga disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) dan bawaan bayi Pada 6 bulan pertama
kehidupan LK berkisar antara 34-44 cm sedangkan pada umur 1 tahun sekitar 47 cm, 2
tahun 49 cm dan dewasa 54 cm.

5. Lingkar Lengan Atas (LLA)


Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan tumbuh kembang jaringan lemak di bawah
kulit dan otot yang tidak banyak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan
dengan berat badan (BB). LLA lebih sesuai untuk dipakai menilai keadaan gizi/tumbuh
kembang pada anak kelompok umur prasekolah (1-5 tahun). Pengukuran LLA ini mudah,
murah, alat bisa dibuat sendiri dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Alat yang digunakan
biasanya adalah pita ukur elastis. Namun, penggunaan LLA ini lebih tepat untuk
mengidentifikasi anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan fisik yang berat. Selain itu
terkadang pengukurannya juga dengan menekan pertengahan LLA yang dirasakan tidak
nyaman bagi anak-anak. Interpretasi hasil dapat berupa:
a. LLA (cm): < 12.5 cm = gizi buruk (merah), 12.5 – 13.5 cm = gizi kurang (kuning),
>13.5 cm = gizi baik (hijau).
b. Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan indeks LLA/TB: <75% = gizi
buruk, 75-80% = gizi kurang, 80-85% = borderline , dan >85% = gizi baik (normal).
F. Ganguan tumbuh kembang anak
Ada banyak sekali jenis gangguan tumbuh kembang pada anak, mulai dari yang paling
ringan hingga yang sangat kompleks. Berikut ini akan dijelaskan beberapa gangguan tumbuh
kembang pada anak beserta cara mengatasinya :
1. Speech Delay (Keterlambatan Kemampuan Bicara)
Speech Delay adalah kegagalan mengembangkan kemampuan berbicara pada anak, yang
diharapkan bisa dicapai pada usianya. Dengan kata lain, perkembangan anak (dalam hal
bicara) tertinggal beberapa bulan dari teman-teman seusianya.
Penyebab :
a. Anak-anak yang dicurigai mengalami speech delay seringkali juga mengalami
masalah pendengaran.
b. Adanya keterlambatan perkembangan yang terjadi karena belum dicapainya tingkat
kematangan seperti kematangan organ-organ bicara.
c. Kurang stimulasi atau kurang terpapar dalam lingkungan sosial.
Cara Mengatasi :
a. Bacakan buku atau cerita bergambar sehingga anak dapat menunjuk atau memberi
nama benda-benda yang ia kenal.
b. Gunakan bahasa yang sederhana ketika berbicara pada anak.
c. Mengoreksi ucapan yang salah dari anak. Misalnya ketika anak mengatakan “Atit”
saat mengutarakan rasa sakit, orang tua segera membenarkanya dengan
mengucapkan “Oh, sakit ya”. Usahakan untuk selalu mengulang kata-kata yang
diucapkan anak pada kita.
d. Berikan pujian pada anak ketika anak berbicara benar.
e. Jangan abaikan anak dan selalu berikan respon terhadap apa yang dikatakan anak.
f. Jangan memaksa anak untuk berbicara karena hal ini hanya akan membuat anak
menjadi semakin tertekan.
g. Berkonsultasi kepada tenaga ahli
2. Keterlambatan Kemampuan Berjalan
Rentang kemampuan anak bisa berjalan tanpa bantuan berada dalam usia 8 bulan sampai
dengan 18 bulan. Bila anak berumur lebih dari 18 bulan belum bisa berjalan, baru
dikategorikan ‘delay’ atau terlambat, sehingga diperlukan intervensi. Jadi, anak usia 15
bulan yang belum bisa berjalan, dinyatakan “belum siap”, bukan dianggap terlambat,
karena rentang toleransinya cukup panjang. Namun jangan menganggap remeh dengan
kondisi tersebut. Lebih baik Anda melakukan deteksi awal mengenai “keterlambatan”
tersebut supaya bisa diantisipasi dan dicari jalan keluarnya
Penyebab :
a. Kondisi kesehatan anak yang kurang mendukung. Keterlambatan anak mulai berjalan
bisa disebabkan oleh gangguan neurologis, gizi buruk, maupun penyakit seperti :
riwayat kekurangan oksigen saat lahir, penyakit-penyakit perinatal yang berat
(sepsis, kerinikterus, meningitis), bayi lahir dengan berat sangat rendah, bayi
prematur, cerebal palsy, pasca kejang lama, penyakit jantung bawaan, dan lain
sebagainya.
b. Faktor keturunan. Beberapa kasus menunjukkan orangtua yang mempunyai riwayat
