Anda di halaman 1dari 21

KONSEP POST PARTUM

PEMBAHASAN

A. DEFINISI POST PARTUM


Masa Nifas (puerpurium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu
(Mochtar, 2001:115)
Masa Nifas (puerpurium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,berlangsung selama kira kira 6 minggu
(Prawirohardjo, 2009:237)
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi
kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu
(Farrer, 2001:36).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hami, lamanya kira-kira 6 minggu.
(Muchtar, 1998 : 115).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira
kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2006 : 122)
Masa post partum (nifas) adalah masa sejak melahirkan sampai pulihnya alat-alat reproduksi
& anggota tubuh lainnya yg berlangsung sampai sekitar 40 hari (KBBI, 1990).

B. PEMBAGIAN MASA POST PARTUM


Menurut referensi dari Prawirohardjo (2009:238), pembagian nifas di bagi 3 bagian, yaitu:

1. Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama Islam,
dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu,
bulan atau tahunan.

Periode pasca partum ialah masa enam minggu setelah bayi lahir sampai organ reproduksi
kembali ke keadaan normal sebelum hamil . Periode ini kadang disebut puerperium atau
trimester keempat kehamilan. Immediate post partum > Berlangsung dlm 24 jam pertama,
Early post partum>Berlangsung sampai minggu pertama, Late post partum > Berlangsung
sampai masa post partum berakhir

C. PERUBAHAN SISTEM ORGAN REPRODUKSI PADA POST PARTUM


PERUBAHAN ORGAN REPRODUKSI
a. Payudara
Setelah persalinan behubung lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum,
maka estrogen dan progesterone berkurang, prolaktin akan meningkat dalam darah yang
merangsang sel-sel acini untuk memproduksi ASI. Keadaan payudara pada dua hari pertama
post partum sama dengan keadaan dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah
dada membesar, keras dan nyeri ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan terjadi proses
laktasi. Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi perubahan pada payudara ibu, sehingga
mampu memproduksi ASI dan merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar.
b. Endometrium
Dalam dua hari post partum desidua yang tertinggal dan berdiferensiasi menjadi 2 lapisan,
lapisan superficial menjadi nekrotik dan terkelupas bersama lochea. Sedangkan lapisan basah
yang bersebelahan dengan miometrium yang berisi kelenjar tetap utuh dan merupakan
sumber pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat.
Seluruhnya endometrium pulih kembali dalam minggu kedua dan ketiga.

c. Cerviks, Vagina, Vulva, Perineum


Pada persalinan dengan seksio sesarea tidak terdapat peregangan pada serviks dan vagina
kecuali bila sebelumnya dilakukan partus percobaan serviks akan mengalami peregangan dan
kembali normal sama seperti post partum normal. Pada klien dengan seksio sesarea keadaan
perineum utuh tanpa luka.

1. INVOLUSI

a. Pengertian involusi uteri


Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut
memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan. (Hincliff, 1999)
Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali kebentuk asal.
(Ramali, 2003)
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera seletah plasenta lahir
akibat kontraksi otot polos uterus.

