Anda di halaman 1dari 58

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manfaat menyusui terbukti jangka pendek dan jangka panjang

yang penting bagi bayi dan ibu. Manfaat jangka pendek dapat

mengurangi angka kesakitan dan kematian pada anak-anak akibat

penyakit infeksi. Sedangkan, manfaat jangka panjang diantaranya terkait

perkembangan kognitif masa anak-anak dan tingkat kesehatan yang lebih

baik saat dewasa (Murtagh and Moulton, 2011).

Praktek di lapangan menunjukkan banyak masyarakat gagal dalam

memberi dukungan pada ibu untuk menyusui, sehingga banyak anak di

dunia umumnya tidak merasakan manfaat penuh dari air susu ibu (ASI)

(WHO, 2017). Di Indonesia, secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI

eksklusif tahun 2018 yaitu sebesar 68,74%. Angka tersebut sudah

melampaui target Renstra tahun 2018 yaitu 47%, namun capaian tersebut

masih belum sesuai harapan Kemenkes RI yang menargetkan pencapaian

pemberian ASI eksklusif sebesar 80% (Kemenkes R.I, 2018).

Belum maksimalnya pencapaian terget pemberian ASI eksklusif

tidak lepas dari beberapa faktor. Salah satu faktor penting adalah

kondisi ibu yang bekerja dimana kurangnya akomodasi untuk menyusui di

tempat kerja (O’Sullivan et al., 2015). Banyak wanita di seluruh dunia

menghabiskan waktu untuk pekerjaan mereka dan berada jauh dari bayi

setelah melahirkan. Kembali ke tempat kerja ini adalah salah satu

1
penyebab paling umum dari ibu menyusui untuk berhenti memberikan

ASI (Chen et al., 2019).

Kemenkes RI (2016) menjelaskan ibu bekerja rata-rata memiliki 8

jam sehari untuk meninggalkan bayinya, hal ini menyebabkan ibu tidak

memiliki waktu yang cukup untuk menyusui anaknya. Minimnya

kesempatan untuk memerah ASI di tempat kerja, tidak tersedianya ruang

ASI, serta kurangnya pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi saat

bekerja membuat keadaan tersebut lebih serius untuk

diperhatikan.Temuan Chen et al., (2019) menunjukkan kekurangan ruang

laktasi adalah salah satu hambatan paling serius bagiibu yang bekerja

untuk terus menyusui, selain itu disampaikan bahwa banyak ibu berbagi

pengalaman tentang kesulitan memerah, menyimpan, dan mengantar ASI

dari tempat kerja.

Keberhasilan menyusui ditunjang salah satunya dengan

manajemen laktasi. Manajemen laktasi dapat dimulai sejak masa

kehamilan, setelah persalinan, dan saat masa menyusui bayi. Pada

periode postnatal, ruang lingkup manajemen laktasi pada ibu bekerja

meliputi konsep pentingnya ASI eksklusif, cara menyusui, memerah ASI,

menyimpan ASI perah, cara memberikan ASI perah dan strategi agar

produksi ASI tetap lancar (Siregar, 2009).

Hasil penelitian Sri (2008) tentang pengalaman ibu bekerja dalam

memberikan ASI eksklusif di wilayah Kendal Jawa Tengah, menunjukkan

kegagalan ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif sering dikaitkan

2
karena kurangnya pemahaman tentang manajemen laktasi, diantaranya

rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat menyusui, penyimpanan

ASI, dan bagaimana cara agar produksi ASI tetap lancar.

Strategi yang bisa dilakukan agar ibu bekerja selalu memberikan

ASI eksklusif adalah dengan meningkatkan pemahaman ibu. Metode yang

sering diterapkan untuk meningkatkan pemahaman seseorang tentang

kesehatan termasuk ASI eksklusif yaitu dengan cara konseling. Konseling

merupakan proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan

secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal,

teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk

membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang

dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi

masalah tersebut (Wulandari, 2009).

Konseling efektif didukung oleh berbagai faktor seperti materi dan

media. Flashcard adalah salah satu media yang bisa dijadikan pilihan

dalam memberikan konseling. Beberapa kelebihan flashcard yaitu

penggunaannya yang mudah dibawa dan praktis. Flashcard berisikan

gambar-gambar menarik, kata dan kalimat yang bisa disesuaikan dengan

kebutuhan materi yang akan diberikan (Susilana et., al, 2009). Dengan

demikian, pemilihan media flashcard saat konseling tentang manajemen

laktasi pada ibu bekerja diharapkan lebih efektif untuk dipahami ibu

menyusui sehingga ibu bisa konsisten memberikan ASI eksklusif.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapatkan di rumuskan masalah

“Apakah konseling manajemen laktasi dengan media Flashcard dapat

meningkatkan pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja?”

1.3 TujuanPenelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konseling

manajemen laktasi dengan media flashcard sebagai metode

meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja.

1.3 Luaran Penelitian

Luaran dari penelitian ini berupa publikasi ilmiah pada Jurnal

Nasional dan sebagai bahan ajar untuk pembelajaran pada mata kuliah

Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah, serta

mata kuliah Komunikasi Konseling Kebidanan.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Laktasi

Manajemen Laktasi adalah upaya – upaya dalam menunjang

berhasilnya pemberian ASI Usaha ini dilakukan terhadap dalam tiga tahap,

yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan

sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui selanjutnya

sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Susiana, H, 2009).

Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu ibu

harus sudah siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi

cukup sehat menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi,

volume ASI 500 – 800 ml/hari (3000 ml/hari) (Rukiyah, dkk, 2011).

Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan

mengetahui anatomi payudara dan bagaimana payudara menghasilkan ASI

akan sangat membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui yang pada

akhirnya dapat menyusui secara eksklusif (Roesli, 2013).Ruang Lingkup

manajemen laktasi pada periode postnatal, antara lain konsep pentingnya

ASI eksklusif, teknik menyusui, memerah ASI, memberikan ASI perah,

menyimpan ASI perah, strategi meningkatkan suplai ASI (Maryunani, 2012).

Semua tahapan pada manajemen laktasi sangat penting dalam menunjang

keberhasilan ASI eksklusif, dengan demikian semua tahap harus

dipersiapkan secara baik agar ASI eksklusif sukses adalah motivasi bidan,

konseling dan perawatan payudara.

5
1. Konsep Pentingnya ASI Eksklsuif

a. Definisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah diberikannya ASI sesegera mungkin setelah

melahirkan hingga bayi berumur 6 bulan tanpa makanan lain berupa susu

formula, makanan padat, teh, madu, air putih dan lain-lain (pemberian

vitamin, mineral atau obat-obatan tidak termasuk makanan tambahan)

serta tanpa dijadwalkan pemberiannya oleh ibu (Peat et al., 2004; Dee,

2007).

WHO (2017) menyatakan pengertian ASI eksklusif adalah pemberian

ASI saja yang diterima oleh bayi (baik ASI perah) tanpa disertai

pemberian makanan atau minuman lain misalnya air putih (obat-obatan,

vitamin, atau mineral tetes tidak termasuk pantangan).

b. Pentingnya ASI Eksklusif

Pemberian ASI sangat penting diberikan pada bayi sampai usia 6

bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun, hal ini karena ASI terbukti

bermanfaat baik bagi bayi maupun ibu sendiri diantaranya (Roesli, 2013).

1) Manfaat ASI bagi bayi :

ASI merupakan makanan bayi yang terbaik. ASI mengandung semua

zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi

sampai 6 bulan. Bayi yang mendapatkan ASI memiliki kekebalan lebih

tinggi terhadap penyakit. ASI terbukti dapat menjaga sistem pencernaan

bayi, menghindari berbagai risiko alergi, dan jangka panjang bisa

meningkatkan intelegensi anak serta mencegah obesitas di masa anak-

anak.
6
2) Manfaat ASI bagi Ibu :

Kasih saying terjalin lebih baik, membantu menunda kehamilan,

kesehatan seperti sebelum hamil lebih cepat pulih, resiko perdarahan,

penyakit kardiovaskuler dan kanker payudara rendah, memberikan rasa

percaya diri, menjalin kedekatan dengan bayi.

c. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Keberhasilan Ibu untuk

Memberikan ASI Eksklusif

Menyusui terbukti sangat bermanfaat untuk ibu dan bayi namun

prevalensinya masih rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi ibu

dalam melakukakan pilihan untuk praktik menyusui. Berdasarkan

tinjauan literatur, beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan

menyusui tersebut adalah, faktor Internal berupa kondisi ibu dan bayi

serta faktor eksternal berupa norma sosial budaya, dukungan lingkungan

sosial, fasilitas dan tenaga kesehatan. Pengaruh lain yang juga berperan

adalah media massa (Kong dan Lee, 2004).

Kondisi ibu ini sendiri terdiri dari beberapa faktor diantaranya

kondisi fisik ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan,

social ekonomi, riwayat kunjungan ANC, cara melahirkan, dan psikologis

ibu. Selain itubeberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan ibu

untuk menyusui adalah kondisi bayi diantaranya bayi berat lahir rendah

(BBLR), kelainan kongenital berat, refleks menghisap tidak adekuat, bayi

premature, galaktosemia dan bayi yang memerlukan observasi dan terapi

khusus sehingga harus dirawat di neonatal intensif care unit (NICU) atau

ruang perawatan neonatal resiko tinggi (Suradi 2011; Pillitteri, 2007).

2. Cara Menyusui yang Benar (Mufdlilah, 2017)

7
a. Mencuci tang dengan air mengalir menggunakan sabun

b. ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan ke putting dan areola

sekitarnya

c. Bayi diletakkan menghadap perut atau payudara, menyusui dimulai

dari payudara yang terakhir belum dikosongkan

d. Pada payudara yang besar, payudara dipegang dengan ibu jari dan

jari lain menopang bagian payudara

e. Bayi terlebih dahulu dirangsang menggunakan jari yang didekatkan ke

sisi mulut bayi

f. Kepala bayi didekatkan secara cepat ke payudara ibu, putting susu

dan areola selanjutnya dimasukkan ke mulut bayi

g. setelah payudara kosong setelah dihisap, tekan dagu bayi untuk

melepaskan isapan bayi

h. ASI dikeluarkan sedikit lagi untuk dioleskan kembali pada payudara

dan dibiarkan mongering

i. Bayi disendawakan

j. Minum air putih minimal 1 gelas setelah menyusui

3. ASI Perah

Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) nomor

006 tahun 2014 tentang Memerah dan Menyimpan Air Susu Ibu (ASI),

dijelaskan bahwa memerah ASI diperlukan untuk merangsang pengeluaran

ASI pada keadaan payudara sangat bengkak, puting sangat lecet, dan pada

bayi yang tidak dapat diberikan minum. ASI diperah bila ibu tidak bersama

bayi saat waktu minum bayi. Untuk meningkatkan produksi ASI, maka

payudara dikompres dengan air hangat dan dipijat dengan lembut sebelum

8
memerah ASI. Memerah yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan

produksi ASI. Bila ASI akan diperah secara rutin, dianjurkan menggunakan

kantong plastik yang didisain untuk menyimpan ASI, yang pada ujungnya

terdapat perekat untuk menutupnya. Kumpulan kantong plastik kecil

tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik besar agar terlindung dan

terhindar dari robek/ lubang. Pada setiap kantong plastik harus diberi label

tanggal dan waktu memerah.

