Anda di halaman 1dari 5

DISKONTINUITAS PEMBERIAN ASI PADA BAYI PREMATUR

A. Konsep Diskontinuitas Pemberian ASI


1. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diskontinuitas
berarti ketidaksinambungan. Sedangkan diskontinuitas pemberian ASI
adalah penghentian kontinuitas proses pemberian ASI akibat
ketidakmampuan atau kesalahan dalam mengubah posisi bayi pada
payudara untuk menyusu (Kusuma, 2010).
2. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik menurut pada diskontinuitas pemberian ASI
antara lain:
a. Kurang pengetahuan tentang cara memeras ASI
b. Kurang pengetahuan tentang penyimpanan ASI
c. Bayi tidak mendapat nutrisi dari payudara untuk beberapa atau
semua pemberian makan
d. Keinginan ibu untuk pada akhirnya memberikan ASI guna
memenuhi kebutuhan nutrisi anak
e. Keinginan ibu untuk mempertahankan pemberian ASI untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi anak
f. Perpisahan ibu dan anak
(Sumarwati, 2011)
3. Faktor yang berhubungan
a. Kontraindikasi terhadap menyusui (mis., agen farmaseutik tertentu)
b. Penyakit bayi
c. Prematuritas
d. Ibu bekerja
e. Penyakit ibu
f. Kebutuhan untuk segera menyapih bayi
(Sumarwati, 2011)

B. Pengelolaan diskontinuitas pemberian ASI pada bayi prematur


Untuk bayi prematur dengan usia kurang dari 32 minggu memiliki
daya hisap dan menelan ASI yang masih lemah. Dalam menantikan bayi
prematur yang siap mengisap ASI, dianjurkan bagi ibu untuk terus
memeras ASI serta menyimpannya. Agar asi dapat tersedia sewaktu-
waktu, penting untuk ibu mengetahui bagaimana cara memompa atau
memerah ASI secara baik dan teratur, serta yang lebih penting ialah ibu

1
jangan stress, istirahat yang cukup dan makan makanan bergizi. Jika tidak
dijaga maka Ibu yang stress dapat menghambat produksi ASI.

C. Asuhan Keperawatan Diskontinuitas Pemberian ASI pada Bayi Prematur


1. Pengkajian
a. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas
normal (120-160 dpm) murmur jantung yang dapat didengar dapat
menanadakan duktus arterious paten (PDA).
b. Makanan atau cairan
Berat badan < 2500 g (110 kkal/kg/hari)
c. Neurosensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran
kepala besar dalam hubungarnya dengan tubuh, sutura mungkin
mudah di gerakkan, fontenetal mungkin atau tidak terbuka lebar,
edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat
(tergantung pada usia gestasi).
d. Pernapasan
Skor APGAR mungkin rendah. Pernapasan mungkin dakal, tidak
teratur, retraksi diafragmatik intermirten atau periodik (40-
60x/menit). Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi
suprasternal atau substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin
ada. Adanya bunyi ampelas pada auskultasi menandakan sindrom
distres pernafasan (RDS).

e. Keamanan
1) Suhu berfluktuasi dengan mudah
2) Menagis mungkin lemah.
3) Wajah mungkin memar; mungkin ada suksedaneum.
4) Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin
merah muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat.
5) Lanugo terdistribusi secara luas di seluruh tubuh.
6) Ekstremitas mungkin tamapak edema.
7) Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau
sebagian tepak.
8) Kuku mungkin pendek.
f. Seksualitas
1) Persalinan atau kelahiran mungkin tergesa-gesa.
2) Genetalia: labia minora wanita mungkin lebih besar dari

labia mayor dengan klitoris menonjol

2
3) Testis pria mungkin tidak turun, rugea mungkin banyak
atau tidak ada pada skrotum.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Perencanaan


1. Diskontinuitas NOC: Breastfeding NIC: Lactation Supresion
a. Fasilitasi proses
pemberian ASI interupted
Kriteria hasil: bantuan interaktif
berhubungan dengan
a. Tetap
untuk membantu
prematuritas
mempertahankan
mempertahankan
laktasi
keberhasilan proses
b. Pertumbuhan dan
pemberian ASI
perkembangan bayi
b. Sediakan informasi
dalam batas normal
tentang cara
c. Ibu mampu
mengumpulkan dan
mengumpulkan dan
menyimpan ASI
menyimpan ASI
c. Ajarkan orang tua
secara aman
mempersiapkan,
d. Menunjukan teknik
menyimpan,
dalam memompa
menghangatkan dan
ASI
kemungkinan tambahan
susu formula
d. Demontrasikan
berbagai jenis pompa
payudara, tentang
biaya, keefektifan dan
ketersediaan alat
tersebut

4. Implementasi
Implemestasi keperawatan adalah melaksanakan strategi dan
kegiatan sesuai dengan rencana keperawatan. Dalam melaksanakan
implementasi seorang perawat harus mempunyai kemampuan kognitif.

3
Proses implementasi mencakup pengkajian ulang kondisi klien.
Memvalidasi rencana keperawatan yang telah disusun, menentukan
kebutuhan yang tepat untuk memberikan bantuan, melaksanakan
strategi keperawatan dan mengkomunikasikan kegiatan baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan.
Di dalam melakukan asuhan keperawatan, khususnya pada bayi
baru lahir perawat harus mampu bekerja sama dengan anggota tim
kesehatan lainnya, dengan maksud untuk membantu mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Dokumentasi dapat dilakukan secara tertulis
pada catatan keperawatan dan proses keperawatan, serta secara lisan
pada anggota tim kesehatan untuk lanjutan asuhan keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang
digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan
yang telah dibuat. Evaluasi ini berguna untuk menilai setiap langkah
dalam perencanaan dan mengukur kemajuan bayi dalam mencapai
tujuan akhir.

4
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, dkk. 2010. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC


NOC. Jakarta: Media Hardi

Sumarwati, dkk. 2011. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai