Anda di halaman 1dari 93

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan masyarakat, terutama di wilayah kerja

Puskesmas Simpong Kecamatan Luwuk Selatan, didasarkan kepada dua

aspek utama yaitu aspek fisik dan non fisik, aspek fisik menyangkut

ketersediaan sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan aspek

non fisik menyangkut tentang perilaku kesehatan. Kedua aspek mendasar

tersebut saling berkaitan, yaitu aspek perilaku dalam menentukan sarana

kesehatan dan pengobatan penyakit yang meruapakan aspek non fisik

perilaku seseorang atau sekelompok orang yang kemungkinan besar sakit

tetapi mereka lebih memilih pergi ketempat pelayanan kesehatan ataupun

memilih alternatif pengobatan lainnya (Bidullah, 2020).

Masalah kesehatan masyarakat banyak sekali ditentukan oleh aspek

perilaku. Seperti halnya dengan masalah pemenuhan kesehatan gizi pada

bayi yang tidak terlepas dari perilaku ibunya sendiri, dimana untuk

memenuhi kesehatan gizi bayi seorang ibu harus memberikan ASI

Eksklusif.

Perilaku ibu menyusui dalam memberikan ASI Eksklusif di

wilayah kerja Pukesmas Simpong cenderung belum sesuai dengan yang

diharapkan, hal ini tercermin dari data gizi Puskesmas Simpongcakupan

pemberian ASI Eksklusif dari tahun ke tahun masih belum mencapai target

SPM yaitu 84,1%, dimana pada tahun 2017 cakupan pemberian ASI

1
Eksklusif baru mencapai 55,5% dari 633 bayi dan pada tahun 2018

mengalami penurunan yang drastis hingga mencapai 29,4% dari 664 bayi,

namun pada tahun berikutnya mengalami kenaikan yang cukup

signifikanwalaupun belum mencapai target SPM yaitu di tahun 2019

mencapai 43,0% dari 405 bayi hingga naik lagi di tahun 2020 mencapai

59,7% dari 124 bayi (Peng. Gizi PKM Simpong, 2020).

Cakupan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Simpong yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Banggaitentu

sangat memprihatinkan karena dapat mempengaruhi angka cakupan ASI

Eksklusif di Kabupaten itu sendiri, sehingga cakupan pemberian ASI

Eksklusif belum juga mencapai target SPM karena dari tahun 2019 hanya

mencapai 53,2% dan sampai pada tahun 2020 hanya mencapai 65,2%

(Dinkes Banggai, 2020).

Hal tersebut di atas juga dapat berpengaruh pada tingkat Provinsi

itu sendiri yaitu cakupan pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Sulawesi

Tengah dari tahun 2019 baru mencapai 54,69% dan pada tahun

2020mencapai 61,97%, dengan angka tersebut bisa dilihat bahwa

pengaruh capaian dari tingkat Kabupaten dapat mempengaruhi pada

tingkat Provinsi juga sehingga menyebabkan belum bisa mencapai target

SPM (BPS, 2020).

Selain itu, Provinsi Sulawesi Tengah merupakan bagian dari

wilayah Negara Indonesia yang masih mempunyai angka cakupan ASI

Eksklusif yang belum mencapai target SPM yaitu pada tahun 2019

2
mencapai 67,74% dan sampai di tahun 2020 baru mencapai 69,62%.

Sehingga dapat diartikan bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif dari

wilayah Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu Provinsi yang

berpengaruh pada angka capaian pemberian ASI Eksklusif di Indonesia

(BPS, 2020).

Secara global, rata-rata cakupan pemberian ASI Eksklusif di dunia

pada tahun 2016 hanya sebesar 38% (UNICEF & WHO, 2017).

sehinggaWorld Health Assembly (WHA) menetapkan bahwa target capaian

ASI Eksklusif di tahun 2025 yaitu sebesar 50% agar dapat meningkatkan

lagi cakupan pemberian ASI Eksklusif di dunia (WHO, 2014). The Global

Breastfeeding Collective, kemitraan organisasi non pemerintah, dan

lembaga akademik yang dipimpin oleh UNICEF dan WHO dibentuk untuk

mempercepat kemajuan agar dapat mewujudkan tujuan atau target

tersebut, maka dilakukan peningkatan tingkat inisiasi menyusui dini serta

melanjutkan menyusui hingga bayi berusia dua tahun (UNICEF & WHO,

2015). Hal ini bertujuan untuk melihat WHA melewati target hingga tahun

2030, sejalan dengan batas waktu SDG’s dan untuk menambah target

eksplisit untuk aspek penting lain dari ASI Eksklusif (Usman, 2018).

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI secara Eksklusif yang

diberikan pada bayi sejak awal kelahiran yaitu saat berumur 0 bulan

sampai 6 bulan tanpa memberikan cairan lain atau makanan tambahan

yaitu makanan seperti nasi tim, sayuran dan daging atau ikan serta

minuman tambahan seperti susu formula, sari buah-buahan, air teh, madu,

3
air beras dan air tawar, kecuali vitamin dan obat-obatan tetapi setelah bayi

berumur 6 bulan dan mendapatkan MP-ASI bayi masih tetap mendapatkan

ASI (Cinthia, 2018).

Menurut Pengelola Gizi Puskesmas Simpong beberapa dari 50 bayi

yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif di tahun 2020 berdampak pada

masalah kesehatan yaitu berupa gizi kurang maupun gizi buruk. Dengan

memberikan ASI Eksklusif dapat membantu memperbaiki gizi bayi karena

ASI mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, enzim,dll.

seperti protein yang terdapat dalam kolostrum ASI yaitu dimana kolostrum

kaya akan anti bodi yang dapat menjaga dan meningkatkan daya tahan

tubuhserta dapat membunuh kuman dalam jumlah banyak. ASI juga

mengandung enzim tertentu yang berfungsi sebagai zat penyerap yang

tidak akan menganggu enzim lain di usus sedangkan susu formula tidak

mengandung enzim sehingga penyerapan makanan sepenuhnya bergantung

pada enzim yang terdapat di usus bayi (Peng. Gizi PKM Simpong, 2020).

Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 128 ayat 1 dan 2,

menyatakan bahwa bayi mempunyai hak mendapatkan ASI secara

Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis.

Selama pemberian ASI Eksklusif pihak keluarga, pemerintah dan

masyarakat harus mendukung ibu secara penuh agar ibu dapat memberikan

ASI Eksklusif secara maksimal pada bayinya (UU RI, 2009).

Kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif dapat disebabkan oleh

berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu, Menurut teori

4
Lawrence Green terdapat tiga faktor yang dapat membentuk perilaku

seseorang yaitu faktor predisposisi, faktor yang pemungkin dan faktor

penguat (Prof. Notoatmodjo, 2014). Faktor predisposisi ialah faktor yang

berasal dari dalam diri ibu seperti pengetahuan dan pekerjaan, karena ibu

yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang manfaat dan kelebihan

ASI Eksklusif, akan termotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya. Faktor kedua ialah faktor yang memungkinkan yaitu faktor yang

memberi kemungkinan peluang terjadinya pemberian ASI Eksklusif

seperti peranan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dalam

memberikan edukasi dan dukungan kepada ibu hamil dan ibu menyusui

untuk mempersiapkan diri sebagai ibu menyusui sehingga dapat

memudahakan para ibu untuk segera menyusui bayinya sesaat setelah

melahirkan karena jika tidak mempersiapkan diri sebagai ibu menyusui

dapat menyebabkan kegagalan ASI Eksklusif. Faktor ketiga ialah faktor

penguat misalnya dukungan sosial yang merupakan hal yang tak kalah

penting dalam pemberian ASI Eksklusif. Dukungan sosial baik berasal

dari lingkungan keluarga ibu ataupun tenaga kesehatan sangat penting bagi

ibu terlebih dukungan keluarga, dukungan sosial keluarga merupakan

faktor yang sangat berperan penting karena seorang ibu yang baru saja

melahirkan tentunya memiliki penurunan kemampuan secara fisik maupun

psikis. Sehingga, ibu seringkali menyerahkan pengambilan keputusan

kepada keluarga termasuk dalam hal makanan bayi, dimana ibu yang baru

melahirkan biasanya belum mengeluarkan ASI yang banyak sehingga

5
mendapat intervensi dari keluarga agar memberikan makanan lain seperti

susu formula, hal ini mengakibatkan ibu gagal memberikan ASI Eksklusif

(Fadjiriah, 2020).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan ASI Eksklusif

juga telah dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh B. Ichsan dkk

(2015), bahwa alasan dari ibu-ibu peserta KP-Ibu di wilayah Puskesmas

Purwosari Surakarta gagal menjalankan ASI Eksklusif karena keluarga

yang kurang mendukung akibat dari pengaruh tradisi yang kurang sesuai

dengan program ASI Eksklusif 6 bulan serta ibu yang sedang bekerja

merasa kerepotan dan kurang memahami tentang cara penyimpanan ASI di

botol (Ichsan et al., 2015).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Etika Ratna Noer dkk (2012)

menjelaskan bahwa salah satu kegagalan ibu dalam memberikan ASI

Eksklusif yaitu pengetahuan ibu masih kurang tentang manfaat dan teknik

menyusui, sehingga motivasi untuk menyusui secara eksklusif lemah.

Berdasarkan latar belakang diatas peniliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang perilaku ibu menyusui yang menyebabkan kegagalan

pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Simpong karena sampai saat ini

peneliti belum menemukan penelitian yang menjelaskan perilaku ibu

menyusui yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI Eksklusif di

wilayah kerja Puskesmas Simpong Kecamatan Luwuk Selatan.

6
B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah mencari informasi tentang perilaku ibu

menyusui yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI Eksklusif di

wilayah kerja Puskesmas Simpong.

C. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian adalah bagaimana perilaku ibu menyusui

yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI Eksklusifdi wilayah kerja

Puskesmas Simpong?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh informasi tentang

perilaku ibu menyusui yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI

Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Simpong

E. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pihak-pihak berikut:

1. Manfaat bagi peneliti

Untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai

penelitian secara umum khususnya penelitian kualitatif serta

menambah pengetahuan tentang perilaku dan ASI Eksklusif

2. Manfaat bagi pengembangan keilmuan

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai

pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai

referensi tentang perilaku dan ASI Eksklusif

7
3. Manfaat bagi Institusi/Pemerintah

Diharapkan data dari hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan pemerintah terkait dalam

upaya preventif dan promotif dalam cakupan pemberian ASI Eksklusif

4. Manfaat bagi masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah

pengetahuan yang baru dan dapat memotivasi masyarakat dalam

upaya meningkatakan pengetahuan dan perubahan perilaku yang

masih kurang baik menjadi lebih baik terutama pada pemberian ASI

Eksklusif.

F. Orisinalitas Penelitian

Tabel 1.1
Orisinalitas Penelitian

No. Peneliti Masalah Karakteristik Hasil


(Tahun) Utama/ Metode Varibel
Tujuan Desain Penelitian
1. Nurafni S. Untuk menge- Metode Variabel
Masagala, tahui penye- penelitian ini Independent:
Tahun 2021. bab perilaku adalah Perilaku ibu
ibu dalam kualitatif menyusui
kegagalan dengan
pemberian pendekatan Variabel
ASI Eksklusif Fenomeno- Dependent:
di Wilayah logi. Kegagalan
Kerja Puskes- Pemberian
mas Simpong. ASI Eksklusif
2. Jati Untari , Untuk menga- Metode Variabel Tidak ada
Tahun 2017. nalisis hubu- penelitian ini Independent: hubungan
(Untari, ngan antara adalah ana- Karakteristik yang signifi-
2017) karakteristik litik kuanti- Ibu kan antara
ibu dengan tatif dengan karakteristik
pemberian rancangan Variabel ibu dengan
ASI Eksklusif penelitian Dependent: pemberian
di Puskesmas cross Pemberian Asi Eksklusif
Minggir sectional ASI Eksklusif
Kabupaten
Sleman
3. Ratna Untuk menge- Metode Variabel Nilai Chi

8
Prahesti, tahui sikap penelitian ini Independent: Square sebe-
Tahun 2017. ibu menyusui adalah Sikap ibu sar 0,005,
(Prahesti, dalam pem- analitik menyusui dengan nilai
2018) berian ASI korelasi probabilitas
terhadap dengan Variabel sebesar 0,005
keberhasilan desain Dependent: < 0,05 maka
pemberian penelitian Keberhasilan disimpulkan
ASI ekslusif cross pemberian bahwa H0
di Puskesmas sectional ASI Ekskluif ditolak dan Ha
Kotagede I diterima,
Yogyakarta. artinya Sikap
ibu menyusui
dalam pembe-
rian ASI Eks-
klusif sebagi-
an besar dalam
kategori
positif
4. Rahmaliza Untuk Metode Variabel ibu sudah me-
Harseni, mengetahui penelitian ini Independent: miliki penge-
Tahun 2017. hubungan adalah Motivasi tahuan yang
(Harseni, faktor survey Intrinsik dan cukup, namun
2019) motivasi ibu analitik Motivasi kesibukan ibu
terhadap Entrinsik ibu dan produksi
pemberian ASI ibu yang
ASI Eksklusif Variabel kurang hal ini
di Puskesmas Dependent: menjadi faktor
Lapai Kota Pemberian penyebab ke-
Padang ASI Eksklusif gagalan pem-
berian ASI
Eksklusif,
serta ibu yang
kurang telaten
dalam menam-
pung ASI se-
hingga pada
saat berkerja
anak hanya
diberikan Susu
formula.

Penelitian yang telah saya lakukan memiliki perbedaan dengan

penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Perbedaan-

perbedaan yang signifikan itu adalah sebagai berikut:

1. Waktu penelitian

Waktu penelitian yang telah saya lakukan yaitu pada bulan

September-Oktober 2021.

9
2. Lokasi/tempat penelitian

Lokasi/tempat penelitian yang telah saya lakukan yaitu di

Kelurahan-Kelurahan yang merupakan bagian dari wilayah kerja

Pukesmas Simpong Kecamatan Luwuk Selatan.

3. Metode penelitian

Metode penelitian yang saya gunakan pada penelitian saya ini yaitu

metode penelitian Kualitatif dengan pendekatan Fenomenologi.

4. Variabel penelitian

Veriabel penelitian saya yaitu memuat 2 variabel yaitu variabel

independent yang memuat tentang perilaku ibu menyusui dan variabel

dependent yang memuat kegagalan pemberian ASI Eksklusif.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. ASI Eksklusif

a. Pengertian ASI Eksklusif

ASI atau Air Susu Ibu adalah makanan berbentuk cairan

susu yang merupakan hasil sekresi dari payudara pada saat setelah

ibu melahirkan. ASI adalah makanan terbaik yang pertama

diberikan pada seorang manusia saat setelah lahir yang diberikan

dari payudara ibunya sampai berumur 24 bulan karena ASI

merupakan makanan yang sangat mudah dicerna oleh bayi dan

mengandung berbagai macam zat gizi, sesuai dengan komposisi

yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan, perkembangan otak,

meningkatkan kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah berbagai

macam penyakit. ASI juga dapat menjamin status gizi bayi serta

menurunkan resiko kesakitan dan kematian karena adanya faktor

protektif dan nutrient sesuai dalam ASI (Putri & Utami, 2017).

ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI saja kepada bayi

tanpa memberi tambahan makanan yang dicairkan lain seperti susu

formula, air putih, air teh, jeruk maupun madu serta tanpa

tambahan makanan yang padat seperti papaya, bubuk susu, biskut,

bubur nasi, pisang dan bubur tim. ASI Eksklusif diberikan untuk

bayi sejak dilahirkan selama bayi berumur 6 bulan, tanpa

11
mengganti atau menambahkan makanan atau minuman lain kecuali

obat dan vitamin (Fatimah, 2017).

b. Kandungan Nutrisi Pada ASI

Berikut beberapa macam kandungan-kandungan nutrisi

yang terdapat pada ASI:

a) Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berupa laktosa, yang dimana

laktosa dapat berfungsi sebagai penghasil energy tinggi dan

dapat meningkatkan absorbs kalsium serta menstimulus

pertumbuhan Lactobacillus Bifidus, dalam hal ini Lactobacillus

Bifidus berperan sebagai penghambat pertumbuhan penyakit

yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen (Fatimah,

2017).

b) Lemak

Lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yang mudah

diserap oleh saluran pencernaan bayi yang belum berkembang

secara sempurna karena lemak ASI merupakan lemak yang

sederhana dimana struktur zatnya tidak bercabang sehingga

memudakan melewati saluran pencernaan bayi (Fatimah, 2017).

c) Protein

Protein yang ada didalam ASI mempunyai nilai nutrisi

yang sangat tinggi dan baik sehingga mudah dicerna. ASI juga

mempunyai Asam Amino Taurin yang begitu tinggi, dimana

12
asam amino taurin sangat penting untuk pertumbuhan retina

dan kongjungsi bilirubin (Fatimah, 2017).

d) Mineral

Mineral utama yang terdapat pada ASI yaitu kalsium

dimana kalsium sangat membantu pertumbuhan tulang bayi serta

mineral juga mengandung zink dan selenium yang dibutuhkan

oleh bayi karena banyak membantu berbagai proses

metabolisme tubuh dimasa pertumbuhan bayi, walaupun kadar

mineral relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6

bulan (Putri & Utami, 2017).

e) Vitamin

Vitamin yang terdapat dalam ASI adalah vitamin K, vitamin

D, vitamin E, dan vitamin A. Vitamin K dibutuhkan sebagai

salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan.

Vitamin D berfungsi untuk membangun gigi dan tulang yang

kuat. Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk

ketahanan dinding sel darah merah. Vitamin A berfungsi untuk

kesehatan mata, juga untuk mendukung pembelahan sel,

kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI tidak hanya

mengandung vitamin A, tetapi juga beta karoten. Hal ini juga

menjelaskan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai

tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik. Kandungan

13
nutrisi dalam ASI ini penting untuk pertumbuhan bayi

(Puspitawati, 2018).

c. Jenis-jenis ASI

Berikut beberapa macam jenis ASI yang akan berproses

atau berubah pada waktu-waktu tertentu:

a) Kolostrum

Kolostrum adalah cairan pertama yang disekresi oleh

kelenjar payudara. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah

antibody yang siap melindungi bayi ketika kondisi bayi masih

sangat lemah. Terdapat beberapa pengertian dan persepsi yang

salah mengenai kolostrum, yang diperkirakan ASI yang kotor,

sehingga tidak patut diberikan pada bayi. Ternyata kolostrum

sebagai pembuka jalan agar bayi dapat menerima ASI penuh.

Pemberian kolostrum secara awal pada bayi dan pemberian ASI

secara terus menerus merupakan perlindungan yang terbaik pada

bayi karena bayi dapat terhindar dari penyakit dan memiliki zat

anti kekebalan 10-17 kali daripada susu matang/matur

(Khosidah, 2018).

b) ASI Masa Transisi (Masa Peralihan)

ASI Masa Transisi merupakan ASI masa Peralihan dari

Kolostrum hingga menjadi ASI matur, dimana ASI matur yang

disekresi dari empat hari hingga sepuluh hari dari masa

kelahiran bayi. Pada saat inilah kadar protein dalam ASI

14
semakin rendah akan tetapi kadar lemak dan juga karbohidrat

semakin tinggi serta volume ASI semakin meningkat hal ini

dapat membuat pertahanan asupan didalam perut bayi bertahan

lama.

c) ASI Matur

ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada sepuluh hari

pada masa kelahiran bayi dan seterusnya, komposisi ASI relatif

konstan dan volume ASI yang dihasilkan sudah lebih banyak

dibanding pada masa kelahiran di hari keempat (Khosidah,

2018).

d. Manfaat ASI Eksklusif

ASI juga bukan hanya menguntungkan untuk bayi tetapi

juga menguntungkan untuk ibu, keluarga, masyarakat serta negara.

Berikut beberapa manfaat ASI yaitu:

a) Manfaat ASI Eksklusif bagi bayi

Berbagai macam manfaat dalam pemberian ASI khusunya

pemberian ASI Eksklusif pada bayi sebagai berikut:

1) ASI mengandung komposisi yang tepat. Dari berbagai bahan

makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang

seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan

(Putri & Utami, 2017).

2) ASI Eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih saying ibu

dan bayi, karena jika bayi diberi ASI secara Eksklusif bayi

15
akan sering berada dalam dekapan sang ibu dengan begitu

pula bayi akan merasakan kasih sayang dari ibunya serta bayi

juga akan merasakan ketentraman dan keamanan disetiap

berada dalam dekapan ibunya terutama bayi masih dapat

mendengarkan detak jantung ibunya yang telah di dengarnya

sejak masih dalam kandungan. Hal ini akan menjadikan dasar

perkembangan emosi dan dapat membentuk pribadi yang

sangat percaya diri serta dasar spiritual yang baik karena

sejak bayi sudah merasakan terlindungi dan disayangi oleh

ibunya (Dwiawati, 2017).

3) ASI dapat mengurangi masalah kesehatan gigi dan mulut

anak seperti kejadian karies dentis karena didalam ASI

terdapat kadar selenium yang tinggi sehingga dapat

menyeimbangkan kadar asam pada mulut bayi dan mencegah

terjadinya karies dentis, serta ASI Eksklusif juga dapat

mengurangi resiko terjadinya maloklusi (Putri & Utami,

2017).

b) Manfaat ASI Eksklusif bagi ibu

ASI Eksklusif bukan hanya bermanfaat bagi bayi saja akan

tetapi dapat bermanfaat juga bagi ibu seperti:

1) Pemberian ASI Eksklusif dapat mengurangi perdarahan

sehingga dapat menurunkan resiko kematian pada ibu karena

akan terjadi peningkatan kadar oksitosin untuk dapat

16
meningkatkan penutupan pembuluh darah sehingga

perdarahan akan lebih cepat terhenti, mengurangi perdarahan

sama halnya juga dapat mengurangi kemungkinan resiko

terjadinya kekurangan darah (Widyasari, 2019).

2) Pemberian ASI Eksklusif merupakan cara kontrasepsi

alamiah ibu serta aman dan cukup berhasil membantu ibu

untuk menjarangkan kehamilannya. Karena kadar oksitosin

ibu dapat meningkat pada saat pemberian ASI Eksklusif hal

ini akan dapat membantu rahim menjadi kecil atau ke ukuran

sebelum hamil (Widyasari, 2019).

3) Pemberian ASI Eksklusif merupakan salah satu cara untuk

menghemat dan lebih ekonomis serta praktis dan mudah

dibawa kemana-mana, karena pemberian ASI Eksklusif tidak

perlu mengeluarkan biaya yang besar dan tidak perlu

membawa peralatan tempat susu dan dalam keadaan kapan

saja serta dimana saja tetap siap diberikan kepada bayinya

dan suhunya selalu tepat (Widyasari, 2019).

c) Manfaat ASI Eksklusif bagi keluarga

Pemberian ASI Eksklusif bermanfaat juga untuk keluarga,

pemberian ASI Eksklusif dapat menghemat biaya karena tidak

perlu mengeluarkan biaya sehingga biayanya dapat dialihkan

untuk keperluan lainnya serta bayi yang mengkonsumsi ASI

17
dapat mencegah berbagai penyakit yang menyerang sehingga

akan menghemat biaya untuk pengobatan (Tarigan, 2021).

d) Manfaat ASI Eksklusif bagi Negara

Pemberian ASI Eksklusif tidak hanya bermanfaat bagi bayi,

ibu menyusui serta keluarga tetapi dapat bermanfaat bagi negara

juga seperti:

1) Pemberian ASI Eksklusif dapat mengurangi subsisdi untuk

rumah sakit karena anak yang mendapatkan ASI lebih jarang

dirawat di rumah sakit karena faktor protektif dan nutrient

yang terkandung dalam ASI telah sesuai dengan kebutuhan

yang dibutuhkan oleh bayi sehingga dapat menjamin

kesehatannya (Tarigan, 2021).

2) Pemberian ASI Eksklusif dapat meningkatkan kualitas

generasi penerus bangsa karena didalamnya terkandung

banyak nutrisi yang membantu pertumbuhan dan

perkembangan otak dan tubuh anak menjadi optimal

(Tarigan, 2021).

e. Alasan Pemberian ASI Eksklusif dan Penundaan Pemberian

Makanan Padat Pada Bayi

Alasan dan riset yang mendukung pemberian ASI Eksklusif

menurut Widuri (Aini, 2017) dalam yaitu:

1) ASI Eksklusif membantu perkembangan bayi dengan baik pada

6 bulan pertama

18
2) Bayi belum memiliki protein dan enzim yang lengkap hingga

usia 6 bulan pada sistem pencernaannya. Jika diberi makanan

padat sebelum berusia 6 bulan, maka makanan padat tak dapat

dicerna dengan baik oleh bayi dan dapat mengakibatkan reaksi

tidak nyaman seperti gangguan pencernaan, timbulnya gas dan

konstipasi.

3) Bayi berusia 4 sampai 6 bulan memiliki usus yang belum

menutup sempurna, sehingga protein dan bakteri pathogen

akan lebih mudah masuk ke dalam aliran darah. Kandungan

protein yang terdapat pada ASI, dapat melapisi organ

pencernaan bayi dan menyediakan kekebalan pasif.

4) Kandungan zat besi yang terdapat di dalam ASI lebih mudah

diserap oleh tubuh bayi dibandingkan zat besi dari susu sapi

atau susu formula, sehingga bayi yang diberikan ASI Eksklusif

dapat terhindar dari Anemia.

5) Memberikan makanan padat terlalu dini dapat meningkatakan

kandungan lemak dan berat badan. Menunda pemberian

makanan padat dapat membantu melindungi bayi dari resiko

Obesitas

6) Memberikan makanan padat akan mengurangi asupan ASI bagi

bayi, sehingga mengakibatkan produksi ASI akan semakin

sedikit.

19
7) Memberikan ASI Eksklusif dapat membantu memenuhi

kebutuhan gizi bayi, sehingga dapat mencegah bayi dari gizi

kurang maupun gizi buruk.

f. Langkah-langkah Keberhasilan ASI Eksklusif

Langkah-langkah keberhasilan pemberian ASI Eksklusif

menurut Roesli dalam (Aini, 2017) adalah sebagai berikut:

a) Mempersiapkan payudara saat diperlukan.

b) Mempelajari hal-hal mengenai ASI dan tata menyusui yang

optimal untuk bayi.

c) Terciptanya dukungan keluarga, teman, serta orang-orang yang

berada di dekat ibu.

d) Memilih tempat melahirkan yang sangat efektif

e) Memilih petugas kesehatan yang sangat mendukung dalam

pemberian ASI Eksklusif.

f) Mencari seorang yang ahli dalam persoalan menyusui untuk

persiapan apabila mengalami kesukaran dalam pemberian ASI

Eksklusif.

g) Menciptakan gambaran atau pola pikir yang positif terhadap

ASI dan menyusui

2. Perilaku

a. Definisi Perilaku

Perilaku merupakan suatu hal yang dikerjakan oleh

seseorang, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung.

20
Hal ini dapat diartikan bahwa perilaku baru terjadi apabila ada

sesuatu yang diperlukan menimbulkan reaksi, yaitu rangsanganb

erupa rangsangan dari luar maupun rangsangan dari dalam

(Lanyumba et al., 2019). Rangsangan tertentu akan menghasilkan

reaksi atau perilaku tertentu Notoatmodjo (2010) dalam (Saragih,

2018).

Menurut Ngatimin dalam (Bidullah, 2020), manusia dalam

kedudukannya sebagi makhluk sosial, mereka berada dalam posisi

saling membutuhkan dan berinteraksi sesama mereka. Dan

interaksi ini, khususnya di bidang kesehatan, dimana setiap

individu akan mewujudkan pengalaman perilaku sehat itu bagi diri,

keluarga dan warga sekitarnya.

Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit

dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan)

seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan

(Bidullah, 2020).

b. Perilaku Kesehatan

Salah satu bentuk perilaku kesehatan yaitu Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) yang merupakan cerminan pola hidup

keluarga yang selalu memperhatikan dan menjaga atau

meningkatkan kesehatan seluruh anggota keluarga. Ada beberapa

indicator yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan

21
perilaku hidup bersih dan sehat diantaranya adalah seorang ibu

yang memberikan ASI Eksklusif bagi bayinya selama 6 bulan

pertama. Becker (1979) dalam (Prof. Notoatmodjo, 2014)

mengklasifikasikan tentang perilaku kesehatan dan

membedakannya menjadi tiga, yaitu:

1) Perilaku Sehat (Healthy Behavior)

Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan, seperti seorang ibu yang memberikan

ASI Eksklusif pada bayinya dapat mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan terutama pada bayinya dan ibu itu

sendiri.

2) Perilaku Sakit (Illnes Behavior)

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau

kegiatan seseorang yang sakit atau terkena masalah

kesehatannya maupun keluarganya, untuk mencari

penyembuhan atau teratasi masalah kesehatan lainnya, seperti

seorang ibu yang mempunyai bayi memiliki riwayat BBLR,

sehingga ibu memilih untuk memberikan ASI Eksklusif bagi

bayinya agar berat badan bayi mencapai standar pada umurnya.

3) Perilaku Peran Orang Sakit (The Sick Role Behavior)

Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai

peran yang mencakup hak-haknya dan kewajiban sebagai orang

22
sakit. Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang sedang

sakit adalah merupakan perilaku peran orang sakit. Setiap

individu memiliki cara yang berbeda dalam mengambil tindakan

penyembuhan atau pencegahan berbeda, meskipun gangguan

kesehatan sama. Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu

yang dapat diklasifikaiskan dalam empat bagian, yaitu:

a) Ada suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap

suatu gangguan kesehatan. dalam hal ini persepsi seseorang

yang bersangkutan atau orang lain (anggota keluarga)

terhadap gangguan tersebut berperan.

b) Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap

gangguan tersebut. Disadari bahwa setiap gangguan

kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang

bersangkutan maupun bagi anggota keluarga.

c) Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai

hal-hal yang berhubungan dengan gangguan kesehatan.

d) Dilakukannya tindakan manipulative untuk meniadakan atau

menghilangkan gangguan tersebut, baik bagi orang awam

maupun tenaga kesehatan melakuakan manipulasi tertentu

dalam arti melakukan sesuatu untuk mengatasi gangguan

kesehatan.

23
c. Determinan terbentuknya perilaku kesehatan

Faktor determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi

karena perilaku merupakan resultan dari berbagi faktor. Menurut

Notoatmodjo (2010) dalam (Bidullah, 2020), bahwa secara garis

besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek

fisik, psiskis dan sosial. Akan tetapi dari tiga aspek tersebut sulit

untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku

manusia.

Sebuah teori atau model terbentuknya perilaku yang

dikembangkan oleh Lawrence green (1980) dalam (Prof.

Notoatmodjo, 2014), dimana Lawrence Green menganalisis, bahwa

faktor perilaku sendiri ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu

faktor predisposisi (disposising factor), faktor pemungkin

(enabling factor) dan faktor penguat (reinforcing factor). Sehingga

faktor tersebut juga dapat mempengaruhi perilaku pemberian ASI

Eksklusif, berikut penjelasannya:

1) Faktor Predisposisi (Prediposising Factors)

a) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu hasil “tahu” dan

terjadi setelah seseorang mengadakan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap suatu objek terjadi

melalui panca indera manusia yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada

24
waktu penginderaan telah sampai menghasilkan pengetahuan

yang menjadi sebuah informasi tersebut sangat dipengaruhi

oleh suatu intensistas persepsi terhadap objek tersebut.

Apabila informasi yang diberikan keluarga mengenai ASI

Eksklusif pada ibu kurang tepat karena kurangnya informasi

tentang ASI Eksklusif hal ini dapat menyebabkan kesalahan

pengetahuan pada ibu sehingga pengetahuan ibu tentang ASI

Eksklusif menjadi sangat rendah. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek

mengandung dau aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.

Kedua aspek ini yang nantinya akan menentukan sikap

seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang

diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif

terhadap terhadap objek tertentu. Pengukuran pengetahuan ini

dapat dilakukan dengan cara wawancara angket yang dimana

memeberikan pertanyaan tentang isi materi yang akan diukur

dari subjek penelitian atau responden.

25
Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan yang

mencakup domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai suatu ingatan pada materi

yang telah dipelajari sebelumnya atau rangasanag yang

telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

seseorang yang dapat menginterprestasikan suatu materi

secara benar dan merupakan suatu kemampuan untuk

menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui.

d. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan

seseorang untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi sebenarnya.

e. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk

menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-

komponen tetapi masih pada satu strukutur organisasi dan

saling berkaitan satu sama lain.

26
f. Sintesis (shynthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

g. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan individu

untuk melakukan justifikasi atau penilaian pada suatu

materi atau objek tertentu.

b) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan indivisu dan

keluarganya. Status pekerjaan merupakan salah satu kegiatan

yanag dapat menyita waktu sehingga berpengaruh terhadapp

kegiatan lain dan keluarga. Dimana pekerjaan ibu merupakan

suatu kegiatan atau jenis pekerajaan yang dilakukan oleh ibu

yang memiliki peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga

dan sebagai wanita pekerja (Marifah, 2019).

Ibu yang sibuk bekerja dalam mencari nafkah baik

untuk kehidupan dirinya maupun untuk membantu keluarga,

sehingga kesempaatan ibu untuk memberikan ASI pada

bayinya menjadi berkurang, dibandingkan dengan ibu yang

bekerja (Marifah, 2019).

27
c) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang yang akan berpengaruh

dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari

luar. Dimana seseorang yang mempunyai pendidikan yang

tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dalam

menanggapi informasi yang dating dan alasan berfikir sejauh

mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh

gagasan tersebut. Sementara bagi sebagian ibu, menyusui

anaknya merupakan suatu tindakan yanga alamiah dan

naluriah. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa

menyusui tidak perlu dipelajari. Mereka hanya menegtahui

bahwa ASI adalah makanan yang diperlukan oleh bayi tanpa

memperhatikan aspek-aspek lainnya (Marifah, 2019).

d) Sikap

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau suatu

objek, sikap belum termasuk suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi sikap merupakan predisposisi tindakan dari suatu

perilaku (Notoatmodjo, 2014).

Dukungan emosional dan dukungan penghargaan dari

suami dapat mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan ASI

Eksklusif pada bayinya. Apabila suami menunjukkan

perhatian positif dan mendukung ibu untuk memberikan ASI

28
Eksklusif, maka ibu akan mempunyai sikap positif terhadap

pemberian ASI Eksklusif. Dukungan emosional melibatkan

ekspresi empati, pemberian semangat, perhatian, kehangatan

pribadi, cinta atau bantuan emosional (Marifah, 2019).

e) Budaya

Kebudayaan dapat menopang perilaku orang terhadap

kesehatan maupun dapat memperburuk kesehatan seseorang.

Begitupun dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif yang

tidak terlepas dari pandangan budaya yang diwariskan turun-

temurun dalam kebudayaan yang bersangkutan (Amalia,

2018).

Demikian halnya dengan kekhawatiran ibu yang

menganggap bahwa produksi ASI tidak dapat mencukupi

kebutuhan makanan bayinya, sehingga ibu mencari alternatif

lain dengan memberikan makanan tambahan berupa

singkongpada bayinya (Bidullah, 2018).

2) Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Ketersediaan Akses Informasi

Ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi

sangat diperlukan untuk pencapaian pelaksanaan kebijakan

pemberian ASI Eksklusif yang ada pada fasilitas kesehatan

atau sumber informasi lainnya. Inforamsi bisa didapat dari

ketika ibu akan menikah samapai dengan ibu melahirkan dan

29
bayi berusia 6 (enam) bulan diperlukan untuk kelangsungan

peningkatan pengetahuan mengenai pentingnya pemberian

ASI Eksklusif dengan kegiatan berupa sosialisasi,

penyuluhan, pembagian leaflet serta konseling (Derry Trisna

Wahyuni, 2021).

3) Faktor Pendorong atau Penguat (Reinforcing Factors)

a) Dukungan Keluarga

Dukungan atau support dari orang lain atau orang

terdekat sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui.

Dalam hal ini semakin besar dukungan yang diberikan pada

ibu untuk menyusui bayinya maka akan semakin besar pula

kemampuan ibu terus bertahan untuk menyusui bayinya.

Suami dan keluarga dapat menguatkan ibu dengan

memotivasi agar menjaga komitmen dengan ASI, sehingga

ibu tidak mudah tergoda dengan memberikan bayinya susu

formula atau makanan lainnya dari awal kelahiran bayinya

hingga berumur 6 bulan. Seorang ibu yang kurang

mendaptakan dukungan dari suami maupun keluarga akan

lebih mudah dipengaruhi untuk beralih ke susu formula

(Marifah, 2019).

b) Dukungan Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan adalah peletak dasar kecerdasan

anak-anak Indonesia karena petugas kesehatan merupakan

30
seorang pembimbing yang sangat tepat dalam membimbing

ibu untuk tetap konsisten memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya. Dimana pemberian ASI Eskklusif dapat membuat

otak bayi berkembang secara optimal, bayi mendapatkan gizi

yang sempurna dan tumbuh dengan baik. Sikap dan perilaku

petugas kesehatan dapat menjadi contoh atau acuan bagi

masyarakat tentang berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo,

2014).

B. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu

tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan

tujuan, baik yang disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan

berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa

interaksi tersebut amat kompleks sehingga terkadang tidak sempat

memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu

amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu,

sebelum individu mampu mengubah perilaku. Wawan dan dewi (2010)

dalam (Bidullah, 2020).

Pemberian ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI sebagai

asupan makanan atau minuman pada bayi selama 6 bulan pertama, dengan

penerapan dari perilaku ibu. Kegagalan dalam memberikan ASI Eksklusif

dapat disebabkan dari perilaku ibu, dimana penyebab perilaku ibu

ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:

31
1) Faktor predisposisi, yang mempermudah atau mempredisposisi

terjadinya perilaku ibu, anatara lain, yaitu:

a) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor penyebab ibu gagal dalam

memberikan ASI Eksklusif karena ibu yang belum memiliki

pengetahuan yang cukup tidak dapat menerapkan pemberian ASI

Eksklusif pada bayinya.

b) Pendidikan

Pendidikan seorang ibu yang rendah memiliki pengetahuan

yang kurang, sehingga dapat menyebabkan ibu gagal dalam

memberian ASI Eksklusif.

c) Pekerjaan

Jika seorang ibu memiliki pekerjaan diluar rumah dan di

tempat pekerjaannya tidak memberikan izin untuk membawa

bayinya, hal ini dapat menyebabkan ibu gagal memberikan ASI

Eksklusif pada bayinya.

d) Sikap

Sikap merupakan salah satu faktor penyebab ibu menyusui

gagal dalam pemberian ASI Eksklusif, karena ketika produksi ASI

pada ibu menyusui sudah kurang dan bayinya menangis maka respon

yang ibu berikan menenangkan bayi dengan menggantikan ASI

dengan susu formula.

32
e) Budaya

Budaya merupakan salah satu faktor penyebab ibu gagal dalam

memberikan ASI Eksklusif, karena dalam beberapa pandangan

budaya bertolak belakang dengan peraturan pemberian ASI

Eksklsusif.

2) Faktor pemungkin, yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku

atau tindakan dari seorang ibu adalah yaitu ketersedian askses informasi

ASI Eksklusif, dimana ketika ibu belum mendapatkan akses informasi,

maka pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif belum cukup sehingga ibu

gagal memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.

3) Faktor pendorong, yang mendorong atau memperkuat terjadinya

perilaku atau yang menjadi tokoh panutan ibu berperilaku, seperti:

a) Dukungan Dari Petugas Kesehatan

Ketika ibu belum mempunyai pengalaman memberikan ASI

Eksklusif, namun petugas kesehatan tidak mengetahuinya dan

petugas kesehatan kurang memberikan eduakasi kepada ibu,

sehingga menyebabkan ibu gagal memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya.

b) Dukungan Orang Terdekat

Dukungan orang dari terdekat merupakan salah satu motivasi

ibu dalam memberikan ASI Eksklusif, ketika orang terdekat ibu

lebih memilih memberikan susu formula pada bayinya dan ibu

33
menurutinya, maka ibu gagal memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

PERILAKU IBU MENYUSUI


KEGAGALAN
1) Faktor Predisposisi
PEMBERIAN
2) Faktor Pemungkin
ASI EKSKLUSIF
3) Faktor Pendorong

Lawrence Green (1980) dalam (Prof. Notoatmodjo, 2014)

Keterangan Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

: Varibel Independent

: Varibel Dependent

D. Definisi Konsep

Pemberian ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI sebagai asupan

makanan atau minuman pada bayi selama 6 bulan pertama, dengan

penerapan dari perilaku ibu.

Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni

aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari tiga aspek tersebut sulit

untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia.

Faktor determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku

34
merupakan resultan dari berbagai faktor. Lawrence Green menganalisis,

bahwa faktor perilaku sendiri di tentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:

1) Faktor Predisposisi

Faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya

perilaku seseorang, antara lain:

a) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada

waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek.

Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mengandung

dau aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini

yang nantinya akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak

aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan

sikap makin positif terhadap terhadap objek tertentu. Pengukuran

pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara wawancara angket

yang dimana memeberikan pertanyaan tentang isi materi yang akan

diukur dari subjek penelitian atau responden.

b) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha pembelajaran pengetahuan,

keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan

35
dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran

ataupun pelatihan. Tingkat pendidikan seseorang yang akan

berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang

datang dari luar. Dimana seseorang yang mempunyai pendidikan

yang tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dalam

menanggapi informasi yang dating dan alasan berfikir sejauh mana

keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh gagasan tersebut.

c) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan individu dan

keluarganya. Status pekerjaan merupakan salah satu kegiatan yang

dapat menyita waktu sehingga berpengaruh terhadap kegiatan lain

dan keluarga. Dimana pekerjaan ibu merupakan suatu kegiatan atau

jenis pekerajaan yang dilakukan oleh ibu yang memiliki peran

ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita pekerja

(Marifah, 2019)

d) Sikap

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau suatu objek,

sikap belum termasuk suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

sikap merupakan predisposisi tindakan dari suatu perilaku

(Notoatmodjo, 2014).

36
Dukungan emosional dan dukungan penghargaan dari

suami dapat mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan ASI

Eksklusif pada bayinya. Apabila suami menunjukkan perhatian

positif dan mendukung ibu untuk memberikan ASI Eksklusif,

maka ibu akan mempunyai sikap positif terhadap pemberian ASI

Eksklusif. Dukungan emosional melibatkan ekspresi empati,

pemberian semangat, perhatian, kehangatan pribadi, cinta atau

bantuan emosional (Marifah, 2019).

e) Budaya

Kebudayaan dapat menopang perilaku orang terhadap

kesehatan maupun dapat memperburuk kesehatan seseorang.

Begitupun dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif yang tidak

terlepas dari pandangan budaya yang diwariskan turun-temurun

dalam kebudayaan yang bersangkutan (Amalia, 2018).

2) Faktor pemungkin

Ketersediaan akses informasi tentang ASI Eksklusif

Ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi sangat

diperlukan untuk pencapaian pelaksanaan kebijakan pemberian ASI

Eksklusif yang ada pada fasilitas kesehatan atau sumber informasi

lainnya. Dengan keggiatan berupa sosialisasi, penyuluhan, pembagian

leaflet serta konseling kesehatan (Derry Trisna Wahyuni, 2021).

37
3) Faktor pendorong

a) Dukungan orang tedekat

Dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat

sangat berperan penting dalam sukses tidaknya menyusui. Dalam

hal ini semakin besar dukungan yang diberikan pada ibu untuk

menyusui bayinya maka akan semakin besar pula kemampuan ibu

terus bertahan untuk menyusui bayinya. Suami dan keluarga dapat

menguatkan ibu dengan memotivasi agar menjaga komitmen

pemberian ASI Eksklusif (Marifah, 2019).

b) Dukungan petugas kesehatan

Petugas kesehatan adalah peletak dasar kecerdasan anak-

anak Indonesia karena petugas kesehatan merupakan seorang

pembimbing yang sangat tepat dalam membimbing ibu untuk tetap

konsisten memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Sikap dan

perilaku petugas kesehatan dapat menjadi contoh atau acuan bagi

masyarakat tentang berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2014).

38
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif

dengan pendekatan Fenomenologi. Penggunaan metode ini dengan alasan

bahwa fokus dalam penelitian ini adalah penyebab kegagalan pemberian

ASI Eksklusif. Sementara, pendekatan fenomenologi bertujuan untuk

menggambarkan makna dari pengalaman hidup yang dialami oleh

beberapa individu, tentang konsep atau fenomena tertentu, dengan

mengeksplorasi struktur kesadaran manusia. Sehingga peneliti ingin

mengetahui perilaku ibu menyusui yang menyebabkan kegagalan

pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Simpong.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Simpong

Kecamatan Luwuk Selatan. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan

September - Oktober tahun 2021.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian atau narasumber adalah orang yang diminta

untuk memberikan keterangan tentang fakta atau suatu pendapat. Dalam

hal ini subyek penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai balita

gagal dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskemas

Simpong.

39
D. Informan Penelitian

Informan penelitain adalah orang yang bersedia untuk memberikan

informasi penting yang dibutuhkan oleh peneliti sesuai dengan situasi dan

kondisi dengan proses-proses pengamatan dan ingatan informan

(Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini terdiri dari informan biasa dan

informan kunci. Informan biasa yaitu ibu menyusui yang mempunyai

balita gagal dalam pemberian ASI Eksklusif, sedangkan informan kunci

yaitu tenaga kesehatan. Dalam penelitian ini teknik pemilihan informan

yang digunakan adalah teknik Non Probality Sampling yaitu Purposive

Sampling, dimana menurut Notoatmodjo (2010) Purposive Sampling

merupakan teknik penentuan sampel dengan segala pertimbangan tertentu

seperti sifat-sifat populasi atau ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya.

Kriteria dalam pemilihan informan didasarkan sebagai berikut :

1. Ibu menyusui yang mempunyai balita gagal dalam pemberian ASI

Eksklusif

2. Ibu yang berada di tempat atau tinggal di wilayah kerja Puskesmas

Simpong

3. Ibu yang bersedia untuk diwawancarai

4. Ibu yang bisa berkomunikasi dengan baik

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang dipakai oleh peneliti untuk

mengumpulkan data yaitu peneliti sendiri yang dilengkapi alat bantu

40
penelitian seperti alat perekam wawancara (Audio dan Audio Visual),

pedoman wawancara dan catatan lapangan.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Dalam penelitian ini dilakukan dengan kunjungan atau

observasi awal data di tempat yang ingin di teliti melalui wawancara

mendalam (in-depth interviews) terhadap informan.

2. Data Sekunder

Data sekunder ini telah diperlukan untuk penunjung pada

penelitian ini dan peroleh dari:

a) Puskesmas Simpong Kecamatan Luwuk Selatan

b) Pengelola Gizi Puskesmas Simpong

c) Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai

d) Badan Pusat Statistik: Kesehatan Ibu dan Anak

G. Metode Analisis Data

Analisis data ada suatu proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara. Aktivitas data dalam

data kuantitatif terbagi atas tiga tahap, yakni:

1. Reduksi Data

Reduksi data atau menerangkan merupakan salah satu teknik

analisis kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

41
perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga mencapai

akhir kesimpulan yang dapat diambil.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka akan dilakukan penyajian data

merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data

adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga

memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk

penyajian data kualitatif berupa teks naratif (catatan lapangan), matriks,

grafik, jaringan atau bagan.

3. Kesimpulan/verifikasi

Tahapan melakukan pencarian makna dan kata kunci peristiwa

yang bertujuan untuk membentuk pola dan alur sebab akibat dalam

pembentukan konsep yang kemudian dijadikan proposisi.

H. Metode Keabsahan Data

Untuk keakuratan informasi yang telah dikumpulkan, maka dapat

digunakan triangulasi. Tujuan triangulasi untuk meningkatkan kekuatan

teoritis, metodologis, maupun interpretative dari penelitian kualitatif.

Triangulasi sumber yaitu: suatu teknik yang bertujuan untuk meningkatkan

kredibilitas data dengan cara melakukan pengecekkan data yang telah

diperoleh dalam hal ini data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

data yang berasal dari petugas kesehatan.

42
I. Jadwal Penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No. Nama Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Sep Okt Nov
Kegiatan
1. Seminar
Judul
2. Penyusun
-an
Proposal
3. Seminar
Proposal
4. Perbaik-
an
Proposal
5. Peneliti-
an
6. Seminar
Hasil
7. Perbaik-
an Hasil
8. Skripsi

43
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Kecamatan Luwuk Selatan berdiri pada tanggal 01 Oktober

2012. Kecamatan Luwuk Selatan terdiri dari 9 (Sembilan) Kelurahan 1

(satu) Desa, yang juga sekalian terletak di Ibu Kota Kabupaten

Banggai yang mempunyai luas Wilayah ± 119,80 km².

Puskesmas Simpong merupakan salah satu pusat pelayanan

kesehatan yang berada di wilayah Kecamatan Luwuk Selatan

Kabupaten Banggai tepatnya di Kecamatan Luwuk Selatan pada posisi

Astronomi 0˚30’-2˚20’ Lintang Selatan dan 122˚23’ 124˚20’ Bujur

Timur dengan Luas Wilayah 65,80 km² yang terdiri dari 9 (sembilan)

Kelurahan dan 1 (satu) Desa sejak pemekaran Kecamatan 1 November

Tahun 2011. Topografi wilayah 85,97% dengan ketinggian < 500

mdpl, 7,80% dengan ketinggian 500-700 mdpl dan 6,23% dengan

ketinggian > 700 mdpl di atas permukaan laut (mdpl). Adapun batas-

batas wilayahnya sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Karaton (Wilayah

Kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Luwuk)

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Peling (Kabupaten

Banggai Kepulauan)

44
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Koyoan (Wilayah Kerja

Puskesmas Nambo Kecamatan Nambo)

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pagimana (Wilayah

Kerja Puskesmas Pagimana)

2. Iklim

a. Musim

Di Kabupaten Banggai hanya dikenal dengan dua musim

yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan sistem

tersebut sama halnya di Wilayah Kerja Puskesmas Simpong

Kecamatan Luwuk Selatan karena merupakan salah satu

puskesmas yang terletak di Ibukota Kabupaten Banggai. Pada

bulan Juni hingga September arus angin bertiup dari Australia dan

tidak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim

kemarau. Begitupun sebaliknya pada bulan Desember hingga

Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus dari

Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan

ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan

pada bulan April – Mei dan Oktober - November.

b. Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu udara rata-rata di Wilayah Kerja Puskesmas Simpong

Kecamatan Luwuk Selatan yang terletak di Ibukota Kabupaten

Banggai ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari

permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. pada tahun 2019, suhu

45
udara rata – rata berkisar 25,3˚C sampai 27,7˚C. Suhu udara

maksimum terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 31,3˚C

sedangkan suhu minimum terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar

22,2˚C dengan kelembaban rata-rata berkisar antara 80 %.

Kecamatan Luwuk Selatan mempunyai kelembaban udara relatif

tinggi dimana pada tahun 2019 rata – rata berkisar antara 58–92%.

c. Curah Hujan dan Keadaan Angin

Curah hujan di Kecamatan Luwuk Selatan antara lain

dipengaruhi oleh keadaan iklim dan perputaran arus udara. Oleh

karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan. Rata – rata

curah hujan berkisar antara 82 hingga 466 mm. Hari hujan

perbulan antara 10 – 23 hari. Curah hujan tertinggi antara Juli

hingga Agustus. Kecepatan angin merata setiap bulannya yaitu

berkisar antara 3 – 7 knot. Tertinggi pada Juni – September.

3. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Luwuk selatan Setelah

Pemekaran wilayah pada tahun 2012 mengalami perubahan setiap

tahunnya. Pertumbuhan jumlah penduduk tahun 2021 sebesar 21,299

jiwa, tahun 2013 sebesar 21,791 jiwa, tahun 2014 sebesar 22,171 jiwa,

tahun 2015 sebesar 22.552 jiwa, tahun 2016 sebesar 22,917 jiwa.

Lima tahun terakhir jumlah penduduk Kecamatan Luwuk

Selatan mengalami laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1,80 %

per tahun. Laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan yaitu

46
dari 1,85 % per tahun periode 2011-2012 menjadi 1,55 % per tahun

selama periode 2012-2013 dan dari 2,31 % per tahun periode 2013-

2014 menjadi 1,72 % per tahun selama periode 2014-2015. Dan

mengalami penurunan 1,62 % per tahun selama periode 2015-2016.

B. Hasil penelitian

1. Informan Penelitian

Informan pada penelitain ini terbagi atas dua jenis yaitu

informan biasa dan informan kunci. Informan biasa pada penelitian ini

adalah ibu menyusui yang mempunyai balita dalam dalam pemberian

ASI Eksklusif serta informan kuncinya adalah petugas kesehatan

(Kepala Puskesmas Simpong dan Koordinator Bidan) sehingga total

keseluruhan informannya yaitu 27 (dua puluh tujuh) informan.

Distribusi informan berdasarkan nama, umur, tingkat pendidikan,

pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Distribusi Informan Berdasarkan Umur
Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpong Pada Tahun 2021
NO. UMUR INFORMAN JUMLAH
1 43 1
2 41 1
3 40 1
4 38 2
5 35 2
6 34 5
7 32 1
8 31 2
9 30 2
10 29 1
11 28 3
12 25 2
13 24 1
14 23 1
15 22 2

47
Data Primer,2021

Tabel 4.2
Distribusi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpong Tahun 2021
NO. TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH
1 SD 5
2 SMP 2
3 SMA 13
4 D III 2
5 SI 4
6 S II 1
Data Primer, 2021

Tabel 4.3
Distribusi Informan Berdasarkan Pekerjaan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpong Tahun 2021
NO. PEKERJAAN JUMLAH
1 IRT 21
2 PNS/DOSEN 4
3 HONORER 1
4 WIRAUSAHA 1
Data Primer, 2021

Tabel 4.4
Distribusi Informan Berdasarkan Nama/Inisial dan Alamat
Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpong Tahun 2021
NO. INISIAL ALAMAT KET.
INFORMAN
1 WR TOMBANG INFORMAN
PERMAI BIASA
2 VP MAAHAS INFORMAN
BIASA
3 YS TOMBANG INFORMAN
PERMAI BIASA
4 YB MAAHAS INFORMAN
BIASA
5 SR MAAHAS INFORMAN
BIASA
6 HP MAAHAS INFORMAN
BIASA
7 AS TANJUNG TUWIS INFORMAN
BIASA
8 WJ MAAHAS INFORMAN
BIASA
9 NS MAAHAS INFORMAN
BIASA

48
10 ED TANJUNG TUWIS INFORMAN
BIASA
11 MM MAAHAS INFORMAN
BIASA
12 YL BUBUNG INFORMAN
BIASA
13 FB BUBUNG INFORMAN
BIASA
14 RA BUBUNG INFORMAN
BIASA
15 NJ BUBUNG INFORMAN
BIASA
16 MU BUBUNG INFORMAN
BIASA
17 RY HANGA-HANGA INFORMAN
BIASA
18 MT HANGA-HANGA INFORMAN
BIASA
19 NR SIMPONG INFORMAN
BIASA
20 RD SIMPONG INFORMAN
BIASA
21 SD SIMPONG INFORMAN
BIASA
22 NP SIMPONG INFORMAN
BIASA
23 NU HANGA-HANGA INFORMAN
PERMAI BIASA
24 MY HANGA-HANGA INFORMAN
PERMAI BIASA
25 IP BUKIT INFORMAN
MAMBUAL BIASA
26 SY SIMPONG INFORMAN
KUNCI
27 SD SIMPONG INFORMAN
KUNCI
Data Primer, 2021

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Pukesmas Simpong

yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku ibu

menyusui yang menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI

Eksklusif. Ada beberapa variabel dalam penelitian ini yaitu faktor

predisposisi, faktor pemungkin dan faktor pendorong.

