Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

“PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI SERTA MASALAH YANG


SERING TERJADI PADA PROSES LAKTASI”

DI SUSUN OLEH:

MULIANA PUTRI
NIM. 0120006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BOGOR HUSADA
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menyusui suatu proses yang alami dimana tahapan memberikan

makanan pada bayi berupa air susu ibu (ASI) langsung dari payudara ibu

(Depkes RI, 2011) bukan hal baru yang akan dilalui oleh seorang perempuan

setelah melahirkan. Pengetahuan dan latihan yang tepat sangat diperlukan

untuk mengoptimalkanproses menyusui (Riskani, 2012).

Proses menyusui dalam buku Tafsir Ayat Ahkam ash-Shabuni, Ali Ash-

Shabuni menafsirkan “wal waalidaatu yurdhi’na“ sebagai perintah menyusui

bagi waalidaat (ibu-ibu) dalam bentuk kalam khabar (kalimat berita) yang

berguna sebagai lilmuballaghah (suatu keharusan yang sangat) sekalipun

zhahirnya kalimat berita, tetapi hakikatnya adalah perintah (Arini, 2012).

Hasil penelitian Coca, Gamba, Silva, Freitas, dan Abrão (2011)

ditemukan masalah yang sering dialami ibu menyusui yaitu puting susu lecet.

Jumlahnya 57,4% ibu yang menyusui mengalami puting lecet/nyeri. Masalah

putting susu lecet sekitar 95% dan terjadi pada ibu yang menyusui bayinya

dalam posisi yang tidak benar . Ketika ada kesalahan dalam teknik menyusui

dikarenakan posisi bayi saat menyusu tidak tepat areola dan hanya sampai di

putting susu. Kesalahan lainnya karena disebabkan ketika ibu berhenti

menyusui dan kurang hati-hati.

1
2

Berdasarkan Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) tahun

2012, menyatakan memberikan ASI eksklusif untuk bayi dibawah usia 2

bulan sekitar 50,8 % seiring bertambahnya usia bayi. Presentase tersebut

semakin menurun, yaitu bayi 2-3 bulan sekitar 48,9 % dan bayi 4-5 bulan

hanya 27 %. Yang lebih memprihatinkan adalah ada sekitar 12,5 % bayi

dibawah usia 6 bulan yang tidak disusui sama sekali.

Banyak faktor memengaruhi kegagalan ASI yang pertama adalah faktor

pendidikan yang kurang tentang ASI Eksklusif (32%) karena produksi ASI

yang menurun. Kedua disebabkan karena kesibukan ibu (28%), yaitu banyak

ibu yang menghentikan memberi ASI Eksklusif karena ibu harus bekerja.

Ketiga disebabkan karena banyak yang mengiklankan promosi susu formula

(16%), ibu yang menghentikan memberi ASI karena tertarik iklan susu

formula. Selain itu, juga dipengaruhi faktor sosial dan budaya (24%) yang

meliputi nilai dan kebiasaan yang ada di masyarakat yang menghambat ibu

memberi ASI Eksklusif (Amin, 2014).

Secara nasional pemberian ASI eksklusif untuk bayi usia ≤ 6 bulan

hanya 55,7% (Depkes RI, 2015). Prevalansi ASI eksklusif di dunia masih

rendah 39% (Nkala,2011). Sedangkan rumah sakit sayang ibu dan bayi untuk

keberhasilan dalam menyusui sekitar 40% rumah sakit (Kurniawan, 2013).

Berdasarkan data dan informasi Pusat Data Kementerian Kesehatan Indonesia

(2014) menyatakan cakupan pemberian ASI untuk bayi di negara Indonesia

hanya berkisar 54,3%.


3

Air Susu Ibu (ASI) menurut (Soetjiningsih, 2004) dalam (Arini, 2012)

adalah asupan makan terbaik untuk bayi. ASI yang mengandung banyak

nutrisi untuk proses pertumbuhan serta perkembangan bayi. Pemberian ASI

untuk bayi secara eksklusif mempunyai berbagai manfaat. Salah satunya

meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta meningkatkan kecerdasan bayi.

Selain bagi bayi, ibu yang menyusui akan mempercepat kembali ke masa pra

kehamilan dan akan menghemat waktu bagi ibu. Selain manfaat memberikan

ASI ada pula dampak bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif salah satunya

bertambahnya kerentanan terhadap penyakit baik anak maupun ibu serta

Biaya yang dikeluarkan untuk membeli susu formula (Dwi, 2012)

keistimewaan ASI dilihat dengan memberikan ASI yang benar, yaitu

pemberian ASI setelah lahir (30 menit pertama bayi harus disusukan kepada

ibunya) pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi umur enam bulan

selanjutnya pemberian ASI. Setiap ibu secara mandiri dapat menyusui

bayinya dengan benar melalui tata laksana menyusui atau pengelolaan yang

benar. Di dalam Islam, menyusui diatur dalam Al Quran surat Al Baqarah

ayat 233, dimana Allah Ta’ala memberi penjelasan tentang hak menyusu bagi

seorang anak dan anjuran bagi ibu untuk menyusui anaknya selama 2 tahun

penuh.

Faktanya pada ibu primipara mempunyai pengetahuan rendah

dikarenakan pengalaman pertama kali atau baru dalam melahirkan seorang

anak dan ibu menjadi stress. Dalam meningkatkan pengetahuan, pemahaman

dan kemampuan pada ibu primipara didapatkan saat praktik langsung tentang
4

tahapan menyusui yang benar (Sulistyowati, 2011). Hal ini bisa dibuktikan

melalui pelatihan, konseling, media dan pengajaran (Yoesvita, 2008).

Kurangnya pengetahuan, serta rendahnya kemampuan dalam menyusui

dapat mengakibatkan berbagai masalah. Kegagalan dalam menyusui sering

kali disebabkan karena kesalahan dalam memposisikan dan melekatkan bayi

(Suradi, 2008). Masalah menyusui yang sering ditemui dan dikeluhkan oleh

ibu primipara harus diatasi, maka untuk mengatasi hal tersebut diperlukan

adanya pendidikan kesehatan. Supaya pendidikan kesehatan lebih efektif dan

sesuai dengan tujuan sasaran, maka memerlukan metode yang menarik dan

mudah dipahami (Juliantara, 2009).

Menurut departemen kesehatan Republik Indonesia dan (UNICEF,

2013) telah menetapkan untuk memberikan informasi kepada tenaga

kesehatan dan ibu setelah melahirkan supaya memberi (ASI eksklusif) sampai

berumur 6 bulan. Secara optimal menyusui akan mencegah kematian pada

bayi mencapai 13%, praktek pemberian makanan pendamping ASI yang

benar dapat mengurangi 6% kematian pada balita (WHO, 2009) Kepmenkes

No.450/2003, merekomendasikan ibu untuk memberikan ASI eksklusif

sampai umur 6 bulan (Suradi, 2008).

Kemenkes RI (2015) menyampaikan bahwa cara memberikan makanan

kepada bayi adalah menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai bayi usia

enam bulan dan menyusukan anak sampai berusia dua puluh empat bulan.

Bayi usia 6 bulan mendapatkan makanan pendamping ASI yang sesuai

kebutuhan tumbuh kembangnya. Prontase pemberikan ASI eksklusif pada


5

usia bayi 0-6 bulan di Indonesia tahun (2015) sekitar 55,7%. Sedangkan di

Jawa Tengah tahun (2016) mencapai 37,94% dibandingkan dengan tahun

(2015) mengalami penurunan yakni 41,3%.

Posisi dan perlekatan bayi pada payudara ibu secara tepat dan teknik

menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadi masalah dalam proses

menyusui (Sulistyawati, 2009). Perlekatan yang baik akan memaksimalkan

reflek bayi pada saat proses menyusui. Apabila bayi tidak melekat pada posisi

yang benar bayi akan menarik, mengigit dan menyebabkan puting menjadi

luka. Teknik menyusui yang kurang tepat bisa menyebabkan masalah pada

payudara dan ibu menjadi tidak nyaman selama proses menyusui sehingga

bayi tidak maksimal menyusu sampai ke aerola (Kristyansari, 2011).

ASI Eksklusif di Indonesi masih kurang, disebabkan karena pemberian

informasi mengenai ASI dari petugas kesehatan dan tentunya masyarakat

yang tidak optimal, yaitu 60% masyarakat yang mengetahui informasi tentang

pemberian ASI. Dan sekitar 40% tenaga kesehatan profesional yang mampu

memberikan edukasi dan konseling tentang menyusui. Rendahnya cakupan

ASI juga dipengaruhi oleh teknik menyusui yang salah (Kristiyanti, 2014).

Durasi saat menyusui di Negara berkembang tergolong masih tinggi

namun praktek menyusui kurang tepat. Di Srilanka dan Filipina, praktek

menyusui dilakukan sekitar 4 bulan. Sedangkan di Pakistan, Thailand, dan

Indonesia hanya dilakukan sekitar 2 bulan (Singh, 2010).

Pencapaian sasaran program pemerintah dalam pemberian ASI

Eksklusif sangat dibutuhkan kolaborasi yang baik antara pemerintah dan


6

masyarakat bagi ibu menyusui, faktanya masih banyak kendala saat

melaksanakan program ASI Eksklusif seperti ibu kurang mengetahui dalam

teknik menyusui dan mengakibatkan pada pemberian ASI. Sehingga

menyebabkan teknik menyusui tidak dilakukan dengan baik dan optimal dan

menjadi penyebab utama kegagalan dalam menyusui (Gadhavi, 2013).