4. Cara MemerahASI adalah (Rekomendasi IDAI nomor 006 tahun 2014):

a. Gunakan wadah yang terbuat dari plastik atau bahan metal untuk

menampung ASI.

b. Cuci tangan terlebih dahulu dan duduk dengan sedikit

mencondongkan badan ke depan.

c. Payudara dipijat dengan lembut dari dasar payudara ke arah puting

susu.

d. Rangsang puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk anda.

e. Letakkan ibu jari di bagian atas sebelah luar areola (pada jam 12) dan

jari telunjuk serta jari tengah di bagian bawah areola (pada jam 6).

f. Tekan jari-jari ke arah dada, kemudian pencet dan tekan payudara di

antara jari-jari, lalu lepaskan, dorong ke arah puting seperti

mengikuti gerakan mengisap bayi. Ulangi hal ini berulang-ulang.

g. Hindari menarik atau memeras terlalu keras. Bersabarlah, mungkin

pada awalnya akan memakan waktu yang agak lama.

h. Ketika ASI mengalir lambat, gerakkan jari di sekitar areola dan

berpindah-pindah tempat, kemudian mulai memerah lagi.

i. Ulangi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan kosong.

9
5. Cara Menyimpan dan Memberikan ASI Perah (IDAI, 2013)

a. ASI perah disimpan dalam lemari pendingin atau menggunakan

portable cooler bag

b. Untuk tempat penyimpanan ASI, berikan sedikit ruangan pada bagian

atas wadah penyimpanan karena seperti kebanyakan cairan lain, ASI

akan mengembang bila dibekukan.

c. ASI perah segar dapat disimpan dalam tempat/wadah tertutup selama

6-8 jam pada suhu ruangan (26ºC atau kurang). Jika lemari pendingin

(4ºC atau kurang) tersedia, ASI dapat disimpan di bagian yang paling

dingin selama 3-5 hari, di freezer satu pintu selama 2 minggu, di

freezer dua pintu selama 3 bulan dan di dalam deep freezer (-18ºC

atau kurang) selama 6 sampai 12 bulan.

d. Bila ASI perah tidak akan diberikan dalam waktu 72 jam, maka ASI

harus dibekukan.

e. ASI beku dapat dicairkan di lemari pendingin, dapat bertahan 4 jam

atau kurang untuk minum berikutnya, selanjutnya ASI dapat disimpan

di lemari pendingin selama 24 jam tetapi tidak dapat dibekukan lagi.

f. ASI beku dapat dicairkan di luar lemari pendingin pada udara terbuka

yang cukup hangat atau di dalam wadah berisi air hangat, selanjutnya

ASI dapat bertahan 4 jam atau sampai waktu minum berikutnya tetapi

tidak dapat dibekukan lagi.

g. Jangan menggunakan microwave dan memasak ASI untuk mencairkan

atau menghangatkan ASI.

h. Sebelum ASI diberikan kepada bayi, kocoklah ASI dengan perlahan

untuk mencampur lemak yang telah mengapung.

10
i. ASI perah yang sudah diminum bayi sebaiknya diminum sampai

selesai, kemudian sisanya dibuang

Table 2.1. Petunjuk menyimpan ASI perah untuk bayi sehat cukup

bulan

6. ASI Eksklusif dan Ibu Bekerja

Ibu bekerja diartikan sebagai ibu yang melakukan aktivitas luar

rumah atau di dalam rumah (kecuali pekerjaan rumah tangga) untuk

menghasilkan uang. Diasumsikan bahwa pekerjaan mempengaruhi

keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif karena sementara waktu

ibu tidak bersama bayinya. Studi kualitatif yang dilakukan oleh Hariani

(2014) di Kota Mataram NTB menunjukkan bahwa alasan ibu tidak

memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan alasan antara lain karena ibu

merasa repot dengan pekerjaannya, beban pekerjaan tinggi, waktu cuti

terlalu singkat dan terbatas, sarana prasarana yang tidak mendukung

pemberian ASI saat ibu bekerja seperti kurangnya tempat penitipan anak

yang dekat dengan kantor mereka atau tidak adanya kurir ASI, serta

tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga.

Hasil riset Mensah (2011) mengungkapkan setelah melahirkan banyak

ibu yangkembali bekerja dan mereka harusmeninggalkan bayi mereka di

11
rumah. Mereka tidak dapat menyusuibayinya dengan baik sesuai anjuran

WHO karena kurangnya dukungan fasilitas tempat kerja. Dalamhal ini

bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secaraeksklusif

selama paling sedikit 4 bulan dan ibu bekerja dianjurkanmemberikan ASI

perah pada bayinya selama ditinggal ibu bekerja.

Manfaat dari pemerahan ASI menurut Roesli (2005) selain bayi

tetapmemperoleh ASI saat ibunya bekerja juga dapat

menghilangkanbendungan ASI, menghilangkan rembesan ASI, juga

menjagakelangsungan persediaan ASI saat ibu sakit atau bayi sakit.

Berikut akan dibahas bagaimana menyiapkan ibu yang akan bekerja

agar tetap terus menyusui (IDAI, 2013).

a. Selama kehamilan

Selain pengetahuan mengenai menjaga kehamilan dan cara

melahirkan, teknik menyusui dan manfaat ASI yang dapat didiskusikan

dengan dokter kebidanan dan dokter anak, ada beberapa hal lain yang perlu

didiskusikan di tempat kerja selama kehamilan:

1) Mendiskusikan dengan atasan atau rekan kerja mengenai keberhasilan

ibu untuk terus menyusui dan bekerja.

2) Mendiskusikan manfaat bagi perusahaan bila pekerja perempuannya

terus menyusui.

3) Mendiskusikan dengan atasan mengenai waktu cuti melahirkan dan

menyusui.

4) Mendiskusikan dengan atasan kapan rencana kembali bekerja, apakah

akan kerja penuh atau paruh waktu atau bahkan kerja di rumah bila

fasilitas seperti internet ada.

12
5) Mendiskusikan dengan atasan apakah diperbolehkan untuk pulang

menyusui atau menyusui bayi di tempat kerja.

6) Menyusui langsung pada saat bekerja dapat memperpanjang masa

menyusui.

7) Mendiskusikan dengan atasan mengenai waktu istirahat pada jam kerja

untuk memerah ASI bila tidak memungkinkan untuk menyusui langsung.

8) Mencari tempat yang nyaman untuk memerah ASI. Sedapat mungkin

tempat memerah ASI memang tersedia khusus untuk tujuan tersebut,

dan tidak di toilet.

9) Mencari tahu apakah disediakan tempat memerah dan menyimpan ASI

perah.

10) Mencari tahu apakah ada tempat penitipan anak di dalam lingkungan

kerja atau di sekitar lingkungan kerja dan fasilitas apa yang disediakan

oleh tempat penitipan anak tersebut.

11) Bertukar pengalaman dengan ibu-ibu bekerja lainnya.

12) Mendiskusikan dengan pasangan (suami) dan keluarga dekat mengenai

waktu akan masuk bekerja kembali, yang mengasuh bayi saat bekerja,

perlukah pasangan juga mengambil cuti, pembagian pekerjaan rumah

tangga atau mengasuh anak-anak yang lain.

b. Menjelang Ibu Bekerja

Pada masa nifas sampai 2 minggu menjelang ibu bekerja, ada

beberapa hal yang sebaiknya dilakukan, antara lain:

1) Menyusui bayi langsung dari payudara. Hindari -- empeng/dot, botol

susu dan minuman lain selain ASI

13
2) Mengkonsumsi cairan cukup, makanan yang bergizi dan hindari stres

agar produksi ASI tidak terganggu

3) Relaksasi selama 20 menit setiap hari di luar waktu memerah ASI

4) Memakai pakaian yang memudahkan ibu untuk memerah ASI

5) Berlatih cara memerah ASI menggunakan tangan, pompa manual

ataupun pompa elektrik kemudian perhatikan berapa waktu yang

dibutuhkan untuk mengosongkan payudara.Biasanya diperlukan 15-20

menit untuk mengosongkan kedua payudara. Latihan memerah ASI ini

dapat dimulai sejak saat ASI pertama keluar atau payudara mulai terasa

penuh yang pada umumnya terjadi di minggu pertama setelah kelahiran

6) Menetapkan jadwal memerah ASI, biasanya setiap 3-4 jam

7) ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan atau tambahan saat

ibu mulai bekerja

8) Berlatih memberikan ASI perah melalui cangkir, sendok, atau pipet pada

jam kerja. ASI perah sebaiknya tidak diberikan dengan botol karena

akan menganggu penyusuan langsung dari payudara.

9) Menghisap dari botol berbeda dengan menyusu langsung dari ibu

10) Mencari pengasuh (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter,

pembantu) yang dapat memberikan ASI dan menjaga bayi selama ibu

bekerja. Satu sampai dua minggu menjelang ibu bekerja, biarkan

pengasuh menghabiskan waktu lebih sering

dengan bayi agar mereka dapat lebih mengenal satu dengan lainnya.

Melatih pengasuh bayi agar trampil memberikan ASI perah dengan

cangkir, sendok atau pipet

11) Bila tidak ada pengasuh, ibu sebaiknya mencari tempat penitipan anak.

14
c. SelamaIbu Bekerja

Lakukan dengan rutin hal-hal yang dirasakan mendukung kegiatan

menyusui seperti pada waktu menjelang bekerja ditambah dengan beberapa

hal berikut:

1) Berusaha agar pertama kali kembali bekerja pada - akhir pekan

sehingga hari kerja ibu pendek dan ibu dapat lebih menyesuaikan diri

2) Berusaha agar tidak menumpuk pekerjaan sehingga ibu tidakstres

3) Berusaha untuk istirahat cukup, minum cukup serta mengkonsumsi

makanan bergizi

4) Menyusui bayi di pagi hari sebelum meninggalkan bayi ke tempat kerja

dan pada saat pulang kerja

5) Menyusui bayi lebih sering di sore/malam hari dan pada hari libur agar

produksi ASI lebih lancar serta hubungan ibu-bayi menjadi lebih dekat

6) Mempersiapkan persediaan ASI perah di lemari es selama ibu bekerja

7) Berusaha agar dapat memerah ASI setiap 3 jam selama ibu bekerja

8) Bila tidak ada pompa/pemerah ASI di tempat kerja, siapkan

pompa/pemeras ASI, wadah penyimpan ASI dan pendinginnya sebelum

pergi bekerja

9) Memerah ASI di ruangan yang nyaman sambil memandangfoto bayi atau

mendengarkan rekaman tangis bayi

10) Mendiskusikan masalah yang dialami dengan ibu bekerja lainnya atau

dengan atasan agar dapat mencari jalan keluar

2.2. Konseling

15
1. Definisi konseling

Menurut Yulifah 2009 Konseling adalah suatu hubungan timbal balik

antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) yang bersifat profesional

baik secara individu atau pun kelompok, yang dirancang untuk

membantu konseli mencapai perubahan yang berarti dalam kehidupan

(Yulifah, 2009).