b. Proses Involusi Uterus


Ischemi pada miometrium disebut juga lokal ischemia Yaitu kekurangan darah pada uterus.
Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti
tersebut diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam
masa hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin.
Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat mengadakan
hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah
berkurang, kembali seperti biasa. Dan aliran darah dialirkan ke buah dada sehingga peredaran
darah ke buah dada menjadi lebih baik.
Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan mengalami kekurangan darah
sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami otropi kembali kepada ukuran semula.
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan
menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas
implantasi plasenta. (Sarwono, 2002). Pada hari pertama ibu post partum tinggi fundus uteri
kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm). Pada hari kelima post partum uterus menjadi 1/3 jarak
antara symphisis ke pusat. Dan hari ke 10 fundus sukar diraba di atas symphisis.
(Prawirohardjo, 2002). tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap hari. (Reader, 1997). Secara
berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
a) Autolisis
Adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hyperplasi, dan
jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5 kali lebih tebal
dari sewaktu masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula. Enzim roteolitik
akan memendekan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya
dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan, sitoplasma sel yang berlebih akan
trcerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti
kehamilan. Dan telah diketahui adanya penghancuran protoplasma dan jaringan yang diserap
oleh darah kemudian di keluarkan oleh ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah
melahirkan ibu mengalami beser air kemih atau sering buang air kemih.
b) Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya esterogen dalam jumlah besar, kemudian
mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi esterogen yang menyertai
pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot uterus lapisan desidua akan mengalami
atrofi dan terlepas dengan meningggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi
endometrium yang baru.
c) Aktifitas otot-otot
Adalah adanya retraksi dan kontrksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk
menjepit pembulu darah yang pecah karena adanya kontraksi dan retraksi yang terus-menerus
ini menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang mengakibatkan
jaringan-jaringan otot-otot tersebut menjadi lebih kecil.
Mekanisme terjadinya kontraksi pada uterus adalah melalui 2 cara yaitu :
(1) Kontraksi oleh ion kalsium
Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung sejumlah besar protein
pengaturan yang lain yang disebut kamodulin. Terjadinya kontraksi diawali dengan ion
kalsium berkaitan dengan kalmoduli. Kombinasi kalmodulin ion kalsium kemudian
bergabung dengan sekaligus mengaktifkan myosin kinase yaitu enzim yang melakukan
fosforilase sebagai respon terhadap myosin kinase.
Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi, siklus perlekatan-pelepasan kepala myosin dengan
filament aktin tidak akan terjadi. Tetapi bila rantai pengaturan mengalami fosforilasi, kepala
memiliki kemampuan untuk berikatan secara berulang dengan filament aktin dan bekerja
melalui seluruh proses siklus tarikan berkala sehingga mengghasilkan kontraksi otot uterus
(2) Kontraksi yang disebabkan oleh hormone
Ada beberapa hormon yang mempengaruhi adalah epinefrin, norepinefrin, angiotensin,
endhothelin, vasoperin, oksitonin serotinin, dan histamine. Beberapa reseptor hormon pada
membran otot polos akan membuka kanal ion kalsium dan natrium serta menimbulkan
depolarisasi membran. Kadang timbul potensial aksi yang telah terjadi. Pada keadaan lain,
terjadi depolarisasi tanpa disertai dengan potensial aksi dan depolarisasi ini membuat ion
kalsium masuk kedalam sel sehingga terjadi kontraksi pada otot uterus. (Guyton, 2007)
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan
pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.
Dengan faktor-faktor diatas dimana antara 3 faktor itu saling mempengaruhi satu dengan
yang lain, sehingga memberikan akibat besar terhadap jaringan otot-otot uterus, yaitu
hancurnya jaringan otot yang baru, dan mengecilnya jaringan otot yang membesar. Dengan
demikian proses involusi terjadi sehingga uterus kembali pada ukuran dan tempat semula.
Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual artinya, tidak sekaligus tetapi
setingkat. Sehari atau 24 jam setelah persalinan, fundus uteri agak tinggi sedikit disebabkan
oleh adanya pelemasan uterus segmen atas dan uterus bagian bawah terlalu lemah dalam
meningkatkan tonusnya kembali. Tetapi setelah tonus otot-otot kembali fundus uterus akan
turun sedikit demi sedikit. (Christian, 1996)

d) Bekas implantasi uteri


Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke ovum uteri dengan diameter 7,5 cm.
Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih. (Mochtar,
1998)
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada
diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta lahir. Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar
dan menonjol ke dalam kavum uteri segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan
diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu
diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4 cm dan akhirnya pulih. (Sarwono, 2002

Waktu Bobot Uterus Diameter Uterus Palpasi Serviks


Pada akhir persalinan 900 gram 12,5 cm Lembut/lunak
Akhir minggu ke-1 450 gram 7,5 cm 2 cm
Akhir minggu ke-2 200 gram 5,0 cm 1 cm
Akhir minggu ke-6 60 gram 2,5 cm Menyempit

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Involusi


Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, faktor yang mempengaruhi involusi
uterus antara lain :
a) Mobilisasi dini
Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan
berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan, dengan adanya kontraksi dan
retraksi yang terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus
yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran
jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil.
b) Status gizi
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan jenis kelamin dan
usia. Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka pertahanan pada dasar ligamentum
latum yang terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan
pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan
nefrotik, pada ibu post partum dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari
serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses
involusi uterus.
c) Menyusui
Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi merangsang hipofise posterior
mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan
membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi.
d) Usia
Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses
penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot dan penurunan
penyerapan lemak, protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan
protein pada proses penuaan, maka hal ini akan menghambat involusi uterus.
e) Parietas
Parietas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering tereggang memerlukan
waktu yang lama. (Sarwono, 2002)
d. Pengukuran involusi uterus
a) Pengukuran involusi dapat dilakukan dengan mengukur tinggi fundus uteri, kontraksi
uterus dan juga dengan pengeluaran lokia. (Manuaba, 1998)
b) Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan desidua dan pengelupasan kulit
pada situs plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat, perubahan lokasi uterus, warna
dan jumlah lochea. (Varney, 2004: 594)

2. LOCHEA

a. Pengertian
Lochea adalah nama yang diberikan pada pengeluaran cairan dari uterus yang terlepas
melalui vagina selama masa nifas (Varney, 2004:253).
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
(Mochtar, 1998). Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar
bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokia,
yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis
yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada
pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan
karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya,
seperti pada tabel berikut inI:
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah
Sanginolenta 3-7 hari Putih bercampur merah Sisa darah bercampur lendir
Serosa 7-14 hari Kekuningan/ kecoklatan Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum,
juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan
yang mati.