Berdasarkan observasi dan wawancara awal yang dilakukan di Wilayah

Kerja Puskesmas Guntur yaitu di Desa Bumiharjo didapatkan hasil 10 orang

primipara, yaitu 60% diantaranya belum mengetahui teknik yang benar dalam

menyusui bayinya, itu dibuktikan ketika menyusui, 40% orang ibu primipara

yang masih berusia muda saat memposisikan bayinya masih salah, memegang

puting susu dengan jari telunjuk dan tengah, saat sudah selesai meyusui bayi

tidak disendawakan, dan ada 20% ibu yang salah saat menghentikan isapan

pada bayinya disaat masih menyusui. Sebagian dari 40% primipara yang ada

di Desa Bumiharjo Karena di Desa Bumiharjo belum pernah dilakukan

penelitian tentang pembelajaran kemampuan ibu primipara dalam menyusui

dengan benar, maka peneliti disini tertarik untuk melneliti tentang

”Gambaran kemampuan ibu primipara dalam menyusui di wilayah

kerja Puskesmas Guntur 1 Kabupaten Demak”.

B. Rumusan Masalah

Menyusui adalah suatu proses yang alamiah dan proses memberikan

makanan pada bayi berupa air susu ibu (ASI) langsung dari payudara ibu.

Menyusui tidak hanya memberi kesempatan bayi untuk tumbuh dan

berkembang menjadi manusia sehat fisik, cerdas, dan memiliki emosional


7

yang stabil. Dalam meningkatkan kemampuan ibu primipara harus

memperoleh informasi menyusui yang baik dan benar melalui praktik

langsung menyusui. Upaya untuk meningkatkan kemampuan dalam menyusui

salah satunya berlatih melekatkan posisi ibu dan bayi yang benar yaitu

dengan dilakukan pendidikan kesehatan untuk ibu primipara .

Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Desember

2017, 10 orang ibu primipara di Desa Bumiharjo didapatkan data dari hasil

wawancara 60% diantaranya belum mengetahui teknik yang benar dalam

menyusui bayinya, 40% (4) orang ibu primipara yang masih berusia muda

saat memposisikan bayinya masih salah, memegang puting susu dengan jari

telunjuk dan tengah, saat sudah selesai meyusui bayi tidak disendawakan,

20% (2) ibu yang salah saat menghentikan isapan disaat bayinya menyusui.

40% (4) primipara yang ada di Desa Bumiharjo Karena di Desa Bumiharjo

belum pernah dilakukan penelitian pembelajaran tentang kemampuan ibu

primipara dalam menyusui dengan benar, maka peneliti disini tertarik untuk

melneliti tentang. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk dapat

dirumuskan permasalahan “Adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang

teknik menyusui terhadap kemampuan ibu menyusui Primipara di wilayah

kerja puskesmas Guntur 1 Kabupaten Demak ? ”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan gambaran tentang kemampuan ibu primipara

dalam menyusui di wilayah kerja Puskesmas Guntur 1 Kabupaten

Demak.
8

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya karakteristik demografi responden (usia, tingkat

pendidikan dan pekerjaan) ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas

Guntur 1 Kabupaten Demak

b. Diketahuinya gambaran kemampuan ibu primipara dalam menyusui

di wilayah kerja puskesmas Guntur 1 Kabupaten Demak.

D. Manfaat

1. Manfaat untuk Profesi Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan masukan bagi

tenaga kesehatan dalam menetapkan gambaran kemampuan untuk ibu

primipara dalam menyusui.

2. Manfaat untuk Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian dalam institusi

untuk menambah ilmu pendidikan khususnya Ilmu Keperawatan

Maternitas di Fakultas Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung

Semarang tentang gambaran kemampuan ibu primipara dalam menyusui.

3. Manfaat untuk Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dan

berkontribusi untuk pengembangan pengetahuan di berbagai masyarkat

supaya lebih memahami dan mengetahui serta dapat mengaplikasikan

gambaran kemampuan ibu primipara dalam menyusui.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kemampuan

a. Definisi kemampuan

Mampu merupakan kuasa (sanggup, bisa) melakukan sesuatu

hal. Kemampuan merupakan kesanggupan; kecakapan; kekuatan

(KBBI, 2014). Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang

dibutuhkan dalam kegiatan mental. Sedangkan kemampuan fisik

adalah kemampuan yang menuntut kecekatan, stamina, ketrampilan

dan kekuatan.

1) Adapun dimensi kemampuan intelektual dibagi menjadi 5 yaitu :

a) Kecerdasan numerik (Kemampuan menghitung dengan

tepat dan cepat).

b) Pemahaman Verbal (Kemampuan memahami apa yang

dibaca dan di dengar).

c) Penalaran induktif (Kemampuan memahami urutan dalam

masalah dan memecahkan masalah)

d) Penalaran deduktif (Kemampuan dengan logika dan menilai

akibat dari pendapat).

e) Ingatan (Kemampuan mengingat dan menceritakan kembali

pengalaman masa lampau).


2) Kemampuan fisik ada lima yaitu :

a) Kekuatan dinamis, Kemampuan menggunakan kekuatan

otot berulang-ulang

b) Kekuatan tubuh, Kemampuan menggerakkan kekuatan otot

tubuh.

c) Keluwesan dinamis, Kemampuan melakukan gerakan cepat.

d) Keseimbangan, Kemampuan mempertahankan

keseimbangan ketika ada beban yang mempengaruhi

keseimbangan tersebut.

e) Stamina, Kemampuan dalam bekerja sepanjang

waktu ( Robbins, 2010)

Dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah: 286 bahwa kemampuan

› ´ ´⁄~˚ p˚ £ ¸¦ a˚ ´. ˚Q h h ´ ˚! £´
Terjemanya: › w˝
˚
“Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai

dengan kesanggupannya”

b. Cara mengukur kemampuan

Pengukuran kemampuan bisa dilakukan dengan pengamatan

atau observasi (Fitri, 2009). Observasi merupakan metode untuk

menganalisa dengan mencatat secara teliti, terarah, dan mempunyai

tujuan tentang tingkah laku dan melihat individu atau kelompok

secara langsung kehidupan sehari – hari. Observasi bertujuan untuk

mendeskripsikan kegiatan yang dipelajari, aktivitas sehari-hari,


orang-orang yang terlibat aktivitas, inti dalam kejadian yang diamati

dan yang terlibat pada kejadian tersebut. Observasi menurut

(Mochtar, 2011), yaitu:

1) Memungkinkan mengukur beberapa perilaku yang tidak bisa

diukur menggunakan alat ukur psikologis atau alat tes.

2) Observasi lebih mudah dari pada cara pengumpulan data

lainnya.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan

1) Usia

Usia bisa mempengaruhi pola pikir dan daya tangkap

seseorang. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin

bertambah juga pola pikir dan daya tangkap (Riyanto, 2013).

Semakin cukup umur seseorang maka tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja (Wawan & Dewi, 2010).

2) Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan

seseorang tentang perkembangan orang lain kearah cita– cita

tertentu. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan baik formal maupun non formal

yang berlangsung seumur hidup, pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan seseorang. Pada umumnya

semakin tingi pendidikan seseorang maka semakin luas

pengetahuannya (Riyanto, 2013).


3) Pengetahuan

Pengetahuan yaitu hasil dari tahu, dan terjadi setelah

seseorang melihat suatu objek tertentu. Pengindraan melalui

panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan

manusia didapatkan dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan adalah upaya memberikan pengetahuan yang

bisa merubah ke perilaku positif. Tingkat pengetahuan (kognitif)

memiliki enam tingkat, yaitu: mengetahui, memahami,

menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi.

Ciri pengetahuan yaitu ingatan tentang suatu hal yang diketahui

seseorang itu sendiri baik dalam belajar, informasi, atau

pengalaman dari orang lain (Mubarak, 2011).

a) Tahu (Know)

Tahu merupakan mengingat materi yang sudah

dipelajari sebelumnya, untuk mengukur tingkat

pengetahuan seseorang atau si ibu tentang apa yang telah

dipelajari antara lain ibu bisa menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang telah


diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara

benar

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi yaitu kemampuan menggunakan materi yang

sudah dipelajari pada situasi nyata.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen.

Tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut,

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang

untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Penilaian

– penilaian itu didasarkan pada kriteria yang sudah

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

sudah ada menurut Riyanto (2013), yaitu :

(1) Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari

dalam arti mengerti terlebih dahulu terhadap stimulus

atau objek.
(2) Interest, dimana orang telah mulai tertarik dengan

stimulus.

(3) Evaluation, menimbang terhadap baik atau tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya.

(4) Trial, dimana orang telah mengadopsi prilaku yang

baru.

(5) Adaption, dimana subjek dan prilaku baru sesuai sikap,

pengetahuan, dan kesadaran terhadap rangsangan.

(6) Sikap yaitu respon yang tertutup seseorang dengan

stimulasi suatu objek.

(7) Paritas

Paritas yaitu kemampuan ibu dalam menyusui

dimana ada perbedaan antara primipara dan multipara.

Dimana sesuatu pengalaman yang pernah dialami

seseorang yang menambah pengetahuan orang tersebut

tentang suatu hal. Adapun macam-macam paritas yaitu

menurut (Nikilah, 2009):

(a) Nullipara adalah wanita yang belum pernah

melahirkan bayi hidup pertama kali (Varney,

2009).

(b) Primipara adalah wanita yang melahirkan bayi

hidup pertama kali (Manuaba, 2010).


(c) Multipara adalah wanita yang melahirkan bayi

sebanyak dua kali atau lebih

(d) Grande Multipara seorang wanita yang melahirkan

bayi hidup lima kali atau lebih (Mochtar, 2011)

(e) Great grandemultipara seorang wanita yang

melahirkan bayi sepuluh kali atau lebih

(8) Pengaruh psikologis

Pengaruh psikologis pada seorang wanita terjadi

pada masa kehamilan, dan lebih berat psikologis ibu

jika sudah mengalami proses persalinan.

(9) Pelayanan petugas

Sikap petugas dalam memberikan informasi

tentang kesehatan mempengaruhi ibu dalam melakukan

perilaku kesehatan.

(10) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah hal paling penting saat

proses menyusui. Kondisi inilah dimana dukungan

keluarga diperlukan karena menambah kepercayaan diri

ibu supaya berani dan mau menyusui secara langsung

kepada bayinya (Setiadi, 2008).