Konseling kebidanan adalah pertolongan dalam bentuk wawancara

yang menuntut adanya komunikasi interaksi yang mendalam, dan usaha

bersama bidan dengan pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan,

ataupun perubahan tingkah laku atau sikap dalam ruang lingkup

pelayanan kebidanan (Tyastuti, dkk., 2008).

2. Tujuan Konseling (Tyastuti, dkk., 2008)meliputi:

a. Mencapai kesehatan psikologi yang positif;

b. Memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu;

c. Membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan;

d. Membantu mengambil keberhasilan secara tepat dan cermat;

e. Adanya perubahan prilaku dari yang tidak menguntungkan menjadi

menguntungkan.

3. Hal-hal yang harus diperhatikan bidan sebagai konselor adalah

(Tyastuti, dkk., 2008)

a. Membentuk kesiapan konseling,

Faktor yang mempengaruhi kesiapan konseling adalah motivasi

memperoleh bantuan, pengetahuan klien tentang konseling,

kecakapan intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah, dan harapan

terhadap peran konselor. Namun, ada beberapa hambatan dalam

16
persiapan konseling:penolakan,situasi

fisik,pengalaman konseling yang tidak

menyenangkan,pemahaman konseling kurang,pendekatan kurang, dan

iklim penerimaan pada konseling kurang.

Penyiapan klien yang perlu dilakukan diantaranya : Orientasi

pra konseling;teknik survey terhadap masalah klien;memberikan

informasi pada klien;pembicaraan dengan berbagai topik; dan

menghubungi sumber-sumber referal.

b. Memperoleh informasi

Riwayat kasus merupakan kumpulan informasi sistematis tentang

kehidupan sekarang dan masa lalu. Riwayat kasus kebidanan,

biasanya tercatat dalam rekam medis.

c. Evaluasi psikodiagnostik.

Psikodiagnostik meliputi pernyataan masalah klien, perkiraan

sebab-sebab kesulitan; kemungkinan teknik konseling; perkiraan

hasil konseling.

4. Langkah-Langkah Konseling(Tyastuti, dkk., 2008)

Langkah-langkah konseling terbagi menjadi tiga bagian yaitu :

a. Pendahuluan

Merupakan kegiatan untuk menciptakan kontak, melengkapi data

klien untuk merumuskan penyebab masalah dan menentukan jalan

keluar.

b. Bagian Inti/ Pokok

Bagian ini mencakup kegiatan mencari jalan keluar, memilih

salah satu jalan keluar dan melaksanakan jalankeluar tersebut.

17
c. Bagian Akhir

Merupakan kegaitan akhir dari konseling yang meliputi

penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan. Langkah ini merupakan

langkah penutupan dari pertemuan dan penetapan untuk pertemuan

berikutnya.

Road Map Penelitian

Penelitian tentang konseling Penelitian tentang manajemen


menggunakan flashcard ASI Eksklusif pada ibu bekerja

Pengembangan konseling menggunakan


media flashcard untuk mencapai
keberhasilan ASI eksklusif pada ibu
bekerja
Identifikasi dan analisis masalah menyusui
pada ibu bekerja

Tahun pertama Perencanaan pengembangan media


penelitian konseling menggunakan flashcard

Konseling manajemen laktasi pada ibu Pengamatan pada kelompok kontrol : tidak
bekerja menggunakan media flashcard diberikan konseling manajemen laktasi
pada ibu bekerja

Hasil uji :
Pengolahan hasil pengamatan dengan analisis Berpengaruh atau tidak
statistik pada kelompok perlakuan
dan membandingkan
dengan kelompok kontrol

Publikasi jurnal
(accepted)

Gambar 2.1. Bagan Roadmap Penelitian

18
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja PKM Tanjung Karang Kota

Mataram.Kota Mataram sebagai ibu Kota Propinsi memiliki mobilitas penduduk

yang cukup tinggi dan secara komposisi pekerjaan penduduknya bekerja di

berbagai bidang seperti di bidang pendidikan, perkantoran, perdagangan, dan

sebagian kecil pertanian. Status wanita yang bekerja di Kota Mataram

tergolong tinggi, laporan BPS Kota Mataram (2016) menunjukkan persentase

status pekerjaan pada wanita di luar rumah sebagai buruh atau karyawan

tahun 2015 adalah 51,94%.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode Quasi

Experimental dengan pendekatan Pre test-Post test with Control Group.

Dilakukan pre test pada kedua kelompok dan diikuti intervensi pada kelompok

perlakuan berupa konseling menggunakan media flashcard sedangkan kelompok

kontrol tidak diberikan perlakuan.

Hasil penelitian padakedua kelompok akan dievaluasi setiap bulan untuk

menanyakan masih memberikan ASI eksklusif atau tidak serta tetap

memberikan motivasi pada kedua kelompok untuk selalu memberikan ASI

eksklusif.

Pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian adalah dengan

pendekatan cohort/prospektif sehingga saat usia bayi 6 bulan dilakukan

evaluasi akhir berupa post tes pengetahuan, sikap, dan perilaku kedua

kelompok apakah tetap memberikan ASI secara eksklusif atau tidak.

19
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu menyusui dengan status

masihbekerja/cuti bekerja yangmasihmemberikan ASI saja pada bayi.

Sampel penelitian baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok

kontrol adalah sebagian ibu menyusui dengan statusbekerja/cuti bekerja yang

masih memberikan ASI saja pada bayi yang ada di Wilayah Kerja PKM Tanjung

Karang Kota Mataram dengan kriteria inklusi :

1. Ibu bekerja atau masih cuti bekerja dengan memiliki bayi usia 3 bulan

yang hanya diberikan ASI saja.

2. Ibu dengan riwayat melahirkan bayi lahir sehat cukup bulan yang tidak

memerlukan susu formula sebagai tambahan (bayi mendapat kesempatan

segera disusui dan tidak dipisahkan dari ibunya)

Kriteria eksklusi :

1. Ibu memiliki bayi dengan penyakit infeksi berat

2. Ibu yang memiliki kontraindikasi menyusui seperti hepatitis B dan HIV.

Rancangan Pretest-Posttest with Control Grup adalah sebagai berikut:

Pretest Perlakuan Posttest

R (Kel. Eksperimen) O1 X1 O2

R (Kel. Kontrol) O1 X2 O2

Gambar 3.1 Rancangan pretest-posttest with control group

Keterangan:

X1 : Perlakuan dengan memberikan konseling media flash card pada

kelompok perlakuan

20
X2 : Tanpa perlakuan pada kelompok kontrol

O1 : Pretest

O2 : Posttest

Besar sampel ditentukan menggunakan rumus Lameshow 1990

(Notoatmodjo, 2012) :

Keterangan :

n : Besar sampel minimal

Z 1-a / 2 : Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95 % = 1,96)

P : Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, jika tidak

diketahui ditetapkan proporsinya 50 % (0,50)

d : Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan = 10 %

(0,10), 5 % (0,05 %) atau 1 % (0,01)

Hasil rumus ini ditambah 10 % menjaga kemungkinan adanya sampel

drop out sehingga menjadi 11 orang. Total jumlah sampel adalah 22 orang ibu

menyusui berstatus bekerja/ masih cuti bekerja yang memiliki bayi usia 3

bulan dengan diberikan ASI saja. Adapun teknik pengambilan sampel dengan

Consecutive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria inkulusi dan

21
eksklusi dan hal yang sama pada kelompok kontrol yang tidak diberikan

perlakuan.

3.4. TeknikPengumpulandan Jenis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Tahap Persiapan

1) Peneliti mengajukan surat permohonan izin tertulis untuk

melakukan penelitian yang dikeluarkan oleh Ketua LPPM UNW

Mataram dan ditujukan kepada Kesbangpol Kota Mataram,

selanjutnya diberikan pengantar dari Kesbangpol Kota Mataram

yang ditujukan kepada Kepala PKM Tanjung Karang.

2) Peneliti mengajukan Uji Etik (Ethical Clearance) ke bagian Komisi

Etik Kesehatan Universitas Negeri Mataram (UNRAM) NTB.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Proses pengambilan responden berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi yang telah ditentukan.

a) Peneliti menyamakan persepsi dengan petugas lapangan untuk

teknik pengambilan data yang dilakukan. Peneliti menggunakan

2 petugas lapangan (Bidan Poskesdes Kekalik Jaya dan

Ampenan Selatan) serta dibantu 5 kader masing-masing dari

wilayah kerja PKM Tanjung Karang.

b) Peneliti dan petugas lapangan dibantu masing-masing kader

wilayah berdiskusi untuk mengecek daftar nama responden

yang memenuhi syarat sesuai kriteria pada buku register

catatan bidan dan catatan kader. Rata-rata jumlah responden

yang memenuhi syarat masing-masing wilayah untuk kelompok

22
perlakuan adalah 2 orang yang tersebar dalam 6 wilayah.

Sedangkan rata-rata jumlah responden kontrol adalah 3 orang

yang didapatkan pada 4 wilayah.

c) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada

calon responden.

d) Peneliti di bantu kader mengelompokkan kelompok perlakuan

dan kontrol pada masing-masing wilayah secara acak lotre

untuk menghindari subyektifitas.

2) Memberikan penjelasan tentang prosedur penelitian.

Kelompok kontrol:

(a) Peneliti menjelaskan kepada responden sebelum dilakukan

konseling dengan media flashcard reponden diminta untuk

melakukan penilaian awal tentang pengetahuan dan sikap

terkait pemberian ASI selama bekerja dengan menggunakan

skala likert.

(b) Kemudian peneliti dan responden melakukan konseling dengan

menggunakan media flashcard selama 30-45 menit.

(c) Responden dipantau sampai usia bayi 6 bulan (sekitar 3 bulan)

dengan mengevaluasi responden setiap bulan melalui telpon

apakah masih ASI eksklusif atau tidak. Dilanjutkan dengan

evaluasi akhir pada responden tentang pengetahuan, sikap dan

perilaku respponden dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi

saat usia bayi 6 bulan.

