PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu
yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik, walaupun demikian
dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah
produksi ASI dimana bila teknik menyusui tidak benar, dapat menyebabkan
puting susu lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui sehingga bayi tersebut
jarang menyusu. Enggan menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi
sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Namun sering kali
ibu- ibu kurang mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan tentang
beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun bayi. Pada sebagian ibu yang
tidak paham tentang cara menyusui yang benar, akan mengakibatkan beberapa
dampak yang menjadi alasan ibu untuk menghentikan menyusui. Dampak dari
teknik menyusui yang salah pada ibu yaitu ibu akan mengalami gangguan proses
fisiologis setelah melahirkan, seperti puting susu lecet dan nyeri, payudara
1
2
bengkak bahkan bisa sampai terjadi mastitis atau abses payudara dan sebagainya.
Puting lecet di awal menyusui pada umumnya disebabkan oleh salah satu
atau kedua hal berikut: posisi dan pelekatan bayi yang tidak tepat saat menyusu,
atau bayi tidak mengisap dengan baik. Meskipun demikian, bayi dapat belajar
untuk mengisap payudara dengan baik ketika ia melekat dengan tepat saat
menyusu (mereka akan belajar dengan sendirinya). Puting susu yang lecet juga
bisa disebabkan oleh sikap ibu yang kurang menjaga kebersihan pada dirinya
sendiri sehingga menimbulkan infeksi jamur. Infeksi jamur yang terjadi di puting
disebabkan oleh Candida Albicans. Lecet pada puting susu biasanya akan
berkurang seiring bayi menyusu, namun jika lecet cukup parah rasa sakit dapat
berlangsung terus selama proses menyusu. Rasa sakit akibat infeksi jamur
Masalah yang sering terjadi pada bayi diantaranya bayi bingung puting,
karena bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup sehingga ibu memutuskan untuk
memberi bayi susu formula dengan tujuan memenuhi nutrisi pada bayi. (Suradi
2007 didapatkan data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di usia kurang 2
bulan hanya mencakup 48,3% dari 486 total bayi. Presentase tersebut menurun
seiring dengan bertambahnya usia bayi yakni 34,4% pada bayi usia 2-3 bulan,
17,8% pada bayi usia 4-5 bulan, yang lebih memprihatinkan sekitar 3 diantara
3
sepuluh anak (28%) bayi dibawah usia 2 bulan telah diberi susu formula dan
27,2% bayi usia 2-3 bulan telah diberikan makanan tambahan (SDKI, 2007).
kematian neonatal maupun bayi ini dapat dilihat dari angka kematian dan angka
kesakitan bayi di Indonesia cukup tinggi sesuai dengan data kematian bayi tahun
2007 adalah 34/1000 kalahiran dan 4.000.000 bayi lahir setiap tahun dimana
jumlah kematian bayi masih sangat tinggi. Menurut data profil kesehatan Jawa
Barat Kabupaten bandung pada tahun 2007 tercatat 114 bayi meninggal dari
Salah satu cara yang mudah untuk menurunkan angka ini adalah dengan
memiliki bayi masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial
budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan dan petugas kesehatan yang
yang dikeluarkan oleh jurnal pediatric tahun 2006, terungkap data bahwa bayi
yang diberi susu formula memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan
pertama kelahirannya dan peluang itu 25 kali lebih tinggi daripada bayi yang
ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara atau teknik menyusui yang benar,
4
(UNICEF,2008).
yang dapat mempengaruhi keberhasilan laktasi yaitu, faktor ibu 39,7%, faktor
bayi 36,7%, teknik menyusui 22,1%, faktor anatomis payudara 1,5%. Pada
dasarnya gangguan laktasi tersebut dapat dicegah dan diatasi sehingga tidak
menimbulkan kesukaran. Suatu contoh kasus misalnya sekitar 57% dari ibu
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Juni 2012
terhadap 10 ibu menyusui (0-6 bulan) di BPS. Hj. T yaitu 8 ibu menyusui
mengalami puting susu lecet dan 2 ibu tidak mengalami puting susu lecet, setelah
ditelaah ulang dari 10 responden tersebut hanya 3 orang yang mengetahui cara
menyusui yang benar dan 7 orang belum mengetahui cara menyusui yang benar.
Pada Puting Susu Ibu di BPS. Hj. T Kabupaten Bandung Periode Juni-Juli
Tahun 2012 ”.
5
B. Rumusan Masalah
rumusan masalah sebagai berikut “Apakah ada hubungan antara cara menyusui
dengan kejadian lecet pada puting susu ibu di BPS. Hj. T Kabupaten Bandung
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2012.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
penelitian cara menyusui dan penyebab lain dari puting susu lecet tersebut
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Ibu
Diharapkan menjadi bahan pengetahuan ibu terhadap cara
informasi yang berguna tentang tehnik dan cara menyusui yang benar,
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, tidak satupun
makanan lain yang dapat disamakan dengan ASI, karena ASI mempunyai
kelebihan yang meliputi tiga aspek yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan aspek
kecerdasan anak (Depkes RI,2005), dengan demikian jika seorang ibu enggan
ditangani dari awal seperti lecet pada puting susu karena kesalahan cara
menyusui tidak seharusnya itu tidak dijadikan alasan bayi tidak mendapat ASI.
7
Hal tersebut melatar belakangi penelitian ini untuk meneliti Hubungan cara
menyusui dengan kejadian lecet pada puting susu. Jenis data primer (Bulan
kejadian lecet pada puting susu di BPS. Hj. T . Pengambilan sampel dilakukan