2. Menyusui

Menyusui merupakan proses alamiah dan bukan hal baru yang

akan dilalui oleh seorang perempuan setelah melahirkan meliputi

pemberian dalam bentuk ASI atau makanan bayi, dimana proses

menyusui dimulai saat ASI diproduksi hingga saat bayi menghisap

dan menelan ASI (Prawirohardjo, 2009).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah dan makanan

utama yang sempurna untuk bayi. ASI mengandung hampir semua

zat gizi dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk

tumbuh dan berkembang (Pollard, 2016). Keseimbangan zat-zat

yang terdapat di dalam ASI tersebut sangat baik bagi tubuh bayi.

ASI juga mengandung banyak sari makanan yang berfungsi dalam

pertumbuhan bayi (Yahya, 2007). Banyak ibu menyusui kurang

paham mengenai ASI, sehingga ketika meyusui bayinya menjadi

tidak maksimal (Wiji, 2013).

Payudara merupakan kelenjar yang letaknya di bawah kulit dan

di atas otot dada yang berfungsi untuk memproduksi susu sebagai

nutrisi bagi bayi. Seorang wanita memiliki dua payudara dengan

masing-masing payudara mempunyai berat sebesar 200 gram dan

akan bertambah besar ketika hamil dan menyusui (Mansyur, Nurlina

& Dahlan, 2014). Menurut Sukarni, Icemi & Wahyu, (2013) bagian-

bagian dari payudara terdiri dari :

1) Badan (korpus) merupakan bagian payudara yang dapat

membesar dan berisi


a) Pabrik ASI yang berbentuk seperti anggur terdiri dari sel

yang memproduksi ASI

b) Saluran ASI yang berfungsi untuk menyalurkan ASI ke

Alveolus

c) Gudang ASI sebagai ruang untuk menyimpan ASI yang

berada di bawah aerola

2) Aerola merupakan bagian kehitaman di bagian tengah. Terletak

mengelilingi puting susu berwarna gelap

3) Papilla (puting susu) merupakan bagian yang menonjol pada

payudara

Ibu primipara yang menyusui pertama kali mengalami banyak

masalah, beberapa ibu yang belum mengetahui teknik menyusui

yang benar, ketika pertama kali ibu menyusui emosional ibu

meningkat (Sidi, 2010; Rhipiduri, 2014). Teknik menyusui ini

dipengaruhi oleh kemampuan ibu dalam memberikan ASI kepada

bayinya. Teknik menyusui adalah memberikan posisi menyusui,

pelekatan mulut bayi pada payudara, sehingga bayi bisa dengan

mudah menghisap puting susu ibunya, dan cara memegang bayi pada

saat menyusui (Yohmi, 2009).

Teknik menyusui yang benar seringkali tidak diperhatikan. Ibu

belum memahami tentang laktasi yang benar, seperti pentingnya

ASI, proses pengeluaran ASI (fisiologis menyusui), perlekatan yang

baik, dan posisi saat menyusui. Jika tidak dilakukan akan


mengakibatkan pertumbuhan bayi kurang menjadi terhambat (Hegar,

2008).

Kemampuan ibu dalam menyusui dengan benar khususnya bagi

ibu primipara sangat mendukung keberhasilan ibu dalam menyusui

dengan teknik yang benar. Cara menyusui berpengaruh terhadap

keberhasilan menyusui, sehingga seorang ibu perlu meni gkatkan

pemahaman dan kemampuan selama proses menyusui (Laily & Retno,

2011).

b. Fisiologi menyusui

Menyusui yaitu produksi dan pengeluaran ASI merupakan

rangsangan mekanik, saraf, dan macam-macam hormon. Menurut

Mansyur, Nurlina, & Dahlan (2014) hormon dibedakan menjadi tiga

yaitu

1) Pembentukan kelenjar payudara

a) Masa kehamilan

Pada awal kehamilan duktus yang baru meningkat dan

lobulus dipengaruhi oleh hormon plasenta dan korpus

luteum (Sukarni, Icemi, & Wahyu, 2013)

b) Tiga bulan kehamilan

Pada bulan kehamilan ketiga, tubuh seorang

perempuan akan menghasilkan hormon untuk merangsang

keluarnya ASI di payudara antara lain progesteron untuk

merangsang alveoli, esterogen untuk menstimulasi saluran


ASI untuk mengembang, prolaktin untuk mengembangkan

alveoli

c) Trimester dua kehamilan

Laktogen plasenta berfungsi untuk menghasilkan

kolostrum

2) Pembentukan Air Susu

Menurut penelitian (Astutik, 2014) terdapat dua refleks

untuk membentuk dan mengeluarkan air susu yaitu

a) Refleks Prolaktin

Hormon prolaktin berfungsi membuat kolostrum,

refleks prolaktin terjadi ketika hisapan bayi memberikan

rangsangan ujung-ujung saraf pada puting susu dan aerola

berfungsi sebagai wadah dan menuju ke hipothalamus

melalui medula spinalis sehingga memacu pengeluaran

untuk merangsang sel alveoli yang nantinya menghasilkan

air susu (Sukarni, Icemi, & Wahyu, 2013).

b) Reflek Letdwon

Rangsangan hisapan bayi akan menstimulasi hipofisis

untuk mengeluarkan oksitosin. Hormon ini berfungsi

memicu kontraksi di uterus. Oksitosin memicu kontraksi

dinding alveoli dan air susu yang diproduksi keluar dari

alveoli masuk ke dalam duktus sampai ke mulut bayi


(Lowdermilk, Perry dan Chasion, 2013). Faktor yang

meningkatkan reflek letdown mengamati bayi dengan

penuh kasih dan sayang, ,mencium bayi, mendengarkan

suara bayi dan bersedia menyusui. Faktor penghambatnya

stres, bingung, pikiran kacau, cemas, takut (Sundawati,

2011).

3) Mekanisme menyusui

a) Reflek Mencari atau Menangkap (Rotting Reflex)

Reflek ini muncul ketika payudara ibu menempel

pada pipi atau disekeliling mulut bayi. Hal ini menyebabkan

kepala bayi memutar menuju ke putting susu yang

menyentuh pipi bayi secara spontan bayi akan membuka

mulut dan menghisap puting susu (Sukarni, Icemi, &

Wahyu, 2013).

b) Reflek Menghisap (Sucking Reflex)

Ketika langit-langit mulut bayi tersentuh putting susu

ibu maka reflek ini akan muncul, putting susu yang secara

langsung masuk dalam mulut bayi maka akan menarik lebih

jauh dan menekan aerola sehingga dengan tekanan tersebut

bibir dan gerakan rahang akan berirama samapi ke sinus

lakteferius kemudian air susu akan mengalir ke puting

(Astutik, Reni, & Yuli, 2014).

c) Reflek menelan (Swallowing Reflex)


Ketika mulut bayi sudah terisi dengan ASI maka

reflek ini akan muncul, dan bayi akan menelan dengan

spontan otott-otot di pipi akan melakukan gerakan

menghisap secara terus bertahap dan ASI akan keluar

banyak (Sukarni, Icemi, & Wahyu, 2013).

c. Teknik Menyusui

Teknik menyusui merupakan cara memberi ASI pada bayi

dengan pelekatan posisi ibu dan bayi dengan tepat (Arini, 2012).

Teknik menyusui akan dibutuhkan agar ibu dan bayi merasa nyaman

dan bayi bisa merasakan manfaat dari menyusui (Mansyur, Nurlina,

& Dahlan, 2014).

1) Waktu dan Cara Menyusui

Waktu untuk menyusui yang baik bertujuan membantu ibu

dalam mengosongkan payudara dan mencegah terjadinya

bendungan ASI atau payudara membengkak. Menurut

Kemenkes RI (2015) waktu dan cara menyusui yang baik, yaitu:

a) Menyusui sesuai kebutuhan bayi kapanpun bayi meminta

(on demand)

b) Ibu menyusui bayi dari kedua payudara secara bergantian

masing-masing 5-15 menit hingga air susu berhenti keluar

dan bayi berhenti menyusu dengan melepas hisapannya

secara spontan

c) Ibu menyusui bayinya minimal 8 kali sehari


d) Ketika bayi tidur lebih dari 3 jam maka bangunkan, dan

susui

e) Ibu menyusui bayinya sampai payudara terasa kosong

f) Ketika bayi sudah kenyang, tetapi payudara masih terasa

penuh ibu bisa mengeluarkan ASInya dengan cara diperah

dan disimpan.

Adapun manfaat menyusui menurut Natia (2013) yaitu

1) Menyusui bagi ibu

Selain manfaat bagi bayi adapula manfaat bagi ibu

menyusui yaitu seperti bayi yang menghisap puting dapat

membuat rahim ibu mengecil dan mendekatkan kondisi ibu

kembali pada fase pra kehamilan, serta menurunkan ibu terjadi

perdarahan, resiko kanker payudara dan kanker rahim lebih

rendah. Menyusui bayi dapat menyingkat waktu, dan ASI tidak

akan basi sebab diproduksi secara alami di dalam payudara

(Dwi, 2012).

2) Manfaat menyusui bagi bayi

Bayi yang disusui oleh ibunya akan merasakan rasa

nyaman, aman dan terlindungi, sebagai penghilang dahaga dan

mengeyangkan dengan suhu yang cocok dalam kehangatan

ibunya, memberikan kekebalan bagi bayi sebagai perlindungan

dari berbagai penyakit, mengurangi risiko terkenanya kanker

payudara pada bayi perempuan, dan meningkatkan kecerdasan

otak (Kristiyansari, 2011).


3) Manfaat bagi keluarga

Manfaat memberikan ASI dari segi ekonomi, yaitu untuk

mengurangi pengeluaran keluarga. Sedangkan dari pandangan

psikologi mampu meningkatkan keharmonisan keluarga

sehingga mental ibu baik dan mampu mempererat ikatan batin

bayi dengan keluarga sekaligus memberikan kemudahan untuk

menyusui lebih mudah karena bisa diberikan setiap waktu

(Rizki, 2013).

