Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK 4

Askeb Komplementer

Dosen Pengampu: Bd. Eri Puji Kumalasari, S.Keb.,M.Kes

Di Susun Oleh :

1. Lisa Eka Wahyuni (2281A1530)


2. Endang Widi Astutik (2281A1531)
3. Umi Roziqoh (2281A1532)
4. Bavia nuari candra putri (2281A1533)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
KEDIRI
2022/2023
Review Artikel 1

Identitas Artikel

 Judul Artikel Teknik Menyusui Yang Benar di Desa Wanaraja , Kecamatan


Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara
 Jurnal
PPKM
 Volume, Nomor
dan Halaman Volume 6, No. 1 halaman 45 – 49
 Tahun

 Nama penulis 2019

Ratih Subekti

Pendahuluan

 Latar Belakang Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2010 dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan ASI
ekslusif kepada bayinya adalah kurangnya pemahaman ibu
tentang teknik menyusui yang benar, sehingga sering menderita
putting lecet dan retak (Riskesdas, 2010). Keberhasilan menyusui
harus diawali dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat saat
pemberian ASI. Kegagalan dalam proses menyusui sering
disebabkan karena timbulnya beberapa masalah pada ibu dan
bayi. Perilaku menyusui yang salah dapat mengakibatkan puting
susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga
mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau enggan menyusui
(Proverawati, 2010).

 Perumusan Bagaimana pengetahuan ibu dengan Teknik menyusui dengan


Masalah benar

 Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang teknik menyusui


yang benar dan dapat menerapkannya sehingga proses menyusui
berjalan lancar dan tercapai program pemerintah yaitu pemberian
ASI eksklusif.

Penyuluhan tentang teknik menyusui yang benar, praktik dan


 Metode Penelitian evaluasi melalui kuesioner.

 Sampel sebanyak 20 orang, Jumlah ibu yang primipara sebanyak 15


orang sedangkan jumlah ibu yang multipara sebanyak 5 orang.
Pembahasan Keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh teknik dan posisi
menyusui yang benar. Jika teknik menyusui benar maka tingkat
keberhasilan laktasinya akan berhasil dan sebaliknya jika cara
menyusui salah tingkat keberhasilan laktasinya juga kurang
berhasil sehingga dapat berpengaruh terhadap ibu dan bayinya
seperti: puting susu terasa nyeri bahkan lecet, bayi kurang tidur
dan berat badan bayi menurun (Hassel quist, 2006). Teknik
menyusui yang tidak dikuasai oleh ibu akan berdampak pada ibu
seperti mastitis, payudara bergumpal, putting sakit, sedangkan
pada bayi dapat dipastikan bayi tidak mau menyusu yang
berakibat bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup (Sulistyowati,
2011).
Setelah pemberian penyuluhan, semua peserta melakukan praktik
teknik menyusui yang benar dengan melihat demonstrasi yang
pemateri lakukan serta melihat langkah langkah yang ditampilkan
di slide. Sebanyak 17 orang (85%) ibu sudah benar dalam
penatalaksanaannya Berdasarkan hasil dari kuesioner didapatkan
10 dari 20 peserta (50%) menjawab benar. “Urutan teknik
menyusui yang benar’’. Didapatkan 11 dari 20 peserta (60%)
menjawab benar. ”Menyusui bayi harus secara bergantian pada
kedua payudara”. Didapatkan 18 dari 20 peserta (90%) menjawab
benar. “Cara melepas isapan bayi dengan dagu bayi ditekan
kebawah”. Didapatkan 15 dari 20 peserta (75%) menjawab benar.
“Setelah selesai menyusui, puting susu dan sekitarnya dibasahi
ASI dan biarkan kering sendiri”. Didapatkan 15 dari 20 peserta
(75%) menjawab benar.“Bayi disusui tanpa jadwal”. Didapatkan
18 dari 20 peserta (90%) menjawab benar.“Berbaring miring dan
punggung diganjal bantal pada teknik menyusui sambil
berbaring”. Didapatkan 12 dari 20 peserta (60%) menjawab
benar.“ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam 2 jam”.
Didapatkan 15 dari 20 peserta (75%) menjawab benar. “Manfaat
menyusui sesering mungkin akan memperlancar produksi ASI”.
Didapatkan 17dari 20 peserta (85%) menjawab benar.“Tujuan
menyendawakan bayi setelah disusui dapat mengeluarkan udara
dalam lambung agar bayi tidak muntah”. Didapatkan 18 dari 20
peserta (90%) menjawab benar.

Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan penyuluhan tentang teknik menyusui


yang benar, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang
teknik menyusui yang benar secara umum meningkat.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Antusiasme pada saat sedang dijelaskan, ibu sangat
memperhatikan
b. Banyaknya pertanyaan yang diajukan menunjukan bahwa
ibu sudah mulai memahami teknik menyusui yang benar.
c. Semua ibu menyusui bersedia untuk melakukan teknik
menyusui yang benar, memperhatikan lama dan frekuensi
menyusui dan memberikan ASI secara eksklusif.

Review Artikel 2

Identitas Artikel

 Judul Artikel Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui


Dengan Kejadian Putting Susu Lecet

 Jurnal Kesehatan Abdurahman Palembang

 Volume, Nomor Volume 10, No. 2


dan Halaman

 Tahun 2021

 Nama penulis
Marchatus Soleha dan Apriyanti Aini

Pendahuluan

 Latar Belakang Menyusui merupakan proses yang alamiah yang


keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya
yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan
pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan
keluarga terutama suami (Roesli, 2009). Menyusui sering
menimbulkan masalah bagi ibu dan bayi. Pada sebagian ibu yang
tidak paham bagaimana teknik menyusui yang benar dapat
menjadi masalah dalam proses menyusui. Dimana masalah
kegagalan dalam proses menyusui tersebut antara lain putting
susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat,
mastitis, abses payudara dan kelainan anatomis pada putting
susu atau putting tenggelam (Rahayu, 2011).

 Perumusan Bagaimana hubungan pengetahuan ibu tentang teknik menyusui


Masalah dengan kejadian putting susu lecet

 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang teknik


menyusui dengan kejadian putting susu lecet.

 Metode Penelitian Menggunakan metode studi literature maka dilakukan analisis


terhadap hasil penelusuran jurnal (e-journal) dan artikel dengan
tinjauan teori yang ada (e-book).

Pembahasan Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007), pengetahuan


merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Sedangkan pengetahuan ibu kurang tentang teknik
menyusui dapat mempengaruhi kejadian putting susu lecet dan
menimbulkan masalah yang lebih besar seperti infeksi
payudara, sehingga diperlukan informasi mengenai teknik
menyusui yang benar sejak kehamilan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Sari (2017), didapatkan bahwa dari
22 responden yang memiliki pengetahuan baik tentang teknik
menyusui terdapat 2 responden (4,4%) yang mengalami
putting susu lecet dan 20 responden (44,4%) tidak mengalami
putting susu lecet, dari 12 responden yang memiliki
pengetahuan cukup tentang teknik menyusui terdapat 4
responden (8,9%) yang mengalami putting susu lecet dan 8
responden (17,8%) tidak mengalami putting susu lecet dan
dari 11 responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang
teknik menyusui terdapat 6 responden (13,3%) yang mengalami
putting susu lecet dan 5 responden (11,1%) tidak mengalami
putting susu lecet.

Kesimpulan Literature review ini menunjukkan bahwa ada hubungan


pengetahuan ibu tentang teknik menyusui dengan kejadian
putting susu lecet. Hal tersebut dapat dilihat dari pengetahuan
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya putting susu lecet,
kejadian putting susu lecet dapat disebabkan oleh kurangnya
pengalaman pada ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan
ada hubungan pengetahuan ibu tentang teknik menyusui dengan
kejadian putting susu lecet

Review Artikel 3

Identitas Artikel

 Judul Artikel Hambatan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0 - 6 Bulan