b. Menurut Rustam Mochtar (1998) pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah
dan warna sebagai berikut :
1) Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa. Lanugo dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
3) Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
4) Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu
5) Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lokia astastis lokia tidak lancar keluarnya

3. LAKTASI
a. Pengertian
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang
merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang
melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya, dan bagi si anak akan merasa puas dalam
pelukan ibunya, merasa aman, tenteram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan
faktor yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
Produksi ASI masih sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan
tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan menurunkan
volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu
banyak dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya karena hal ini
juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam
keadaan tenang.

b. Ada 2 refleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu :
1) Refleks Prolaktin
Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima rangsangan neurohormonal pada
putting dan areola, rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke
lobus anterior, lobus anterior akan mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk melalui
peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI dan merangsang untuk
memproduksi ASI.
2) Refleks Let Down
Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan bayi akan merangsang putting
susu dan areola yang dikirim lobus posterior melalui nervus vagus, dari glandula pituitary
posterior dikeluarkan hormon oxytosin ke dalam peredaran darah yang menyebabkan adanya
kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI
akan terperas ke arah ampula.
D. ADAPTASI FISIOLOGIS POST PARTUM
Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara progresif.
Semua perubahan pada ibu post partum perlu dimonitor oleh perawat, untuk menghindari
terjadinya komplikasi. Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sistem Respirasi
Penggunaan obat-obat anesthesia umum selama proses pembedahan menyebabkan perubahan
kecepatan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi. Setelah operasi mungkin terjadi
penumpukan secret pada jalan nafas yang menyebabkan perubahan pola nafas, juga suara
tambahan berupa rales. Hal ini tidak ditemukan pada anesthesia spinal. Sedangkan
peningkatan respirasi mungkin terjadi sebagai respon klien terhadap adanya nyeri.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus
pada saluran nafas.

2. Sistem Cardiovaskuler
Selama masa kehamilan dan persalinan sistem cardiovaskuler banyak mengalami perubahan
antara lain :
a. Cardiak Output
Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada hari pertama setelah
persalinan. Bila frekuensi denyut nadi cepat mengindikasikan adanya perdarahan, kecemasan,
kelelahan, infeksi penyakit jantung, dapat terjadi hipotensi orthostatik dengan penurunan
tekanan systolic kurang lebih 20 mmHg yang merupakan kompensasi pertahanan tubuh untuk
menurunkan resistensi vaskuler sebagai akibat peningkatan tekanan vena. Biasanya ini terjadi
beberapa saat setelah persalinan, dan saat pertama kali melakukan mobilisasi (ambulasi). Bila
terjadi penurunan secara drastic merupakan indikasi terjadinya perdarahan uteri.

b. Volume dan Konsentrasi Darah


Pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak kehilangan plasma dari pada sel darah.
Selama persalinan erithropoesis meningkat menyebabkan kadar hemoglobin menurun dan
nilainya akan kembali stabil pada hari keempat post partum. Jumlah leukosit meningkat pada
early post partum hingga nilainya mencapai 30.000/mm3 tanpa adanya infeksi. Apabila
peningkatan lebih dari 30 % dalam 6 jam pertama, maka hal ini mengindikasikan adanya
infeksi.
Jumlah darah yang hilang selam persalinan sekitar 400-500 ml. Pada klien post partum
dengan seksio sesarea kehilangan darah biasanya lebih banyak dibanding persalinan normal
(600-800 cc).

3. Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan post partum seksio sesarea biasanya mengalami penurunan tonus otot dan
motilitas traktus gastrointestinal dalam beberapa waktu. Pemulihan kontraksi dan motilitas
otot tergantung atau dipengaruhi oleh penggunaan analgetik dan anesthesia yang digunakan,
serta mobilitas klien. Sehingga berpengaruh pada pengosongan usus. Secara spontan mungkin
terhambat hingga 2-3 hari. Selain itu klien akan merasa pahit pada mulut karena dipuasakan
atau merasa mual karena pengaruh anesthesia umum. Sebagai akibatnya klien akan
mengalami gangguan pemenuhan asupan nutrisi serta gangguan eliminasi BAB. Klien
dengan spinal anesthesia tidak perlu puasa sebelumnya.