Faktor yang memengaruhi tidak tepatnya cara menyusui yaitu

kurangnya informasi, pengetahuan tentang menyusui, dan masih ada

rumah sakit yang memberikan pada bayi yang baru lahir dengan susu

formula. Kurangnya pendidikan, dan pengalaman seorang ibu

mempengaruhi kemampuan dalam menyusui (Goyal, Banginwar &

Toweir 2011).

Pengetahuan tentang teknik menyusui harus dikuasai dengan

benar, langkah-langkah menyusui, cara pengamatan teknik menyusui

dan lama frekuensi menyusui. (Creasoft, 2008). Cara menyusui yang

benar menurut (Rizki, 2013) yaitu :

1) Cucilah tangan dengan air bersih sehingga bakteri dan kuman

tidak menempel pada payudara ibu atau bayi

2) Perah sedikit ASI dan oleskan ke putting lalu ke aerola

disekitarnya sebelum menyusui

3) Menyusui dengan posisi duduk


a) Posisi menyusui sambil duduk dengan santai menggunakan

kursi yang rendah agar kaki ibu tidak menggantung dan

punggung ibu bersandar sandaran kursi

b) Menopang bayi dengan menggunakan bantal dan selimut,

bayi ditidurkan diatas pangkuan ibu

(1) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu

lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan

bokong bayi ditahan dengan telapak tangan. Kepala

bayi tidak boleh tengadah

(2) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu

dengan tangan satunya didepan

(3) Payudara dipegang dengan C hold dibelakang aerola,

tidak menekan puting susu atau aerolanya

(4) Kepala bayi menghadap payudara, perut bayi

menempel di badan ibu

(5) Telinga dan lengan bayi diletakkan satu garis lurus

(6) Ibu memandangi bayi dengan penuh cinta kasih

c) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan 4 jari dan ibu

jari menekan payudara bagian atas aerola.

d) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting

reflek) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu

atau menyentuh sisi mulut bayi.


e) Setelah bayi membuka mulut, kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dengan puting serta aerola dimasukan dalam

mulut bayi.

4) Melepaskan isapan bayi

Setalah menyusui melepas isapan bayi dengan cara jari

kelingking ibu dimasukan ke mulut bayi melalui sudut mulut

atau dagu bayi ditekan ke bawah. Menyusui berikutnya dimulai

pada payudara yang belum kosong, setelah selesai menyusui,

ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu

dan aerola disekitarnya.

5) Menyendawakan Bayi

Menyendawakan untuk mengeluarkan udara di lambung

agar bayi tidak gumoh atau muntah setelah disusui. Bayi

digendong tegak di bahu ibu kemudian punggung bayi di tepuk-

tepuk secara perlahan, posisi tengkurap di atas pangkuan ibu,

kemudian punggungnya diusap-usap sampai bayi bersendawa.

Gambar 2.1. Cara meletakan bayi yang benar


(Sumber: Perinasia, 2004 dalam Arini, 2012 )
Gambar 2.2. Cara memegang payudara yang benar
(Sumber: Perinasia, 2004 dalam Arini, 2012 )

Gambar 2.3. Cara Merangsang Mulut Bayi yang Benar


(Sumber: Perinasia, 2004 dalam Arini, 2012 )

Gambar 2.4. Perletakan benar


(Sumber: Perinasia, 2004 dalam Arini, 2012 )

Gambar 2.5. Perlekatan salah


(Sumber: Perinasia, 2004 dalam Arini, 2012 )
Gambar 2. 6. Teknik menyusui yang benar
(Sumber: Perinasia, 2004 dalam Arini, 2012 )

Gambar 2.7. Bra yang baik untuk ibu menyusui


(Sumber: Perinasia, 2004 dalam Arini, 2012 )

Gambar 2. 8. Melepas Hisapan Bayi


(Sumber: Perinasia, 2004 dalam Arini, 2012 )

Ada beberapa kriteria mengetahui bayi telah menyusu dengan

teknik yang benar atau salah bisa dilihat dengan :

1) Bayi terlihat tenang

2) Badan bayi menempel pada badan ibu

3) Mulut bayi terbuka lebar

4) Dagu menempel pada payudara ibu


5) Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi

6) Bayi terlihat menyusu pada payudara ibu bukan hanya di puting

susu saja

7) Bayi terlihat menghisap kuat dengan irama perlahan

8) Puting susu ibu tidak merasakan nyeri

9) Telinga dan lengan bayi diletakkan pada satu garis lurus

10) Kepala tidak menengadah

Ada beberapa masalah yang dialami saat ibu menyusui

menurut Natia (2013) yaitu :

1) Kurang informasi

Kurangnya informasi berdampak ibu menggunakan susu

formula sebagai pengganti ASI yang dainggap sama baiknya

bahkan lebih baik dari ASI dan ibu tidak mengetahui cara

pemberian ASI dan menyusui secara efektif dan manfaat dari

ASI itu sendiri untuk bayinya.

2) Puting susu yang pendek / terbenam ke dalam ( Inverted Nipple)

Ada tiga macam bentuk putting susu yaitu panjang,

pendek, datar atau tenggelam. Kebanyakan ibu yang tidak

mengetahui dan beranggapan bahwa dengan kehamilan puting

susu menjadi lentur dan mengecilkan peluang ibu untuk

menyusui.

