Anda di halaman 1dari 27

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

PROPOSAL PENDIDIKAN KESEHATAN

TEKNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM

Dosen Pembimbing :

Ns. Hanik Rohmah Irawati,M.Kep.,Sp.Mat

Disusun Oleh :

Avendea Esa Candra 21120010

Ayu Putriani 21120012

Destria Ramadhanty 21120016

Rivani Agusmawati 21120053

Ronaldo 21120055

Saskia Putri Maharani 21120056

Shafira Amalia 21120058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI (NERS)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyusui adalah proses yang alami dan bayi menghisap secara alamiah,
akan tetapi bisa timbul kesulitan pada awalnya karena itu diperlukan cara
menyusui yang baik dan benar yaitu suatu cara atau metode yang
diterapkan dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan
baik dan benar. Dengan menyusui sendiri bayi anda telah menjalin
hubungan yang sangat penting antar ibu dan bayi (Syafrudin, 2011 : 05).

Menyusui adalah proses alamiah yang merupakan suatu seni yang harus
dipelajari kembali. Keberhasilan dalam menyusui membutuhkan dukungan
baik dari orang yang telah mengelaminya atau dari seseorang yang
professional (Romainah, 2007 : 57).

Ketidakmampuan cara menyusui yang baik dan benar itu terjadi bukan
hanya karena ibu masih mempunyai anak pertama atau lebih dikenal
dengan ibu primipara. Tetapi ternyata ibu multipara yang sudah
mempunyai anak lebih dari satu dan sudah mempunyai pengalaman juga
masih banyak yang belum mengetahui tentang cara menyusui yang baik
dan benar dan mereka sering salah dalam memposisikan bayi.

Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


produksi ASI, bila teknik menyusui tidak dengan baik dan benar dapat
menyebabkan putting lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi
akan jarang menyusu. Bila bayi jarang menyusu karena bayi enggan
menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Namun seringkali
ibu-ibu kurang mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan tentang
teknik menyusui yang baik dan benar (Roesli, 2005 : 93).
Sebuah analisis menerangkan bahwa memberikan ASI selama 6 bulan
dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa diseluruh dunia, termasuk 22% bayi
meninggal setelah kelahiran. Kajian WHO yang dituangkan Kemenkes
No. 450 Tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan. Menurut UNICEF, ASI ekslusif dapat menekan angka
kematian bayi di Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa 10 juta kematian
anak balita di dunia dan 30.000 kematian bayi di Indonesia setiap
tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif (Prasetya, 2009 :
52).

Berdasarkan laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI,


2007) di usia lebih dari 25 tahun sepertiga wanita di dunia (38%) didapati
tidak menyusui bayinya karena terjadi pembengkakan pada payudara, dan
di Indonesia angka cakupan ASI ekslusif mencapai 32,3%. Ibu yang
memberikan ASI ekslusif pada anak mereka menurut Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa
55% ibu menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet,
kemungkinan hal tersebut dikarenakan teknik menyusui yang tidak baik
dan benar.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten


Ponorogo Tahun 2010 jumlah ibu yang menyusui 10.966 orang. Setelah
dilakukan studi pendahuluan di ruang perinatologi RSUD Dr. Hardjono
terhadap 10 ibu menyusui didapati hasil 40% mempunyai perilaku positif,
60% mempunyai perilaku negatif. Hal ini dikarenakan kurangnya
informasi tentang cara menyusui yang baik dan benar dan penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang cara menyusui yang
baik dan benar bagi ibu menyusui.

Pada generasi terdahulu, keterampilan dan teknik menyusui diwariskan


secara turun menurun dari satu generasi ke generasi wanita lainnya. Anak
perempuan tumbuh mengamati tetangga dan kerabat wanitanya yang
menyusui. Sayangnya keterampilan menyusui menjadi salah arah, samar,
dan menyimpang (Karin Cadwell, 2008 : 29). Ibu-ibu yang menyusui akan
mengalami berbagai masalah hanya karena tidak mengetahui cara
menyusui yang baik dan benar. Misalnya seperti cara meletakkan payudara
ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan
masih banyak lagi masalah yang lain, seperti terjadinya sindrom ASI
kurang dan bayi menolak menyusu terutama pada minggu pertama setelah
persalinan (Vivian Nanny Lia Dewi, 2011 : 31).