JIKSH
 Jurnal

 Volume, Nomor
Volume 10| Nomor 1| Juni|2021
dan Halaman

 Tahun 2021

 Nama penulis Asnidawati Asnidawati¹, Syahrul Ramdhan²

Pendahuluan

 Latar Belakang Air Susu Ibu adalah makanan ideal untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Rekomendasi dari United Nation Childrens
Funds dan World Health organization menyatakan bahwa
sebaiknya anak hanya disusui ASI selama paling sedikit enam
bulan dan makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak
berumur enam bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai
anak berumur dua tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari
WHO dan UNICEF pada tahun 2018, secara global
menunjukkan tingkat pemberian ASI eksklusif cukup rendah
yaitu hanya 41persen. Di Indonesia dari data Riset Kesehatan
Dasar yang dilakukan pada tahun 2018 menunjukkan
bahwatingkat pemberian ASI eksklusif hanya mencapai 37
persen (Unicef, 2020).

 Perumusan Bagaimana hambatan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-


Masalah 6 bulan

Mengetahui hambatan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia


 Tujuan Penelitian 0-6 bulan

Data diperoleh dari berbagai data base elektronik dengan


menggunakan google scholar, scientific direct dan
 Metode Penelitian dipublikasikan dengan menggunakan kata kunci “infant
feeding, eksklusif breastfeeding, resistance”.
 Sampel -
Pembahasan Pengumpulan data pada studI kualitatif dilakukan dengan
melakukan wawancara mendalam pada pasrtisipan dan
melakukan Forum Group Discussion (FGD).

Penelitian ini berlangsung secara global. Semua artikel


termasuk mempelajari hambatan-hambatan dalam pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Beberapa metode
yang digunakan untuk melihat dan menentukan ada
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pemberian Asi
eksklusif. Beberapa dari mereka menggunakan penelitian
deskriptif melalui survey Cross sectional, dan penelitian
Studi kasus (case control), namun yang direview hanya hasil
penelitian dengan metode kualitatif. Dari hasil kajian 7jurnal
yang dikatakan sesuai dilanjutkan dengan ekskrakti data.

Hasil penelitian oleh (Matare et al., 2019) dipedesaan Tanzania


menunjukkan bahwa factor yang menghambat Pemberian ASI
Eksklusif adalah beratnya beban kerja para ibu yangharus bekerja
diladang, penggunaan obat-obatan tradisional, kurangnya
dukungan suami dan anggota keluarga lainnya,dan persepsi ibu
bahwa suplaI ASI tidak cukup. Sedang hasil penelitian dengan
metode wawancara dari (Thepha, Marais, Bell, & Muangpin,
2018) Di Timur Laut Thailand menunjukkan bahwa hambatan
yang dihadapi ibu menyusui adalah adanya persepsi bahwa
anak laki-laki membutuhkan lebih banyak ASI, pekerjaan
yang fulltime, tidak ada tempat khusus memompa ASI dan
pengawas yang kurang mendukung.

Hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh (Charlick,


McKellar, Gordon, & Pincombe, 2019) mengenai
pengalaman ibu pertama kali menyusui Eksklusif selama
enam bulan di Australia menunjukkan bahwa hambatan
terbesarnya adalah Promosi Susu Formula, dalam budaya
Australia kurang menerima perilaku menyusui ditempat umum,
kurangnya dukungan komunitas untuk menyusui secara
eksklusif. Sedangkan menurut (Joseph & Earland, 2019)bahwa
faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif adalah
keterlambatan IMD, pengaruh dukun bersalin/keluarga/praktik
tradisional terhadap pemberian ASI, keterlambatan menyusui
karena ritual keagamaan dan tradisional postnatal (pemberian
cairan prelaktat), adanya anggapan bahwa kolostrum tidak baik
dan dapat menularkan penyakit.

Suatu penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi


faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi ibu dalam
praktik pemberian ASI eksklusif yang benar bagi ibu dan
besarnya dampak yang ditimbulkan akibat tidak menyusui sesuai
dengan yang direkomendasikan. Hai ini yang mencari penyebab
atau hambatan yang dialami oleh ibu menyusui secara fakta
yang ditunjukkan dalam hasil penelitian-penelitian terdahulu
yang telah dilaukan diberbagai negara. Banyak hasil
penelitian ditemukan, namun penulis hanya mengumpulkan 7
hasil penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian ini menemukan bahwa banyak factor atau hambatan-
hambatan yang dihadapi oleh ibu dalam memberikan ASI secara
eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayinya.
Faktor Sosio demografi; hasil peneitian kualitatif
mengungkapkan bahwa karakteristik demografi adalah salah
satu penyebab yang dapat menghambat dalamp raktik
pemberian ASI eksklusif pada bayi. Berbagai karakterisitk
demografi ibu yang berpengaruh ini antara lain usia,tingkat
pedidikan ibu ,tingkat pendidikan ayah,paritas,tempat tinggal dan
status pekerjaan. Ibu yang harus kembali bekerja merupakan
hambatan yang paling banyak ditemui sehingga ibu tidak dapat
memberikan makanan yang sesuai yaitu ASI pada bayi. (Matare
et al., 2019), (Thepha et al., 2018; Wainaina et al., 2018),
(Kim, Fiese, & Donovan, 2017). Para ibu yang bekerja purna
waktu mengatakan bahwa dengan bekerja full time tidak
memungkinkan untuk memerah ASI, sehingga produksi ASI
menurun. Lingkungan kerja sering kali membuat ibu menjadi
stress karena kurang tersedianya tempat khusus untuk memerah
ASI dan atasan yang tidak mendukung program menyusui
(Thepha et al., 2018). Saat ini, fasilitas pojok laktasi sudah
banyak tersedia diberbagai fasilitas umum maupun tempat kerja.
Status ekonomi yang rendah, membuat ibu harus bekerja
sehingga tidak mungkin untuk mempertahankan pemberian ASI
eksklusif (Goodman et al., 2016).

Faktor Pengetahuan Ibu ; hasil penelitian juga menunjukkan


bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang buruk menjadi
penghambat dalam pemberian ASI eksklusif juga, kebanyakan
dari mereka tidak memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi
berusia 6 bulan (Wainaina et al., 2018). Para ibu kurang
mengetahui apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif, apa
artinya dan berapa lama direkomendasikan. Pemberian
pengetahuan menyusui sebaiknya dilakukan oleh konselor ASI
sejak ibu hamil sampai menysusui. Karena itu perlu
ditingkatkan strategi untuk memaksimalkan pemberian edukasi
menyusui yang dimulai pada saat kehamilan dan berkelanjutan
pada masa berikutnya.

Persepsi Tentang Kecukupan Suplai ASI; hamper sebagian besar


studi mengatakan bahwa alas an ibu berhenti menyusui adalah
persepsi bahwa ASI saja tidak mencukupi kebutuhan bayi selama
masa pertumbuhan (Matare et al., 2019),(Wainaina et al.,
2018). Produksi ASI yang dianggap tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dirumah menjadi alasan
utama, sehingga ibu memberikan makanan tambahan sebelum
bayi berusia 6 bulan (Wainaina et al., 2018). Persepsi yang
salah mengenai ketidakcukupan ASI seringkali menjadi
hambatan ibu dalam mempertahankan pembeian ASI secara
eksklusif. Pemberian edukasi dan dukungan dari tenaga
kesehatan dan dukungan dari keluarga segera setelah
melahirkan perlu dilakukan kepada ibu meyusui agar mereka
mendapatkan dukungan baik berupa dukungan informasional,
penilaian, emosional, dan instrumental.

Faktor tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan; kurangnya


dukungan dari fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu tenaga
kesehatan membuat ibu harus meminta seseorang untuk
mendukungnya dalam menyusui (Kim et al., 2017). Fasilitas dan
tenaga kesehatan yang kurang memadai didaerah pedesaan
membuat ibu kesulitan untuk mendapatkan layanan penyuluhan
dan pendidikan kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif
(Wainaina et al., 2018). Fasilitas kesehatan sangat berperan
penting dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif, salah
satunya dengan menerapkan 10 langkah keberhasilan menyusui
dalam program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi.

Dukungan Tempat Bekerja; dukungan yang baik yang juga


berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif adalah dari
tempat ibu bekerja, dukungan dan tempat untuk menyusui
yang tidak memadai ditempat bekerja merupakan tantangan
utama bagi ibu untuk melanjutkan pemberian ASI eksklusif.
Kurannya fasilitas dan waktu untuk memompa ASI, sehingga ibu
tidak memiliki waktu yang cukup untuk memompa ASI dan
dilakukan tidak ditempat kusus seperti di ruang kerja, toko, toilet
atau mobil. Selain itu tempat penyimpanan khusus ASI juga
menjadi tantangan bagi ibu (Wainaina et al., 2018). Ibu bekerja
berisiko 5 kali lipat untuk berhenti menyusui lebih awal
dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

Faktor Sosial Budaya; dukungan social dari pasangan,kerabat


dan masyarakat juga penting bagi ibu menyusuI (Matare et al.,
2019),(Charlick et al., 2019). Stigma buruk ketika menyusui di
tempat umum berdampak negative pada ibu menyusuI (Kim et
al., 2017). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Ibu
mengungkapkan perasaan tidak nyaman ketika menyusui di
depan umum (Wainaina et al., 2018). Dalam budaya
Australia,tingkat penerimaan juga masih rendah terhadap ibu
menyusui ditempat umum (Charlick et al., 2019) .Di
Tanzania,masih terdapat praktik penggunaan obat tradisional
untuk mengobati penyakit seperti kolik pada bayi (Matare et al.,
2019).

Budaya juga masih berpengaruh pada pemberian ASI


diIndonesia. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tidak
menjamin akan melakukan perilaku yang sesuai,hal ini
disebabkan karena pengaruh sosial,budaya,nilai-nilaI atau
kepercayaan yang ada pada masyarakat. Praktik pemberian ASI
eksklusif masih di pengaruhi oleh kepercayaan,mitos dan
kesalahpahaman bahwa suplai ASI kurang dan ASI eksklusif
tidak mengandung nutrisi yang cukup sehingga memerlukan
makanan tambahan. Pengaruh lingkungan seperti dukungan
keluarga khususnya dari suami dan ibu serta mertua,
dukungantnaga kesehatan, teman sebaya, mempngaruhi ibu
dalam membuat keputusan dakam menyusui (Budiati, 2019).

Kesimpulan Faktor sosio demografi, faktor dukungan keluarga, dukungan


tenaga kesehatan,dukungan fasilitas kesehatan, pengetahuan, pe
rsepsi suplai ASI kurang, factor social budaya dan lingkungan
mempengaruhi ibu dalam praktik pemberian ASI eksklusif.
Semakin kurangnya dukungan yang diberikan kepada ibu,
maka semakin mempengaruhi ibu dalam praktik menyusui
secara eksklusif. Berdasarkan hasil review ini, diharapkan
professional kesehatan dan pembuat kebijakan akan mendapat
informasi untuk merencanakan cara terbaik dalam mendukung
ibu untuk meningkatkan keberhasilan dalam memberikan Asi
eksklusif.

Review Artikel 4

Identitas Artikel Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif Dan Cara
Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di
Judul Artikel Puskesmas
Segiri Samarinda

jurnal j.Ked. Mulawarman

VOLUME , Vol. 9 (3) Desember 2022 103


Nomor dan
Halaman
Tahun 2022

Nama Penulis Alda Puspa Pertiwia, Abdul Mu’tib, Muhammad Buchori

Pendahuluan
Latar belakang Pada tahun 2020, di Indonesia persentase bayi dengan usia
kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif sekitar
66,1%. Pencapaian indeks persentase bayi di bawah 6 bulan yang
diberi ASI sudah mencapai target tahun 2020 sebesar 40%.
Target nasional adalah 80% sehingga pencapaian tersebut perlu
ditingkatkan lagi agar bisa tercapai target nasional. Persentase
bayi dengan usia kurang 6 bulan mendapat ASI eksklusif di
Kalimantan Timur sebanyak 75,87%. Persentase bayi usia
kurang 6 bulan mendapat ASI Eksklusif di Kota Samarinda
sebanyak 66%. Puskesmas Segiri merupakan salah satu
puskesmas di Kota Samarinda dengan persentase keberhasilan
ASI eksklusif masih di bawah target yaitu 69%. Manfaat yang
didapatkan apabila memberikan ASI eksklusif pada bayi adalah
meningkatkan kekebalan tubuh bayi, membuat anak lebih cerdas,
mengurangi obesitas dan memperkuat ikatan emosional antara
ibu dan bayi. Akibat yang didapatkan apabila tidak memberikan
ASI eksklusif yaitu bayi lebih mudah sakit, tumbuh kembang
yang tidak optimal, dan bayi akan lebih mudah mengalami diare
dan infeksi lainnya

Perumusan Gambaran penegetahuan ibu tentang pemberian ASI ekslusif


Masalah pada usi 0- 6 bulan di puskesmas segiri samarinda

Tujuan penelitian Bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang


ASI eksklusif dan cara pemberian ASI eksklusif pada bayi usia
0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Segiri Samarinda

Metode penelitian Data didapatkan dari wawancara


dengan ibu menyusui menggunakan kuesioner

sampel 96 responden mayoritas berusia 31-35 tahun (66,7%), mayoritas


tingkat pendidikan responden adalah SMA (42,7%) dan
sebanyak 83 responden (86,5%) tidak bekerja atau IRT

pembahasan Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Segiri Samarinda


didapatkan masih ada ibu yang belum mengetahui dengan benar
waktu pemberian ASI yang benar pada bayi. Agar ASI eksklusif
berhasil, disarankan menyusui secara on demand (sesuka bayi)
atau tanpa dijadwalkan, jika bayi dibedong dapat dibangunkan
tiap 2 jam sekali agar bayi terbangun dan menyusu15. Selain itu,
posisi yang benar pada saat menyusui dalam posisi duduk masih
banyak ibu yang belum mengetahui bagaimana posisi yang
dianjurkan. Posisi yang dianjurkan agar ibu lebih nyaman dan
rileks saat menyusui dalam posisi duduk adalah punggung ibu
bersandar ke dinding atau kursi kemudian kaki tidak boleh
menggantung. Posisi ini bertujuan agar pada saat menyusui
dalam posisi duduk ibu tidak mudah merasa lelah dan proses
menyusui dapat berlangsung dengan baik. Dalam penelitian ini
juga didapatkan masih ada ibu yang belum mengetahui tindakan
apa yang seharusnya dilakukan jika mengalami puting lecet
ataupun nyeri. Puting lecet atau nyeri sebenarnya dapat dicegah
dengan cara ibu perlu mengetahui posisi menyusui yang benar,
cara melepaskan bayi dari payudara setelah menyusui dan tidak
menggunakan alkohol atau sabun untuk membersihkan puting.
Penatalaksanaan puting nyeri atau lecet dapat dilakukan dengan
memperbaiki posisi menyusui, mulai menyusu dari payudara
yang tidak sakit, tetap mengeluarkan ASI dan dioleskan ke
putting yang
lecet dan biarkan hingga kering, gunakan bra atau BH yang
menyangga dan bila terasa sakit pada puting dapat meminum
obat pengurang rasa sakit
kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah
pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif di Puskesmas Segiri
Samarinda adalah mayoritas kategori pengetahuan cukup
sebanyak 40 responden (41,7%). Pengetahuan ibu mengenai
cara pemberian ASI eksklusif mayoritas dalam kategori cukup
yaitu sebanyak 74 responden (71%)
Review Artikel 5

Identitas Artikel Teknik menyusui posisi, perlekatan dan keefektifan


menghisap - studi pada ibu menyusui di rsud sidoarjo
Judul Artikel
jurnal Rakernas aipkema
VOLUME , -
Nomor dan
Halaman
Tahun 2016