23
Kelompok kntrol : sama seperti kelompok perlakuan hanya saja

kelompok koontrol diberikan kuesioner pre dan post tes tanpa

diberikan konseling.

c. Inform Consent

Dalam hal ini peneliti meminta ibu-ibu yang bersedia menjadi

responden untuk menandatangani lembar pernyataan menjadi

responden, peneliti juga memberikan nomor telepon yang dapat

dihubungi untuk digunakan oleh responden jika responden ingin

mengajukan pertanyaan. Dalam pelaksanaan penelitian ini tidak

terdapat orang yang menolak untuk menjadi responden dan tidak ada

yang drop out saat penelitian berlangsung.

d. Pengumpulan Data Primer

Proses ini digunakan untuk melengkapi beberapa data pada lembar

data demografi untuk responden.

e. Melakukan Pretest, Perlakuan dan Posttest

1) Sebelum memberikan perlakuan pada kelompok perlakuan

maupun kontrol di lakukan pretest untuk mengukur pengetahuan

dan sikap terkait pemberian ASI eksklusif sebelum diberikan

konseling flashcard.

2) Memberikan konseling menggunakan media flashcard pada

kelompok perlakuan selama 30-45 menit dan tidak ada perlakuan

apa-apa pada kelompok kontrol.

3) Melakukan Posttest: peneliti dan kader melakukan Posttest baik

pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol saat usia

bayi mencapai 6 bulan atau lebih.

f. Peneliti melakukan pengumpulan dan pengecekan data.


24
3.5. Instrumen/ Alat Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk

Skoring penilaain pengetahuan menggunakan skor nilai total nilai yang

didapatkan oleh responden. Penilaian sikap menggunakan metode Likert,

dimana ada 5 pilihan jawaban, yaitu: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

setuju dan sangat tidak setuju. Pada penelitian ini hanya menggunakan 4

pilihan jawaban yaitu: sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak

setuju.

Untuk pertanyaan Favourable (+):

1. Sangat setuju =4

2. Setuju =3

3. Tidak setuju =2

4. Sangat tidak setuju =1

Untuk pertanyaan Unfavourable (-):

1. Sangat setuju =1

2. Setuju =2

3. Tidak setuju =3

4. Sangat tidak setuju =4

Kuesioner sikap sebanyak 10 pernyataan, masing-masing 5 pernyataan

favorable dan pernyataan unfavorable.Selanjutnya total skor nilai sikap akan

diolah dan uji statistik.

Kisi-kisi dari instrumen sikap dan peraktik memberikan ASI

Eksklusiftersebut adalah sebagai berikut:

25
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen sikap dan peraktik memberikan ASI Eksklusif

Nomor Soal
No Kuesioner
Favourable Unfavourable

1 Sikap dan peraktik memberikan 1,2,3, 4,5 6,7,8, 9,10


ASI Eksklusif

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dan

media flashcard yang merupakan alat bantu dalam memberikan perlakuan

konseling kepada responden. Kuesioner yang digunkan merupakan modifikasi

dari berbagai sumber yang sudah valid dan reliabel berdasarkan referensi yang

ada. Dan untuk memastikan valid atau tidaknya media flashcard, perlu

dilakukan uji validitas dan reliabilitas, sehingga peneliti melakukan konsul

media tersebut dengan Expert yang sesuai dengan materi keilmuan yang

disajikan dalam media tersebut meliputi Expert dibidang Gizi pada bayiyaitu

konselor ASI (Bidan PKM Tanjung Karang).

3.7. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul dari semua

responden. Pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif

dan kuantitatif dan pengolahan data menggunakan komputer dan manual.

Karena sebelum data dimasukkan ke komputer untuk diolah dan diproses

dulu secara manual untuk menghindari kesalahan. Langka-langkah

pengolahan data (Notoatmodjo, 2016), yaitu:

a. Editing (Penyuntingan)

Peneliti melakukan pemeriksaan terhadap lembar kuesioner yang

26
sudah terkumpul, apakah sudah terisi semua dan ada keseragaman

ukuran yang digunakan, apabila ada kuesioner yang belum lengkap

peneliti melakukan konfirmasi untuk melengkapi. Semua hasil

pengumpulan data pada kuesioner direkap pada lembar hasil.

b. Coding (Pengkodean)

Peneliti memberikan kode setelah semua kuesioner yang selesai

diedit. Pengkodean adalah mengubah data kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan agar bisa dimasukkan atau dientry ke

komputer.

Pemberian nomor Kode Responden sebagai berikut :

1) Data Umum

a) Umur

(1) < 20 tahun : Kode 1

(2) 20-35 tahun : Kode 2

(3) > 35 tahun : Kode 3

Umur juga ditetapkan sebagai data numerik untuk diuji statistik.

b) Data pendapatan

(1) > 2.500.000 : Kode 1

(2) ≤2.500.000 : Kode 2

Pendapatan keluarga juga ditetapkan sebagai data numerik

untuk diuji statistik.

2) Pendidikan

(1) Tidak sekolah : Kode 1

(2) SD : Kode 2

(3) SMP : Kode 3

(4) SMA : Kode 4

27
(5) Perguruan tinggi : Kode 5

3) Pekerjaan

(1) PNS : Kode 1

(2) Pegawai Swasta : Kode 2

(3) Wiraswasta : Kode 3

(4) Buruh : Kode 4

(5) Lainnya : Kode 5

4) Jumlah Anak yang hidup

(1) ≤ 2 : Kode 1

(2) > 2 : Kode 2

5) Pemeriksaan ke tenaga kesehatan selama hamil

(1) Lebih 4 kali : Kode 1

(2) Kurang 4 kali : Kode 2

6) Cara melahirkan

(1) Normal : Kode 1

(2) Operasi SC : Kode 2

(3) Sedot / vakum : kode 3

7) Tempat melahirkan

(1) Rumah sendiri : Kode 1

(2) Rumah dukun : Kode 2

(3) Rumah bidan (BPM) : Kode 3

(4) Polindes : Kode 4

(5) Puskesmas : Kode 5

(6) Praktek dokter : Kode 6

(7) Rumah sakit umum/ swasta : Kode 8

(8) Lain-lain, : Kode 9

28
2) Data Khusus

(a) Pengetahuan ibu diolah berdasarkan skor pengetahuan pre dan

post test.

(b) Sikap ibu terkait pemberian ASI eksklusif diolah berdasarkan skor

sikap pre dan post test.

(c) Keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan

(1) Ya : Kode 1

(2) Tidak : Kode 2

c. Tabulating

Tabulating dilakukan dengan memasukkan data-data hasil penelitian

kedalam tabel-tabel sesuai kriteria yang telah ditentukan.

d. Entry/Processing (Memasukkan Data)

Setelah semua data dari kuesioner direkap dan diubah ke dalam

angka atau bilangan dimasukkan ke dalam program komputer. Peneliti

memakai programversi SPSS (Statistical Package for the Social Sciences)

versi 16.

e. Cleaning (Pembersihan Data)

Apabila semua data dari sumber data sudah dimasukkan, peneliti

masih mengecek kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode,

ketidaklengkapan dan melakukan koreksi untuk mengetahui

kemungkinan adanya data yang hilang, dengan cara membuat distribusi

masing-masing variabel.

2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian dan membandingkannya antar kelompok.


29
Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan dengan melihat

gambaran distribusi frekuensi responden pada penelitian ini

berdasarkan: gambaran umum/demografi ibu,pengetahuan ibu, sikap

dan perilaku ibu terkait pemberian ASI eksklusif, serta keberhasilan ibu

untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan. Pada

kelompokumur dan pendapatan keluarga meliputi mean, standar

deviasi, minimal dan maksimal serta digambarkan dalam bentuk

tabel,sedangkan karakteristik yang lain dan perilaku/peraktik menyusui

ibu meliputi distribusi frekuensi dan persentase (Notoatmodjo, 2016).

b. Analisi Bivariat

Sebelumnya dilakukan Uji Normalitas data menggunakan

Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah sampel kurang dari 50 orang. Untuk

mengetahui perbedaan nilai rata-rata pretes dan post tes pengetahuan

atau sikap ibu pada kelompok perlakuan menggunakan Uji Wilcoxon

(distribusi data tidak normal), sedangkan pada kelompok kontrol

menggunakan uji Paired T test (distribusi data normal). Sedangkan

untuk mengetahui efektifitas konseling menggunakan media flashcard

dengan menghitung perbedaan rata-rata nilai hasil post test kelompok

perlakuan dan kontrol pada variable pengetahuan dan sikap

menggunakan uji Man Whitney. Pengaruh perlakuan terhadap sampel

diuji menggunakan uji chi square.

3. 8. Etika Penelitian

1. Ethical Clearance

Peneliti telah mendapatkan surat persetujuan ethical clearance dari Komisi

Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Universitas Negeri Mataram (UNRAM)

30
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan Nomor:

111/UN18.F7/ETIK/2020

2. Informed Consent (Surat persetujuan penelitian)

Lembar persetujuan menjadi reponden diberikan subyek yang akan

diteliti . peeliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Jika responden

bersedia untuk diteliti, maka responden harus bersedia menandatangani

lembar persetujuan tersebut. Jika subyek menolak untuk diteliti maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghargai hak-haknya.

3. Anonimity (Tanpa Nama)

Nama responden hanya ditulis berupa kode pada lembar

pengumpulan data dan hasil penelitian yang disajikan.

4. Confidentiality(Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset / penelitian. Selain itu dalam penelitian eksperimen yang peneliti

lakukan, kontak antara peneliti dengan responden lebih intensif, yaitu

pada pengambilan data awal, selama perlakuan dan pada pengambilan

data akhir. Peneliti akan banyak menyita waktu dan mengganggu

kenyamanan atau aktifitas responden dengan perlakuan yang diterapkan

dalam waktu yang relatif lama, walaupun akhirnya hasil penelitian ini akan

berguna bagi mereka juga. Untuk itu peneliti perlu memberikan

kompensasi bagi mereka (Notoatmodjo, 2014).