4. Sistem Endokrin
a. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7
postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum

b. Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu
2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH
tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

c. Hipotalamik Pituitary Ovarium


Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia
mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang
dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15%
memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang
tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24
minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang
tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

5. Sistem Perkemihan
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-kadang oedema
trigonum, menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung
kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung
kencing penuh atau sesudah kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa
urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan
(poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai
akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat
proses katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama yang
disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan karena
kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot.
Pada klien seksio sesarea terutama pada kandung kemih dapat terjadi karena letak blass
berdempetan dengan uterus, sehingga pengosongan kandung kemih mutlak dilakukan dan
biasanya dipasang folly kateter selama pembedahan sampai 2 hari post operasi. Dengan
demikian kmungkinan dapat terjadi gangguan pola eliminasi BAK, sehingga klien perlu
dilakukan bldder training. Kaji warna urine yang keluar, jumlahnya dan baunya.

6. Sistem Pencernaan
a. Nafsu Makan
Ibu biasanya setelah melahirkan diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan ringan dan
setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu
merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa
dikonsumsi disertai konsumsi camilan yang sering-sering ditemukan.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses
persalinan dan pada awal masa pascapartum, ibu biasanya merasakan nyeri diperinium akibat
episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur perlu dicapai
kembali setelah tonus usus kembali normal.

7. Sistem Persarafan
Sistem persarafan pada klien post partum biasanya tidak mengalami gangguan kecuali ada
komplikasi akibat dari pemberian anesthesia spinal atau penusukan pada anesthesi epidural
dapat menimbulkan komplikasi penurunan sensasi pada ekstremitas bawah. Klien dengan
spinal anesthesia perlu tidur flat selama 24 jam pertama. Kesadaran biasanya

10. Sistem Integumen


Cloasma/hyperpigmentasi kehamilan sering hilang setelah persalinan akibat dari penurunan
hormon progesterone dan melanotropin, namun pada beberapa wanita ada yang tidak
menghilang secara keseluruhan, kadang ada yang hyperpigmentasi yang menetap.
Pertumbuhan rambut yang berlebihan terlihat selama kehamilan seringkali menghilang
setelah persalinan, sebagai akibat dari penurunan hormon progesterone yang mempengaruhi
folikel rambut sehingga rambut tampak rontok.

11. Sistem Muskuloskletal


Selama kehamilan otot abdomen teregang secara bertahap, hal ini menyebabkan hilangnya
kekenyalan otot pada masa post partum, terutama menurunnya tonus otot dinding dan adanya
diastasis rektus abdominalis. Pada dinding abdomen sering tampak lembek dan kendur dan
terdapat luka/insisi bekas operasi, secara berangsur akan kembali pulih, selain itu sensasi
ekstremitas bawah dapat berkurang selama 24 jam pertama setelah persalinan, pada klien post
partum dengan seksio sesaria, hal ini terjadi bila dilakukan regio anestesi dapat terjadi pula
penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh peregangan otot.
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi
lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor.
Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat
besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara
waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.

12. Perubahan Tanda- Tanda Vital


a. Suhu Badan
Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5C 38C) sebagai akibat
kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu
badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya
pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila
suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis
atau sistem lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi itu akan lebih cepat.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan
karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya
preeklampsi postpartum.

13. Perubahan Hematologi


Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma
akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel
darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari
pertama dari masa postpartum.
Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tanpa adanya
kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobine,
hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai
akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira
selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali
normal dalam 4-5 minggu postpartum.

14. Dinding Abdomen


Strie abdominal tidak bisa dilenyapkan sama sekali akan tetapi mereka bisa berubah menjadi
garis-garis yang halus berwarna putih perak (Varney, 2004:255).
Ketika miometrium berkontraksi dan berektrasi setelah kelahiran dan beberapa hari
sesudahnya, peritonium yang membungkus sebagian besar uterus dibentuk menjadi lipatan-
lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendor daripada
kondisi tidak hamil, dan mereka memerlukan waktu cukup lama untuk kembali dari
peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan tersebut.
15. Kehilangan Berat Badan
Seorang wanita akan kehilangan berat badannya sekitar 5 kg pada saat melahirkan.
Kehilangan ini berhubungan dengan berat bayi, placenta dan cairan ketuban. Pada minggu
pertama post partum seorang wanita akan kehilangan berat badannya sebesar 2 kg akibat
kehilangan cairan (Varney, 2004:255).

16. Varises
Varises di tungkai dan di sekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil. Varises,
bahkan varises vulva yang jarang dijumpai, akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir.
Operasi varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau mendekati total
diharapkan terjadi setelah melahirkan (Varney, 2004:156).

E. ADAPTASI PSIKOLOGIS POST PARTUM (REVA RUBIN)


1. Adaptasi psikologi ibu post partum
a. Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama samapi hari
kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurant tidur, seperti mudah
tersinggung. Hal ini memebuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Komunikasi yang baik sangat diperlukan pad fase ini

b. Fase Taking Hold


Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bay, selain itu
perasaannya sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurangb hati-
hati. Pada saat ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupkan kesempatan yang baik
untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa
percaya diri.

c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10
hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini

F. ADAPTASI KELUARGA
1. Adaptasi psikologis orangtua
Ketika kelahiran telah dekat, klien mengalami kegembiraan dengan kelahiran bayi. Perasaan
emosi yang tinggi menurun dengan cepat setelah kelahiran bayi, terjadi perubahan psikologis
yang cukup kompleks. Kondisi psikologis ibu dipengaruhi pula oleh respon anggota keluarga
terhadap kelahiran bayi, sehingga seluruh keluarga, perlu mempersiapkan diri secara
psikologis dalam menerima kehadiran anggota keluarga baru
Beberapa adaptasi psikologis antara lain :
a. Adaptasi parental
Proses menjadi orangtua terjadi sejak masa konsepsi. Selama periode prenatal, ibu
merupakan bagian pertama yang memberikan lingkungan untuk berkembang dan tumbuh
sebelum anak lahir. Proses menjadi orangtua tidak mudah dan sering menimbulkan konflik
dan krisis komunikasi karena ketergantungan penuh bayi pada orangtua.
Untuk menjadi orangtua diperlukan komponen yaitu :
1) kemampuan kognitif dan motorik, merupakan komponen pertama dari respon menjadi
orangtua dalam perawatan bayi.
2) Kemampuan kognitif dan afektif merupakan komponen psikologis dalam perawatan
bayi. Perasaan keibuan, kebapakan, dan pengalaman awal menjadi orangtua.
b. Fase maternal
Tiga fase yang terjadi pada ibu post partum yang disebut Rubin Maternal Phases yaitu :
1) Taking in (periode ketergantungan)
Fase ini terjadi antara satu sampai tiga hari setelah persalinan dimana ibu berfokus pada diri
sendiri, bersikap pasif dan tergantungan secara emosional ibu berusaha untuk
mengintegrasikan pengalaman persalinan dalam kehidupannya.
2) Taking hold (fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian)
Terjadi antara ketiga sampai kesepuluh hari setelah persalinan dalam fasi ini secara bertahap
tenaga ibu pulih kembali, ibu merasa lebih nyaman, focus perhatian mulai beralih pada bayi,
ibu sangat antusias dalam merawat bayinya, mulai mandiri dalam perawatan diri, terbuka
pada pengajaran perawatan, saat yang tepat untuk memberi informasi tentang perawatan bayi
dan diri sendiri.
3) Letting go (fase mampu sendiri)
Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan dimana ibu mulai menerima
peran barunya yaitu sebagai ibu dari bayi yang baru lahir. Ibu melepas bayangan persalinan
dengan harapan yang tidak terpenuhi serta mapu menerima kenyataan.

2. Adaptasi ayah
Kemampuan ayah dalam beradaptasi dengna kelahiran bayi dipengaruhi oleh keterlibatan
ayah selama kehamilan, partisipasi saat persalinan, struktur keluarga, identifikasi jenis
kelamin, tingkat kemampuan dalam penampilan dan latar belakang cultural
Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini merupakan
anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian terbesar dari
keluarganya yang terdiri dari dua orang. Aktivitas siang hari dimana mudah disesuaikan
dengan pasangannya malam hari tanpa gangguan. Kini rumah menjadi tidak terkendali,
makan menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami gangguan dan hubungan seksual untuk
sementara ditangguhkan. Ayah harus dilibatkan dalam perwatan anak dan pemeliharaan
aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari
pengalaman mengasuh anak. Sebagai akibat, pasangan menjadi lebih dekat.
Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Tentu sang
ayah tidak mengandung si bayi selam 9 bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara fisik
dan emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi penting
sekali. Di satu pihak, sang ayah ungkin merasa seolah-olah tidak ada hubungan dengan
persalinan tetapi pada sisi lain ini adalah bayinya juga.
Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga gembira serta
gugup. Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta membanjir ke
permukaan menghilangkan kekhwatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai
keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargan yang besar dan cinta
kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung
jawab untuk merawat baka ini salam 20 tahun ke depan dapat membuat sang ayah lemah.
Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya, saat istrinya
melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin di tempatkan di dalam ruang rawat gabung sampai
waktunya membawa pulang bayi ke rumah. Ini akan membantu ayah merasa tidak seperti
penonton tetapi lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan mengenal bayinya dari permulaaan
juga memungkinkan ayah berbagi pengalaman emonsional dengan istirnya.
Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah dapat dan harus membantu memakaikan
popok, memandikan dan membuat senang bayi. Kebalikan dengan sterotype kuno, pekerjaan
ini bukanlah pekerjaan eksklusif wanita.
Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari
mengurus rumah dan anak sebaik ibu. Umumnya ayah yang bersedia mengurus rumah tangga
hanya untuk menyenangkan istrinya saja. Alangkah baiknya jika pekerjaan ini dikerjakan
dengan perasaan bahwa sudah selayaknya menerima tanggung jawab di dalam rumah yaitu
merawat anak dan rumah tangga sehari-hari.

