PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan merupakan sub sistim dari Pembangunan Nasional, yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat disetiap penduduk agar dapat mewujudkan Derajat
Kesehatan Masyarakat yang optimal.
Tujuan Pembangunan Kesehatan dalam rencana pokok program pembangunan jangka panjang
bidang Kesehatan, dijabarkan dalam Panca Karsa Husada yang terdiri dari:
1. Peningkatan kemampuan masyarakat menolong dirinya sendiri dalam bidang Kesehatan.
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3. Peningkatan status gizi masyarakat
4. Pengurangan angka kesakitan dan kematian
5. Pengembangan keluarga sehat dan sejahtera dengan makin diterimanya Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
Untuk mencapai tujuan ini dan sesuai dengan visi dan misi Indonesia Sehat mutlak diperlukan
upaya pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya agar mereka memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi tingginya dengan cara memberikan pelayanan yang merata, sempurna, terjangkau oleh
kemampuan masyarakat, terutama ditujukan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah baik
masyarakat pedusunan maupun masyarakat perkotaaan.
Perlu kita pahami bahwa pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
Pembangunan Nasional, karena kesehatan menyentuh hampir semua aspek demografi, keadaan dan
pertumbuhan ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan dan perilaku serta kondisi dan perkembangan
lingkungan fisik maupun biologik dimana masyarakat tersebut berada.
Untuk mempercepat keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan kebijakan
pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan proaktif dengan melibatkan semua sektor terkait,
Pemerintah, swasta dan masyarakat. Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh
kinerja sektor kesehatan semata, melainkan sangat dipengaruhi oleh interaksi yang dinamis dari
berbagai sektor.
Dengan pembangunan yang dilaksanakan secara lebih intensif, berkesinambungan dan merata
serta ditunjang oleh informasi kesehatan yang semakin mantap maka diharapkan derajat kesehatan
masyarakat yang telah dicapai tersebut dapat semakin meningkat dan menjangkau seluruh dusun.
Melalui laporan PUSKESMAS Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang Tahun 2018 ini
merupakan salah satu bentuk upaya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program telah
dilaksanakan pada Tahun 2018, serta diharapkan dapat mendukung dan meningkatkan manajemen
kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian di atas maka rumusan masalah pada laporan tahunan ini adalah bagaimana
memberdayakan sumber daya yang ada dengan menggunakan potensi yang ada dalam
peningkatan pembangunan kesehatan di Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang.
a. Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi hasil pencapaian kegiatan di Puskesmas Kecamatan Limbur Lubuk
Mengkuang Tahun 2014 dan sebagai pedoman untuk menyususn laporan masing masing
program yang telah dilaksanakan pada Tahun 2018 dan sebagai pedoman untuk perencaaan
kegiatan pada tahun 2019
b. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya Cakupan masing masing Program di Puskesmas Kecamatan Limbur Lubuk
Mengkuang Tahun 2018
2.Diketahuinya permasalahan yang timbul dan upaya pemecahan masalah pada Puskesmas
Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang Tahun 2018
3. Sebagai kelengkapan manajemen di Puskesmas
4. Sebagai salah satu kewajiban pokok di Puskesmas
D. Manfaat Laporan Tahunan
Sebagai bahan masukan dalam menetapkan kebijakan bagi Dinas dalam menentukan target dan
Laporan ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan pelayanan dan capaian
target untuk masa yang akan datang di Puskesmas Limbur Lubuk Mengkuang.
1. Geografi
2. Sosial Budaya
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Limbur Lubuk Mengkuang, sebagian
besar tidak tamat SD dan SLTP seperti terlihat pada tabel berikut
Tabel 4.2
1. Puskesmas Induk 1
2. Puskesmas Pembantu 5
3. Poskesdes 7
4. Pusling 1
5. Posyandu 14
6. Laboratorium 1
7. UGD 1
8. Poli Gigi 1
9. Pelayanan 24 Jam 1
10. Klinik KB 5
JUMLAH
NO DUSUN JML
PNS HONOR PTT TKS
1 Tuo Lubuk Mengkuang 1 - - 1
3 Pauh agung 1 - - 1
4 Ma Tebo Pandak 1 - - 1
5 Tanjung Bungo 1 - - 1
9 Pemunyian 2 - - 3
10 Rantau Tipu 1 4 - 5
11 Limbur Baru 1 - - 1
12 Tuo Limbur 2 - - 2
13 Tebo Jaya 2 - - 2
14 Sekar Mengkuang 2 - - 2
15 Puskesmas Induk 16 27 12 55
JUMLAH 34 31 0 12 77
TABEL 6
KEADAAN DAN JUMLAH TENAGA KESEHATAN YANG TERDAPAT PADA PUSKESMAS
LIMBUR LUBUK MENGKUANG
No Jenis Tenaga Jumlah Keterangan
1 Dokter Umum 2
2 Kepala Puskesmas 1
7 Tenaga Penyuluh 1
11 Dokter Gigi 1
12 Petugas Farmasi -
14 TU 1
Jumlah 76
C. Sumber Dana
Sumber dana yang digunakan untuk operasional dan kegiatan program
Puskesmas berasal dari Angaran Dana Alokasi Umum (DAU) dari Pemerintah
Daerah dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang dialokasikan dari DAK
non Fisik
A. Visi
Menjadikan Puskesmas Limbur Lubuk Mengkuang Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Yang
Berkualitas dan terjangkau
B. Misi
1. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang bermutu dan sesuai setandar
2. Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektor Dan Lintas Program serta
memberdayakan masyarakat.