Sebelum menyusui sebaiknya ibu mencuci tangan terlebih dahulu untuk


menghindari ASI terkontaminasi oleh kuman. Susu yang dibutuhkan bayi
sesuai dengan kebutuhan masing-masing payudara, karena jika dipaksakan
salah satu sisi payudara saja yang kosong, ini yang akan membuat bayi
jengkel dan akhirnya malas menyusu. Melihat adanya beberapa akibat dari
teknik menyusui yang salah berdasarkan uraian diatas, maka erat
hubungannya dengan situasi-situasi ibu yang kurang atau tidak
mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
menyusui. Kurang informasi atau sama sekali tidak mempunyai
pengalaman tentang teknik menyusui yang baik dan benar.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan ibu dapat memahami teknik menyusui yang baik dan
benar.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pengertian menyusui
b. Menyebutkan tujuan menyusui
c. Menyebutkan manfaat menyusui
d. Menyebutkan langkah-langkah menyusui yang benar
e. Menyebutkan macam-macam posisi menyusui
f. Menjelaskan tanda bayi cukup ASI
C. Manfaat
Dengan adanya proposal ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
berarti kepada :
1. Bagi Instusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bacaan dan sumber informasi bagi mahasiswa
dan pendidikan dalam melaksanakan program pendidikan.
2. Bagi Masyarakat/Orangtua Bayi
Setelah diberikan asuhan komprehensif diharapkan ibu menyusui dapat
mengaplikasikan cara menyusui dengan benar.
3. Bagi Mahasiswa
Sudi khusus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa tentang cara memberikan pendidikan kesehatan mengenai
teknik menyusui yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Menyusui
Menyusui merupakan suatu upaya sederhana dan alamiah seorang ibu
kepada bayinya dalam proses pemberian makanan yang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta berpengaruh
terhadap biologis dan kejiwaan ibu dan anak (Marliandini dan Nyna,
2015).

Menyusui merupakan proses alamiah dan bukan hal baru yang akan dilalui
oleh seorang perempuan setelah melahirkan meliputi pemberian dalam
bentuk ASI atau makanan bayi, dimana proses menyusui dimulai saat ASI
diproduksi hingga saat bayi menghisap dan menelan ASI (Prawirohardjo,
2009).

ASI merupakan nutrisi alamiah dan makanan utama yang sempurna untuk
bayi. ASI mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi yang
sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang (Pollard,
2016).

B. Tujuan Menyusui
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dan juga manfaat ASI eksklusif
yang bisa didapatkan baik itu untuk ibu menyusui maupun bagi bayi antara
lain sebagai berikut :
1. Untuk bayi antara lain mendapatkan faedah manfaat ASI yaitu bayi
dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik, mengandung
antibodi, ASI mengandung komposisi yang tepat, mengurangi kejadian
karies dentis, memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi dan
adanya ikatan antara ibu dan bayi, terhindar dari alergi, ASI
meningkatkan kecerdasan bayi, membantu perkembangan rahang dan
merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan mengisap mulut bayi
pada payudara ibu.
2. Untuk ibu menyusui akan mendapatkan manfaat dan faedahnya antara
lain bisa sebagai kontrasepsi, meningkatkan aspek kesehatan ibu,
membantu dalam hal penurunan berat badan, aspek psikologi yang
akan memberikan dampak positif kepada ibu yang menyusui.

C. Manfaat Menyusui
Manfaat menyusui menurut Natia (2013), sebagai berikut :
1. Manfaat menyusui bagi ibu
Manfaat bagi ibu menyusui yaitu seperti bayi yang menghisap puting
dapat membuat rahim ibu mengecil dan mendekatkan kondisi ibu
kembali pada fase pra kehamilan, serta menurunkan ibu terjadi
perdarahan, resiko kanker payudara dan kanker rahim lebih rendah.
Menyusui bayi dapat menyingkat waktu, dan ASI tidak akan basi
sebab diproduksi secara alami di dalam payudara (Dwi, 2012).
2. Manfaat menyusui bagi bayi
Bayi yang disusui oleh ibunya akan merasakan rasa nyaman, aman dan
terlindungi, sebagai penghilang dahaga dan mengeyangkan. Dengan
suhu yang cocok dalam kehangatan ibunya, memberikan kekebalan
bagi bayi sebagai perlindungan dari berbagai penyakit, mengurangi
risiko terkenanya kanker payudara pada bayi perempuan, dan
meningkatkan kecerdasan otak (Kristiyansari, 2011).
3. Manfaat menyusui bagi keluarga
Manfaat memberikan ASI dari segi ekonomi, yaitu untuk mengurangi
pengeluaran keluarga. Sedangkan dari pandangan psikologi mampu
meningkatkan keharmonisan keluarga sehingga mental ibu baik dan
mampu mempererat ikatan batin bayi dengan keluarga sekaligus
memberikan kemudahan untuk menyusui lebih mudah karena bisa
diberikan setiap waktu (Rizki, 2013).
D. Waktu dan Cara Menyusui
Waktu untuk menyusui yang baik bertujuan untuk membantu ibu dalam
mengosongkan payudara dan mencegah terjadinya bendungan ASI atau
payudara membengkak. Menurut Kemenkes RI (2015) waktu dan cara
menyusui yang baik, adalah :
1. Menyusui sesuai kebutuhan bayi kapanpun bayi meminta (on demand).
2. Ibu menyusui bayi dari kedua payudara secara bergantian masing-
masing 5-15 menit hingga air susu berhenti keluar dan bayi berhenti
menyusu dengan melepas hisapannya secara spontan.
3. Ibu menyusui bayinya minimal 8 kali sehari.
4. Ketika bayi tidur lebih dari 3 jam maka bangunkan, dan susui.
5. Ibu menyusui bayinya sampai payudara terasa kosong.
6. Ketika bayi sudah kenyang tetapi payudara masih terasa penuh ibu bisa
mengeluarkan ASInya dengan cara diperah dan disimpan.

E. Teknik-Teknik Menyusui
1. Posisi dan Perletakan ASI
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Rahmawati,


2010)
Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Rahmawati,
2010)

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Rahmawati,


2010)

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Rahmawati,


2010)
Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang
perawatan (Rahmawati, 2010)

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah


(Rahmawati, 2010)

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Rahmawati, 2010)

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan


(Rahmawati, 2010)

2. Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar


Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada
bayi dengan perletakan dan posisi ibu dan bayi yang benar, dengan
tujuan untuk merangsang produksi susu dan memperkuat reflek
menghisap bayi. Langkah-langkah perlekatan/menyusui yang benar
menurut Marliandiani dan Nyna (2015) adalah sebagai berikut :
1. Cuci tangan sebelum menyusui.
2. Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak menggantung
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi).
3. Sebelum menyusui bersihkan puting sampai aerola dengan kapas
dibasahi air hangat lalu ASI dikeluarkan sedikit, kemudian
dioleskan pada puting dan sekitar aerola payudara (cara ini
mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan
puting susu).
4. Menopang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan
aerolanya.
5. Merangsang membuka mulut bayi, menyentuh sudut mulut bayi
dengan puting susu.
6. Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu mendekatkan dengan
cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting
susu serta sebagian besar aerola masuk ke mulut bayi).
7. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak
memegang atau menyangga payudara lagi.
8. Memperhatikan bayi selama menyusui.
9. Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking dimasukkan ke
mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
10. Setelah selesai menyusui, oleskan sedikit ASI pada puting susu dan
aerola. Biarkan kering dengan sendirinya.
11. Setelah menyusui maka bayi harus disendawakan terlebih dahulu
dengan cara :
a. Posisi memeluk bayi di bahu
Bayi digendong menghadap ke belakang tepat di dada atau
bahu ibu. Pastikan bayi tegak dan posisi dagu bayi menopang
bahu ibu. Gunakan satu tangan ibu untuk menopang badannya.
Tangan yang lain, melakukan gerakan menepuk-nepuk
punggung bayi secara pelan sampai bayi bersendawa.
b. Posisi menggendong depan
Gendong bayi dengan menyangga tubuh bayi menghadap ke
depan. Pastikan kepala bayi lebih tinggi dari tubuhnya. Sama
seperti posisi sebelumnya, lakukan gerakan menepuk pada
punggung secara perlahan sampai bayi bersendawa.
c. Posisi tengkurapkan bayi di pangkuan
Baringkan bayi dengan posisi tengkurap diatas pangkuan ibu.
Gunakan satu tangan untuk menopang tubuh bayi dan pastikan
posisi kepala lebih tinggi. Lakukan gerakan menepuk-nepuk
punggung bayi dengan pelan sampai bayi bersendawa.

3. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar


Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting
susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi
produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi
telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda
sebagai berikut :

1. Bayi tampak tenang.


2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
5. Sebagian aerola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih
banyak masuk.
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7. Puting susu tidak terasa nyeri.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Kepala bayi agak menengadah.
Gambar 14. Teknik menyusui yang benar (Rahmawati, 2010).

4. Lama dan Frekuensi Menyusui


Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan pada saat bayi membutuhkan, karena bayi
akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya
bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,
kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola
yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu
setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwal akan berakibat
kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui sesuai kebutuhan bayi
akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja
dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering
disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.

Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka


sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara.
Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa
kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui,
dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa
menyusui sebaiknya ibu menggunakan BH yang dapat menyangga
payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
1. Melepaskan Isapan Bayi
Setalah menyusui cara melepaskan isapan bayi yaitu dengan jari
kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau
dagu bayi ditekan ke bawah. Menyusui berikutnya dimulai pada
payudara yang belum kosong, setelah selesai menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan
disekitar aerola.
2. Menyendawakan Bayi
Menyendawakan untuk mengeluarkan udara di lambung agar bayi
tidak gumoh atau muntah setelah disusui. Bayi digendong tegak di
bahu ibu kemudian punggung bayi di tepuk-tepuk secara perlahan,
posisi tengkurap diatas pangkuan ibu, kemudian punggungnya
diusap-usap sampai bayi bersendawa.

F. Tanda-Tanda Ibu Sudah Menyusui Dengan Teknik Yang Benar


1. Mulut bayi terbuka lebar dan bibir terlipat keluar.
2. Dagu dan hidungnya menempel payudara.
3. Bayi telah memasukkan sebanyak mungkin bagian aerola kedalam
mulutnya.
4. Bayi menyusu dengan teratur.
5. Puting susu terasa nyaman setelah beberapa kali pemberian susu
pertama.

G. Tanda-Tanda Ibu Belum Menyusui Dengan Teknik Yang Benar


1. Kepala bayi tidak lurus dengan badannya.
2. Bayi hanya menyusu pada puting susu, tidak menyusu pada aerola
dengan puting susu masuk jauh kedalam mulutnya.
3. Bayi menyusu dengan ringan, cepat, dan gugup, tidak menyusu dengan
sungguh-sungguh dan teratur.
4. Pipinya berkerut kearah dalam atau ibu mendengar suara “cik-cik”.
5. Ibu tidak mendengar bayinya menelan secara teratur setelah produksi
ASI meningkat (Yulianti, 2010).