31
3.9. Alur penelitian :

Ibu bekerja atau masih cuti bekerja dengan memiliki bayi usia 3 bulan yang
hanya diberikan ASI saja di wilayah kerja PKM Tanjung Karang Kota
Mataram

Menerima informed consent

Pre test pengetahuan dan sikap ibu


tentang manajement laktasi
menggunakan kuesioner

Kelompok intervensi : diberikan


konseling manajemen laktasi Kelompok kontrol :tidak ada
menggunakan mediaflashcard perlakuan

Post tes :
Pengetahuan, sikap dan
perilaku dievaluasi saat bayi
berusia 6 bulan

Eksklusif Tidak Eksklusif

Pengolahan dan analisis data


Serta penyusunan laporan

Gambar 3.1. Alur Penelitian

32
BAB 4
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Anggaran Biaya

Tabel 4.1 Rencana Anggaran Penelitian


Biaya yang diusulkan (Rp) tahun
No Komponen Biaya I
2 Pembelian bahan habis pakai 3.815.000
4 Biaya perjalanan 2.300.000
Pengumpulan data dan
5 penelitian 7.900.000
Lain-lain (Publikasi, seminar
4 dan 4.800.000
laporan)
Total 18.815.000

4.2 Jadwal Penelitian

Tabel 4.2. Jadwal Penelitian


No Jenis Kegiatan Bulan ke- (penelitian
dari Juli-November)
7 8 9 10 11
1 Mengurus ijin administrasi penelitian
2 Mendatangi kader-kader Posyandu di
wilayah kerja PKM Tanjung Karang Kota
Mataram untuk mendata jumlah ibu-ibu
menyusui eksklusif yang memiliki bayi
usia
3 bulan dengan status bekerja/cuti
bekerja. Selanjutnya mendata nama-
nama ibu tersebut sesuai kriteria inklusi
dan eksklusi untuk selanjutnya
dijadikan sampel. Mendatangi ibu untuk
dilakukan inform concent

3 Mengunjungi ibu ke rumah untuk


dilakukan pengumpulan data mulai
dengan dilakukan pre test dilanjutkan
dengan melakukan intervensi berupa
memberikan konseling menggunakan
media flashcard pada kelompok
perlakuan dan tanpa perlakuan pada
kelompok kontrol. Dilakukan evaluasi
ibu secara berkala setiap bulan dengan
tetap memberikan motivasi sampai
usia bayi 6 bulan dan diberikan post tes
kembali yang mencakup pengetahuan,
33
sikap dan perilaku apakah ibu eksklusif
atau tidak.
4 Pengolahan dan analisis data

5 Penyusunan laporan
6 Publikasi jurnal

34
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Dalam bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh

Konseling menggunakan media Flash Card pada kelompok perlakuan dan

tanpa konseling pada kelompok kotrol dengan Keberhasilan memberikan ASI

eksklusif atau tidak pada bayi menggunakan analisis univariat dan analisis

bivariat. Sampel pada penelitian ini berjumlah 22 orang ibu menyusui yang

telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Adapun rincian sampel

penelitian adalah 11 sampel penelitian ibu menyusui kelompok perlakuan

dan 11 sampel penelitian ibu menyusui kelompok kontrol di 6 Wilayah Kerja

PKM Tanjung Karang.

5.1. Hasil Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik responden yang berkaitan dengan keberhasilan ibu

dalam memberikan ASI eksklusif setelah diberikan konseling dan tidak

diberikan konseling. Dalam penyajiannya dibedakan menjadi dua yaitu

dalam skala rasio dan kategorik seperti yang disajikan dalam Tabel 5.1 dan

5.2.

Tabel 5.1 Sebaran data Umur dan Pendapatan Responden pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol Tahun 2020

Perlakuan (n=11) Kontrol (n=11)


Variabel p-value*
Rerata±SD Rerata±SD
Umur (tahun) 31.90±3.65 32.00±5,04 0.962
Pendapatan (Rp) 4.681.806±2.227.920 4.954.506±3.372.350 0.825
Keterangan: * uji Independent T Test

35
Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna rata-rata±standardeviasi umur responden yang ada di kelompok

perlakuan dengan kelompok kontrol (p=0,962>∝). Tampak kedua rilai rata-

rata umur hampir sama yaitu 31,90 tahun dan 32,00 tahun. Hal ini berarti

bahwa kedua kelompok menunjukkan sampel penelitian yang dipilih terbukti

homogen dalam hal sebaran umur responden. Umur responden pada

kelompok perlakuan tersebar antara 31,90 – 3.65 = 28,25 tahun sampai

antara 31,90 + 3.65 = 35,55 tahun pada selang kepercayaan 95% (95%

Confidence Interval). Sedangkan pada kelompok Kontrol umur tersebar

antara 32,00 - 5,04 = 26,96 tahun dan 32,00 + 5,04 = 37,04 tahun pada

selang kepercayaan 95% (95% Confidence Interval).

Pada pendapatan keluarga, juga menunjukkan tidak ada perbedaan

yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

(p=0,825>∝). Tampak pada nilai rata-rata pendapatan menunjukkan

kelompok perlakuan memiliki rata-rata pendapatan keluarga Rp

4.681.806dan hampir sama dengan rata-rata pendapatan keluarga yang ada

pada kelompok kontrol Rp 4.954.506. Dari hasil estimasi interval yang ada

pada kelompok perlakuan disimpulkan bahwa 95% dipercayai responden

memiliki pendapatan Rp. 4.681.806- 2.227.920= Rp 2.453.886 sampai Rp.

4.681.806+2.227.920= Rp 6.909.726 dan kelompok kontrol, 95% dipercayai

bahwa responden memiliki pendapatan Rp. 4.954.506- 3.372.350= Rp

1.582.156 sampai Rp. 4.954.506 +3.372.350= Rp 8.326.856

36
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden pada Kelompok Perlakuan
dan Kelompok Kontrol Tahun 2020

Variabel Perlakuan Kontrol


p-value*
n (%) n (%)
Tingkat Pendidikan: 0,176
Tamat SMP 0 (0) 2 (18,2)
Tamat SMA 0 (0) 1 (9,1)
Tamat perguruan tinggi 11 (100) 8 (86,4)
Pekerjaan 0,319
PNS 3 (27,3) 3 (27,3)
Swasta/Kontrak 8 (72,7) 6 (54,5)
Wiraswasta 0 (0) 2 (18,2)
Paritas: 0,500
1 anak 3 (27,3) 4 (36,4)
>1anak 8 (72,7) 7 (63,6)
Riwayat Kunjungan ANC:
< 4 kali 0 (0) 0 (0)
≥ 4 kali 11(100) 11(100)
Cara Melahirkan: 0,193
Normal 8 (72,7) 5 (45,5)
Tindakan (SC) 3 (27,3) 6 (54,5)
Tempat Melahirkan: 0,388
BPM 1 (9,1) 0 (0)
Polindes 4 (36,4) 1 (9,1)
PKM 1 (9,1) 1 (9,1)
Klinik / RS swasta 4 (36.4) 8 (72,7)
RS Umum 1 (9,1) 1 (9,1)
Keterangan :*Uji Chi Square

Pada Tabel 5.2 menunjukkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna (p=0,176>∝) antara tingkat pendidikan responden pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol. Tampak bahwa tingkat pendidikan

responden pada kedua kelompok paling banyak adalah berpendidikan

perguruan tinggi masing-masing 11responden (100%) pada kelompok

perlakuan dan 8 responden (86,4%) pada kelompok kontrol.

Tampak pada hasil analisis data di Tabel 5.2 menjelaskan bahwa tidak

ada perbedaan yang bermakna (p=0,319>∝) jenis pekerjaan responden

antara responden kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sebaran data

37
tentang jenis pekerjaan responden, baik responden kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol sama-sama menunjukkan bekerja di instansi swasta/

kontrak masing-masing 8 responden (72,7%) dan 6responden (54,5%)

Masih pada Tabel 5.2 memperlihatkan hasil bahwa tidak ada

perbedaan yang bermakna (p=0,500>∝) paritas pada kedua kelompok.

Paritas responden paling banyak adalah yang memiliki lebih dari 1 anak pada

kelompok perlakuan8responden (72,7%) dan kelompok kontrol sebanyak 7

responden(63,6%). Demikian pula pada riwayat kunjungan ANC menunjukkan

100% kedua kelompok melakukankunjungan ANC ≥ 4 kali.

Pada variabel cara melahirkan juga menunjukkan tidak ada perbedaan

yang bermakna (p=0,193>∝) antara kedua kelompok.

Tampak pada hasil Tabel 5.2 menunjukkan tidak ada perbedaan yang

bermakna (p=0,388>∝) tempat melahirkan kedua kelompok tersebut.

Tempat melahirkan kedua kelompoksemua responden telah melahirkan di

fasilitas kesehatan.

b. Praktik Perilaku Responden Dalam Memberikan ASI Selama Bekerja

Karakteristik responden yang berkaitan dengan praktik dalam

memberikan ASI eksklusifselama bekerja setelah diberikan konseling pada

kelompok perlakuan dan tidak diberikan konseling pada kelompok kontrol

disajikan dalam Tabel 5.3 di bawah ini :

38
Table 5.3. Praktik Menyusui Responden dalam Memberikan ASI Selama
Bekerja

VARIABEL N %
Nutrisi yang ibu berikan pada bayi saat usia sampai 6 bulan?
ASI saja 13 59.1
ASI dan Susu formula 9 40.9
Faktor / alasan ibu tidak memberikan ASI saja sampai 6 bulan
Menyusui melelahkan 1 11,1
Merasa sudah waktunya untuk berhenti 1 11,1
Menyusui terlalu merepotkan 4 44,4
Dianjurkan oleh keluarga 6 66,6
Produksi susu menurun 6 66,6
Bayi lapar / tidak puas menyusu ASI saja 8 88,8
Berat badan bayi tidak bertambah 1 11,1
Cara ibu memberikan ASI / nutrisi kepada bayi saat bekerja
Bayi disusui dulu sampai puas sebelum ibu berangkat
19 86.4
bekerja
ASI disimpan dalam lemari es 12 54.5
Dengan botol 10 45.5
Jika ibu memberikan ASI perah, ASI diperah dengan menggunakan
Menggunakan tangan 5 22.73
Menggunakan tangan dan pompa 16 72.7
Menurut ibu, Apakah ASI perah yang ibu dapatkan cukup untuk bayi
Ya cukup/lebih 13 54.55
Tidak cukup/kurang 9 40.91
Bila Ibu bekerja, ibu memberikan ASI perah kepada bayi dengan cara
Menggunakan sendok / pipet 10 45.5
Menggunakan botol dot 14 63.6
Selama ibu di tempat kerja, sikap ibu terhadap ASI adalah
Melakukan pompa setiap kali payudara terasa penuh 13 59.1
Membiarkan payudara penuh/bengkak samapai pulang
4 18.2
bekerja
Langsung pulang untuk menyusui 11 50.0
Apakah ibu rutin memerah/ memompa ASI selama di tempat kerja
Ya 11 50.0
Tidak 11 50.0
Jika ibu rutin memerah / memompa ASI di tempat kerja, apa yang ibulakukan
terhadap ASI perah yang ibu dapatkan
Dibuang
Disimpan menggunakan cooler bag 8 72,7
Dikirim langsung ke bayi 3 27,3
Apakah Ibu melakukan perawatan khusus untuk memperlancar ASI ?
Ya 8 36.4

39
Tidak 14 63.6
Apa yang Ibu lakukan agar produksi ASI lebih banyak ?
Perawatan payudara /massase payudara 7 31.8
Obat-obatan/suplementasi/boster ASI 11 50.0
Makan lebih banyak sayur-sayuran / buah 22 100.0
Minum Vitamin 9 40.9
Minum jamu 1 4.5
Olahraga 3 13.6
Mengurangi pekerjaan berat 8 36.4
Istirahat yang cukup 15 68.2
Tidak stres 11 50.0
Berapa lama ibu meninggalkan bayi saat bekerja
Kurang dari 3 jam 8 36.4
4-6 jam 10 45.5
Lebih 6 jam 4 18.2

Table 5.3 di atas menggambarkan bahwa dari 22 ibu menyusui bekerja

yang dijadikan sebagai responden, sebagian besar memberikan ASI eksklusif

yaitu sebanyak 13 ibu (59.1%), dari 9 responden yang tidak memberikan ASI

tersebut 8 (88,8%) diantaranya memberikan alasan tidak eksklusif karena bayi

tidak puas menyusui saat ditinggal bekerja. Cara ibu memberikan nutrisi baik

ASI/yang lainnya kepada bayi saat ditinggal bekerja sebagian besar dengan

menyusui bayi terlebih dahulu sampai puas sebelum berangkat kerja 19

responden (86,4%). Jika ibu memberikan ASI perah, 16 responden

(72,7)menggunakan tangan dan pompa untuk memerah. 13 (54,55%) responden

mengaku bahwa ASI perah yang didapat cukup untuk bayi selama bekerja. ASI

perah yang didapatkan diberikan dengan botol dot kepada bayi oleh sebagian

besar responden (14 responden atau 63,6%).13 responden (59,1%) ibu melakukan

pompa ASI setiap kali dirasakan penuh saat bekerja. Hanya 11 ibu (50%) yang

rutin memerah ASI saat bekerja. Dan dari 11 ibu yang rutin memerah ASI, 8 ibu

(72,7%) ASI yang didapatkan disimpan menggunakan cooler bag. Sebagian besar

responden tidak melakukan perawatan khusus untuk memperlancar ASI (14

40
responden atau 63,6%). Agar produksi ASI banyak, hampir seluruh responden

(100%) mengkonsumsi lebih banyak sayur mayur atau buah. 10 responden (45,5%)

mengaku meninggalkan bayi bekerja sekitar 4-6 jam.

5.2 Hasil Analisa Bivariat

a. Uji Normalitas dan Homogenitas

Adapun variabel yang diuji meliputi variabel pretest dan posttest

pengetahuan dan sikap pada kelompok perlakuan dan kontrol. Berikut ini

adalah tabel rangkuman hasil uji normalitas data menggunakan Shapiro-

Wilk.

1. Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Pengetahuan kedua Kelompok

Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas Data Pretest Dan Posttest


Pengetahuan Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol
Variabel Kelompok Sig. Kesimpulan
Pengetahua Pretest Perlakuan 0.699 Normal
n Posttest Perlakuan 0.009 Tidak Normal
Pretest Kontrol 0,096 Normal
Posttest Kontrol 0,070 Normal
Berdasarkan hasil tabel 5.4 diatas terlihat bahwa nilai signifikansi

pretest dan posttestpengetahuan pada kelompok perlakuan adalah0,699>

0.05, yang artinya hasil pretest pengetahuan kelompok perlakuan

berdistribusi normal, sedangkan nilai Sig. posttest pengetahuan pada

kelompok tersebut adalah 0.009<0,05 yang artinya hasil posttest

pengetahuan pada kelompok perlakuan tidak berdistribusi normal. Pada

kelompok kontrol, nilai signifikansi pretest dan posttest pengetahuan

masing-masing adalah 0,096 dan 0,070 dimana lebih besar dari 0,05,

dapat disimpulkan nilai pretest dan posttest pengetahuan kelompok

kontrol berdistribusi normal.

2. Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Sikap kedua Kelompok

41
Tabel 5.5. Hasil Uji Normalitas Data Pretest Dan Posttest Sikap
Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol
Variabel Kelompok Sig. Kesimpulan
Sikap Pretest Perlakuan 0.543 Normal
Posttest Perlakuan 0.000 Tidak Normal
Pretest Kontrol 0,138 Normal
Posttest Kontrol 0,583 Normal
Berdasarkan hasil tabel 5.5 diatas terlihat bahwa nilai signifikansi

pretest dan posttestsikap pada kelompok perlakuan adalah0,543 > 0.05,

yang artinya hasil pretest sikap kelompok perlakuan berdistribusi normal,

sedangkan nilai Sig. posttest pengetahuan pada kelompok tersebut adalah

0.000<0,05 yang aritinya hasil posttest sikap pada kelompok perlakuan

tidak berdistribusi normal. Pada kelompok kontrol, nilai signifikansi

pretest dan posttest sikap masing-masing adalah 0,138 dan 0,583 dimana

lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan nilai pretest dan posttest sikap

kelompok kontrol berdistribusi normal.

3. Hasil Uji Homogenitas Posttes Pengetahuan dan Sikap pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol.

Tabel 5.6 Hasil Uji Homogenitas Posttes Pengetahuan dan Sikap


pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Variabel p value* Kesimpulan
Pengetahuan 0,013 Tidak homogeny
Sikap 0,960 Homogen

Berdasarkan table di atas di dapatkan nilai signifikansi

pengetahuan adalah sebesar 0,013 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa varians data post tes pengetahuan kedua kelompok adalah tidak

sama atau tidak homogen. Berbeda dengan nilai signifikansi sikap sebesar

42
0,960 > 0,05 yang artinya bahwa varians data post tes sikap kedua

kelompok adalah sama atau homogen.

b. Uji Beda PengetahuanIbu Sebelum dan Sesudah Diberikan Konseling

Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Perbedaan dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang

telah melakukan pre test dan post test dapat diketahui jika terlebih

dahulu melewati uji beda antara kedua kelompok tersebut dengan

menggunakan uji Mann Whitney. Dipilih uji Mann Whitneykarena distribusi

data post test pengetahuan kelompok perlakuan tidak berdistribusi

normal.

Table 5.7Uji Beda Nilai Pengetahuan Pada Kelompok Perlakuan dan


Kelompok Kontrol Menggunakan Mann Whitney
Test Statistics
Pengetahuan kedua kelompok
Mann-Whitney U 8.000
Wilcoxon W 74.000
Z -3.540
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 8.000

Terlihat bahwa pada kolom Exact. Sig. (2-tailed)/significance

untuk uji dua sisi adalah 0,000 atau probabilitas di atas 0,05 (0,000< 0,05)

maka dapat disimpulkan ada perbedaan pengetahuan antara kelompok

perlakuan yang diberikan konseling manajemen laktasi menggunkan media

flashcarddengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.

Sementara uji bedapre test dan post tes dari kelompok perlakuan

maupun kelompok kontrol dapat dijelaskan oleh table 5.8 di bawah.

43
Table 5.8Perbedaan Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Diberikan
Konseling Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Kelompok Kelompok
Variabel Pengetahuan Perlakuan Kontrol
Mean±SD Mean±SD
Pretest 73,00±12,70 76.73±13,72
Posttest 95,82±5,09 78,45±13,05
∆ 22,82±7,61 1,72±0,67
p value 0,003* 0,197**

*Uji Wilcoxon
**Uji Paired T Test

Berdasarkantabel 5.8di atas, menunjukkan hasil dari uji

Wilcoxontotal skorpengetahuan ibu tentang manajemen laktasi selama

bekerja sebelum diberikan konseling menggunakan media flashcard

berada pada nilai mean 73,00 dan SD 12,70, setelah diberikan konseling

skor pengetahuan menjadi mean 95,82 dan SD 5,09. Maka secara statistik

dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan skor pengetahuan sebelum dan

sesudah diberikan konseling.Nilai p valuejuga menunjukkan 0.003 yang

berarti p value< 0,05 yang artinya terjadi perbedaan yang bermakna

pengetahuanibu sebelum dan sesudah pemberian konseling manajemen

laktasi dengan media flashcard pada kelompok perlakuan..

Nilai pre tes pengetahuan kelompok kontrol didapatkan nilai mean

76.73 dan SD 13,72, sedangkan nilai mean post tes setelah ahir penelitian

menjadi 78,45 dan SD 13,05. Terdapat peningkatan yang tidak bermakna

pada kelompok kontrol dengan nilai p value0,197>0,05, yang artinya tidak

ada perubahan pengetahuan tentang manajemen laktasi selama bekerja

pada kelompok kontrol.

c. Uji Beda Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Diberikan Konseling Pada

Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

44
Table 5.9Uji BedaNilai SikapPada Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Kontrol Menggunakan Mann Whitney
Test Statistics
Sikap kedua kelompok
Mann-Whitney U 9.500
Wilcoxon W 75.500
Z -3.391
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 9.500

Terlihat bahwa pada kolom Exact. Sig. (2-tailed)/significance

untuk uji dua sisi adalah 0,001 atau probabilitas di atas 0,05 (0,001< 0,05)

maka dapat disimpulkan ada perbedaan sikapantara kelompok perlakuan

yang diberikan konseling manajemen laktasi menggunkan media

flashcarddengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.

Sementara uji beda pre test dan post tes sikap dari kelompok

perlakuan maupun kelompok kontrol dapat dijelaskan oleh table 5.9 di

bawah.

Tabel 5.10 Perbedaan Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Diberikan


Konseling Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Variabel Sikap
Mean±SD Mean±SD
Pretest 36,27±3,00 35,09±3,30
Posttest 38.45±2,34 33,09±2,66
∆ 2,18±0,66 2,00±0,64
p value 0,007* 0,073**

*Uji Wilcoxon
**Uji Paired T Test

Berdasarkantabel 5.10di atas, menunjukkan hasil dari uji

Wilcoxontotal skorsikapibu terhadap manajemen laktasi selama bekerja

sebelum diberikan konseling menggunakan media flashcard berada pada

45
nilai mean 36,27 dan SD 3,00, setelah diberikan konseling skor

sikapdengan nilai mean 38.45 dan SD 2,34. Maka secara statistik dapat

disimpulkan bahwa ada perubahanskor sikaptentang manajemen laktasi

selama bekerja sebelum dan sesudah diberikan konseling.Nilai p

valuejuga menunjukkan 0.007 yang berarti p value< 0,05 yang artinya

terdapat pengaruh bermakna pemberian konseling media flashcard

terhadap perubahan sikap dalam pemberian ASI eksklusif pada kelompok

perlakuan.