3) Payudara bengkak ( Engorgement)


Terjadi saat tiga hari setelah melahirkan payudara sering

terasa tegang, nyeri, dan penuh

4) Puting susu nyeri

Terjadi selama awal menyusui. Puting susu nyeri

berkurang setelah ASI keluar, putting susu ibu dan mulut bayi

dalam posisi posisi tepat .

5) Putting susu tidak lentur

Pada awal kehamilan puting susu yang tidak lentur akan

menyulitkan bayi untuk menyusui dan akan menjadi lentur

kembali saat menjelang persalinan.

6) Putting susu lecet (Abraded and or Cracked Nipple)

Di sebabkan trsuh (candidates) atau dermatitis dan

kesalahan saat posisi menyusui yang kurang tepat saat bayi

menghisap pada putting.

7) Mastitis atau abses payudara

Terjadi pada masa nifa 1-3 minggu setelah persalinan

akibat sumbatan saluran ASI pada saat dihisap atau dikeluarkan

dilakukan secara tidak efektif.

8) Saluran ASI tersumbat (Obstructed Duct)

Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran.

Akibat air susu jarang dikeluarkan dan adanya penekanan jari

ibu saat menyusui, posisi bayi atau bra yang ketat.

9) Produksi ASI kurang


Terjadi karena ibu merasa tidak dapat memberikan ASI

bagi bayinya karena produksi ASI nya kurang.

10) Ibu melahirkan Sectio Cesarea

Bayi yang dilahirkan sectio cesarea belum dapat disusui

karena anaestesia umum yang menyebakan ibu belum sadar.

Sehingga menghambat waktu menyusui saat bayi baru

dilahirkan .

11) Ibu bekerja

Penyebab utama penyapihan adalah ibu yang aktif bekerja.

Dan ibu memberikan susu formula karena ASI perah tidak

cukup sehingga menyebabkan ibu bekerja berhenti menyusui.


B. Kerangka Teori

Usia Pendidikan Pengetahuan

Kemampuan menyusui

Baik Cukup

Keterangan :

: Diteliti

Gambar 2.9. Skema Kerangka Teori


(Sumber : Creasoft dan Erfandi, 2009)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menyusui (laktasi) adalah kelengkapan fisiologis dan penyempurna dari


sebuah siklus reproduksi (Rejeki, 2019). Masa Reproduksi merupakan masa
dimana perempuan menjalankan tugas kehidupannya yaitu mulai hamil,
melahirkan, masa nifas dan menyusui dan masa antara yaitu merencanakan
jumlah atau jarak anak dengan menggunakan alat kontrasepsi (Prijatni, 2016).
Seorang wanita akan sempurna bila dalam siklus hidupnya mengalami ovulasi,
menstruasi, kehamilan, melahirkan dan disempurnakan dengan menyusui
(laktasi). Selama masa kehamilan, payudara ibu berkembang dan disiapkan untuk
mengambil alih peran nutrisi bayi dari plasenta. Fisiologi laktasi merupakan suatu
proses yang meliputi produksi, dan pengeluaran air susu ibu (ASI) (Rejeki, 2019).
Proses ini membutuhkan kesiapan ibu baik secara fisik dan psikologis, bayi yang
telah cukup kuat untuk menyusu, serta produksi ASI yang telah sesuai untuk
kebutuhan bayi yaitu 500 sampai dengan 800ml setiap harinya.
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya (Sutanto, 2018).
Usaha ini dilakukan ibu khususnya pada periode menyusui eksklusif yaitu 0-6
bulan pertama pasca persalinan. Proses laktasi mempunyai dua komponen penting
yaitu proses produksi ASI dan proses pengeluaran ASI. Proses produksi ASI
dimulai dengan pembentukkan payudara sejak embrio 18 sampai dengan 19
minggu yang dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan. Selama masa kehamilan
akan terjadi peningkatan hormon prolaktin yang berfungsi dalam produksi ASI.
Walaupun hormon prolaktin meningkat selama kehamilan, ASI belum bisa keluar
karena kadar hormon estrogen dan progesteron menghambat efek stimulatorik
prolaktin pada sekresi susu. Proses pengeluaran ASI dimulai ketika bayi
menghisap puting susu ibu, rangsangan mekanis ini akan diteruskan oleh saraf
sensoris ke medula spinalis dan kemudian diteruskan ke hipotalamus dan hipofisis
posterior, sehingga terjadi pelepasan hormon oksitosin. Oksitosin yang beredar
dalam darah dan melimpah di kelenjar mamae akan membuat ASI mengalir dari
dalam alveoli melalui saluran ASI menuju ke reservoir ASI yang berlokasi di
belakang areola lalu menuju ke mulut bayi.
B. Saran

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan mendengar. Diharapkan juga dapat menjadi landasan bagi bidan
dalam menjalankan perannya sebagai pelayan kesehatan dan pendidik kesehatan
terkait fisiologi laktasi dalam menunjang keberhasilan ASI eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai