Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Post partum atau nifas merupakan keadaan dimana masa pemulihan alat-alat

reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam masa nifas perlu melakukan perawatan

untuk membantu proses involusio misalnya mobilisasi , diet, miks , defekasi, laktasi,

perawatan payudara dan perawatan perineum (Basuki, 2012).

Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan Lataksi. Ketika

bayi menghisap payudara, hormone yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir

dari dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu

(sacs) yang berlokasi di belakang aerola, lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh

hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehmilan ,dimana tubuh wanita

memproduksi hormone yang menstim ulasi munculnya ASI dalam sistem payudara

(Saleha, 2009).

Berdasarkan data polman (2014) menujukkan bahwa berdasarkan hasil

penelitian World Breastfeeding Trends Initiative (2012), hasilnya 27,5% ibu di

Indonesia yang berhasil memberi ASI eksklusif selama 6 bulan. Data Riset Kesehatan

Dasar 2013 menunjukkan cakupan ASI di Indonesia hanya 42%. Dengan hasil
tersebut, Indonesia berada di peringkat 49 dari 51 negara yang mendukung pemberian

ASI eksklusif.

Berdasarkan data dari Dinas kesehatan provinsi jawa tengah tahun (2015)

menunjukkan presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di jawa tengah

pada tahun 2015 sebesar 61,6%, sedikit meningkat dibandingkan presentase

pemberian ASI eksklusift tahun 2014 yaitu 60,7%.

Berdasarkan data dari rekap laporaan ASI eksklusif di seluruh puskesmas

Sukoharjo tahun (2016) terdapat 737 jumlah bayi 0-6 bulan, yang mendapatkan ASI

eksklusif sebesar 467 (63,36%). Pada awal tahun 2015 terdapat 437 (66,21%) yang

mendapat ASI eksklusif dari 660 jumlah bayi umur 0-6 bulan.

Produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berlangsung atau

tidak langsung, faktor yang langsung misalnya, perilaku menyusui, psikologis ibu.

Kemudian faktor yang tidak langsung misalnya, sosial cultural dan bayi, yang akan

berpengaruh pada psikologis ibu. Faktor lain yang bisa mempengaruhi produksi ASI

adalah berat badan lahir rendah atau kurang dari 2.500 g mempunyai resiko dalam

masalah menyusui dikarenakan oleh refleks hisap yang lemah (Nurliawati, 2010).

Astari & Djuminah (2012) menyatakan bahwa bentuk dan kondisi puting susu

tidak baik seperti adanya infeksi payudara, payudara bengkak dan putting susu tidak

menonjol merupakan faktor yang mempengaruhi dalam pemberian ASI diantaranya

produksi ASI yang sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi oleh bayi
penyulit pada saat dilakukan proses laktasi tentunya akan sangat merugikan

ibu maupun bayi. Fenomena yang ditemukan dilapangan bahwa produkssi ASI

menurun pada awal menyusui. Pada umumnya masalah tidak keluar atau

terhambatnya produksi ASI dikarenakan dua hal yaitu ASI yang penuh dan saluran

ASI yang tersumbat. ASI yang tidak langsung keluar setelah melahirkan adalah hal

yang wajar, karena itu ibu post partum harus memancing keluarnya ASI salah satunya

melalui teknik marmet(Titisari, 2016).

Teknik marmet merupakan suatu teknik yang sering digunakan untuk

mengeluarkan ASI secara langsung dengan tangan. Teknik ini dikembangkan oleh

Chele marmet dari institusi laktasi. Teknik memerah ASI dengan tangan disebut

dengan teknik marmet, teknik ini lebih aman, praktis, dan mudah untuk dilakukan.

Teknik marmet dilakukan karena kesulitan dalam mengeluarkan ASI saat bayi

menyusu, kemudian ia menemukan suatu metode untuk memijat dan menstimulasi

agar refleks keluaarnya ASI lebih banyak (Suryoprajogo,2009)

Berdasarkan hasil penelitian ini selaras dengan yang disampaikan Ulfa (2013)

yang berjudul “Efektivitas Pemberian Asi pada ibu menyusui 0-6 bulan di wilayah

kerja puskesmas Arjasa Kabupaten Jember”, berdasarkan penelitian menunjukkan

bahwa pada kelompok sebelum diberikan teknik marmet pengeluaran ASI tidak

lancar sebanyak 8 responden (53,3%) dan pengeluran ASI lancar sebanyak 7

responden (46,7%). Sedangkan setelah pemberian teknik marmet, didapatkan bahwa

seluruh responden sejumlah 15 responden, pada kelompok perlakuan pengeluaaran


ASI lancar. Kesimpulanya adalah pemberian teknik marmet pada ibu postpartum

efektif terhadap kelancaran pengeluaran ASI.


B. Rumusan Masalah

Bagaimana penatalaksanaan perawatan payudara post partum dengan masalah

keperawatan ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu post partum ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan penatalaksanaan teknik marmet dengan masalah keperawatan

ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu post partum


2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian dengan masalah keperawatan ketidakefektifan

pemberian ASI pada ibu post partum


b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan ketidakefektifan pemberia ASI pada

ibu post partum.


c. Mendeskripsikan perencanaan tindakan keperawatan untuk masalah

ketidakefktifan pemberian ASI pada ibu post partum dengan teknik marmet
d. Mendeskripsikan penatalaksanaan keperawata untuk masalah

ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu post partum dengan teknik marmet
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan dengan masalah keperawatan

ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu post partum setelah dilakukan

teknik marmet

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu keperawatan tentang teknik marmet sehingga dapat

mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu post partum

2. Manfaat Praktis

a. Peneliti

Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai

pertimbangan dalam mengatasi ketidakefektifan ASI pada ibu post partum.

b. Pasien dan Masyarakaat

Manfaat penyusunan karya tulis ilmiah ini bagi pasien dan masyarakat

adalah menambah informasi dan pengetahuan pasien dan masyaarakaat

mengenai cara teknik marmet untuk mengatasi ketidakefektifan pemberian

ASI post partum

c. Institusi Pendidikan

Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagaai

bahan masukkan dalam kegiatan proses belajaar mengajar terutama mengenai

cara teknik marmet untuk mengatasi ketidakefektifan ASI pada ibu post

partum

d. Institusi pelayanan kesehatan


Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan bagi tenaga kesehatan, khusunya perawat agar lebih meningkatkan

perhatianya pada ibu post partum dalam mengatasi masalah ketidakefektifan

pemberian ASI

Post Partum
Episiotomi perubahan pada post partum

Terputusnya kontinuitas

Pelepasan zat prandikinin sistem perkemihan laktasi

histamin prostaglandin

odem hyperemia pengeluaran ASI

reseptor nino captor tidak lancar

(ujung saraf bebas) obstruksi uretra


Ketidakefektifan
diantara sumsum Pemberian ASI
Resiko retensi
tulang belakang
urine
1. Kaji tingkat pengetahuan ibu
tentang pemberian ASI pada
ke hipotalamus
bayinya setelah pasca
persalinan

corteks cerebri 2. Kaji dan pantau integritas


kulit puting ibu,adakah lecet-
lecet padarea putting

Nyeri 3. Ajarkan ibu dan keluarga


perawatan payudara

4. Observasi kemampuan bayi


dalam menghisap

5. Observasi kemampuan bayi


untuk meraih putting dengan
benar (latch on)

6. Kaji ibu untuk nyeri saat bayi


menghisap,kaji aliran ASI

(Wilkinson, 2011)

Anda mungkin juga menyukai