Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR


A. Pendahuluan
Periode neonatal merupakan suatu periode yang krisis nantinya
akan memperngaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi bahkan sampai
dewasa. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan
menyebabkan kematian. (Mochtar Rustam, 1998:119)
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 28 hari.
Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan
penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaikbaiknya.
Petugas kesehatan khususnya bagi penolong persalinan harus lebih
memperhatikan bahwa bayi baru lahir adalah suatu individu yang utuh.
Menolong kelahiran bayi terampil memberikan Asuhan yang seksama
akan membantu bayi melalui proses adaptasi dengan baik sehingga akan
menjadi bayi yang sehat sebagi curahan harapan orang tua, bangsa dan
Negara.
B. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang
aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram. Asuhan
bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut selama jam pertama
setelah kelahiran. (Saifuddin, 2006)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai
4000 gram (Depkes RI, 2005).
Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu.
Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 42 minggu (Dona L. Wong,
2003).
C. Manifestasi Klinis (Keilly P, 2002)

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Berat Badan 2.500 4.000 gram


Panjang Badan 48 52 gram
Lingkar dada 30 38 cm
Lingkar kepala 33 35 cm
GDS 45 g/dl 130 g/dl
Bunyi jantung dalam menit pertama - tama 180 x/menit lalu menurun

120 140 x/menit


7. Pernafasan pada menit menit pertama 140 x/menit
8. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup dan
diliputi vernik caseosa
9. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
10. Kuku agak panjang dan lemas
11. Genetalia perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
untuk laki-laki testis sudah menurun
12. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
13. Graps reflek baik, bila diletakan suatu benda diatas tangan bayi akan
menggenggam
14. Reflek moro sudah baik, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24
jam pertama, mekoneum hitam kecoklatan.
D. Etiologi
1. His (Kontraksi otot rahim)
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
E. Patofisiologi
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan
yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna
(dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi
(O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem
sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk
mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan
melawan setiap penyakit.

Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode


Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah
kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan
cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem
termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan
glukosa.
Perubahan Sistem Pernafasan.
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar
rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru

selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paruparu secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf
pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta
denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
2. Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama
kali.
Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan
mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna
mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
1. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
2. Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan
dengan cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga
mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah :
1. Pada saat tali pusat dipotong.
Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan
atrium kanan. Kedua hal ini membantu darah dengan kandungan O2
sedikit mengalir ke paru-paru untuk oksigenasi ulang.

2. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru

dan meningkatkan tekanan atrium kanan. O2 pada pernafasan pertama


menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paruparu.
Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan
volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan
tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen
ovale secara fungsional akan menutup.
Dengan

pernafasan,

kadar

O2 dalam

darah

akan meningkat,

mengakibatkan ductus arteriosus berkontriksi dan menutup. Vena


umbilikus, ductus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup
dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem.
Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Sistem pengaturan Suhu, Metabolisme Glukosa, gastrointestinal dan
Kekebalan Tubuh.
1. Pengaturan Suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap
melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu
tanpa menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang
kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
2. Metabolisme glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2
jam). BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang
cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila
bayi mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam
3.

hati.
Perubahan Sistem Gastrointestinal
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada
saat lahir. Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan

menelan. Kemampuan menelan dan mencerna makanan (selain susu)


terbatas pada bayi.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna yang berakibat gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas,
kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan
4.

janin.
Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap
infeksi. Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya.
Perlindungan oleh kulit membran mukosa.
Fungsi jaringan saluran nafas.
Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah

a.
b.
c.
d.
e.

yang membantu membunuh organisme asing.

F. Pathway

PROSES PERSALIAN NORMAL

Kepala bayi melewati

Perubahan suhu tubuh dari

Pemotongan tali pusat

Adaptasi

psikologis ibu
jalan lahir

suhu intra uterin yang stabil


(35-37 o C)

Perubahan peran
Adanya luka terbuka
Banyaknya cairan

Suhu ruangan

Cemas
Amnion di jalan lahir
Kontaminasi pada luka

Koordinasi reflek menelan

Penghilangan suhu tubuh

Sekresi

oksitosin
Menghisap

belum

sempurna

(konveksi,

radiasi,

evaporasi)

terhambat
Resti infeksi
Akumulasi cairan amnion

Perubahan drastis suhu tubuh

Pressure

the ejection
Pada jalan napas

of breast

feeding
Bersihan jalan napas

Proses adaptasi

Ineffective

breast feeding
Tidak efektif
Resti hipothermi
Resti gangguan
pemenuhan
Kebutuhan
nutrisi
Peningkatan insisible water loss
(IWL)
Resti kekurangan volume cairan