H. Masalah Menyusui Pada Ibu


1. Masalah pada masa antenatal (sulistyawati, 2009)
Puting susu yang tidak menonjol sebenarnya tidak selalu menjadi
masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan
upaya selama antenatal umumnya kurang berfaedah, seperti
memanipulasi puting dengan perasat Hoffman, menarik-narik puting,
atau penggunaan breast shield dan breast hell. Yang paling efisien
untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat.
Dalam hal ini, sebaiknya ibu tidak melakukan apa-apa, tunggu saja
sampai bayi lahir. Setelah bayi lahir segera ibu lakukan hal-hal berikut:
a. Skin to skin contact dan biarkan bayi menghisap sedini mungkin.
b. Biarkan bayi “mencari” puting susu, kemudian menghisapnya.
c. Apabila puting susu benar-benar tidak muncul, dapat “ditarik”
dengan pompa puting susu (nipple puller) atau yang paling
sederhana modifikasi spuit injeksi 10 ml.
d. Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui
dengan sedikit penekanan pada aerola dengan jari hingga terbentuk
“dot” ketika memasukkan puting susu kedalam mulut bayi.
e. Bila terlalu penuh, ASI dapat diperas terlebih dahulu dan diberikan
dengan sendok atau cangkir, atau teteskan langsung ke mulut bayi.
2. Pada masa setelah persalinan dini
a. Puting susu lecet
Pada keadaan ini, seorang ibu sering menghentikan proses
menyusui karena sakit. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan ibu
adalah mengecek bagaimana perlekatan ibu dan bayi, serta
mengecek apakah terdapat infeksi candida (di mulut bayi).
b. Payudara bengkak
Sebelumnya, kita perlu membedakan antara payudara penuh karena
berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara berisi ASI,
gejala yang dirasakan adalah rasa berat pada payudara, panas, dan
keras, sedangkan pada payudara yang bengkak akan terlihat
payudara oedema, ibu akan merasakan sakit, puting susu kencang,
kulit mengkilat walau tidak merah, ASI tidak keluar bila dihisap,
dan badan demam setelah 24 jam.
c. Abses payudara (mastitis)
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Terdapat dua jenis
mastitis, yaitu non-infective mastitis (hanya karena pembedungan
ASI/milk statis) dan infective mastitis (telah terinfeksi bakteri).
Gejala yang ditemukan adalah payudara menjadi merah, bengkak,
kadang disertai rasa nyeri dan panas, serta suhu badan meningkat.
3. Pada masa setelah persalinan lanjut
a. Sindrom ASI kurang
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat
dan bayi dapat terus memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan
tertentu, ketika produksi ASI memang sangat tidak memadai, perlu
upaya yang lebih, misalnya relaksasi dan bila perlu dapat dilakukan
pemberian ASI suplementer.
b. Ibu yang bekerja
Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu merasa kesulitan
untuk memberikan ASI secara eksklusif. Banyak diantaranya
disebabkan karena ketidaktahuan dan kurangnya minat ibu untuk
menyusui bayinya.
c. Pengeluaran ASI
Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tampung didalam cangkir
atau gelas yang bersih. Meskipun langkah ini kelihatannya
sederhana, namun tidak ada salahnya jika tenaga kesehatan
memberikan bimbingan teknik memerah ASI yang tepat.
I. Masalah Menyusui Pada Bayi
1. Bayi sering menangis (wulandari, dkk, 2010)
Menangis untuk bayi adalah cara berkomunikasi dengan orang-orang
disekitarnya. Karena bila bayi sering menangis perlu diketahui
sebabnya, dan sebabnya tidak selalu karena kurang ASI.
a. Perhatikan mengapa bayi menangis, apakah karena laktasi belum
berjalan baik, atau sebab lain seperti, mengompol, sakit, merasa
jenuh, ingin digendong atau disayang.
b. Keadaan ini merupakan hal yang biasa dan ibu tidak perlu cemas
karena kecemasan ibu dapat mengganggu proses laktasi itu sendiri,
dan akibatnya produksi ASI bisa berkurang.
c. Coba atasi dengan memeriksa pakaian bayi, mungkin perlu diganti
karena basah, coba untuk mengganti posisi bayi menjadi
tengkurap, atau digendong/dibelai.
d. Mungkin bayi belum puas menyusu karena posisi bayi tidak benar
saat menyusu, akibatnya ASI tidak keluar sempurna.
e. Bayi menangis mempunyai maksud menarik perhatian terutama
ibu karena sesuatu hal, oleh karenanya janganlah membiarkan bayi
menangis terlalu lama, ia akan menjadi lelah, kesal, sehingga dapat
mengganggu proses laktasi.
2. Bayi sakit
Sebagian kecil sekali dari bayi yang sakit dengan indikasi khusus tidak
diperbolehkan mendapatkan makanan per-oral, tetapi apabila sudah
diperbolehkan, maka ASI harus tetap diberikan.
3. Bayi sumbing
Banyak orang mengira bahwa bayi sumbing tidak mungkin dapat
menyusu. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena dengan
kesabaran dan kelatenan ibu, maka banyak ibu yang berhasil menyusui
bayinya sendiri.
4. Bayi dengan lidah pendek
Bayi pada kondisi seperti ini akan sukar untuk dapat memperoleh ASI
dengan sempurna, karena lidah tak sanggup memegang puting dan
aerola dengan baik.
5. Bayi yang memerlukan perawatan
Bila bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih
menyusu pada ibu, baiknya bila ada fasilitas, ibu ikut dirawat agar
pemberian ASI tetap dapat dilanjutkan.
6. Bayi enggan menyusu
Bayi enggan menyusu harus dapat perhatian khusus, karena kadang-
kadang itu merupakan gejala dari penyakit-penyakit yang
membahayakan jiwa anak, misal anak yang sakit berat, tetanus
neonatorum, meningitis/ensepalitis, hyperbilirubinemia, dan
sebagainya.
7. Bayi yang lahir dengan operasi sectio caesaria
Pada bayi sectio caesaria digunakan anestesi umum, bayi bisa mulai
disusukan setelah ibu sadar dengan bantuan tenaga kesehatan (perawat
dan bidan). Efek narkose pada bayi yang diterimanya baik melalui
plasenta ataupun ASI dapat mengakibatkan bayi lemah dan malas
menyusu.

J. Produksi ASI
Novak & broom, 1999 (dalam ramayanti, 2004) produksi ASI merupakan
hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin. Hormon dihasilkan
oleh kelenjar hipofise anterior yang berada didasar otak. Bila bayi
menghisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dan gudang ASI yang disebut
sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar
payudara untuk membawa pesan kekelenjar hipofise anterior untuk
memproduksi hormon prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke
kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut
dengan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin.
Produksi ASI/Prolaktin, dalarn laktasi prolaktin merupakan suatu hormon
yang disekresikan oleh glandula pituitari. Hormon ini memilki peranan
penting untuk memproduksi ASI, kadar hormon ini meninngkat selama
kehamilan (Saleha, 2009).

Laktasi atau menyusui sebenarnya mempunyai dua pengertian, yaitu


produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin) yang dikenal,
dengan refleks prolaktin dan retleks aleran (let down reflex). Dalam hal
ini, pada ibu ada 2 macam refleks yang menentukan keberhasilan dalam
menyusui bayinya. Refleks tersebut refleks prolaktin dan refleks aliran,
sebagai berikut (Maryunani, 2012,).
1. Refleks Prolaktin
a. Refleks ini secara hormonal untuk memproduksi ASI.
b. Waktu menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan
neurobormonaal pada puting susu dan aerola ibu.
c. Rangsangan ini diteruskan ke hipofise melalui nervus vargus, terus
ke lobus anterior.
d. Dan lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, lalu masuk ke
peredaran darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI.
Penjelasan refleks aliran (let down refleks).
2. Refleks ini melancarkan ASI untuk keluar
a. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar
kepalanya ke arah payudara ibu.
b. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut rotting
refleks (refleks menoleh).
c. Bayi secara otomatis menghisap puting susu ibu dengan bantuan
lidahnya , Let down refleks mudah sekali terganggu, misalnya pada
ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan
fikiran.
d. Gangguan terhadap let down refleks mengakibatkan ASI tidak
keluar.
e. Bayi tidak cukup mendapatkan ASI dan akan menangis.
f. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin
mengganggu let down refleks.

Dalam hal ini terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukkan


ASI, yaitu :

1. Rangsangan otot-otot payudara


Rangsangan pada otot-otot payudara diperlukan dalam usaha
memperbanyak ASI agar kelenjar payudara dapat bekerja lebih efektif.
2. Keteraturan anak menghisap
Isapan anak akan merangsang otot polos yang terdapat dalam buah
dada, untuk berkontraksi yang kemudian merangsang susunan syaraf
disekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke otak.
3. Kesehatan ibu
Kesehatan ibu memegang peranan dalam produksi ASI. Hal ini
dikarenakan pembentukkan bahan-bahan yang diambilnya dari ibu.
4. Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu.
apabila makan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang
diperlukan maka akan mempengaruhi produksi ASI, karena pembuat
kelenjar dan pernbuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa
makanan yang cukup.
5. Ketenangan jiwa dan pikiran
Produkst ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu
dalam keadaan tertekan. sedih, kurang percaya diri dan berbaga bentuk
halangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan
terjadi produksi ASI (Wandayam, dkk, 2011).

Payudana berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal


ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau
kurang karena ukuran kurang ditentukan oteh banyaknya lemak pada
payudara sedangkan kelenjar penghasil ASI sama banyaknya walaupun
payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila
manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar (Wulandan. dkk,
2011).

Makanan lain (termasuk air) dapat membuat bayi sakit dan menurunkan
persediaan ASI ibunya karena produksi ASI ibu tergantung pada
seberapa banyak ASI yang dihisap oleh bayinya (Sulistyawati, 2009).

Lawrence, 2004 (dalam Purnama, 2013) Produksi ASI merujuk pada


volume ASI yang dikeluarkan oleh payudara. ASI yang telah diproduksi
disimpan didalam gudang ASI. Selanjutnya ASI dikeluarkan dan
payudara kemudian dialirkan ke bayi, banyaknya ASI yang dikeluarkan
oleh payudara dan diminum oleh bayi. diasumsikan sama dengan
produksi ASI.

Budiarti, 2009 menyatakan bahwa penilaian terhadap produksi ASI


dapat menggunakan beberapa kriteria sebagai acuan untuk mengetahui
keluarnya ASI dan jumlahnya mencukupi bagi bayi diantaranya adalah :
1. ASI yang merembas keluar melalui puting.
2. Sebelum disusui payudara ibu terasa tegang.
3. Jika ASI cukup setelah menyusu maka bayi tertidur atau tenang
selama 3-4 jam.
4. Bayi BAK minimal 6-8 kali dalam satu hari.
5. Bayi BAB 2-5 kali sehari.
6. Bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam.
7. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan
ASI.
8. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali menyusu.
9. Warna urin bayi kuning jernih.

Hockenberry, 2009 (dalam Pumama, 2013) menyatakan bahwa indikator


lain untuk melihat bahwa produksi ASI mencukupi bagi bayi adalah
karakteristik dari BAB bayi pada 24 jam pertama hayi rnengeluarkan
BAB yang berwarna hijau pekat, kental, dan lengket yang dinamakan
dengan mekonium. BAB ini berasal dari saluran pencernaan bayi serta
cairan amnion.

Matteson. 2001 (dalam Purnama. 2013) menyatakan bahwa pola


eliminasi tergantung intake yang bayi dapatkan, bayi yang meminum
ASI umumnya pola BABnya 2-5 kali perhari. BAB yang dihasilkan
adalah kuning terang. tidak terlalu encer dan tidak terlalu pekat,
sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula, umumnya pola
BABnya hanya I kali sehari, BAB berwarna putih pucat.

K. Cara Penyimpanan ASI


Ibu rnenyusui benar-benar perlu memperhatikan petunjuk penyimpanan
ASI. Hal ini karena ASI banyak mengandung, zat gizi, zat anti bakteri, dan
anti virus. Adapun rekomendasi lama penyimpanan yang diberikan yaitu
pada suhu ruangan ≤ 25°C selama 6-8 jam suhu ruangan > 25°C tahan 2-1
jam didalam cooling bag pada suhu -15°C selama 24 jam, didalam lemari
es (refrigerator) 4°C sampai 5 hari, disimpan didalam frezeer -18°C
selama 3-6 bulan. Proses penyimpanan dilemari pendingin bermanfaat
untuk mempertahankan kualitas ASI, akan tetapi lama penyimpanan yang
tidak sesuai anjuran juga akan mempengaruhi kualitas ASI. Selain dari
petunjuk penyimpanan ASI, hal yang tidak kalah pentingnya kita
perhatikan adalah cara pencairan ASI.

