Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut pedoman menyusui oleh World Health Organization (WHO)

atau UNICEF, Breast Feeding promotion and Suport, 2005 ada empat hal penting

yang harus dilakukan yaitu : pertama mulai menyusui segera setelah lahir dalam

waktu satu jam, kedua jangan berikan makanan atau minuman selain ASI atau

pengganti susu ibu,kecuali diinstruksikan oleh dokter atas alasan medis, sangat

jarang ibu tidak memiliki Air Susu Ibu yang cukup sehingga memerlukan susu

tambahan (Enkinet al, 2000), ketiga berikan ASI Eksklusif selama 6 bulan

pertama dan baru dianjurkan untuk memulai pemberian makanan pendamping

ASI (MPASI) setelah periode eksluksif tersebut, keempat berikan ASI pada bayi

sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun malam (8-10 kali atau

lebih,dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya. (Buku APN, 2008).

ASI merupakan makanan terbaik yang harus diberikan pada bayi usia 6–

24 bulan. ASI diberikan sebagai makanan pertama sebelum peralihan ke makanan

keluarga. Pemberian ASI yang cukup sebagai makanan pendamping dapat

meningkatkan kualitas dan kuantitas penting bagi pertumbuhan otak serta

perkembangan kecerdasan bayi (Depkes, 1992).


2

Namun pada kenyataanya permasalahan yang sering terjadi diantaranya

adalah pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini atau terlambat, makanan

pendamping ASI yang diberikan tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi

(AKG) rata-rata, dan frekuensi pemberian yang kurang (Dep.Kes, 1992).

Bayi yang tidak mendapatkan ASI kemungkinan akan mengalami

gangguan pertumbuhan yang dimulai ketika bayi berusia 2–3 bulan, yang

merupakan manifestasi gangguan gizi bayi. Gangguan gizi bayi merupakan faktor

signifikan terhadap kematian bayi (WHO, 1996).

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh

jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung

di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi

kebutuhan pertumbuhan usia sekitar enam bulan. Sebab bayi yang diberikan ASI

secara eksklusif akan meningkatkan daya mortalitas dan morbiditasnya berbeda

lebih besar dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula. Menurut

laporan WHO (2000) pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama

terbukti menurunkan angka kematian 1,5 juta bayi pertahun.

Status gizi bayi merupakan hasil dari keseimbangan antara asupan gizi

dengan kebutuhan gizi. Dilihat dari kebutuhan gizi, kematangan fisiologis, dan

keamanan imunologis, pemberian makanan selain Air Susu Ibu (ASI) sebelum

bayi berusia 4 bulan adalah tidak perlu dan juga dapat membahayakan,

(Almatsier, 2001).
3

Pertumbuhan terjadi pada seseorang meliputi perubahan fisik, berpikir,

berperasaan, bertingkah laku dan lain-lain, sedangkan perkembangan yang

dialami seorang anak merupakan rangkaian perubahan secara teratur dari satu

tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dan berlaku secara

umum, misal : anak berdiri dengan satu kaki, berjingkat (berjinjit), berjalan,

menaiki tangga, berlari dan seterusnya.

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002–2003 pada

tahun 2003 terdapat sekitar 6,7 juta bayi (27,3%) menderita gizi kurang dan 1,5

juta diantaranya gizi buruk. Anemia defisiensi besi dijumpai pada sekitar 8,1 juta

anak. Apabila dikaitkan dengan pemberian ASI ekslusif, keadaan ini cukup

memprihatinkan.

Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung, bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2008,

peresentase bayi dengan gizi buruk didapatkan rata-rata sebesar 1,69% angka ini

sedikit lebih tinggi dibandingkan persentase Tahun 2009 sebesar 0,06% angka ini

lebih rendah, sedangkan persentase bayi dengan gizi buruk didapatkan rata-rata

sebesar 0,06% angka ini lebih rendah dan masih tetap seperti pada tahun 2009.

Namun angka ini sudah jauh berada di bawah target Indikator Strategi 2010

sebesar 15%. Dalam rencana aksi program pembinaan gizi masyarakat tahun

2010-2014 ditetapkan 100% bayi gizi buruk mendapatkan perawatan standar

tatalaksana gizi buruk.(Dinkes.2010)


4

Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka , untuk

wilayah Puskesmas Puding Besar status gizi terhadap bayi pada tahun 2009,

persentase bayi dengan gizi buruk didapatkan rata-rata sebesar, 1,36% angka ini

sedikit lebih tinggi dibandingkan peresentase Tahun 2010 sebesar 0,16% angka

ini sedikit rendah. Namun angka ini sudah jauh berada di bawah target IS 2010

sebesar 15%. Dalam rencana aksi program pembinaan gizi masyarakat tahun

2010-2014 ditetapkan 100% bayi gizi buruk mendapatkan perawatan standar

tatalaksana gizi buruk.

Berdasarkan laporan dari Puskesmas Desa Puding Besar, bahwa status

gizi p bayi pada tahun 2010 presentase bayi yang mengalami status gizi kurang

sebesar 0.16% angka ini sedikit rendah. Namun angka ini jauh berada di bawah

target IS 2010 sebesar 15%. Dalam rencana aksi program pembinaan gizi

masyarakat tahun 2010-2014 ditetapkan 100% bayi gizi buruk mendapatkan

perawatan standar tatalaksana gizi buruk. (Puskesmas Puding Besar, 2010)

Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung, Cakupan ASI Eksklusif pada bayi masih mengalami peningkatan.

Dimana pada tahun 2008 mencapai 10,39% pemberian ASI Eksklusif pada bayi.

Sedangkan pada tahun 2009 mencapai 31,27 %. Sedangkan pada tahun 2010

mencapai 23,93% pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Dari data tersebut dapat

dilihat terjadinya penurunan terhadap cakupan ASI Eksklusif pada bayi setiap

tahunnya (Dinkes Provinsi Babel, 2010).


5

Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka, Cakupan

ASI Ekslusif pada bayi di Puskesmas Puding Besar pada tahun 2008 mencapai

1,30% pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Sedangkan pada tahun 2009 mencapai

14,8%. bahkan pada tahun 2010 mencapai 16,4 % dari data tersebut dapat dilihat

terjadinya peningkatan cakupan ASI Eksklusif pada bayi setiap tahunnya (Dinkes

Kabupaten Bangka, 2010).

Berdasarkan laporan dari Puskesmas Desa Puding Besar, Cakupan ASI

Eksklusif pada bayi setiap bulan belum sesuai target yang diharapkan untuk

mencapai pada tahun 2008 mencapai 1,30% pemberian ASI Eksklusif pada bayi.

Sedangkan pada tahun 2009 mencapai 14,8% pemberian ASI Eksklusif pada bayi

sehingga pada tahun 2010 mencapai 16,4% pemberian ASI Eksklusif pada

bayi(Puskesmas Puding Besar, 2010)

Wujud tersebut juga dilakukan di Puskesmas Desa Puding Besar Kecamatan

Puding Besar selama tahun 2010, yang peneliti nilai daerah ini cukup konsisten dalam

mewujudkan pengaruh pemberian ASI Ekslusif bila mencakup pada penilaian status

gizi pada bayi usia enam bulan yang ada ditengah masyarakat. Hal ni juga tercakup

dalam program kerja puskesmas, Dinas Kesehatan, maupun dari penjabaran misi

pemerintahan daerah. Oleh sebab itu permasalahan ini jadi pembahasan dan diangkat

menjadi judul permasalahan dalam Proposal ini.

Untuk mengetahui bagaimana peran masyarakat, puskesmas, dinas kesehatan

maupun  pemerintah daerah di Puskesmas Desa Puding Besar Kecamatan Puding


6

Besar dalam melihat realitas pengaruhnya dan hasil tentang pengaruh pemberian ASI

Ekslusif dari cakupan status gizi nya, maka peneliti akan membahasnya dalam

penelitian Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PENGARUH PEMBERIAN ASI

EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI PADA BAYI  DI PUSKESMAS DESA

PUDING BESAR KABUPATEN BANGKA BARAT TAHUN 2010”

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas dapat dilihat bahwa masih rendahnya cakupan

pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Puding Besar, oleh

karena itu peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh pemberian ASI Eksklusif

terhadap status gizi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Puding Besar Kecamatan

Puding Besar Kabupaten Bangka selama kurun waktu tahun 2010.

 
C. TUJUAN PENELITI

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap status gizi

pada bayi di Puskesmas Desa Puding Besar Kecamatan Puding Besar

Kabupaten Bangka selama kurun waktu tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap status

gizi pada bayi di Puskesmas Desa Puding Besar Kecamatan Puding Besar
7

Kabupaten Bangka Barat selama tahun 2010, bila dilihat dari faktor-faktor

korelasinya, yaitu :

1. Mengetahui gambaran bayi ASI Eksklusif di Puskesmas Puding Besar

Tahun 2010.

2. Mengetahui gambaran status gizi bayi di Puskesmas Puding Besar

Tahun 2010.

3. Mengetahui Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif terhadap status

gizi bayi di Puskesmas Puding Besar Tahun 2010.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Tempat Penelitian

Memberikan masukan kepada Puskesmas tentang manfaat pemberian ASI

Eksklusif untuk kecukupan status gizi bayi, serta memberikan masukan agar

puskesmas semakin mendukung dengan pemberian ASI Eksklusif terhadap

status gizi bayi.

2. Bagi Akademi Kebidanan

Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan proses

belajar mengajar yang telah ditetapkan serta dapat dijadikan bahan

kepustakaan bagi pembaca atau mahasiswa lainnya.


8

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta sebagai sarana

menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliah di Akademi Kebidanan

Sungailiat Bangka.

 E. RUANG LINGKUP PENELITI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ASI

Eksklusif terhadap status gizi pada bayi di Puskesmas Puding Besar Kecamatan

Puding Besar Tahun 2010. Peneliti mengangkat masalah tersebut untuk melihat

hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi bayi di Puskesmas

Puding Besar. Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi yang mendapatkan ASI

Eksklusif dan yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif di Puskesmas Puding Besar

Kecamatan Puding Besar Tahun 2010, dan hubungan nya dengan status gizi bayi

dengan populasi. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai

Agustus tahun 2011. Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik dengan

rancangan studi kasus control dan menggunakan alat bantu berupa kuesioner.
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif


 

1. Pengertian ASI Eksklusif

ASI EKSKLUSIF adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lainnya pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bayi hanya

diberi ASI tanpa makanan atau minuman lain termasuk air putih terkecuali,

obat, vitamin, mineral dan ASI yang diperah.

Pengertian ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja, tanpa

tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan

tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,

bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara Eksklusif ini dianjurkan untuk

jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan.

Setelah bayi berumur 6 bulan, bayi harus mulai diperkenalkan dengan

makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun

atau bahkan lebih dari 2 tahun (Utami Roesli, 200 : 3).

ASI Eksklusif adalah makanan bagi bayi yang mempunyai nilai gizi

paling tinggi yang terkandung di dalam ASI dibandingkan susu formula.

Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan selama 6 bulan tanpa memberikan

makanan pendamping maupun tambahan makanan padat lain nya. Setelah 6


10

bulan pemberian ASI diteruskan hingga bayi berumur 2 tahun serta diberikan

makanan padat lainnya.

Pemberian ASI Eksklusif ialah makanan eksklufis bagi bayi. Secara

alamiah, Tuhan memang telah menciptakan ASI sedemikian rupa sehingga

sangat cocok untuk dijadikan makanan yang mudah dicerna olehnya dengan

cara diserap melalui putting ibunya. Terkadang sebagian dari mereka tidak

memberikan ASI secara penuh karena alasan payudara tidak mengeluarkan

ASI atau ASI yang dihasilkan sedikit. Dari hasil penelitian, diperkirakan 8

dari 10 ibu yang melahirkan mampu menghasilkan ASI dalam jumlah yang

cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan selama

6 bulan (Nur Khasanah, 2011:46:47).

2. Manfaat ASI

1. Manfaat ASI Eksklusif bagi Bayi

a. ASI sebagai Nutrisi,

Karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa

pertumbuhannya, selain itu bayi tidak akan megalami kelebihan atau

kekurangan nutrisi.

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi,

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapatkan

immunoglobulin (zat kekabalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari.


11

Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang

dibentuk oleh badan bayi belum cukup maka akan terjadi kesenjangan

zat kekebalan pada bayi. Oleh karena itu, bayi yang diberikan ASI

Eksklusif ternyata akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan bayi

yang tidak mendapat ASI Eksklusif.

c. ASI meningkatkan kecerdasan otak bayi

Terdapat dua factor penentu kecerdasan otak anak yaitu:

1) Faktor genetik atau faktor bawaan menentukan potensi yang

diturunkan oleh orang tua, bahkan faktor ini tidak dapat

dimanipulasi ataupun direkayasa.

2) Faktor Lingkungan adalah faktor yang menentukan apakah

faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal, karena faktor

ini mempunyai banyak aspek yang dapat dimanipulasi atau

direkayasa.

d. Memberikan ASI dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu

dengan bayi.

Bayi yang selalu berada dalam dekapan ibu karena menyusu

akan merasakan kasih sayang ibunya, bayi akan merasa aman dan

tentram terutama karena masih dapat dengar detak jantung ibunya

yang telah dikenal sejak dalam kandungan, berbeda dengan bayi yang

diberikan susu botol ataupun susu formula.


12

e. ASI mudah dicerna oleh bayi

ASI merupakan makanan yang paling mudah dicerna bayi.

Maka dari itu, system pencernaan bayi yang masih rentan akan

mengeluarkan sedikit energy dalam mencerna ASI sehingga bayi dapat

menggunakan energinya untuk pertumbuhan dan perkembangan organ.

Selain itu, mengandung enzim pencernaan yang terkandung di dalam

ASI.

f. ASI meringankan pencernaan bayi

Kondisi system pencernaan bayi pada bulan-bulan pertama

belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, asupan nutrisinya tidak

boleh yang memberatkan kerja sistem pencernaannya. ASI juga

dilengkapi dengan enzim-enzim yang membantu proses pencernaan

sehingga meringankan kerja sistem pencernaan bayi.

g. ASI tidak mudah tercemar oleh bakteri manapun

Karena ASI steril dan langsung dikeluarkan oleh mulut bayi

ketika menyusu dan tidak ada ruang untuk bakteri masuk kedalam

ASI. sedangkan susu formula mudah dan sering tercemar bakteri,

terutama bila ibu kurang mengetahui cara pembuatan susu formula

yang benar dan baik.


13

h. ASI menghindarkan bayi dari alergi

Hasil penelitian bahwa ASI mampu melindungi terhadap

beberapa jenis gangguan alergi. Karena komposisi ASI sudah

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi bayi.

i. ASI mengurangi risiko obesitas di kemudian hari

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI

memiliki peran awal dalam mengurangi obesitas pada anak. Anak-

anak yang diberi ASI memiliki risiko berat badan berlebihan atau

obeistas lebih rendah ketimbang anak yang diberi susu formula.

j. ASI juga tidak menimbulkan karies gigi pada bayi

Kandungan selenium yang banyak dalam ASI mampu melindungi bayi

terhadap timbulnya karies gigi.

k. ASI dapat menyehatkan paru-paru bayi.

Karena dengan proses menyedot atau menyusu merupakan aktivitas

olahraga yang menyehatkan serta dapat memperkuat paru-paru bayi.

Bayi yang diberi ASI 6 kali dalam sehari selama 4 bulan,kemungkinan

akan meningkatkan kapasitas paru-paru dan perputaran udara dari

paru-paru,dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula


14

3. Produksi ASI.

Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang oleh

isapan mulut bayi pada putting payudara ibu. Gerakan tersebut merangsang

kelenjar yang ada di otak ibu untuk memproduksi sejumlah prolaktin, yaitu

hormon utama yang mengendalikan pengeluaran ASI. Proses pengeluaran

ASI tergantung pada let down reflex, yaitu isapan pada putting dapat

merangsang kelenjar yang ada di otaknya untuk menghasilkan hormon

oksitosin, yang dapat merangsang dinding saluran susu agar membiarkan susu

dapat mengalir secara lancer (Nur Khasanah, 2011:119).

Berdasarkan proses terjadinya produksi ASI, ternyata ASI memiliki

komposisi yang berbeda-beda dari hari ke hari yaitu :

1. Kolostrum.

Kolostrum merupakan cairan pertama yang berwarna kekuning-

kuningan (lebih kuning dibandingkan susu matur). Cairan ini dari kelenjar

payudara dan keluar pada hari kesatu sampai hari keempat-ketujuh dengan

komposisi yang selalu berubah dari hari kehari. Kolostrum mengandung

zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI matur. Selain

itu, kolostrum dapat berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk

membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan

mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang

akan datang (Utami Roesli, 2000:25).


15

Table 2.1
Kandungan dan Manfaat Kolostrum

Kandungan Kolostrum Manfaat Kolostrum

Kaya antibody Melindungi bayi terhadap infeksi

dan alergi

Banyak sel darah putih Melindungi bayi terhadap infeksi

Pencahar Membersihkan air ketuban, dan

membantu mencegah bayi kuning

(ikterus)

Faktor-faktor pertumbuhan Membantu usus bayi berkembang

lebih matang, mencegah alergi dan

keadaan tidak tahan (intoleransi)

Kaya vitamin A Mengurangi keparahan infeksi,

mencegah penyakit mata pada bayi

Sumber: Depkes RI (2007)

2. ASI Transisi ( Peralihan )

ASI transisi diproduksi pada hari ke-4 sampai 7 hari ke-10 sampai

14. Pada masa ini kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat

dan lemak serta volumenya semakin meningkat.


16

3. ASI Matang ( Mature )

ASI mature merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan

seterusnya dengan komposisi yang relatif konstan. Pada ibu yang sehat

dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan makanan satu-

satunya yang paling baik bagi bayi sampai umur enam bulan (Utami

Roesli, 2001:25).

4. Volume Produksi ASI

Menurut Nur Khasanah (2011:122) ternyata volume ASI yang

diberikan pada bayi, Volume ASI dari waktu ke waktu berubah yaitu :

1. Enam bulan pertama : sekitar 500 – 700 ml/24 Jam

2. Enam bulan kedua : sekitar 400 – 600 ml/ 24 Jam

3. Setelah satu tahun : sekitar 300 – 500 ml/ 24 jam

Semakin sering bayi mengisap putting susu akan semakin banyak

prolaktin dan ASI. Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila pengisapan

puting susu cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap 10–100 ml

ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10–14. Bayi sehat akan

mengkonsumsi 700 – 800 ml ASI per hari (kisaran 600 – 1000 ml). setelah 6

bulan pertama produksi ASI akan menurun menjadi 400–700 ml, sehingga

diperlukan makanan pendamping ASI. Setelah 1 tahun, produksi ASI hanya

sekitar 300–500 ml,sehingga makanan pada menjadi makanan utama (Depkes

RI, 2008:130).
17

Nur Khasanah menambahkan pendapatnya bahwa ukuran payudara

tidak ada hubungannya dengan volume ASI yang diproduksi, meskipun pada

payudara yang berukuran kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah

selama masa kehamilan.

5. Aspek Imunologik Air Susu Ibu (ASI)

Imunoglobulin adalah suatu zat gizi yang terdapat di dalam ASI yang

mengandung zat kekebalan yang membantu tubuh bayi melawan infeksi.

Immunoglobulin yang terurama IgA yang dapat melindungi bayi pada tempat-

tempat yang sering menjadi serangan kuman dan infeksi, yakni membrane

mukosa tenggorokan, paru-paru, dan saluran cerna.

Selain imunoglobulin, ASI mengandung pula faktor-faktor kekebalan

seperti berikut ini:

1. Faktor bifidus

2. Faktor Lactoferin

3. Faktor Laktospirosidase

4. Faktor Sel-sel Fagosit

5. Faktor Sel LImfosit dan Makrofag

6. Faktor Lisozim

7. Faktor Interferon
18

6. Penggunaan ASI secara tepat

Menurut Soetjiningsih,1997:20. Berpendapat bahwa penggunaan ASI

secara tepat sangat lah penting untuk diketahui, apakah bayi telah cukup

mendapatkan ASI atau tidak. Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI,

beberapa criteria yang dapat dipakai sebagai patokan untuk mengetahui

jumlah ASI cukup atau tidak adalah :

1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui putting.

2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang.

3. Berat badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur.

Tabel 2.6
Kenaikan berat badan rata-rata menurut Umur

Umur Kenaikan Berat Badan rata-rata

1-3 bulan 700 gram/bulan

4-6 bulan 600 gram/bulan

7-9 bulan 400 gram/bulan

10-12 bulan 300 gram/bulan

Sumber : Soetjiningsih, (1997).


19

4. Jika ASI cukup, setelah menyusui bayi akan tertidur/tenang selama 3-4

jam.

5. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari.

7. Tujuan Pemberian ASI Eksklusif

Tujuan dari pemberian ASI pada bayi adalah untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi awal kepada bayi sampai alat pencernaan bayi kuat menerima

makanan lunak ataupun keras, semua zat gizi yang di butuhkan untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi terdapat pada ASI. Disamping itu

pemberian ASI juga dapat mengurangi terkena infeksi karena ASI mengandung

antibodi.

8. Keunggulan ASI Eksklusif

Keunggulan ASI Eksklusif dan menyusui dilihat dari berbagai aspek;

1. Aspek Gizi

a. Manfaat Kolostrum

1) Kolostrum mengandung zat antiinfeksi 10-17 kali lebih banyak

dibanding ASI Matur.

2) Kolostrum lebih banyak mengandung antibody ketimbang ASI Matur

yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi hingga usia 6 bulan

pertama.
20

3) Kolostrum mengandung lebih banyak immunoglobulin A (IgA),

laktoferin, dan sel-sel darah putih, yang kesemuanya sangat penting

untuk pertahanan tubuh bayi.

4) Kolostrum berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan

zat yang tidak terpakai dari usus dan mempersiapkan saluran

pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.

5) Kadar karbohidrat dan lemak yang terdapat di dalam kolostrum sangat

rendah dibandingkan dengan ASI matur.

6) Kolostrum harus diberikan pada bayi

7) Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah

8) Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.

b. Komposisi ASI Eksklusif

1) ASI mudah dicerna karena nilai gizinya tinggi dan juga mengandung

enzim-enzim untuk mencerna zat-zat yang terdapat di dalam ASI.

2) ASI juga mengandung zat kekebalan tubuh bayi,karena bayi yang

mendapatkan ASI yang cukup, maka dari itu tubuhnya akan

meningkatkan kekebalan tubuh dan terhindar dari berbagai macam

penyakit.

Selain mengandung protein yang tinggi, ASI Eksklusif memiliki

perbandingan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi. Whey

adalah protein yang halus, lembut dan mudah dicerna. Casein adalah
21

protein yang bentuknya kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus

bayi.

a) Rasio Whey dengan Casein adalah 60:40, merupakan salah

satu keunggulan ASI, sedangkan pada susu sapi rasionya

20:80. Hal ini tentu menguntungkan bayi, karena whey lebih

mudah dicerna dibandingkan dengan casein (Utami Roesli,

2000:29).

c. Komposisi AA, DHA dan Taurin pada ASI Eksklusif

ASI mengandung AA (Asam Arakbidonat)termasuk kelompok

omega-6 dan DHA (Asam Dekosa Heksanoat) kelompok omega-3, dan

nutrisi lain, seperti protein, laktosa, dan lemak lainnya yang merupakan

zat yang dapat merangsang pertumbuhan otak bayi. Dalam perkembangan

otak bayi lebih mengutamakan zat AA dan DHA dalam bentuk jadi seperti

yang terdapat dalam ASI. Banyak penelitian menunjukkan bahwa bayi

yang diberi ASI Eksklusif memiliki IQ lebih tinggi dibandingkan dengan

bayi yag tidak diberi ASI Eksklusif (Nur Khasanah, 2011:50).

Taurin adalah sejenis asam amino esensial taurin yang tinggi, yang

penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin (Soetjiningsih,

1997:23).
22

2. Aspek Imunologik

Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI

Eksklusif kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat

melumpuhkan bakteri patogen E. Coli dan berbagai virus pada saluran

pencernaan. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat

kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Lysosim, enzym yang

melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah

Lysosim dalam ASI Eksklusif 300 kali lebih banyak dari pada susu sapi. Sel

darah putih pada, ASI Eksklusif pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel

per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu : Brochus-Asociated Lymposyte Tissue

(BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT)

antibodi saluran pernafasan, Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT)

antibodi jaringan payudara ibu.

3. Aspek Psikologik

Rasa percaya ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui

dengan produksi ASI Eksklusif yang mencukupi untuk bayi. Menyusui

dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan

meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan

meningkatkan produksi ASI Eksklusif.


23

Interaksi Ibu dan Bayi : Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi

tergantung pada kesatuan Ibu-Bayi tersebut.

Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi

karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi

akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan

mendengar denyut jantung yang dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

4. Aspek Kecerdasan

Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI Eksklusif sangat

dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan

kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang

diberi ASI Eksklusif memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18

bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 8,3 point lebih tinggi pada usia 8,5

tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif.

5. Aspek Neurologis

Dengan menghisap payudara, kondisi syaraf menelan, menghisap dan

bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6. Aspek Ekonomis

Dengan menyusui secara ASI Eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan

biaya untuk makanan bayi sampai berumur 4 bulan. Dengan demikian akan

menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan

peralatannya.
24

7. Aspek Penundaan Kehamilan

Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan

kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang

secara umum dikenal Metode Amenorea Laktasia (MAL).

9. Bagaimana mencapai ASI Eksklusif

Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran.

Menyusui secara Eksklusif: hanya ASI artinya tidak ditambah makanan atau

minuman lain bahkan air putih sekalipun.

Menyusui kapanpun bayi meminta (on-domand), sesering yang bayi mau siang

dan malam. Tidak menggunakan botol susu maupun empeng

B. Status Gizi

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan

tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita

adalah dengan anthropometri yang menggunakan indeks Berat Badan menurut

Umur (BB/U). Kategori yang digunakan adalah gizi lebih, gizi baik, gizi kurang,

dan gizi buruk.

Pengertian Tentang Status gizi bayi merupakan hal tentang tumbuh

kembang tubuh di usia bayi yang didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi

pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Data tahun 2007

memperlihatkan 4 juta bayi Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya


25

mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan

hanya 39 ribu anak.

Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang

berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan

otak anak. Padahal, otak tumbuh selama masa bayi. Fase cepat tumbuh otak

berlangsung mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan.

Sementara klasifikasinya adalah normal, underweight (kurus), dan

overweight (gemuk). Untuk acuan yang menggunakan tinggi badan, bila

kondisinya kurang baik disebut stunted (pendek). Pedoman yang digunakan

adalah standar berdasar tabel WHO-NCHS (National Center for Health

Statistics). Status gizi pada bayi dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur

anak (dalam bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat

badannya kurang, maka status gizinya kurang. Di Posyandu dan Puskesmas (Pos

Pelayanan Terpadu), telah disediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang juga bisa

digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS.

Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot berat badannya dalam kurva

KMS. Bila masih dalam batas garis hijau maka status gizi baik, bila di bawah

garis merah, maka status gizi buruk. Bedanya dengan bayi, status gizi orang

dewasa menggunakan acuan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau disebut juga Body

Mass Index (BMI). Nilai IMT diperoleh dengan menghitung berat badan (dalam

kg) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam meter persegi).


26

IMT normal bila angkanya antara 18,5 dan 25, kurus bila kurang dari 18,5

dan gemuk bila lebih dari 25. Sebagai contoh orang bertinggi 1,6 meter, maka

berat badan ideal adalah 48-64 kg. Parameter yang umum digunakan untuk

menentukan status gizi pada bayi adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar

kepala. Lingkar kepala sering digunakan sebagai ukuran status gizi untuk

menggambarkan perkembangan otak. Sementara parameter status gizi bayi yang

umum digunakan di Indonesia adalah berat badan menurut umur.

Parameter yang umum digunakan untuk menentukan status gizi pada

balita adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala sering

digunakan sebagai ukuran status gizi untuk menggambarkan perkembangan otak.

Sementara parameter status gizi balita yang umum digunakan di Indonesia adalah

berat badan menurut umur. Parameter ini dipakai menyeluruh di Posyandu.

Bila kurang gizi berlangsung lama akan berpengaruh pada kecerdasannya.

Penyebab utama kurang gizi pada bayi adalah kemiskinan sehingga akses pangan

anak terganggu. Penyebab lain adalah infeksi (diare), ketidaktahuan orang tua

karena kurang pendidikan sehingga pengetahuan gizi rendah, atau faktor tabu

makanan dimana makanan bergizi ditabukan dan tak boleh dikonsumsi anak bayi.

Kurang gizi pada bayi termasuk pada kurangnya cakupan ASI Eksklusif

dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya. Anak kelihatan

pendek, kurus dibandingkan teman-temannya sebaya yang lebih sehat. Ketika


27

memasuki usia sekolah tidak bisa berprestasi menonjol karena kecerdasannya

terganggu.

Untuk mengatasi kasus kurang gizi memerlukan peranan dari keluarga,

praktisi kesehatan, maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas

Posyandu dan Puskesmas, jangan hanya sekedar untuk penimbangan dan

vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas pemberian

makanan tambahan, pemerintah harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat

agar akses pangan tidak terganggu.

Untuk dilingkungan keluarga sangat diperlukan peran maksimal para ibu

khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami problema makan,

dan lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi anaknya. Anak-anak

harus terhindar dari penyakit infeksi seperti diare ataupun ISPA (Infeksi Saluran

Pernapasan Atas).

Semua nutrisi penting bagi anak dalam usia pertumbuhan. Bahkan Para

ibu harus selalu memperhatikan asupan makanan yang diberikan untuk anak-

anak, seperti sayuran dan lauk pauk, selain makanan tersebut sebagai asupannya,

para ibu pun harus tetap mempertahankan pemberian susu dan mengurangi

pemberian makanan cemilan (Junk food) karena membuat anak tidak nafsu

makan. Selain itu,perhatikan juga menu seimbang untuk memenuhi gizi nya.
28

TABEL 2.1
BUKU RUJUKAN PENILAIAN STATUS GIZI ANAK PEREMPUAN
DAN LAKI-LAKI UMUR 0 – 6 BULAN MENURUT BERAT BADAN
DAN UMUR (BB/U)

ANAK PEREMPUAN

Umur Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

(Bulan) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)

0 1.7 1.8 – 2.1 2.2 – 3.9 4.0

1 2.1 2.2 – 2.7 2.8 – 5.0 5.1

2 2.6 2.7 – 3.2 3.3 – 6.0 6.1

3 3.1 3.2 – 3.8 3.9 – 6.9 7.0

4 3.6 3.7 – 4.4 4.5 – 7.6 7.7

5 4.0 4.1 – 4.9 5.0 – 8.3 8.4

6 4.5 4.6 – 5.4 5.5 – 8.9 9.0


29

ANAK LAKI-LAKI

Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

(Kg) (Kg) (Kg) (Kg)

1.9 2.0 – 2.3 2.4 – 4.2 4.3

2.1 2.2 – 2.8 2.9 – 5.5 5.6

2.5 2.6 – 3.4 3.5 – 6.7 6.8

3.0 3.1 – 4.0 4.1 – 7.6 7.7

3.6 3.7 – 4.6 4.7 – 8.4 8.5

4.2 4.3 – 5.2 5.3 – 9.1 9.2

4.8 4.9 – 5.8 5.9 – 9.7 9.8

Rujukan : WHO/NCHS
Gizi buruk = <.3SD : Gizi Kurang : -3SD sampai – 2SD sampai – 2SD : Gizi Baik : -2 SD sampai + 2 SD :
Gizi lebih : > + 2SD
30

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Bila dilihat dari cakupan judul penelitian yaitu Berdasarkan latar belakang,

perumusan masalah dan tujuan penelitian,’’ PENGARUH PEMBERIAN ASI

EKSLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BAYI DIPUSKESMAS PUDING

BESAR TAHUN 2010 ’’ maka kerangka konsep secara Diagramatis akan

dikembang seperti dibawah ini :

Variable Independen Variabel Dependen

Pemberian ASI Status Gizi Bayi

Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Pengaruh Pemberian ASI EKsklusif Terhadap Status Gizi Bayi
diPuskesmas Puding Besar Tahun 2010
31

B. Definisi Operasional

Definisi Operasional membatasi ruang lingkup atau pengertian secara operasional

variable-variabel penelitian yang akn diteliti, yaitu mencakup :

No Variable Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Operasional

1 Pemberian Bayi yang Kuesioner Wawancara a. Bayi yang Nominal


ASI diberi ASI diberi ASI
Ekslusif Eksklusif.
selama 6 b. Bayi yang
bulan tanpa tidak diberi
diberi ASI Eksklusif
makanan
tambahan.
2 Status Gizi Pembagian Kuesioner Wawancara 1. Status gizi Nominal
status gizi dan
Bayi bayi baik
bayi observasi
sesuai standar.
menurut
BB/U 2. Status gizi

bayi tidak

baik tidak

sesuai standar.
32

C. Hipotesis

Berdasarkan landasan kerangka konsep, defenisi operasional yang menjadi

perumusan masalah maka dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara pemberian ASI terhadap status gizi bayi di Puskesmas

Puding Besar Tahun 2010.


33

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol, yaitu penelitian

yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh pemberian ASI

Eksklusif terhadap status gizi pada bayi di Puskesmas Puding Besar Tahun 2010.

Sebagai titik permasalahan yang mempunyai hubungan antara variabel-

variabel penelitian dan menguji hipotesis yang dirumuskan sebelumnya sebagai

titik kontrol terhadap permasalahan tersebut.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Puding Besar Kabupaten

Bangka. Pemilihan lokasi didasarkan pertimbangan sebagai berikut :

1. Masih adanya bayi yang mengalami status gizi kurang di Puskesmas

tersebut.

2. Masih kurangnya pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap status

gizi bayi di Puskesmas tersebut.

C. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2011.


34

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian/objek yang akan

diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang ada di wilayah

kerja Puskesmas Puding Besar tahun 2010 yang berjumlah 386 Orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi dan dianggap mewakili seluruh populasi

yang akan diteliti. Untuk menentukan besar minimal sampel pada kasus kotrol

dapat digunakan rumus kasus kotrol dibawah ini:

n = {Z1-α/2√(ZP2(1-P)]+Z1.ß√[P1(1-P1)+P2(1-P2)]}

(P1-p2)²

3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian

a. Kriteria Inklusi

1) Bayi tercatat dalam catatan registrasi gizi puskesmas.

2) Bayi berdomisili di wilayah kerja puskesmas pudding besar.

b. Kriteria Eksklusi

1) Ibu bayi tidak berkenan menjadi responden.

2) Bayi tidak mempunyai KMS.


35

Keterangan :

P = Proporsi

ß = tingkat penolakan

n = Besar sampel

Z1-α/2 = Tingkat kepercayaan 95%

N = Jumlah populasi

P1 : (OR)P2

(OR)P2 + (1-P2)

= 0,66
36

= 59 bayi

Sampel hasil perhitungan di tambah 10%,sehingga jumlah sampel

minimal 59 bayi. Status ASI Eksklusif yang terdapat di puskesmas Puding

Besar sebanyak 65 kasus. Dengan perbandingan kasus kontrol yang dipakai

1:1 maka jumlah sampel yang di ambil seluruhnya 65 sampel.


37

E. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Dalam menganalisa data dari hasil penelitian perlu didukung oleh

sejumlah data yang berasal dari dalam maupun dari luar objek penelitian.

Adapun teknik pengambilan data termasuk dalam data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer

Data primer diperoleh melalui metode kuesioner. Metode

kuesioner adalah metode pengumpulan data melalui sejumlah

pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi tentang pemberian

ASI Eksklusif dan terhadap status gizi pada bayi, khususnya

diPuskesmas Puding Besar Kecamatan Puding Besar Kabupaten

Bangka selama Tahun 2010.

Data primer yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri berasal

dari hasil wawancara dengan bantuan kuesioner kepada responden

(responden adalah orang yang terpilih sebagai sampel) dan dalam

penelitian ini respondennya adalah ibu yang memberikan ASI

Ekslusif pada bayi.

b. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data umum yang mendukung penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini, pengumpulan data ini diperoleh melalui


38

dua hal yaitu dengan mengumpulkan literatur-literatur pendukung.

Serta dengan mengumpulkan data-data melalui buku–buku

referensi, data laporan pertahunnya di Puskesmas Puding Besar

pada program KIA dan Gizi, Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka

berupa laporan rekapan penemuan pengaruh pemberian ASI

Eksklusif terhadapt status gizi pada bayi tahun 2008 sampai

dengan tahun 2010, serta dari Dinas Kesehatan Kepulauan Bangka

Belitung berupa laporan rekapan penemuan pengaruh pemberian

ASI Eksklusif terhadap status gizi pada bayi tahun 2008 sampai

dengan tahun 2010. Maupun melalui Metode dokumentasi dalam

penelitian ini digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan data

tentang jumlah bayi usia 1-6 bulan dari Puskesmas Puding Besar

berupa laporan rekapan penemuan pengaruh pemberian ASI

Eksklusif terhadap status gizi pada bayi tahun 2008 sampai dengan

tahun 2010 serta laporan kunjungan pasien puskesmas Puding

Besar dari bulan Januari sampai Desember 2010.

