Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Gerakan Nasional peningkatan Air susu ibu (ASI) merupakan salah

satu hubungan antara ibu dan anak. Upaya penting ini, keberhasilannya perlu

didukung dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakat. Para ibu,

pelapor peningkatan kualitas sumber daya Indonesia, patut menyadari dan

meningkatkan pengetahuan untuk menunjang gerakan ini (Anonim 2011,

tehnik menyusui bayi tersedia dalam (www.infoanak.com).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling sempurna dan

terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal . Menurut

World Health Organization (WHO), menyusui merupakan salah satu cara

paling efektif dalam meningkatkan kesehatan anak dan menurunkan angka

kematian bayi. Saat ini kurang dari 40% anak di bawah 6 bulan yang

mendapat ASI eksklusif, hal ini berkontribusi terhadap kematian jutaan bayi

setiap tahunnya di dunia ( WHO, 2000 ).

Menurut Kusumawardhani (2010) dalam bukunya yang bejudul ”ASI

Bikin Anak cerdas” Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan ajaib yang diberikan

alam untuk setiap perempuan, ASI merupakan makanan juga minuman yang

paling tepat, menguntungkan dan menyehatkan bagi bayi. ASI berguna untuk

memenuhi kebutuhan gizi bayi sekaligus melindungi bayi dari kemungkinan

serangan penyakit. ASI juga mengandung sari makanan yang dapat

1
2

mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan membangun perkembangan

jaringan sistem saraf.

Sedangkan Asi Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi

umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain

obat untuk terapi (pengobatan penyakit). Dalam hal ini bukan berarti setelah

memberikan Asi secara Ekslusif pemberian ASI dihentikan. Seiring dengan

pengenalan makanan pada bayi pemberian ASI tetap diberikan, sebaiknya

seorang ibu menyusui bayinya selama dua tahun (WHO, 2001).

ASI mempunyai beberapa keunggulan dan manfaat baik bagi bayi

maupun bagi ibunya sendiri. Salah satu keunggulan dari ASI adalah ASI

mengandung zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk kebutuhan

gizi bayi. Dalam ASI juga tekandung didalamnya suatu zat antibodi yang bisa

mencegah terjadinya infeksi, ASI tidak memberatkan fungsi saluran

pencernaan dan ginjal dan yang tidak kalah pentingnya ASI sangat praktis dan

ekonomis ( Suherni , 2009, 15-16).

Sedangkan manfaat ASI untuk bayi itu sendiri adalah bisa

meningkatkan kontak batin antara bayi dengan ibu yang terlaksana pada saat

melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada awal pemberian ASI. Dengan

ASI seorang bayi secara alami akan mendapatkan antibodi (immunoglobulin

IgA) yang terkandung dalam kolustrum yang berguna untuk memberikan

kekebalan tubuh pada bayi sehingga bayi tidak mudah terserang penyakit

terutama diare. ASI juga bisa meningkatkan kecerdasan otak bayi, selain itu
3

juga bisa menghindari dari ancaman obesitas ( Kusumawardhani, 2010, 20-

31).

Selain untuk bayi, ASI juga bermanfaat bagi ibu yang menyusui

diantaranya adalah dengan menyusui bisa membantu ibu memulihkan diri dari

proses persalinan ( Suherni , 2009, 17 ).

Selain itu juga bisa terhindar dari perdarahan post partum sehingga

bisa mengurangi resiko anemia, bisa menghemat energi dan hemat waktu, ASI

juga bisa dijadikan suatu alternatif KB bagi ibu. Adapun dampak yang bisa

terjadi jika bayi tidak diberikan ASI adalah bayi bisa dengan mudah terkena

penyakit terutama yang berhubungan dengan pencernaan. Kecerdasaan yang

dimiliki juga kurang optimal, selain itu ikatan batin antara ibu dan bayi juga

bisa berkurang. Sedangkan untuk ibunya sendiri jika tidak memberikan ASI

bisa beresiko terkena kanker payudara, mastitis, kegemukan, endometritis, dll

( Kusumawardhani, 2009, 36-40).

Tapi semua itu sungguh disayangkan karena masih banyaknya ibu

yang kurang memahami mengenai keunggulan dan manfaat ASI, sehingga

memberikan makanan pengganti sebelum waktunya. Hal tersebut disebabkan

oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal misalnya

kurangnya frekuensi ANC (antenatal care), pengalaman menyusui

sebelumnya yang mengalami kesulitan dalam menyusui, pendidikan yang

rendah serta ibu sebagai status pekerja. Sedangkan faktor eksternal antara lain

peran ayah dalam membantu kesulitan-kesulitan menyusui, faktor sosial


4

budaya dalam masyarakat seperti kebiasaan memberi air putih dan cairan lain

seperti teh, air manis, dan jus kepada bayi dalam bulan bulan pertama.

Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2002-

2003), didapati data jumlah pemberian ASI pada bayi dibawah usia dua bulan

sebesar 64% dari total bayi yang ada. Data UNICEF tahun 2006 menyebutkan

bahwa kesadaran ibu untuk memberikan ASI di Indonesia baru 14%, itupun

diberikan hanya sampai bayi berusia empat bulan.

Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2007 oleh Nutrition &

Health Surveillance System (NSS) yang berkerjasama dengan badan penelitian

dan pengembangan kesehatan dan Helen Keller International di 4 perkotaan

(Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung,

Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan Asi

eksklusif 4 - 5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan di pedesaan

4% - 25%. Pencapaian ASI eksklusif 5 - 6 bulan di perkotaan berkisar antara

hanya 1% - 13% sedangkan di pedesaan 2% - 13%. Permasalahan yang utama

rendahnya angka cakupan ASI ini adalah karena faktor sosial budaya,

kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan

yang belum sepenuhnya mendukung serta gencarnya promosi susu (Anonim

2011, tehnik menyusui bayi tersedia dalam (www.infoanak.com).

Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan di Poskesdes Tanjung

Gedang saat diadakan posyandu masih banyak didapatkan bayi yang belum

mendapatkan ASI Eksklusif. Dari posyandu tersebut didapatkan 9 diantara 10

bayi yang tidak mendapatkan ASI Ekslusif. Hal ini terbukti ketika ada
5

posyandu masih terlihat bayi yang usianya dibawah 6 bulan diberikan

makanan pendamping ASI oleh ibunya, misalnya dengan diberikannya biskuit

dan buah jeruk.

Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “ Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Gagalnya Pemberian ASI (Air

Susu Ibu) Eksklusif di Poskesdes Tanjung Gedang Kabupaten Bungo Tahun

2011 ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Masih banyaknya ibu yanng tidak

memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya faktor - faktor yang mempengaruhi gagalnya

pemberian ASI Eksklusif di Poskesdes Tanjung Gedang Kabupaten

Bungo Tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi Frekuensi perubahan sosial budaya

terhadap gagalnya pemberian ASI Eksklusif di Poskesdes Tanjung

Gedang Kabupaten Bungo Tahun 2011.


6

b. Untuk mengetahui distribusi Frekuensi pendidikan terhadap

gagalnya pemberian ASI Eksklusif di Poskesdes Tanjung Gedang

Kabupaten Bungo Tahun 2011.

c. Untuk mengetahui distribusi Frekuensi pengetahuan ibu terhadap

gagalnya pemberian ASI Eksklusif di Poskesdes Tanjung Gedang

Kabupaten Bungo Tahun 2011.

d. Untuk mengetahui hubungan antara perubahan sosial budaya dengan

gagalnya pemberian ASI Eksklusif.

e. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan gagalnya

pemberian ASI Eksklusif.

f. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan gagalnya

pemberian ASI Eksklusif.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Poskesdes.

Diharapkan puskesdes mampu untuk meningkatkan kinerjanya dalam cakupan

pemberian ASI Ekskusif sehingga mampu meningkatkan taraf kesehatan dan

kecerdasan bayi di wilayah kerjanya.

b. Bagi masyarakat

Diharapkan pada masyarakat setelah diadakan penelitian ini masyarakat

mengerti tentang ASI Eksklusif dan mengetahui bagaimana cara

pelaksanaanya.
7

c. Institusi Pendidikan.

Diharapkan pada pendidikan dapat memperbanyak sumber informasi yang

berkaitan dengan ASI Eksklusif.

d. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat lebih memahami tentang ASI Eksklusif, dan mampu

merealisasikan dalam kehidupan masyarakat.

1.5 Hipotesis

a. Ada hubungan antara perubahan sosial budaya dengan gagalnya pemberian

Asi Eksklusif di Poskesdes Tanjung Gedang Kabupaten Bungo Tahun 2011.

b. Ada hubungan antara Pendidikan dengan gagalnya pemberian ASI eksklusif di

Poskesdes Tanjung Gedang Kabupaten Bungo Tahun 2011.

c. Ada hubungan antara Pengetahuan dengan gagalnya pemberian ASI eksklusif

di Poskesdes Tanjung Gedang Kabupaten Bungo Tahun 2011.

Anda mungkin juga menyukai