terlambat berjalan akan menurun kepada anaknya.
c. Bentuk dan berat badan anak. Anak dengan kaki yang pendek biasanya lebih cepat
berjalan daripada yang berkaki panjang. Semakin panjang kaki anak, biasanya jadi
lebih sulit menyeimbangkan badan.
d. Pengalaman buruk waktu belajar berjalan. Kecelakaan yang mungkin terjadi saat
belajar berjalan seperti tersandung hingga membentur meja bahkan berdarah, bisa
mengakibatkan anak trauma dan malas berlatih lagi. Terlebih lagi jika ditambah
dengan respon orangtua yang terlalu mengkhawatirkannya.
e. Bayi yang tidak dikelilingi anak-anak lain. Hal ini biasanya mengakibatkan anak jadi
lebih lambat berjalan karena tidak ada yang memberinya contoh (meski tidak
selalu).
f. Orangtua maupun lingkungan yang overprotective. Rasa sayang yang berlebihan
dengan melarang anak untuk melakukan kegiatan yang “menantang” karena khawatir
jatuh atau terpeleset, membuat anak kehilangan kepercayaan diri untuk mulai
berjalan. Kebiasaan terlalu sering digendong dan pemakaian baby walker yang
berlebihan juga dapat membuat anak malas belajar jalan.
Cara Mengatasi :
a. Menatih dengan penuh kesabaran. Masa menatih (titah, bahasa Jawa) merupakan
masa yang membutuhkan tenaga dan kesabaran ekstra. Karena tangan kita harus
mendampingi kemanapun si kecil bergerak. Pada awalnya kita menggunakan dua
tangan untuk menatih, namun dengan bertahap kita lepas satu tangan, hingga
akhirnya kita lepas dia berjalan tanpa bantuan kita.
b. Gunakan berbagai alat sebagai bantuan. Kursi plastik yang kokoh, meja kecil yang
ringan, maupun galon air mineral yang tidak terisi penuh bisa menjadi alat yang
menarik untuk didorong-dorong anak.
c. Pastikan lingkungan di sekitar anak cukup aman. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya kecelakaan. Seperti menyingkirkan benda-benda yang
mudah diraih dan mudah pecah.
d. Lakukan dengan kegembiraan. Ambillah jarak dari si kecil dengan memegang
mainan atau benda yang menarik perhatiannya. Mintalah anak untuk mengambilnya
dan berikan pelukan hangat saat dia berhasil menjangkaunya. Perlebar jarak untuk
meningkatkan kemampuannya.
e. Hindari baby walker. Faktor praktis dan bisa ditinggal mengerjakan hal lain
seringkali membuat orangtua berlebihan dalam memanfaatkan baby walker. Padahal,
hal seperti itu bisa menyebabkan anak jadi malas berjalan ketika dilepas tanpa baby
walker. Penggunaan baby walker tetap harus dengan pengawasan karena terbukti
pada beberapa kasus dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan seperti tergelincir di
tangga, kamar mandi, maupun kolam renang.
f. Terus berikan semangat pada anak. Belajar berjalan merupakan kombinasi dari
latihan kemandirian, kepercayaan diri, pantang menyerah, dan kesabaran.
g. Konsultasikan dengan dokter ahli jika anak tidak juga menunjukkan kemajuan dalam
kemampuan berjalan meskipun sudah dilakukan stimulasi yang memadai.
3. Autisme
Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan “isme” yang
berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertarik pada dunianya
sendiri. Autisme merupakan gangguan perkembangan yang kompleks yang umumnya
muncul sebelum usia tiga tahun sebagai hasil dari gangguan neurologis yang
mempengaruhi fungsi normal otak. Gangguan ini mempengaruhi perkembangan dalam
area interaksi sosial dan keterampilan komunikasi.
Anak penyandang autis umumnya menunjukan kesulitan dalam komunikasi verbal
dan nonverbal, interaksi sosial, dan kegiatan bersosialisasi (misalnya bermain bersama).
Mereka juga menunjukan pola-pola tingkah laku yang terbatas, berupa pengulangan dan
stereotip (meniru). Seorang penderita autis mempunyai beberapa kesulitan yaitu dalam
hal makna, komunikasi, interaksi sosial, dan masalah imajinasi. Hal ini menyebabkan
penderita autis menemui banyak kesulitan dalam kehidupannya sehari-hari. Anak autis
bisa sangat tertarik pada sesuatu dan kemudian asyik sendiri pada dunianya. Akibatnya,
anak autis cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya.
Penyebab :