2. Teknik pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan

data yang lebih spesifik sesuai dengan data yang sudah diperoleh dari data

laporan yang ada di Puskesmas Puding Besar.

3. Alat/instrumen Pengumpulan data


39

Instumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu

metode. Penelitian selain menggunakan teknik wawancara untuk

mendapatkan data yang lebih spesifik, penelitian ini juga menggunakan alat

pengumpulan data berupa kuisioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang akan diberikan

kepada responden untuk penelitian ini menggunakan pertanyaan tertutup

dimana pertanyaan dirumuskan sedemikian rupa sehingga kemungkinan

jawaban yang diberikan responden sangat terbatas dan peneliti memperoleh

hasilnya.

F. Pengolahan Data

Untuk menganalisa data dari sampel dapat dilakukan dengan uji statistic

Chi Square dengan program computer. Adapun tahap pengolahan data adalah

sebagai berikut :

1. Coding

Coding data adalah mengklasifikasikan jawaban-jawwaban atau hasil yang

ada menurut yang lebih ringkas dengan menggunakan ode-kode tertentu.

2. Editing

Kegiatan Editing data dimaksudkan adalah Editing dilakukan untuk

memeriksa kembali apakah pengisian hasil pengisian kuesioner sudah

lengkap. Editing ini dapat berupa koreksi terhadap kesalahan jawaban lewat

bentuk atau tanda cross(x), contrengan (v) atau lingkaran (o) maupun
40

terhadap konsistensi jawaban dari responden. Apabila ada ketidakjelasan atau

keraguan maka dilakukan pencocokan dengan segera terhadap responden.

3. Entry/Processing

Entry Data adalah memasukkan data dari kuesioner dan juga dari data

sekunder ke dalam computer dengan menggunakan perangkat lunak.

4. Cleaning

Cleaning Data adalah proses pembersihan data dengan tujuan

menghilangkan data ekstren yang akan mengganggu proses analisa data.

G. Analisa Data

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variable bebas dan variable

terikat guna menguji hipotesis, analisanya dibagi dua tahap yaitu :

1. Analisis univariat

Analisis ini digunakan untuk menjelaskan masing-masing variabel

yang meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Analisisnya meliputi

analisis persentase.
41

2. Analisis bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

pemberian ASI Eksklusif terhadap status gizi pada bayi. Karena variabelnya

merupakan data ordinal maka untuk analisanya digunakan uji Kendall’s

atau_b dengan program komputer. Langkah-langkah analisis data (Singgih

Santoso, 2000:232) sebagai berikut:

1. Pengisian data untuk masing-masing variabel yaitu pengaruh pemberian

ASI Eksklusif dan status gizi bayi.

2. Setelah data selesai, pilih menu Analyze pilih sub menu Corelatte, lalu

pilih Bivariat.

3. Dari kotak dialog korelasi bivariat, untuk pengisian variabel masukkan

variabel yang akan dikorelasikan, kemudian untuk kolom Correlasi

Coeffiicient, pilih uji Kendall’s tau_b. Selanjutnya untuk test of

signifikansi pilih two tailed karena untuk mengetahui hubungan dua

arah.

Untuk dasar pengambilan keputusan dapat dilihat pada bagian kedua

out put (kolom sig (2-tailed) pada kendall’s tau_b, pada korelasi variabel

kategori pengaruh ASI Eksklusif dengan status gizi bayinya apabila didapat

angka probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada

hubungan antara pemberian pengaruh ASI Eksklusif dengan status gizi bayi,
42

sebaliknya jika angka probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima

yang berarti ada hubungan antara pemberian pengaruh ASI Eksklusif dengan

status gizi bayi.

Untuk mengukur keeratan hubungan dapat dilihat berdasarkan besaran

angka. Sebagai pedoman sederhana, angka korelasi diatas 0,5 menunjukkan

korelasi yang cukup kuat sebaliknya, angka korelasi dibawah 0,5

menunjukkan korelasi yang lemah.

Dengan uji kendall’s tau_b, dapat diketahui arah hubunganya. Tanda –

(negatif) pada out put menunjukkan adanya arah hubungan yang berlawanan,

yang berarti bayi jarang atau bahkan tidak pernah diberi ASI Eksklusif

sehingga mempunyai cakupan gizinya yang minimal. sedangkan tanda +

(positif) menunjukkan arah hubungan yang sama, yang berarti bayi yang

diberi pengaruh ASI Eksklusif dengan status gizi bayi baik maka bayi itu akan

mendapatkan cakupan gizi yang maksimal.

Uji ini membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan

frekuensi harapan (expect) dengan rumus :

X2 = ∑ ( 0 – E)2

Keterangan :

X2 : Statistik Chi- square


43

∑ : Penjumlahan

1 : Frekuensi yang diamati

E : Frekuensi diharapkan

Ada keterbatasan dalam menggunakan Chi- Square yaitu tidak

boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (E) < 1 dan tidak boleh

dari 20% sel yang mempunyai nilai harapan (E) <5. Jika hal ini

ditemui maka dilakukan uji Fisher Exact. Untuk menguji kemaknaan

hubungan antara variable independent dengan variable dependen

digunakan derajat kepercayaan α (0,05). Apabila p < 0,05 berarti ada

hubungan yang bermakna antara variable independent dengan variable

dependent, tetapi jika p > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang

bermakna antara variable independen dengan variable dependent.

Anda mungkin juga menyukai