Nilai pre tes kelompok kontrol didapatkan nilai mean 35,09 dan SD

3,30, sedangkan nilai mean post tes setelah ahir penelitian menjadi 33,09

dan SD 2,66. Terdapat penurunan nilai sikap dengan hasil tidak bermakna

pada kelompok kontrol dengan nilai p value0,073>0,05, yang artinya tidak

ada perubahan sikap sikap dalam pemberian ASI eksklusif pada kelompok

kontrol.

d. Hubungan karekateristik Ibu terhadap Keberhasilan Pemberian ASI

Eksklusisf

Tabel 5.11 Perbedaan Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Diberikan


Konseling Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Tidak ASI
Variabel ASI Eksklusif
Eksklusif p-value*
n (%)
n (%)
Umur Ibu
20-35 Tahun 12 (92,3) 6 (66,7) 0,167
> 35 tahun 1 (7,7) 3 (33,3)
Pendapatan
≤ 2.500.000 8 (61,5) 5 (55,6) 0,561
> 2. 500.000 5 (38,5) 4 (44,4)
Tingkat Pendidikan: 0,440
Tamat SMP 1 (7,7) 1 (11,1)
Tamat SMA 0 (0) 1 (11,1)
Tamat perguruan tinggi 12 (92,3) 7 (77,8)
Pekerjaan 0,273

46
PNS 2 (15,4) 4 (44,4)
Swasta/Kontrak 10 (76,9) 4 (44,4)
Wiraswasta 1 (7,7) 1 (11,2)
Paritas: 0,276
1 anak 3 (23,1) 4 (44,4)
>1anak 10 (76,9) 5 (55,6)
Riwayat Kunjungan ANC:
< 4 kali 0 (0) 0 (0)
≥ 4 kali 13 (100) 9 (100)
Cara Melahirkan: 0,054
Normal 10 (76,9) 3 (33,3)
Tindakan (SC) 3 (23,2) 6 (66,7)
Tempat Melahirkan: 0,064
BPM 1 (7,7) 0 (0)
Polindes 5 (38,5) 0(0)
PKM 2 (15,4) 0(0)
Klinik / RS swasta 4 (30,8) 8 (88,9)
RS Umum 1 (7,7) 1 (11,1)

Hasil uji chi squaredi atas untuk mengetahui hubungan masing-

masing karakteristik responden terhadap keberhasilan memberikan ASI

Eksklusif. Diperoleh nilai semua karakteristik tersebut yaitu p

value>0,05menunjukkan tidak ada perbedaan dalam karakteristik

responden yang menentukan keberhasilan menyusui secara eksklusif.

e. Perbedaan Keberhasilan Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif Selama

Bekerja pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Tebel 5.12. Keberhasilan Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif Selama


Bekerja pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Kelompok Keberhasilan Total P OR 95% CI
ASI Eksklusif Tidak ASI n (%) value
n (%) Eksklusif
n (%)
Perlakuan 9 (81,8) 2 (18,2) 11 (100) 0,040 7,87 1,105-
Kontrol 4 (36,4) 7 (63,6) 11(100) 5 56,123
Total 13 (59,1) 9 (40,9) 22 (100)

Berdasarkan table 5.12 di atas, dari 11 ibu menyusui bekerja yang

dijadikan sebagai kelompok perlakuan menerima konseling manajemen

47
laktasi menggunakan media flashcard mayoritas berhasil memberikan ASI

eksklusif kepada bayinya yaitu sebanyak 9 orang (81,8%) dan dari 11 ibu

menyusui bekerja yang dijadikan sebagai kelompok kontrol tanpa

diberikan konseling mayoritas tidak memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya yaitu sebanyak 7 orang (63,6%). Hasil distribusi keberhasilan ini

menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kedua

kelompok(p=0,040; OR= 7,875; 95% C.I=1,105-56,123).

f. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Keberhasilan

Memberikan ASI Eksklusif pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok

Kontrol

Table 5.13 Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap


Keberhasilan Memberikan ASI Eksklusif pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Variabel Minimum- Mean±SD P value
Maksimum
Post Tes Pengetahuan Perlakuan dan 53-100 87,13±13,13 0,043
Kontrol
Post Tes Sikap Perlakuan dan Kontrol 29-40 35,72±35,72 0,008

Berdasarkantabel 5.11di atas, menunjukkan hasil dari uji Man

Whitneynilai post tes pengetahuan dansikap kedua kelompok ibu terhadap

keberhasilan memberikan ASI eksklusif berada pada nilai mean 87,13 dan

SD 13,13 untuk nilai pengetahuan, sedangkan sikap memilikinilai mean

35,72 dan SD 35,72. Nilai p valuepada kedua kelompok menunjukkan

masing-masing nilai pengetahuan p=0.043 serta sikap p=0,008 yang mana

nilai tersebutp value< 0,05 yang artinyaterdapat pengaruh yang

bermakna antara pengetahuan dan sikap ibu setelah diberikan konseling

pada kelompok perlakuan terhadap keberhasilan dalam memberikan ASI

Eksklusif selama bekerja.

48
BAB 6
PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan

Penelitian ini membuktikan bahwa dari 22 responden yang

berpartisipasi masing-masing 11 responden kelompok perlakuan diberikan

konseling manajemen laktasi selama bekerja menggunkan media flashcard

dan 11 responden sebagai kelompok kontrol yaitu tanpa perlakuan,

menunjukkan 9 responden (81,8%) yang berhasil memberikan ASI eksklusif

pada kelompok perlakuan dan hanya 4 responden (36,4%) yang

memberikan ASI eksklusif pada kelompok kontrol.

Pengetahuan dan sikap responden dinilai terlebih dahulu sebelum

tindakan konseling selanjutnya diberikan konseling sesuai prosedur pada

kelompok perlakuan. Setiap bulan ibu dievaluasi untuk dipastikan apakah

masih eksklusif atau tidak dan saat usia bayi 6 bulan dilakukan evaluasi

ahir untuk ditanyakan kembali pengetahuan, sikap, perilaku dan

keberhasilan pemberian ASI eksklusif menggunakan kuesioner.

6.1.1 Pengaruh Karakteristik Responden Terhadap Keberhasilan

Memberikan ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja.

Hasil uji chi squareyang dilakukan untuk mengetahui hubungan

masing-masing karakteristik responden terhadap keberhasilan

memberikan ASI Eksklusif menunjukkan nilaip value> 0,05. Karakteristik

responden yang terdiri dari umur, pendapatan keluarga, tingkat

pendidikan, pekerjaan, paritas, riwayat kunjungan ANC, cara melahirkan

dan tempat melahirkan tidak menentukan keberhasilan menyusui secara

eksklusif pada ibu menyusui yang bekerja.

49
6.1.2 Praktik Perilaku Responden dalam Memberikan ASI Selama

Bekerja

Berdasarkan hasil penelitian, dilaporkan bahwa dari 22 responden

yang terlibat terdapat 13 ibu (59.1%), dari 9 responden yang tidak

memberikan ASI tersebut 8 (88,8%) diantaranya memberikan alasan tidak

eksklusif karena bayi tidak puas menyusu saat ditinggal bekerja serta

nggapan produksi susu menurun. Anggapan seperti ini membuat pengasuh

atau keluarga yang merawat bayi di rumah menjadi putus asa sehingga

menganjurkan untuk membantu nutrisi bayi dengan susu formula.

Sejalan dengan penelitian Al Ketbi (2018) menjelaskan bahwa

faktor paling utama dan kedua yang membuat ASI eksklusif dihentikan

oleh ibu masing-masing karena nggapan produksi ASI yang kurang

sementara bayi sering merasa lapar dan tidak puas menyusu.

Dalam kurun waktu 6 bulan, bayi tidak perlu mendapatkan

makanan dan minuman apa pun selain ASI. Secara alamiah, ASI dihasilkan

dalam jumlah yang sesuai kebutuhan bayi. Mekanisme pengosongan areola

adalah bentuk informasi mengenai jumlah kebutuhan ASI. Sistem produksi

ASI tersebut sedemikian teratur dan sudah ada sejak ibu dinyatakan

hamil. Jadi kemungkinan jumlah produksi ASI tidak sesuai dengan

kebutuhan bayi, cukup kecil (Ballard et al, 2013).

Dalam penelitian ini juga didapatkan perilaku dan peraktik ibu yang

kurang baik dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi selama bekerja.

Diantaranya penggunaan botol dot yang dianggap lebih peraktis dan

50
alternative lain untuk memberikan ASI atau formula saat bayi ditinggalkan

bekerja. Pemberian ASI dengan botol dot dianggap cara nyaman dan

diterima lingkungan sosial manapun.

Hasil penelitian lainnya membuktikan faktor ibu yang bekerja di

luar rumah secara signifikan berkorelasi penggunaan botol untuk

memberikan ASI atau susu formula. kembalinya ibu bekerja menyebabkan

munculnya kecemasan dan ketidakpastian terkait dengan pemberian

nutrisi dan kenyamanan bayi saat ibu tidak di dekat bayi(Santos, 2014).

Oleh karena itu, pekerjaan ibu di luar rumah dan kembali bekerja setelah

cuti melahirkan adalah situasi yang sangat rentan yang mendukung

terhentinya pemberian ASI eksklusif dan akibatnya pengenalan empeng

dan pemberian susu botol meningkat.

Upaya peningkatan produksi ASI yang dilakukan oleh sebagian besar

responden menunjukkan hal yang cukup baik. Semua responden memiliki

kesadaran untuk makan lebih banyak sayur-mayur dan buah-buahan,

istirahat yang cukup, tidak stress. Minum vitamin, mengurangi pekerjaan

berat dan melakukan perawatan payudara, merupakan alternative yang

jarang dilakukan oleh responden (kurang dari 50%).

6.1.3 Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah

Diberikan Konseling Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok

Kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan saat sebelum dan setelah

diberikan konseling. Nilai signifikansi pengetahuan (p=0,003) sedangkan

sikap (p=0,007). Hal ini membuktikan bahwa konseling manajemen laktasi

51
menggunakan media flashcard pada ibu bekerja efektif mengubah

pengetahuan dan sikap responden. Jika dibandingkan dengan kelompok

kontrol, hasil uji statistic paired t test p=0,197 untuk pengetahuan dan

p=0,073 untuk sikap dimana nilai tersebut > dari 0,05 yang artinya tidak

ada perubahan pengetahuan dan sikap pada kelompok kontrol.

Konselingmerupakan pemberian nasehat, anjuran dan pembicaraan

yang bertukar pikiran dan menyimpulkan. Penelitian dengan konsep yang

sama juga menunjukkan bahwa konseling yang dilakuan pada ibu hamil

trimester III menggunakan media flashcard guna mengubah sikap dalam

memilih kontrasepsi jangka panjang berhasil dengan nilai p=

0,000(Hardiyanti, 2018).

6.1.4 Perbedaan Keberhasilan Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif

Selama Bekerja pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Hasil distribusi keberhasilan memberikan ASI eksklusif pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan

yang bermakna (p=0,040; OR= 7,875; 95% C.I=1,105-56,123).

Dalam tinjauan utama tentang pendekatan untuk meningkatkan

praktik menyusui mencatat berbagai faktor penentu yang mempengaruhi

pemberian ASI esklusif diantaranya pengaruh dari praktik pelayanan

kesehatan, komunitas, tempat kerja, dan dari individu itu sendiri.

Beberapa intervensi secara signifikan dapat meningkatkan tingkat

menyusui diantaranya berupa konseling tentang menyusui dan tidak lepas

dari dukungan peyanan kesehatan, kondisi keluarga bayi dankomunitas

social. Pendekatan dengan konseling adalah salah satu intervensi kunci

untuk meningkatkan tingkat menyusui (WHO, 2018)

52
Dengan adanya perubahan pengetahuan dan sikap ibu yang

diberikan konseling manajemen laktasi pada penelitian ini membuktikan

bahwa pengetahuan yang baik akan mempengaruhi sikap dan perilaku

yang baik terkait pemberian ASI eksklusif. Tampak pada penelitian ini

bahwa tingkat pendidikan kedua kelompok tidak ada perbedaan, namun

hasil pengetahuan dan sikap responden pada post penelitian menunjukkan

perbedaan signifikan karena pengaruh konseling yang diberikan pada

kelompok perlakuan. Di dukung dengan adanya penggunaan media berupa

flashcard pada saat konseling sangat berpengaruh terhadap perubahan

pengetahuan dan sikap responden. Dijelaskan juga bahwa penggunaan

media visual dapat membantu memperkuat ingatan dan memperlancar

pemahaman(Asyhar, 2014).

Besarnya pengaruh pengetahuan dan sikap ibu terkait pemberian

ASI eksklusif juga dibuktikan dari berbagai penelitian lainnya yakni ibu

yang memberikan ASI eksklusif memiliki rata-rata pengetahuan lebih

tinggi dibandingkan dengan yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan

nilai p=0,000 (Vijayalakshmi, 2011). Faktor pengetahuan, sikap, dan

penolong (tenaga kesehatan) yang tidak mendampingi saat ada kesulitan

dalam menyusui memiki peran penting dalam menentukan keputusan ibu

memberikan ASI atau susu formula pada bayinya (Brown, 2011).

Penelitian lain menjelaskan, wanita Saudi akan gagal dalam upaya

menyusui secara eksklusif. Hal ini dikarenakan adanya pengetahuan yang

terbatas, sikap negatif dan kurangnya dukungan. Selain itu, iklan yang

tidak terkontrol dan ketersediaan formulameningkatkan tantangan ibu

yang tidak didukung tersebut mengahiri pemberian ASI (Alnasser, 2018).

53
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Terdapat berbedaan yang bermaka pada pengetahuan dan sikap ibu

menyusui bekerja yang diberikan perlakuan berupa konseling manajemen

laktasi menggunakan media flashcard dibandingkan ibu menyusui bekerja

yang tidak diberikan perlakuan.

Perbedaan pengetahuan dan sikap pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol mempengaruhi secara signifikan keberhasilan pemberian

ASI eksklusif pada ibu selama bekerja, di mana kelompok perlakuan lebbih

berhasil dalam memberikan ASI eksklusif dibandingkan kelompok kontrol.

Saran

1. Bagi tenaga kesehatan hususnya yang ada di wilayah kerja PKM Tanjung

Karang untuk bisa meningkatkan pelayanan dengan pendekatan edukasi

dalam hal penyampaian pentingnya manajemen ASI eksklusif selama bekerja

menggunakan salah satu media yang terbukti berpengaruh yaitu flashcard

agar bisa memberikan ASI eksklsuif pada bayi.

2. Bagi peneliti selanjutnya, agar menggali informasi yang lebih dalam misalnya

dengan melakukan studi kualitatif tentang faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap pemberian ASI atau melakukan penelitian quasi eksperimen dengan

membandingkan antar metode yang bisa meningkatkan kesadaran ibu,

dukungan suami, dukungan keluarga, dukungan teman atau masyarakat serta

peran tenaga kesehatan.

54
DAFTAR PUSTAKA

1. Akdon dan Riduwan. Rumus dan Data Analisis Statistika. Cet 2. Jakarta:
Alfabeta; 2010
2. Al Ketbi M, Al Noman S, Al Ali A, Darwish E, Fahim M, Rajah J. Knowledge,
Attitudes, And Practices Of Breastfeeding Among Women Visiting Primary
Healthcare Clinics On The Island Of Abu Dhabi, United Arab Emirates. Int
Breastfeed J [Serial on the Internet]. 2018 (Diunduh 20 Agutus 2020):
13:26. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6029179/
3. Alnasser Y, Almasoud N, Aljohni D, Almisned R, Alsuwaine B, Alohali R, et
al. Impact of Attitude and Knowledge on Intention to Breastfeed: Can
mHealth Based Education Influence Decision to Breastfeed Exclusively?.
Annals of Medicine and Surgery. 2018; 35: 6-12. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21507050/
4. Anonim. 2013. Sukses Menyusui Saat Bekerja. IDAI.
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/sukses-menyusui-saat-bekerja-2
5. Anonoim. 2014. IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA REKOMENDASI No.:
006/Rek/PP IDAI/V/2014 tentang Memerah dan Menyimpan Air Susu Ibu
(ASI)
6. Asyhar R. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung
Persada (GP) Press; 2014
7. Ballard O and Ardythe LM. Human Milk Composition: Nutrients and
Bioactive Factors. Pediatr Clin North Am [Serial on the Internet]. 2013
(Diunduh 6 Agutus 2020); 60 (1): 49–74. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3586783/
8. Brown A, Peter R, Michelle L. Health Care Professionals’ and Mothers’
Perceptions of Factors that Influence Decisions to Breastfeed or Formula
Feed Infants : A Comparative Study. J Adv Nurs [Serial on the Internet].
2011 (Diunduh 6 Agutus 2020); 67 (9) : 1993-2003.
9. Chen, Jiawen et al. 2019. The association between work related factors
and breastfeeding practices among Chinese working mothers: a mixed-
method approach. International Breastfeeding Journal. 14 (28): 1-13
10. Hardyanti H. Pengaruh Konseling Media Flashcard Terhadap Sikap Memilih
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di RS. H. L. Manambai
Abdulkadir Provinsi Nusa Tenggara Barat [skripsi]. Semarang: Poltekkes
Kemenkes Semarang; 2019
11. Hariani. 2014. Alasan Tidak Diberikan ASI Eksklusif Oleh Ibu Bekerja di
Kota Mataram Nusa Tenggara Barat. Tesis. FK-UDAYANA
12. Kemenkes, R. I. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta.
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2018.pdf
13. Kemenkes. Dukung Ibu Bekerja Beri ASI Eksklusif [Internet]. Jakarta:
Kemenkes RI; 2015 [cited 2015 Sept 14]. Available from:
https://www.kemkes.go.id/article/view/15091400003/dukung-ibu-
bekerja-beri-asi-eksklusif.html

55
14. Maryunani,A. 2012. Inisiasi Menyusui Dini, Asi Eksklusif dan Manajemen
Laktasi. Trans info media. Jakarta
15. Mensah,A,O. 2011. The Influence of Workplace Facilities on Lactating
Working Mothers’Job Satisfaction and Organizational Commitment: A Case
Study of Lactating Working Mothers in Accra, Ghana. Interrnational
Journal of Business and Management. 6 (7)
16. Mufdlilah. 2017. Dukung Ibu Bekerja Beri Asi Eksklusif.
http://www.depkes.go.id/article/print/15091400003/dukung-ibu-
bekerja-beri-asi-eksklusif.html
17. Murtagh and Moulton. 2011. Working Mothers, Breastfeeding, and the
Law. American Journal of Public Health. 101 (2): 217-223
18. Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
19. O’Sullivan, A., Marie F., and Jennifer T.S. 2015. The influence of early
infant-feeding practices on the intestinal microbiome and body
composition in infants. Nutrition and metabolic insights. 8 (S1): 1-9
20. Peat, J.K., Allen J., Nguyen N., Hayen A., and Oddy W.H., Mihrshahi S.
2004. Motherhood meets epidemiology: measuring risk factors for breast-
feeding cessation. Public Health Nutrition. 7 (8) :1033-1037
21. Rejeki, Sri. 2008. Penelitian “Studi Fenomenologi : Pengalaman Menyusui
Eksklusif Ibu Bekerja di Wilayah Kendal Jawa Tengah. Universitas
Muhamadiyah Semarang. Dalam Media Ners. 2 (1)
22. Roesli, U dan Elizabeth Yohmi. 2013. Manajemen Laktasi. IDAI.
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/manajemen-laktasi
23. Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif . Pustaka Bunda.
Jakarta
24. Santos G, Helena M, Isoyama VS. Determinants of using pacifier and bottle
feeding. Rev Saude Publica [Serial on the Internet]. 2014 (Diunduh 25
Agustus 2020); 48 (4): 571–582. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4181101/
25. Siregar, A. 2009. Pemberian ASI Ekskusif dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jurnal : Universitas Sumatra Utara.
26. Susilana, Rudi. Riyana, Cepi. 2009. Media Pembelajaran: Hakikat,
Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. CV Wacana Prima. Bandung
http://www.pengertianahli.com#/2014/07/pengertian-media-dan-jenis
media.html.
27. Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan,
Yogyakarta: Fitramaya.
28. Vijayalakshmi P, Susheela T, Mythili D. Knowledge, Attitudes, and Breast
Feeding Practices of Postnatal Mothers: A Cross Sectional Survey. Int J
Health Sci [Serial on the Internet]. 2015 (Diunduh 6 Agutus 2020); 9 (4):
264-374. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4682591/
29. WHO. 2017. Early initiation of breastfeeding to promote exclusive
breastfeeding.
http://www.who.int/elena/titles/early_breastfeeding/en/

56
30. WHO. Children: Reducing Mortality [Internet]. Gaggero: WHO; 2017 [cited
2017 Okt 01]. Available from: http://www.who.int/mediacentre/facts
heets/fs178/en/
31. WHO. Guideline1: Counselling Of Women To Improve Breastfeeding
Practices [E-book]. Edisi 1. Geneva: World Health Organization; 2018
[diunduh tanggal 15 Maret 2020]. Available from:
https://www.who.int/nutrition/publications/guidelines/counselling-
women-improve-bf-practices/en/.
32. Wulandari. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Praktek Kebidanan.
Nuha Media. Yogyakarta

57
TENTANG PENULIS
_____________________________________________________________

Shohipatul Mawaddah, SST., M. Keb lahir di Teko Lauk, Lombok Timur pada
tanggal 15 November 1987. Pendidikan formal ditempuh mulai dari SDN
01 Teko, SMPN 2 Aikmel, SMAN 1 Selong. Gelar DIII Kebidanan penulis
peroleh dari Poltekkes Kemenkes Mataram tahun 2010, serta
melanjutkan Pendidikan DIV Kebidanan di institusi yang sama lulus Tahun
2013. Pendidikan Magister Kebidanan penulis tempuh di Universitas
Brawijaya Malang Tahun 2018. Saat ini penulis aktif sebagai dosen tetap
di Program Studi DIII Kebidanan dan Sekretaris Program Studi S1 Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram dari tahun
2011-sekarang. Penulis juga aktif di organisasi profesi IBI sebagai ketua
ranting UNW Mataram sejak 2020-sekarang.
Bagi sahabat yang ingin bersilaturrahmi dengan penulis bisa mengirimkan
email ke alamat shohip.mut1f4n15@gmail.com

58

Anda mungkin juga menyukai