Lokasi Penyimpanan Temperatur Lama Waktu


Penyimpanan
Ruangan Biasa (ASI Segar) 19°-26°C 4-6 jam
Kulkas 4°C 3-8 hari
Frezeer (bagian dari kulkas) -15°C 14 hari
Frezeer (bagian dari pintu -18°C 3-6 bulan
kulkas tetapi memiliki pintu
sendiri)
Chest Freezer -20°C 6-12 hari

L. Tanda-Tanda Bayi Haus ASI


1. Tanda-tanda awal
Gelisah, mulut terbuka, kepala ke kiri dan ke kanan seperti mencari-
cari.
2. Tanda-tanda pertengahan “aku sangat lapar”
Menggeliat, gerakan fisik meningkat, dan tangan masuk mulut.
3. Tanda-tanda akhir “tenangkan aku. Lalu susuin aku”
Menangis, menghentakkan badan, dan badan berubah warna menjadi
merah.

Saatnya menenangkan bayi dengan sentuhan skin to skin ibu atau ayah
dengan bayi, menimangnya, mengajak bicara, dan mengusap. Hal ini
mampu membuat bayi lebih tenang, kemudian mulai menyusui lagi lalu
gunakan posisi bayi dengan baik dan benar sehingga proses menyusui bisa
lebih baik dan efektif.

M. Tanda-Tanda Bayi Cukup ASI


Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan memperlihatkan
tanda-tanda sebagai berikut :
1. Bayi akan terlihat puas setelah menyusu.
2. Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu pertama
(100-200 gr setiap minggu).
3. Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan BAK 6-8 kali sehari dan
BAB berwarna kuning 2 kali sehari.
4. Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi
dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali
setiap harinya.

BAB III
SUSUNAN ACARA
A. Nama Kegiatan
Pendidikan kesehatan (PENDKES) mengenai teknik menyusui yang baik
dan benar pada ibu post partum.

B. Peserta
Ibu post partum

C. Materi Pendidikan Kesehatan


1. Pengertian menyusui
2. Tujuan menyusui
3. Manfaat menyusui
4. Teknik menyusui dengan benar

D. Waktu dan Tempat


Waktu : Sabtu 23 Januari 2021 Pukul 10.00 WIB
Tempat : Penyuluhan dilaksanakan secara online dirumah masing-
masing.

E. Alat dan Media


1. Power point
2. Leaflet

F. Setting Tempat

PA P1
P2
K
F1 F2

OBS D

K
Keterangan : PA
Pembawa Acara Klien

Penyaji 1 P2 Penyaji 2
P1

Fasilitator 1 F2 Fasilitator 2
F1

Observer Dokumentasi
OBS D

G. Uraian Kerja
1. Pembawa acara : Ayu Putri Ani
2. Penyaji 1 : Shafira Amalia
3. Penyaji 2 : Rivani Agusmawati
4. Fasilitator 1 : Saskia Putri Maharani
5. Fasilitator 2 : Avendea Esa Candra
6. Observer : Destria Ramadhanty
7. Dokumentasi : Ronaldo

BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Teknik menyusui yang benar adalah cara pemberian ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Langkah-langkah
menyusui yang benar yaitu mencuci tangan yang bersih menggunakan
sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar puting, duduk dan
berbaring dengan santai.

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting


susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi
produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusui. Apabila bayi telah
menyusu dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai
berikut :
1. Bayi tampak tenang
2. Badan bayi menempel pada perut ibu
3. Mulut bayi terbuka lebar
4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5. Sebagian aerola masuk kedalam mulut bayi
6. Aerola bawah lebih banyak yang masuk
7. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
8. Puting susu tidak terasa nyeri
9. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
10. Kepala bayi menengadah

B. Saran
Hendaknya kita dapat menngetahui dan mengenali teknik menyusui yang
benar pada ibu menyusui, sehingga apabila kita sebagai tenaga kesehatan
dapat mengoptimalkan tugas kita dalam memberikan pendidikan
kesehatan yang lebih baik, dan ibu menyusui mampu memberikan ASI
hingga waktu yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth j. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial,
Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta. Kementrian
Kesehatan.
Latief, Abdul dkk. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Nanny, Via Lia Dewi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Yogyakarta. Salimba Medika.
Sudarti, Afroh Fauziah. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak
Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.
Syarif I, Widiasteti. 2009. Distrofi Muscular Duchenne. Majalah Kedokteran
Andalas. Diakses dari
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/view/62/59 (20
Januari 2021).
Bobak, Lowdermik, & Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Farrere, H. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Johnson. 2016. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Wulandari & Handayani. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Anda mungkin juga menyukai