3. Meningkatkan Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas
C. MOTTO Puskesmas Limbur Lubuk Mengkuang
“KEPUASAN PELAYANAN ADALAH KOMITMEN KAMI”
b. Pertolongan Persalinan
Cakupan persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan terlatih tahun 2018 sebanyak 374 (91%),
dengan standar palayanan minimal 90 %
d. ASI Ekslusif
Peraturan ASI Eksklusif yang terbaru yaitu pemberian ASI saja untuk bayi berusia 0-6 Bulan
telah mengubah persepsi masyarakat dari masa pemberian ASI saja selama 4 bulan menjadi 6 bulan.
Cakupan pemberian ASI Eksklusif diseluruh wilayah Puskesmas dalam Kecamatan Limbur
Lubuk Mengkuang tahun 2018 dengan cakupan 90 bayi (40,06%).
b. P2 Rabies
Pemberantasan Penyakit Rabies
Penyakit anjing gila (Rabies) merupakan salah satu penyakit hewan menular akut yang
di sebabkan oleh virus, ini termasuk kelompok Rhabdo (bentuk peluru). Penyakit rabies bersipat
Zoonosis (menular dari hewan ke manusia), relatif sulit di berantas dan di tularkan dari hewan
(anjing pada umumnya, kucing dan kera serta hewan sebangsa lainya ) melalui gigitan atau
jilatan pada bagian tubuh yang luka dan lecet. Selanjutnya virus bergerak melalui syaraf menuju
susunan syaraf pusat (otak). Masa inkubasi Sangat bervariasi dan umumnya 15 hari sampai
dengan 3 bulan.
Masyarakat awam sering menganggap enteng luka kecil karena gigitan Hewan Penular
Rabies (Anjing, Kucing atau Kera) dan selanjutnya melupakan karena luka tersebut mengering
dan sembuh. Hal ini Sangat berbahaya karena kealfaan tersebut akan mengancam nyawa
penderita gigitan.
Kasus gigitan rabies baik pada hewan maupun manusia hampir selalu diakhiri dengan
kematian kalau tidak segera mendapat pertolongan. Dengan kata lain angka kesakitannya
(morbiditas) sama dengan angka kematian (mortalitas) yakni 100 %. Selain itu virulensi
penyakit Rabies yang relatif tinggi dan pola penyebaran yang tidak menentu, maka dalam
pemberantasan dan pengendalianya diperlukan tindakan yang cepat, masih terkoordinasi. Sesuai
dengan semangat otonomi daerah yaitu disyahkannya Undang-undang No.22 tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah yaitu Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pusat dan Daerah, maka dalam upaya Pemberantasan dan Pengendalian
Penyakit Hewan Penular Rabies titik beratnya berada pada Kabupaten / Kota.
c. Pengamatan Penyakit
Pengamatan serta penemuan kasus gigitan Hewan Penyebab Rabies (HPR) dapat dipantau
melalui laporan bulanan Bides dan pasien yang berobat ke Puskesmas.
Penemuan dan Penatalaksanaan Kasus
Pada tahun 2018 tidak ditemukan kasus gigitan Hewan Penyebab Rabies (HPR).
Mengingat kabupaten mempunyai daerah perbatasan dengan Kabupaten/Propinsi lain
serta menyebabkan populasi anjing semakin bertambah setiap tahun disamping tidak
terkendalinya penambahan populasi. Hewan Penular Rabies terbanyak adalah anjing, disusul
kucing, kera dan lain - lainnya.
Angka Konversi
Konversi artinya penderita BTA (+) setelah makan obat 2 bulan (Fase intensif) diambil
speciment dahaknya 2 kali pada pagi hari dan sewaktu-waktu dengan hasil negatif. Penilaian
angka konversi diambil berdasarkan keadaan 6 bulan yang lalu
Angka Kesembuhan
Penderita dinyatakan sembuh apabila kedua dinyatakan konversi, akhir bulan kelima dan
keenam pemeriksaan dahak dengan hasil negatif. Laporan disampaikan dalam triwulan hasil
pengobatan TB 12-15 bulan yang lalu. Apabila tiga tahap pemeriksaan tidak lengkap maka
penderita dinyatakan pengobatan lengkap tanpa melihat hasil pemeriksaan dahak, tetapi tidak
dinyatakan sembuh.
Pengawas Makan Obat belum berfungsi maksimal. Perlu ditingkatkan upaya pembinaan /
bimbingan pada penderita baru BTA positif melalui tatap muka saat penderita berkunjung ke
Puskesmas / Pustu atau melalui kunjungan rumah dalam rangka PHN ( Perawatan Kesehatan
Masyarakat).