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sel Darah Putih 18000/mm, Neutropil meningkat sampai 23.00024.000/mm hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
2. Hemoglobin 15-20g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia)
3. Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan

polisitemia, penurunan kadar gula menunjukan anemia/hemoraghi


prenatal)
4. Essai Inhibisi guthriel tes untuk adanya metabolit

fenillalanin,

menandakan fenil ketonuria


5. Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1-2 hari
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
6. Detrosik:Tetes glukosa selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-

rata 40-50 mg/dl,meningkat 60-70 mg/dl pada hari ke 3.

H. Komplikasi
1. Sebore
2. Ruam
3. Moniliasis
4. Ikterus fisiologi
I. Penatalaksanaan
1 Tes diagnostik
a. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat
sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun
bila ada sepsis).
b. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebihan).
c. Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia
atau hemoragi prenatal/perinatal).
d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar
8mg/dl 1-2 hari dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
e. Golongan darah dan RH.
(Marllyn. E, Doenges, 2001).
2 Terapi
a

Non Farmakologi
1

Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit


kelima setelah dilahirkan)

Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila

3 Penimbangan BB setiap hari


4 Jadwal menyusui

Higiene dan perawatan tali pusat

Farmakologi
1

Suction dan oksigen

Vitamin K

Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%,


perak nitral atau neosporin)

Vaksinasi hepatitis B
Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi.
Tempat yang biasa dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi
baru lahir adalah muskulus vastus lateralis. (Bobak, M Irene,
2005)

J. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak
semi koma saat tidur, meringis atau tersenyum adalah bukti tidur
dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.

2. Pernapasan dan peredaran darah


Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai
status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan
peredaran darah dapat digunakan metode APGAR Score. Namun secara
praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta
wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi
normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam pertama setelah
kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit (tidur) sampai 180
kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan
darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42,
tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama kelahiran.
Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama
satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya
menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
3. Penilain APGAR
Keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah lahir dengan
penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah
bayi menderita asfiksia atau tidak. Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan
2 dari hasil penilaian tersebut apakah bayi normal (vigorous baby =
nilai apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai apgar 4-6) atau asfiksia
berat (nilai apgar 0-3). Bila nilai apgar dalam 2 menit belum mencpai
nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resasitasi lebih lanjut. Oleh
karena bila bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan
terjadi gejala-gejala neurologik lanjutan kemudian hari lebih besar.
Berhubungan dengan itu, menurut apgar dilakukan selain pada umur 1
menit juga pada umur 5 menit.
Nilai APGAR
0
Apperance
(Warna Kulit)

Pucat

1
Badan

2
merah, Seluruh tubuh kemerah-

ekstremitas biru

merahan

Pulse Rate

Tidak ada

Kurang dari 100

Tidak ada

Sedikit

Lebih dari 100

(Frek. Nadi)
Grimance
(Reaksi

gerakan Batuk/bersih

mimik (grimance)

Rangsangan)
Activity

Tidak ada

Ekstrimitas dalam Garakan aktif

(Tonus Otot)
Respiration

Tidak ada

sedikit flexi
Lemah/tidak

(Pernafasan)

teratur

Baik/menangis

4. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
5. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat
dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan
selangkangan. Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwara putih
kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks
kaseosa.
6. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan
jumlah atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung
rambut sampai ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
7. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis.
Keadaan tali pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada
kemerahan disekitarnya.
8. Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
a

Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang


mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.

Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan


dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar
graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi reaksi.

Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang


datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.

Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh


kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.

Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam


mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.

9. Berat Badan

Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis.
Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat
badan lahir. Berat badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
10. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna
gelap hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar
dalam 24 jam pertama.
11. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
lengan atas dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur.
Lingkar kepala fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika
32cm, mento occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm.
Lingkar lengan atas normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50
cm.
12. Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema,
tanda vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau
rabas berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun,
skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.

K. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
3.

Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan


(pemotongan tali pusat), tali pusat masih basah.

4.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan


hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.

5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang


terpaparnya informasi.

L. Intervensi Keperawatan
1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
perubahan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a

Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.

Intake dan output makanan seimbang.

Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.

Rencana tindakan :
a.

Pantau intake dan out put cairan

b.

Kaji payudara ibu tentang kondisi putting

c.