3. Adaptasi sibling
Biasanya kelahiran adik atau bayi dapat menjadi suatu perubahan pada sibling atau saudara,
anak pertama lebih ingin mempertahankan dirinya lebih tinggi dari adik barunya.
Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu
sendiri merupkan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami darimana bayi berasal dan
bagaimana bayi itu dilahirkan.
Anak mungkin memiliki reaksi campuran terhadap adik baru, bergairalah karena mendapat
teman bermain baru, takut akan ditelantarkan dan sering kecewa ketika sang adik tidak mau
segera bermain. Akan tetapi persaingan sengit yang ditakutkan oleh banya orang tua bukan
tidak dapat dihindari. Temperamen anak tertentu itu dan cara orang tua memperlakukan anak
adalah faktor kunci yang menentukan seberapa besar persaigan yang terjadi di antara saudara
kandung.
Tidak mudah memang untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara menyesuaikan diri
dengan kebutuhan bayi baru dan membantu anak yang lebih besar mengatasi perubhahn itu.
Usahakan agar anak yang lebih besar mendapat beberapa keistimewaan, mungkin dengan
waktu tidur lebih larut atau waktu khusus untuk perhatian yang tidak terbagi untuknya.
Pastikan pula bahwa anak yang lebih kecil dilindungi dari perlakuan marah dan suka
memerintah dari anak yang lebih besar, lebih kuat dan lebih pandai.
Percekcokan yang bercampur dengan permainan yang menyenangkan adalah pola yang lazim
di antara kakak dan adik. Tidak bijaksana bila kit mengharapkan seseorang anak selalu
bertindak adil menurut standar orang dewaasa. Barna gkali lebih baik mengajar semua anak
karena tidak bertengkar atau memarahi mereka semua ketika mereka berkelahi daripada
mencoba menyelidiki siapa yang benar dan siapa yang salah. Walaupun tanpa bisa dihindari
sekali waktu mungkin bertindak berlebihan, waspadalah agar seorang anak jangan selalu
diberi dukungan dengan mengorbakan anak lain.
Jika saudara kandung adalah anak prasekolah, dia akan lebih dapat lebih memahami apa yang
sedang terjadi. Dengan mempersiapkan dia selama kehamilan, orang tua dapat membantu
mengurangi kebingungan atau rasa irinya. Dia dapat memahami fakta dasar dari situasi
tersebut dan dia kemungkinan akan sangat ingin tahu tentang orang yang ingin dia ketahui
ini.
Begitu bayi lahir, anak yang lebih besar mersa kehilangan orang tuanya dan marah karena
bayi akan menjadi pusat perhatian baru. Tetapi dengan memuji dia karena telah memabtu dan
bertindak seperti orang dewasa akan membuat anak tahu bahwa dia juga mempunyai peran
baru yang penting untuk dimainkan. Pastikan bahwa anak mendapatkan waktu menjadi
orang penting dan diizinkan menjadi bayi sewaktu dia merasa perlu. Selain itu sering
diberikan kesempatan agar dia tahu bahwa ada scukup ruang dan cinta kasih dalam hati orang
tua untuk mereka berdua.
Jika saudara kandung sudah memasuki usia sekolah, dia mungkin tidak lagi merasa terncam
oleh pendatang baru dalam keluarga. Bahkan kemungkinan besar dia kagum dengan proses
kehamilan dan persalinan, serta ingin sekali bertemu dengan bayi yang baru.

G. BOUNDING ATTACHMENT
1. Pengertian Bounding Attachment
a. Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi,
maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
b. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan
bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi
pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
c. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan
perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment:
adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
d. Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi
sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.
e. Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti
antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
f. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling
merespon antara orang tua dan bayi lahir.
g. Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun ikatan;
attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang
terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
h. Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
i. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi
setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
j. Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.

2. Tahap-Tahap Bounding Attachment


a. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, erbicara, dan
mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
b. Bounding (keterikatan)
c. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.
3. Elemen-Elemen Bounding Attachment
a. Sentuhan Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara
mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
b. Kontak mata Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak
mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang.
Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat
dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
c. Suara Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya juga penting.
Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
d. Aroma Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch,
Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya
(Stainto, 1985).
e. Entrainment Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang
dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki,
seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak
mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan
menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
f. Bioritme Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme
alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal
(bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang
konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang
responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
g. Kontak dini Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak
dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tuaanak.
Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat
diperoleh dari kontak dini :
a. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
b. Reflek menghisap dilakukan dini.
c. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
d. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh);
waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).

4. Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment


a. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
b. Sentuhan orang tua pertama kali.
c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
d. Kesehatan emosional orang tua.
e. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
f. Persiapan PNC sebelumnya.
g. Adaptasi.
h. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
i. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi,
menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
j. Fasilitas untuk kontak lebih lama.
k. Penekanan pada hal-hal positif.
l. Perawat maternitas khusus (bidan).
m. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan.
n. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.

5. Keuntungan Bounding Attachment


a. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
b. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.

6. Hambatan Bounding Attachment


a. Kurangnya support sistem.
b. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
c. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
d. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan

H. MANAJEMENT LAKTASI
1. Definisi
Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan
menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah
persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005)
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi
mamalia termasuk manusia. (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005)

2. Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi menurut Depkes RI (2005) adalah :


a. Masa Kehamilan (Antenatal).
1. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan keunggulan ASI,
manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara pelaksanaan management laktasi.
2. Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Disamping itu, perlu pula
dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.
4. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk mencegah
kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan trimester
ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari jumlah makanan pada saat sebelum hamil
untuk kebutuhan gizi ibu hamil.
5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian keluarga
terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan
membesarkan hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah dan tugas yang mulia.

b. Saat segera setelah bayi lahir.


1. Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai kontak
dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini bayi dalam
keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara
naluriah.
2. Membantu kontak langsung ibu-bayi sedini mungkin untuk memberikan rasa aman dan
kehangatan.

c. Masa Neonetus
1. Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum apapun.
2. Ibu selalu dekat dengan bayi atau di rawat gabung.
3. Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand).
4. Melaksanakan cara menyusui (meletakan dan melekatkan) yang baik dan benar.
5. Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap mendapat ASI
dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar produksi ASI tetap lancar.
6. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu kurang dari 30
hari setelah melahirkan.

d. Masa menyusui selanjutnya (post neonatal).


1. Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya
memberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman lainnya.
2. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-hari. Ibu menyusui
perlu makan 1 kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring) dan minum minimal 10 gelas
sehari.
3. Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1-2 jam), menjaga ketenangan pikiran dan
menghindari kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
4. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang
keberhasilan menyusui.
5. Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau menyusu,
puting lecet, dll ).
6. Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi berumur 6 bulan;
selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya secara bertahap.

3. Manfaat ASI
Manfaat ASI bagi Bayi
a. Nutrisi ( zat gizi ) yang sesuai untuk bayi
1. Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Terdapat sekitar 50 % kalori ASI berasal dari
lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5 4,5 %. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi,
tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi
asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase dalam ASI.
2. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Manfaat lain dari laktosa yaitu memperinggi
absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasilus bifidus.
3. Protein
Kadar protein dalam ASI adalah sekitar 0,9 %.Protein dalam susu adalah kasein dan whey.
Whey lebih mudah dicerna daripada kasein ( protein utama dalam susu sapi ). Kecuali mudah
dicerna, dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi
yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatic sedangkan taurin untuk
pertumbuhan otak.
4. Garam dan Mineral
Ginjal neonatus belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan baik sehingga diperlukan
susu dengan kadar garam dan mianeral yang rendah, ASI mengandung garam dan mineral
lebih rendah disbanding susu sapi.
5. Vitamin
ASI mengandung vitamin cukup yang diperlukan bayi. Vitamin K yang berfungsi sebagai
katalisator pada prosesd pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup
dan miudah diserap. Dalam ASI juga banyak mengandung vitamin E dan vitamin D.

b. Mengandung zat protektif


1. Laktobasilus bifidus
Berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam aserta yang mada dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E. coli yang sering menjadikan
diare pada bayi
2. Laktoferin
Berfungsi menghambat pertumbuhan kuman tertentu yaitu stafilokokus dan E. coli
3. Lisozim
4. Komplemen C3 dan C4
5. Faktor antistreptokokus
Terdapat dalam ASI untuk melindungi bayi dari infeksi bakteri streptokokus
6. Antibodi
ASI terutama kolostrum mengandung immunoglobulin yaitu secretory IgA, IgE, IgM, dan
IgG. Yang terbanyak adalah secretory IgA
7. Imunitas seluler
ASI mengandung sel-sel. Sebagian besar (90%) sel tersebut berupa makrofag yang berfungsi
membunuh dan memfagositosis mikroorganisme.
8. Tidak menimbulkan Alergi
Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang
aktivasi system ini dan dapat menimbulkan alergi. Pada ASI tidak menimbulkan efek ini.
c. Mempunyai Efek Psikologis yang menguntungkan
Waktu menyusu kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit ini akan dapat
mempengaruhi perkembanga nbayi kelak. Interaksi yang timbul waktu menyusui antara ibu
dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi. Perasaan aman ini penting untuk
menimbulkan dasar kepercayaan pada bayi yaitu dengan dapat mempercayai orang lain
( ibu ) maka akan timbul rasa percaya diri sendiri.
d. Menyebabkan pertumbuhan yang baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir,
pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi kemungkinan obesitas.
e. Mengurangi kejadian karies dentis
Insiden karies gigi pada bayi yang mendapat susu formula lebih tinggi dari pada bayi yang
mendapatkan ASI karena kebiasaan menyusui dengan dot dan botol pada waktu akan tidur
akan dapat menyebabkan gigi kontak lama dengan sisa susu formula dan menyebakan asam
yang terbentuk akan merusak gigi.
f. Mengurangi kejadian maloklusi
Telah terbukti bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang
mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot.