Nama Penulis Evi Rinata , Tutik Rusdyati, Putri Anjar Sari


Pendahuluan Menyusuia adalah suatu proses alamiyah, walaupun demikian
Latar belakang dalam kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alami
tidaklah selalu mudahsehingga perlu pengetahuan dan latihan
yang tepat. Fakta menunjukkan terdapat 40% wanita yang tidak
menyusui bayinya jarena banyak yang mengalami nyeri dan
pembengkakan payudara. Cakupan pemberian ASI Eksklusif
di indonresia tahun tahun 2013 hanya mencapai 30,2%, masih
jauh dari target nasional sebesar 80%. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan di Negara berkembang menunjukkan bahwa bayi
yang tidak diberi Air Susu Ibu akan memiliki resiko 6-10 kali
lebih tinggi meninggal pada beberapa bulan pertama kehidupan.
Hal ini akan berdampak meningkatnya Angka Kematian Bayi
(AKB). Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan
ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi
dengan benar. Untuk mencapai keberhasilan menyusui
diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik menyusui yang
benar. Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi
posisi ibu dan bayi yang benar (body position), perlekatan bayi
yang tepat
(latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective
sucking). Hasil penelitian Goyal, et al menunjukkan bahwa cara
menyusui yang benar dapat dipengaruhi oleh usia, paritas, status
pekerjaan ibu, masalah payudara, usia gestasi, dan berat badan
lahir.Ditambahkan oleh Riksani factor yang mempengaruhi cara
menyusui yang benar antara lain rendahnya pengetahuan dan
informasi tentang menyusui yang benar, penatalaksanaan rumah
sakit yang sering kali tidak memberlakukan rawat gabung, dan
tidak jarang fasilitas kesehatan yang justru memberikan susu
formula kepada bayi yang baru lahir. Berdasarkan penelitian Dini
Iflahah di RSUD Sidoarjo didapatkan sekitar 46,7% ibu
menyusui dengan
teknik menyusui yang benar dan 53,3% ibu menyusui dengan
teknik yang salah. Kesalahan dari teknik menyusui ini 53,3%
karena keefektifan menghisap bayi yang tidak tepat. Kesalahan
lain juga bisa disebabkan saat ibu menghentikan proses
menyusui kurang hati-hati. Keadaan tersebut menunjukkan
masih banyak ibu menyusui belum dapat menggunakan teknik
yang benar. Menyusui dengan teknik yang salah menimbulkan
masalah seperti puting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar
secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya enggan menyusu. Hal ini menyebabkan kebutuhan
ASI bayi tidak tercukupi. Menurut Riksani dengan teknik
menyusui yang benar akan mendorong keluarnya ASI secara
maksimal sehingga keberhasilan menyusui bisa tercapai.

Perumusan Ada tidak hubungan antara paritas, pendidikan, status


Masalah pekerjaan, masalah payudara, usia gestasi dengan teknik
menyusui
Tujuan penelitian untuk mencari tahu bagaimana hubungan antara usia, paritas,
pendidikan, status pekerjaan, masalah payudara, usia gestasi, dan
berat badan lahir dengan teknik menyusui di RSUD Sidoarjo
yang diukur pada saat yang sama sehingga tiap subyek penelitian
diobservasi satu kali saja

Metode penelitian Penelitian ini menggunakan desain


analitik cross sectional dengan populasi seluruh ibu nifas dan ibu
yang datang untuk menyusui bayinya
di RSUD Sidoarjo pada tanggal 10 November-28 Desember
2015. Menggunakan data primer dengan
wawancara dan observasi serta data sekunder. Sampling
menggunakan probability sampling, dengan
teknik simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 140
ibu menyusui dari 208 populasi.
sampel Jumlah sampel sebanyak 140 ibu menyusui dari 208 populasi
pembahasan a. Hubungan antara Usia Ibu dengan
Teknik Menyusui
Berdasarkan hasil uji Chi-square menunjukkan tidak ada
hubungan antara usia dengan posisi dan perlekatan pada
teknik menyusui. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Goyal, et al yang menyatakan tidak ada hubungan yang
bermakna secara statistik antara usia ibu dengan posisi
yang kurang dan perlekatan bayi ke payudara selama
menyusui. Asumsi peneliti, usia bukan merupakan satu-
satunya faktor yang mempengaruhi teknik menyusui.

b. Hubungan Paritas dengan Teknik


Menyusui di RSUD Sidoarjo
Hasil uji Chi-square menunjukkan ada hubungan antara
paritas dengan posisi dan perlekatan pada teknik
menyusui. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Goyal,
et al yang menyatakan hubungan yang signifikan secara
statistic antara paritas dengan posisi dan perlekatan.
Paritas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
teknik menyusui
c. Hubungan Pendidikan dengan Teknik
Menyusui di RSUD Sidoarjo Dari hasil uji Chi-Square
menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dengan
posisi dan perlekatan pada teknik menyusui. Pendidikan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi teknik
menyusui

d. Hubungan Masalah Payudara dengan


Teknik Menyusui di RSUD Sidoarjo

Hasil uji Chi-square menunjukkan tidak ada hubungan


antara masalah payudara dengan posisi dan ada hubungan
antara masalah payudara dengan perlekatan pada teknik
menyusui. Hal ini sesuai hasil penelitian
Goyal, et al yang menunjukkan bahwa ada hubungan
antara masalah payudara dengan posisi dan perlekatan
pada teknik menyusui. Asumsi peneliti, masalah
payudara merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi teknik menyusui.

e. Hubungan Usia Gestasi dengan


Teknik Menyusui di RSUD Sidoarjo Dari hasil uji Chi-
square
menunjukkan ada hubungan antara usia gestasi dengan
perlekatan dan keefektifan hisapan pada teknik
menyusui. Hal ini didukung hasil penelitian Goyal, et al
bahwa ditemukan hubungan statistik yang signifikan
antara perlekatan dan keefektifan hisapan

f. Hubungan Status Pekerjaan dengan


Teknik Menyusui di RSUD Sidoarjo
Berdasarkan hasil uji Chi-square
menunjukkan tidak ada hubungan antara status pekerjaan
dengan posisi, namun ditemukan hubungan yang
signifikan antara status pekerjaan dengan
perlekatan pada teknik menyusui. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Goyal, et al yang menyatakan
tidak ada hubungan yang bermakna antara status
pekerjaan ibu dengan posisi dan perlekatan. Status
pekerjaan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi teknik menyusui

g. Hubungan Berat Badan Lahir dengan


Teknik Menyusui di RSUD Sidoarjo
Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan
antara berat badan lahir dengan perlekatan da nada
hubungan antara berat badan dengan keefektifan hisapan
pada teknik menyusui. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Goyal, et al yang menyatakan tidak ada
hubungan yang signifikan antara berat badan lahir dengan
perlekatan, tetapi ada hubungan yang signifikan secara
statistik untuk keefektifan hisapan. Namun hasil
penelitian Kranborg, et al dan Coca, et al juga
menyatakan tidak menemukan hubungan antara berat
badan lahir dengan perlukaan putting

kesimpulan Sebagian besar usia ibu menyusui di RSUD Sidoarjo adalah 20-
35 tahun dan paritas ibu menyusui adalah multipara. Hampir
setengahnya pendidikan ibu menyusui adalah SMA. Sebagian
besar status pekerjaan ibu menyusui adalah tidak bekerja.
Hampir seluruh keadaan payudara ibu menyusui
adalah normal atau tidak bermasalah. Hampir seluruh usia gestasi
adalah ≥37 minggu dan berat badan lahir di RSUD
Sidoarjo adalah ≥2500 gram. Sebagian besar ibu menyusui
melakukan teknik menyusui dengan posisi, perlekatan dan
hampir seluruh bayi memiliki keefektifan menghisap yang baik.
Sebagian besar kesalahan dalam teknik menyusui terdapat pada
keefektifan menghisap bayi. Tidak ada hubungan antara usia
ibu, dengan teknik menyusui. Ada hubungan antara paritas,
pendidikan, status pekerjaan, masalah payudara, usia
gestasi dengan teknik menyusui. Beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi keberhasilan menyusui antara lain jenis
persalinan, pengetahuan, informasi dari petugas kesehatan dan
sarana prasarana

Anda mungkin juga menyukai