Lakukan breast care pada ibu secara teratur

d.

Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril


kemudian dextrosa dan PASI

e.

Intruksikan ibu cara dan posisi menyusui yang tepat secara mandiri

f.

Instruksikan pada ibu agar mengkonsumsi susu ibu menyusui

g.

Pantau warna, konsentrasi, dan frekuensi berkemih


Rasional :

a.

Pada janin cukup bulan mengandung (80-100 ml). Masukan cairan


adekuat untuk metabolisme tubuh yang tinggi

b.

Kondisi puting ibu sangat menentukan dalam proses menyusui,


kondisi puting inverted menggangu proses laktasi

c.

Perawatan breast care untuk melancarkan dan merangsang produksi


air susu pada ibu menyusui

d.

Pemberian makan awal membantu memenuhi kebutuhan kalori dan


cairan, khususnya pada bayi yang menggunakan 100-120 kal/kg
dari BB setiap 24 jam

e.

Cara dan posisi ibu dalam menyusui sangat mempengaruhi proses


laktasi, sehingga proses laktasi harus dilakukan dengan benar

f.

Untuk meningkatkan produksi susu ibu sehingga proses laktasi


menjadi adekuat

g.

Kehilangan cairan dan kurangnya masukan oral dengan cepat


menghabiskan cairan ekstraseluler dan mengakibatkan penurunan
haluaran urin

2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi


dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
perubahan suhu tubuh tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a

Suhu tubuh normal 36-370 C.

Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan
pucat.

Rencana tindakan :
a.

Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural yang


ditetapkan dengan mempertimbangkan berat badan neonatus, usia
gestasi

b.

Pantau aksila bayi kulit, suhu timpatik dan lingkungan sedikitnya


setiap 30-60 mnt

c.

Kaji frekuensi pernapasan perhatikan takipnea (frekuensi >


60/mnt)

d.

Tunda mandi pertama sampai suhu 36,50 C

e.

Mandikan bayi dengan cepat untuk menjaga agar bayi tidak


kedinginan

f.

Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit buruk, pelambatan


berkemih, membrane mukosa kering )

g.

Lakukan pemberian makn oral dini


Rasional :

a. Dalam respon terhadap suhu lingkungan yag rendah, bayi cukup bulan
meningkatkan suhu tubuhnya dengan menangis atau meningkatkan aktivitas
motorik karena banyak mengkonsumsi oksigen
b. Stabilisasi suhu mungkin tidak terjadi sampai 8-12 jam setelah lahir kecepatan
konsumsi oksigen dan metabolisme minimal bila suhu kulit dipertahankan diatas
36,50 C
c. Bayi menjadi takipnea dalam respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen
yang dihubungkan dengan stres dingin
d. Membantu mencegah kehilangan panas lanjut karena evaporasi
e. Mengurangi kemingkinan kehilangan panas melalui evaporasi dan konveksi dan
membantu menghemat energi
f. Hilangnya panas terjadi melalui vasodilatasi perifer dan melalui augmentasi
pendinginan dengan evaporasi dan penigkatan kehilangan air kast mata
g. Untuk peningkatan 10 C (1,8 F) suhu tubuh, metabolisme dan kebutuhan cairan
meningkat kira-kira 10%. Kegagalan menggantikan kehilangan cairan selanjutnya
memperberat status dehidrasi

3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan


(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


infeksi pada tali pusat tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a

Bebas dari tanda-tanda infeksi.

TTV normal : S : 36-370C, N :70-100x/menit, RR : 40-60x/menit

Tali pusat mongering

Rencana tindakan :
a. Observasi tanda-tanda infeksi
b.

Pertahankan teknik septic dan aseptic.

c.

Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali
perhari.

d.

Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.

Rasional :
a.
b.
c.
d.

Mengetahui adanya indikasi infeksi


Melindungi bayi dari resiko infeksi nosokomial
Potensial entri organisme kedalam tubuh
Deteksi dini terhadap penyebaran infeksi

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan


hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam


kekurangan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a

Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai


dengan output kurang dari 1-3ml/kg/jam.

Membran mukosa normal.

Ubun-ubun tidak cekung.

Temperature dalam batas normal.

Rencana tindakan :
a.

Pertahankan intake sesuai jadwal

b.

Monitor intake dan output

c.

Berikan infuse sesuai program

d.

Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor


kulit, mata

e. Monitor temperatur setiap 2 jam


Rasional :
a. Memantau keefektifan aturan terapeutik
b. Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan
kebutuhan cairan
c. Ketentuan dukungan cairan didasarkan pada perkiraan kebutuhan
bayi.
d. Deteksi dini terhadap keadaan kekuranga cairan tubuh
e. Peningkatan suhu tubuh merupakan faktor resiko meningkatnya
pengeluaran cairan tubuh melalui mekanisme konveksi, radiasi dan
evaporasi.

5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang


terpaparnya informasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam orang


tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan
bayi.
Kriteria hasil :
a

Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi

Orang tua berpartisipasi dalam perawatan bayi

Rencana tindakan :
a.

Tentukan tingkat pemahaman ibu atau orang tua tentang


kebutuhan fisiologis bayi dan adaptasi terhadap kehidupan
ekstrauterus

b.

Lakukan pemeriksaan fisik bayi saat orang tua ada. Berikan


informasi tentang variasi normal dan karakteristik seperti :
pseudomentruasi, pembesaran payudara

c.

Demonstrasikan dan awasi aktivitas perawatan bayi yang


berhubungan dengan posisi menyusui dan menggendong

d.

Diskusikan kebutuhan nutrisi bayi, variabilitas napsu makan dari


satu pemberian makan ke berikutnya

dan cara

mengkaji

keadekuatan hidarasi dan nutrisi


e.

Tekanan kebutuhan bayi baru lahir untuk tindak evaluasi degan


pemberi pelayanan kesehatan
Rasional :

a. Mengidentifikasi area permasalahan / kebutuhan yang memerlukan


informasi tambahan atau demonstrasi aktivitas perawatan
b. Membantu orang tua mngenali variasi normal, dan dapat
menurunan ansietas
c. Meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip dan tekhnik
perawatan bayi baru lahir
d. Menghilangkan kekhawatiran yang potensial terjadi bila masukan
bayi bervariasi dari pemberian makan ke pemberian makan
selanjutnya. Membantu menjamin persiapan dan pemberian
formula yang tepat

e. Evaluasi terus menerus penting untuk pemantauan pertumbuhan


dan perkembangan
M. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan strategi dan
kegiatan sesuai dengan rencana keperawatan. Dalam melaksanakan
implementasi seorang perawat harus mempunyai kemampuan kognitif.
Proses

implementasi

mencakup

pengkajian

ulang

kondisi

klien.

Memvalidasi rencana keperawatan yang teah disusun, menentukan


kebutuhan yang tepat untuk memberikan bantuan, melaksanakan strategi
keperawatan dan mengkomunikasikan kegiatan baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan.
Di dalam melakukan asuhan keperawatan, khususnya pada bayi
baru lahir perawat harus mampu bekerja sama dengan anggota tim
kesehatan lainnya, dengan maksud untuk membantu mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Dokumentasi dapat dilakukan secara tertulis pada
catatan keperawatan dan proses keperawatan, serta secara lisan pada
anggota tim kesehatan untuk lanjutan asuhan keperawatan.

N. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang digunakan
sebagai alat ukur keberhasilan sesuatu asuhan keperawatan yang telah
dibuat. Evaluasi ini berguna untuk menilai setiap langkah dalam
perencanaan dan mengukur kemajuan bayi dalam mencapai tujuan akhir.
Adapun evaluasi akhir yang didapat yaitu:
1. Dapat mempertahankan suhu dalam batas normal, serta bebas dari
tanda-tanda stress dingin atau hipotermi.
2. Pertahanan jalan napas paten dengan frekuensi pernapasan dalam
batas normal (antara 30-60/menit)
3. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, kalor, dolor, loss
of fungtion)
4. Bebas dari cedera atau aspirasi
5. Berkemih 2-6x dengan haluan 15-60 ml/kg/hari dari hari kedua
kehidupan
6. Mengeluarkan feses mekonium dalam 48 jam setelah kelahiran.

DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Cristina, s.Dra, 1996, Perawatan kebidanan jilid II, Bratara, Jakarta
Obstetri Fisiologi, Bandung, 1983, UNPAD
Suryana, Dra. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK, 1996, Jakarta, EGC

Saifudin, Abdul Bahri, Prof, Dr, SPOG, MPH, 2000, Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta, Yayasan bina Pustaka Sarwono
Syahlan, Dr. SKM, 1993. Asuhan Kebidanan pada anak dalam konteks keluarga,
Jakarta: Depkes RI
Sudarti, M.Kes,2010. Asuhan kebidanan neonates, bayi, dan anak
balita.yogyakarta : nuha medika

Anda mungkin juga menyukai