PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Post partum atau nifas merupakan keadaan dimana masa pemulihan alat-alat
reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam masa nifas perlu melakukan perawatan
untuk membantu proses involusio misalnya mobilisasi , diet, miks , defekasi, laktasi,
bayi menghisap payudara, hormone yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir
dari dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu
(sacs) yang berlokasi di belakang aerola, lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh
hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehmilan ,dimana tubuh wanita
memproduksi hormone yang menstim ulasi munculnya ASI dalam sistem payudara
(Saleha, 2009).
Indonesia yang berhasil memberi ASI eksklusif selama 6 bulan. Data Riset Kesehatan
Dasar 2013 menunjukkan cakupan ASI di Indonesia hanya 42%. Dengan hasil
tersebut, Indonesia berada di peringkat 49 dari 51 negara yang mendukung pemberian
ASI eksklusif.
Berdasarkan data dari Dinas kesehatan provinsi jawa tengah tahun (2015)
menunjukkan presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di jawa tengah
Sukoharjo tahun (2016) terdapat 737 jumlah bayi 0-6 bulan, yang mendapatkan ASI
eksklusif sebesar 467 (63,36%). Pada awal tahun 2015 terdapat 437 (66,21%) yang
mendapat ASI eksklusif dari 660 jumlah bayi umur 0-6 bulan.
Produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berlangsung atau
tidak langsung, faktor yang langsung misalnya, perilaku menyusui, psikologis ibu.
Kemudian faktor yang tidak langsung misalnya, sosial cultural dan bayi, yang akan
berpengaruh pada psikologis ibu. Faktor lain yang bisa mempengaruhi produksi ASI
adalah berat badan lahir rendah atau kurang dari 2.500 g mempunyai resiko dalam
masalah menyusui dikarenakan oleh refleks hisap yang lemah (Nurliawati, 2010).
Astari & Djuminah (2012) menyatakan bahwa bentuk dan kondisi puting susu
tidak baik seperti adanya infeksi payudara, payudara bengkak dan putting susu tidak
produksi ASI yang sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi oleh bayi
penyulit pada saat dilakukan proses laktasi tentunya akan sangat merugikan
ibu maupun bayi. Fenomena yang ditemukan dilapangan bahwa produkssi ASI
menurun pada awal menyusui. Pada umumnya masalah tidak keluar atau
terhambatnya produksi ASI dikarenakan dua hal yaitu ASI yang penuh dan saluran
ASI yang tersumbat. ASI yang tidak langsung keluar setelah melahirkan adalah hal
yang wajar, karena itu ibu post partum harus memancing keluarnya ASI salah satunya
mengeluarkan ASI secara langsung dengan tangan. Teknik ini dikembangkan oleh
Chele marmet dari institusi laktasi. Teknik memerah ASI dengan tangan disebut
dengan teknik marmet, teknik ini lebih aman, praktis, dan mudah untuk dilakukan.
Teknik marmet dilakukan karena kesulitan dalam mengeluarkan ASI saat bayi
Berdasarkan hasil penelitian ini selaras dengan yang disampaikan Ulfa (2013)
yang berjudul “Efektivitas Pemberian Asi pada ibu menyusui 0-6 bulan di wilayah
bahwa pada kelompok sebelum diberikan teknik marmet pengeluaran ASI tidak
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan penatalaksanaan teknik marmet dengan masalah keperawatan
ketidakefktifan pemberian ASI pada ibu post partum dengan teknik marmet
d. Mendeskripsikan penatalaksanaan keperawata untuk masalah
ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu post partum dengan teknik marmet
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan dengan masalah keperawatan
teknik marmet
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu keperawatan tentang teknik marmet sehingga dapat
2. Manfaat Praktis
a. Peneliti
Manfaat penyusunan karya tulis ilmiah ini bagi pasien dan masyarakat
c. Institusi Pendidikan
cara teknik marmet untuk mengatasi ketidakefektifan ASI pada ibu post
partum
pemberian ASI
Post Partum
Episiotomi perubahan pada post partum
Terputusnya kontinuitas
histamin prostaglandin
(Wilkinson, 2011)