Konseling
Indikator keberhasilan adalah jumlah ibu atau keluarga balita dan bayi yang diberi
konseling dengan menggunakan Tanya jawab, dengar pendapat, dan nasehat.
g. P2 Diare
Pengamatan Penyakit
Pengamatan penyakit dapat diikuti melalui laporan mingguan (W2) dan Laporan
bulanan penyakit (LB I), namun petugas Puskesmas tidak merekap dan mencantumkan data
karena penyakit diare.
Penemuan dan Penatalaksanaan Kasus
Jumlah temuan dan pengobatan kasus diare pada tahun 2018 sebanyak 726 orang
(Incidence Rate 28,2/1.000 penduduk), sedangkan kebutuhan oralit untuk tahun 2018 sebanyak
2178 bungkus.
Konseling Kader
Indikator keberhasilan konseling adalah peningkatan rumah tangga melaksanakan terapi
yang benar dan peningkatan jumlah kasus diare tanpa dehidrasi ke sarana kesehatan/Puskesmas.
Indikator keberhasilan pelatihan kader (Minimal 1 kader per Posyandu) adalah dengan
meningkatnya jumlah yang ditangani kader.
h. P2 Kusta
Kelengkapan laporan mencapai 100% dan pada tahun 2018 tidak ada ditemukan kasus kusta.
i. P2 Kelamin
Penemuan dan penatalaksanaan kasus hanya berdasarkan kunjungan pasien ke Puskesmas. Pada
tahun 2018 tidak ada kasus penyakit Infeksi menular seksual yang ditemukan. Sedangkan kasus HIV-
AIDS tahun 2018 di Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang tidak ada.
j. Imunisasi
Imunisasi Dasar.
Cakupan imunisasi dasar di Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang pada Tahun 2018
dengan indicator Campak mencapai (74 %), BCG pada Bayi (79 %), Polio (95 %), DPT/HB
(95 %), DT (100 %), TD (100 %), dan Imunisasi TT (99 %) dengan saasaran bayi 282 bayi.
5. Pengembangan Program
1. Seksi Data dan Informasi
Seksi Data dan Informasi mempunyai tugas dan fungsi yaitu mengelola Data dan Informasi di
bidang kesehatan. pengelolaan data dan informasi kesehatan ditangani oleh suatu Tim yaitu Tim SP2TP
Seksi Data dan Informasi terbentuk dan mulai melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan
instruksi yang telah ditetapkan.
Adapun kegiatan Seksi Data dan Informasi yang telah dilaksanakan pada tahun 2018 adalah
sebagai berikut :
a. Mengelola data SP2TP dan mengirimkan hasil olahan
data SP2TP ke Dinas kesehatan kabupaten Bungo .
b. Membuat Laporan Tahunan PUSKESMAS Kecamatan
Limbur Lubuk Mengkuang
A. Analisa
Dari hasil evaluasi dan monitoring PUSKESMAS Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang,
masih cukup banyak permasalahan yang ditemui sampai dengan akhir tahun 2018, yaitu sebagai
berikut :
B. Alternatif Pemecahan
Berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan yang dihadapi saat ini serta dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat khususnya Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang Sehat, maka
upaya-upaya yang dilakukan adalah :
1. Peningkatan kuantitas dan kualitas KIE / Penyuluhan diutamakan kepada keluarga, serta
pengembangan konsep kemampuan individu untuk menjaga kesehatan sendiri dengan baik.
2. Kerja Sama lintas Program di Puskesmas untuk menselaraskan ide untuk peningkatan kinerja
program kedepannya.
3. Kerja sama lintas sektoral baik secara Advokasi dari stickholder dan pembinaan terhadap
TOMA di wilayah kerja Puskesmas sehingga dapat berjalan seiring.
4. Adanya peran serta masyarakat dari semua unsur sehingga semua Program Puskesmas yang
berkaitan langsung dapat tercapai.
A.KESIMPULAN
Dari uraian diatas maka dapat di simpulkan bahwa dapat kami simpulkan bahwa sebagian besar
kegiatan PUSKESMAS yang terintergrasi melalui puskesmas dan Bidan DUSUN dapat diselesaikan
dengan baik dengan memanfaatkan sumber daya yang terbatas baik tenaga, fasilitas fisik, dana, dan
prasarana, serta metoda yang ada untuk menyelesaikan rencana atau target yang telah ditentukan
berdasarkan standar pelayanan minimal sektor kesehatan.apa bila ada beberapa kegiatan yang tidak
tercapai maka itu merupakan PR bersama yang harus kita selesaikan bersama-sama.
Sehingga dengan pembangunan secara bertahap maka diharapkan dapat mencapai
“KECAMATAN SEHAT“ yang ditandai dengan penduduk yang hidup dalam lingkungan dan perilaku
hidup bersih dan sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
B. SARAN-SARAN
1. Bagi Dinas Kesehatan
apabila pelaksanaan program tidak mencapai target maka dapat mencari akar
permasalahannya.
Bahu membahu dan kebersamaan serta tranparansi dari semua elemen di Puskesmas