Manfaat ASI bagi Ibu


a. Aspek Kesehatan Ibu
Isapan bayi pada payudara akan dapat merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca
persalinan. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah disbanding
ibu yang tidak menyusui.
b. Aspek Keluarga Berencana
Menyusui secara murni (eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan. Hormon yang
mempertahankan laktasi bekerja menekan hormone untuk ovulasi sehingga dapat menunda
kembalinya kesuburan.
c. Aspek Psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, dan hal tersebut merupakan rasa yang dibutuhkan
oleh semua manusia.

Manfaat ASI bagi Keluarga


a. Aspek Ekonomi
ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya untuk membeli susu formula dapat
digunakan untuk keperluan yang lain.
b. Aspek psikologi
Kebahagiaan kelurga akan bertambah karena kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan
hubungan bayi dengan keluarga.
c. Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis jadi bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.

Manfaat ASI bagi Negara


a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

4. Teknik Menyusui Yang Benar


Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan
dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).
1. Pembentukan dan Persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan,
payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar
payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan,
perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar,
puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin
menghitam. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak
menumpuk.
b. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan
bayi.
c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.

2. Posisi dan perlekatan menyusui


Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan
adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring. Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara
menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

Gambar. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

Gambar. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar


Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi
diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan
dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada
ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit
menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.

Gambar. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

Gambar. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

Gambar. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

Gambar. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh

Gambar. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan

beberapa posisi meyusui yang benar:

3. Langkah-langkah menyusui yang benar


Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting,
duduk dan berbaring dengan santai.

Gambar. Cara meletakan bayi Gambar. Cara memegang payudara


Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya
leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga
hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh
bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar. Cara merangsang mulut bayi


Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di
bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada
payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Gambar. Perlekatan benar Gambar . Perlekatan salah

4. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar


Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet,
ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan
menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda
sebagai berikut :
a. Bayi tampak tenang.
b. Badan bayi menempel pada perut ibu.
c. Mulut bayi terbuka lebar.
d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
e. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.
f. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
g. Puting susu tidak terasa nyeri.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
i. Kepala bayi agak menengadah.

5. Lama dan frekuensi menyusui


Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan
di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu
harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,
kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui
bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI
dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki
pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 2 minggu
kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh
pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan
bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih
sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu
produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui
harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai
payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai
dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu
menggunakan bra yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

6. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Produksi ASI


Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
a. Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu
secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi
ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang
cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah
kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum
lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari.
bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui :
1. Yang merangsang, seperti: cabe, merica, jahe, kopi, alcohol
2. Yang membuat kembung, seperti : ubi, singkong, kool, sawi dan daun bawang.
3. Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.
b. Ketenangan jiwa dan fikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan
tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan
menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI
yang baik harus dalam keadaan tenang.
c. Penggunaan alat kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena
pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.
d. Perawatan Payudara
Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk mengeluarkan hormon
progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan hormon oxytocin.
e. Anatomis Buah dada
Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus pun berkurang. Dengan demikian
produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang menghisap zat-zat makan dari
pembuluh darah akan berkurang.
f. Fisiologi.
Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin ini merupakan hormon laktogenik
yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu.
g. Faktor istirahat.
Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya dengan
demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.
h. Faktor isapan anak.
Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak berkurang
dengan demikian pengeluaran ASI berkurang.
i. Faktor obat-obatan.
Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormon mempengaruhi hormon prolaktin dan
oxytocin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon
ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI

DAFTAR PUSTAKA
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-involusi-uteri.html
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/01/post-partum.htm
http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/09/hal-hal-yang-mempengaruhi-produksi-
asi.html
http://askep-free.blogspot.com/2010/04/manajemen-laktasi.html
http://bayidananak.com/2010/03/29/posisi-menyusui-yang-benar/
http://www.lusa.web.id/fisiologi-laktasi/
http://www.lusa.web.id/komposisi-gizi-dalam-asi/

Anda mungkin juga menyukai