Permasalahan pada awal perkembangan seorang anak. Anak penyandang autis
mengalami masalah kesehatan yang lebih banyak selama masa kehamilan, pada saat
dilahirkan, dan segera setelah dilahirkan, daripada anak yang bukan penyandang autis.
Pengaruh genetik. Adanya gangguan gen dan kromosom yang ditemukan pada studi
terhadap keluarga dengan anak kembar menunjukan peran yang besar dari faktor genetik
sebagai penyebab dari autis.
Abnormalitas otak. Meskipun tidak diketahui tanda-tanda biologis untuk autis,
penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ahli menunjukan bahwa gambaran otak anak
penyandang autis berbeda dengan gambaran otak anak normal.
Cara Mengenali Gejala :
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui gejala autis, salah satunya
dengan metode yang dinamakan M-CHAT (Modified Checklist for Autism in Toddlers).
Orang tua harus mengamati 6 pertanyaan penting berikut :
a. Apakah anak Anda tertarik pada anak-anak lain?
b. Apakah anak Anda dapat menunjuk untuk memberitahu ketertarikannya pada
sesuatu?
c. Apakah anak Anda pernah membawa suatu benda untuk diperlihatkan pada
orangtua?
d. Apakah anak Anda dapat meniru tingkah laku anda?
e. Apakah anak Anda berespon bila dipanggil namanya?
f. Bila Anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan melihat ke arah
mainan tersebut?
Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka sebaiknya
berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami
bidang autisme. Karakteristik dari penyandang autis banyak sekali ragamnya
(sepektrumnya sangat luas) sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan
memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi
anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya
dibidang autis. Diagnosis yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati
perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya.
Orang tua harus peka dengan perkembangan anak sejak lahir, dan melaporkan kepada
dokter untuk setiap keterlambatan dan gangguan dalam perkembangan perilakuknya.
Cara Mengatasi :
a. Modifikasi perilaku dengan bantuan tenaga profesional. Misalnya dengan pendekatan
ABA (Applied Behavioral Analysis) untuk menguasai keterampilan yang diperlukan
dalam lingkungan, terapi integrasi sensori untuk menghadapi stimulasi sensori, dan
metode pendekatan yang hangat dan akrab untuk membangun hubungan dengan anak
sebagai individu dan untuk membantu memperbaiki proses perkembangan anak
melalui bahasa tubuh, kata-kata, serta media bermain
b. Sarana pendukung dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan orang tua diluar
waktu-waktu terapi. Contohnya seperti :
c. Pendukung visual agar anak lebih mudah berkomunikasi, mengutarakan keinginan,
dan membantu anak memahami kehidupan. Selain itu, dengan menunjukkan objek
secara nyata pada anak juga dapat membantu anak mengembangkan pemahaman
tentang waktu dan pentingnya menghargai lingkungan.
d. Berenang, berkuda, naik sepeda, sepatu roda, atau naik turun tangga. Kegiatan-
kegiatan tersebut sejalan dengan prinsip terapi integrasi sensori.
e. Berinteraksi dengan anak dalam situasi bermain yang melibatkan sentuhan dan
kontak mata yang memadai.
f. Terapi wicara (dibantu dokter dan terapis)

DAFTAR PUSTAKA

Behrman. Kliegman. Arvin. Ilmu Kesehatan Anak ( Nelson Textbook of Pediatrics ). EGC.
Jakarta. 2000 : 37 – 45.
Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI. Jakarta. 192 : 6 – 18.
Dhamayanti. Meita. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Meningkatkan Emotional
Spiritual Quotient (ESQ). FK Unpad Subbagian Tumbuh Kembang – Pediatri Sosial Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Perjan RSHS Bandung. Bandung
Latief, A. 2000. Diagnosis fisik pada Anak. Jakarta: Penerbit Sagung Seto
Markum.A.H. dkk. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta. 1991 : 9 -21.
Mirriamstoppard. Complete Baby and Child Care. 1997.
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta. 1998 : 1 – 63.

Anda mungkin juga menyukai