49
2. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas

Simpong yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai

perilaku ibu menyusui yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI

Eksklusif. Ada beberapa variabel dalan penelitian yaitu faktor

Predisposisi, faktor pemungkin dan faktor pendorong.

1) Faktor Predisposisi

Peneliti melakukan teknik wawancara dan dokumentasi

untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku ibu

menyusui yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI Eksklusif

yaitu, pengetahuan, pekerjaan, pendidikan, sikap dan budaya.

a. Pengetahuan

a) Apa yang disebut dengan ASI Eksklusif

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 25

(dua puluh lima) informan biasa, terdapat 2 (dua) informan

biasa yang mempunyai pernyataan sama dalam menjawab

pertanyaan penelitian tentang apa yang disebut dengan ASI

Eksklusif atau pengertian tentang ASI Eksklusif. Terdapat 2

(dua) informan biasa yang menyatakan jawaban yang sama

bahwa ASI Eksklusif adalah pemberian ASI Kepada bayi

selama 6 bulan pertama kelahiran tanpa memberikan

50
makanan tambahan selain ASI. Berikut pernyataan

beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Asi eksklusif itu adalah asi yang diberikan kepada


anak bayi selama 6 bulan dari lahir tanpa campuran
apa-apa” (YS,NJ)

Selain pernyataan diatas, ada pula informan yang

menyatakan bahwa ASI Eksklusif adalah pemberian ASI

dari umur 0 bulan sampai 6 bulan untuk menjaga kekebalan

tubuh bayi seperti bayi yang demam diberikan ASI sebagai

pengganti obat maka dapat menyembuhkan demam bayi.

Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

“Asi yang diberikan dari 0 bulan sampai 6 bulan


untuk kekebalan bayi maksudnya misalnya dia
panas kalo kita kasi terus asi biar tidak minum obat
dia bisa hilang panasnya” (ED)

Adapula pernyataan yang sama dari 2 (dua)

informan biasa tentang pengertian ASI Eksklusif yaitu ASI

yang wajib diberikan kepada bayi saat setelah lahir sampai

berumur 6 bulan dan lebih baik diteruskan hingga berumur

2 tahun. Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

“ASI Eksklusif itu asi yang wajib diberikan sama


bayi itu dari umur dari awal dia lahir sampe umur 6
bulan bagitu tapi paling bagus sampe umur 2 taun
sih” (SD,MU)

51
Selain pernyataan diatas, terdapat 3 (tiga) informan

biasa yang menyatakan jawaban yang sama tentang

pengertian ASI Eksklusif yaitu air susu ibu yang diberikan

kepada bayi dari umur 0 bulan sampai berumur 2 tahun.

Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

“Asi ekskklusif itu pemberian asi secara terus


menerus sampe usia bayi kalo te salah sampe 2
taun” (IP,RD,RI)

Selain pernyataan diatas, adapula 2 (dua) informan

biasa yang menyatakan jawaban yang sama tentang

pengertian ASI Eksklusif yaitu ASI sebagai nutrisi untuk

bayi sebagai makanan karena bayi belum dapat diberikan

makan sebelum berusia 6 bulan. Berikut pernyataan

beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“E nutrisi yang diberikan untuk ade sebagai


makanan, kalo ade bulum makan kan dia dikase asi
eksklusif nanti kalu sudah so waktu 6 bulan baru
bisa dikase makanan tambahan makanan
pendamping asi to” (YL,NR)

Adapula salah satu informan biasa yang

menyatakan bahwa ASI Eksklusif adalah makanan terbaik

untuk anak-anak. Berikut pernyataan beberapa informan

biasa yang diwawancarai:

“Ee itu apa ee makan terbaik untuk anak-anak”


(SR)

52
Selain pernyataan diatas, adapula informan biasa

yang menyatakan bahwa pengertian ASI Eksklusif yaitu

ASI bukan makanan sehari-hari untuk anak dan ASI

bermanfaat untuk pertumbuhan anak-anak. Berikut

pernyataan beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Asi bukan buat makanan hari-hari untuk anak,


buat pertumbuhan anak-anak” (RA)

Selain pernyatan diatas, adapula pernyataan dari

salah satu informan biasa tentang pengertian ASI Eksklusif

yaitu sebagai makanan tambahan bayi. Berikut pernyataan

beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Penambah anu penambah makanan bayi” (RY)

Selain pernyataan diatas, adapula 2 (dua) informan

biasa yang menyatakan jawaban yang sama tentang ASI

Eksklusif yaitu pemberian ASI secara langsung dari ibu ke

anaknya. Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

“Asi eksklusif itu ya pemberian asi secara langsung


dari ibu ke anaknya” (WJ,MJ,NP)

Selain pernyataan diatas, adapula salah satu

informan biasa yang menyatakan bahwa ASI Eksklusif

53
adalah air susu yang murni dari ibu. Berikut pernyataan

beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Ini aer susu yang murni” (NU)

Adapula pernyataan dari salah satu informan biasa

bahwa ASI Eksklusif adalah berupa cairan alami yang

dapat membantu anak lebih kuat dan lebih bagus dari susu

formula. Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

“Asi eksklusif ya berupa cairan alami supaya anak


lebih kuat depe daya tahan tubuh, lebih bagus dari
pada sufor” (YB)

Selain pernyataan diatas, adapula 2 (dua) informan

biasa yang menyatakan jawaban yang sama tentang

pengertian ASI Eksklusif yaitu untuk kebutuhan bayi agar

dapat membantu pertumbuhan bayi. Berikut pernyataan

beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Asi Eksklusif itu untuk kebutuhannya ade untuk


pertumbuhannya berkembang” (MT,WR)

Selain pernyataan diatas, adapula 3 (tiga) informan

biasa yang menyatakan jawaban yang sama tentang ASI

Eksklusif yaitu air susu ibu. Berikut pernyataan beberapa

informan biasa yang diwawancarai:

“Air susu ibu” (SA,HP,MM)

54
Selain pernyataan diatas, adapula 4 (empat)

informan biasa yang menyatakan jawaban yang sama bahwa

informan biasa tidak mengetahui tentang pengertian ASI

Eksklusif. Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

“Te Tau” (AS, NS, FL, VP)

b) Seberapa penting pemberian ASI Eksklusif pada bayi

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 25

(dua puluh lima) informan biasa yang memberikan

pernyataan tentang seberapa penting pemberian ASI

Eksklusif pada bayi. Terdapat 4 (empat) informan biasa

yang menyatakan jawaban yang sama bahwa pemberian

ASI Eksklusif sangat penting. Berikut pernyataan beberapa

informan biasa yang diwawancarai:

“Yah penting skali” :(WR, FB, YB, NS)

Selain pernyataan diatas, adapula pernyataan yang

sama dari 15 (lima belas) informan biasa bahwa pemberian

ASI Eksklusif sangat penting karena ASI mengandung

banyak gizi sehingga dapat menjaga daya tahan tubuh dan

kekebalan tubuh bayi. Berikut pernyataan beberapa

informan biasa yang diwawancarai:

“Penting skali kalo menurut saya karna disitu


terdapat depe gizi paling banyak disitu depe daya

55
tahan tubuh dan kekebalan tubuh juga” :(IP, MM,
MY, NJ, RD, NP,YS,NR,ED,AS,MT, WH, SR, YL,
HP)

Selain pernyataan diatas, adapula salah satu

informan biasa yang menyatakan bahwa pemberian ASI

Eksklusif sangat penting dapat terjamin keamanannya

karena pemberian ASI langsung pada ibu ke bayinya dari

makanan yang dikonsumsi ibu sehingga tidak mudah

terkena berbagai penyakit. Berikut pernyataan beberapa

informan biasa yang diwawancarai:

“Penting skali karna pertama aman, tidak mudah


terkena penyakit kan langsung dari seorang ibu
mengkonsumsi sebuah makanan apa saja kan
langsung dicerna untuk bayi itu lebih aman” (MU)

Selain pernyataan tersebut, adapula informan biasa

yang menyatakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sangat

penting karena dari pengalaman yang informan biasa

dapatkan dari anak-ankanya, pada anak pertama dengan

anak kedua berbeda perkembangan dan daya tubuh mereka,

dimana anak kedua yang mendapatkan ASI dari lahir daya

tahan tubuh anak kuat dan laju perkembangan otaknya

sedangkan anak pertama tidak mendaptkan ASI dari lahir

sehingga sering sakit. Berikut pernyataan beberapa

informan biasa yang diwawancarai:

56
“Penting skali karna kalo pengalamannya sa sendiri
kan kalo anak 2 yang pertama memang beda sih
kekebalan tubuh kesehatan itu bagusnya yang asi
memang lebih sehat sa liat lebe cepat depe otak dari
ini yang kacil daripada depe kaka-kaka ini” (SD)

Selain pernyataan diatas, adapula pernyataan yang

sama dari 3 (tiga) informan biasa bahwa pemberian ASI

Eksklusif sangat penting untuk kecerdasan bayi, menjaga

daya tahan tubuh bayi, untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi dan dapat melindungi ibu dari penyakit

kanker payudara. Berikut pernyataan beberapa informan

biasa yang diwawancarai:

“Be penting skali untuk dorang pe kecerdasan,


dorang pe daya tahan tubuh, dorang he dorang pe
lincah-lincah itu pokoknya penting skali, kalo torang
parampuan tidak ba kase asi yang ditakutkan akan
torang kana kanker payudara” (WJ,RY,VP)

Selain pernyataan diatas, adapula salah satu

informan biasa yang menyatakan bahwa pemberian ASI

Eksklusif sangat penting untuk kebutuhan sehari-hari anak,

jika anak tidak mau makan dapat digantikan dengan ASI.

Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

“Penting skali buat anak-anak penting sehari-


harinya dorang kalo te mo dikase asi nanti mo dari
mana, kan biasa kan kalo anak bosan makan bisa
dikase asi dari torang” (RA)

57
c) Tanggapan ibu terhadap pemberian hanya ASI saja

tanpa memberikan makanan tambahan pada bayi yang

berusia dibawah 6 bulan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada

25 (dua puluh lima) informan biasa terdapat 8 (delapan)

informan biasa yang mempunyai ungkapan yang sama

dalam menjawab pertanyaan penelitian. Terdapat 9

(sembilan) informan biasa yang menjawab pertanyaan yang

sama bahwa pemberian ASI saja tanpa memberikan

makanan tambahan pada bayi berusia dibawah 6 bulan

sangat baik, jika bayi sudah berumur 6 bulan ke atas sudah

bisa diberikan makanan. Berikut pernyataan beberapa

informan biasa yang diwawancarai:

“Te apa-apa sebenarnya yang penting dia asi terus


kan kalo 6 bulan ke bawah kecuali so 6 bulan ke
atas baru dikase makan”: (NU, MT, IP, NS, FB,
RA ,WJ, SD,YL)

Selain pernyataan diatas, adapula pernyataan yang

sama dari 2 (dua) informan biasa bahwa pemberian

makanan tambahan pada bayi yang belum cukup umur 6

bulan dapat menyebabkan kerusakan pada usus bayi karena

usus bayi belum matang. Berikut pernyataan beberapa

informan biasa yang diwawancarai:

“Kalau menurut saya sih belum bisa kayaknya


karna anak ini kan ususnya belum matang kalau dia

58
dikase makanan sebelum enam bulan tambah asi toh
selama asi toh karena akan merusak si usus bayi” :
(NJ, MU)

Selain pernyataan diatas, terdapat 5 (lima) informan

biasa yang menyatakan bahwa pemberian ASI saja tanpa

memberikan mkanan tambahan pada anak yang berumur

dibawah 6 bulan sangat bagus karena anjuran dari petugas

kesehtaan seperti itu. Berikut pernyataan beberapa

informan biasa yang diwawancarai:

“Lebih bagus kan bagitu karna kan anjurannya


bagitu to” (NR, WR, HP, YS, MM)

Selain pernyataan diatas, terdapat 9 (sembilan)

informan biasa yang memberi tanggapan bahwa pemberian

ASI saja pada bayi yang berumur 6 bulan kebawah tidak

bisa karena bayi akan merasa kelaparan sehingga tidak akan

tertidur nyenyak. Berikut pernyataan beberapa informan

biasa yang diwawancarai:

“Biasanya tidurnya tidak nyaman karna asinya kan


sedikit tidak cukup asinya jadi tidurnya tidak
nyenyak” (YB, SR, MY, NP, RY, RD, ED, AS, VP)

b. Sikap

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap

tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi

penyebab ibu tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi ibu.

59
Menurut tenaga kesehatan yakni informan kunci bahwa ibu

kurang sabar dalam menunggu ASI keluar sehingga ibu cepat

mengambil tindakan pemberian susu formula atau makanan

tambahan lainnya pada bayinya dengan alasan ibu karena takut

bayinya akan kelaparan, padahal tidak akan terjadi apa-apa

pada bayinya ketika ibu mau terus berusaha mengASIhi

bayinya sehingga produksi ASI akan terangsang dan

mengeluarkan banyak ASI. Berikut pernyataan beberapa

informan kunci yang diwawancarai:

“Sebenarnya ibu-ibunya ini yang kurang sabar terlalu


cepat ambil tindakan macam ibu yang ASInya sedikit
karna takut anaknya nanti kelaparan menangis jadi ibu
langsung saja kasih susu formula pada anaknya
padahal tidak apa-apa, ibu harus berusaha dulu
supaya ASInya keluar seperti kasih ASI terus sama
bayinya agar produksi ASI akan makin banyak” (SY,
NS)

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 25 (dua

puluh lima) informan biasa terdapat 18 (delapan belas)

informan biasa yang mempunyai ungkapan sama dalam

menjawab pertanyaan tentang penyebab informan biasa tidak

memberikan ASI Eksklusif bahwa ASI tidak keluar saat setelah

melahirkan sehingga informan memberikan susu formula pada

bayinya. Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

60
“Tidak kaluar ASI dari melahirkan jadi cuman dikase
susu formula” : (VP, WR, RA, NP, YB, ED, FL, NJ,
YS, AS, SR, MU, NU, IP, RY, MY, NS, HP)

Selain pernyataan diatas, adapula salah satu informan

biasa, yang menyatakan bahwa penyebab informan biasa tidak

memberikan ASI Eksklusif yaitu saat bayinya berumur 3 bulan

informan sedang sakit dan obat informan biasa sangat berefek

pada ASI sehingga informan biasa menggantikan ASI dengan

susu formula. Berikut pernyataan beberapa informan biasa

yang diwawancarai:

“Umur 3 bulan sudah dikasih sufor soalnya saya


kemarin itu ada sakit jadi kan harus minum obat jadi
tidak bisa kasih asi” (NR)

Selain pernyataan diatas, adapula informan biasa yang

menyatakan bahwa penyebab tidak memberikan ASI Eksklusif

pada bayinya karena putting payudara ibu luka (matitis)

sehingga ibu menggantikan ASI dengan susu formula. Berikut

pernyataan beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Dia so te manyusui cuman batas 3 bulan itu so te


menyusui so kase supor karna saya yang ada ini
kondisi bagian putting luka dua-dua, pas so sembuh sa
so te kase dia juga so te mau karna so terlanjur susu
pormula” (RD)

Selain pernyataan diatas, adapula informan biasa yang

menyatakan bahwa penyebab informan tidak memberikan ASI

Eksklusif adalah pengalaman dari orang tua informan jika bayi

61
sering menangis artinya ASI yang diberikan tidak cukup dan

bayi merasa kelaparan sehingga pada umur 3 bulan informan

memberikan bubur instan (SUN) pada bayinya. Berikut

pernyataan beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Sa kase makan 3 bulan karna sa pe orang tua bilang


biasa kalo anak-anak yang suka rewel tidak puas asi
biar mo susu juga tidak puas jadi dikase bubur sun
sehari dua kali, ini juga kan kembar” (MM)

Selain pernyataan diatas, terdapat 4 (empat) informan biasa

yang menyatakan jawaban yang sama bahwa penyebab

informan biasa tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya

karena informan biasa bekerja diluar rumah sehingga

menyababkan informan biasa menggantikan ASI dengan susu

formula. Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

“Dia ba asi itu cuman 1 bulan lebihlah karna sa juga


so maso karja jadi so di selingi dengan sufor”:(YL,
WJ, MT, SD)

c. Budaya

a) Pantangan-pantangan dalam memberikan ASI

Eksklusif

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

terhadap 25 (dua puluh lima) informan biasa terdapat 2

(dua) informan biasa yang memiliki ungkapan yang sama

dalam menjawab pertanyaan penelitian bahwa pantangan-

62
pantangan informan biasa dalam memberikan ASI

Eksklusif yaitu informan biasa dilarang makan ubi-ubian

dari akar sampai daunnya karena akan berimbas pada

bayinya, yaitu bayinya akan terkena bisul. Berikut

pernyataan beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Waktu itu dia kena bisul dikepala bisul 2 pipi so


dua kali den dalam budayanya suami torang itu te
bisa makan ubi-ubian dari akarnya, daunnya sampe
buahnya pun te bisa torang konsumsi papaya juga
bagitu”: (MU, NS)

Selain pernyataan diatas, adapula informan biasa

yang menyatakan bahwa pentangan dalam memberikan ASI

Eksklusif yaitu larangan mengonsumsi buah nenas karena

akan berdampak pada kesehatan anak yaitu tubuh anak

akan merah dan gatal-gatal. Berikut pernyataan beberapa

informan biasa yang diwawancarai:

“Makan buah yang macam nanas bagitu te boleh itu


nanti mo ta kana den anak juga kalo anak te cocok
menerima didalam tubuhnya bisa-bisa dia merah-
merah gatal-gatal” (NP)

Adapula informan yang menyatakan bahwa

informan biasa mendapatkan larangan mengonsumsi telur

karena akan berdampak pada kesehatan bayi yaitu alergi.

Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

63
“Te bisa makan telur karna mo gatal-gatal bagitu
alergi” (RA)

Selain pernyataan diatas, terdapat 3 (tiga) informan

biasa yang menyatakan jawaban yang sama bahwa

pantangan-pantangan dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu

informan mendapatkan larangan mengonsumsi makanan

yang berminyak, bersantan, dan yang mengandung pedas

karna akan berpengaruh pada kesehatan bayi, yaitu bayi

akan terkena diare. Berikut pernyataan beberapa informan

biasa yang diwawancarai:

“Tidak bisa makan yang ba minyak-minyak, yang ba


santan-santan, yang ba pedis-pedis kan orang-orang
bilang nanti dipengaruhi asinya untuk bayi karna
bera-bera to” : (NJ, YS, IP)

Adapula 2 (dua) informan biasa yang

menngungkapkan pernyataan yang sama yaitu informan

biasa mendapatkan pantangan mengonsumsi makanan yang

mengandung terasi, jagung dan nasi kuning karena akan

berpengaruh pada kesehatan bayi, yaitu bayi akan terkena

diare. Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

“Banyak, te bisa makan ini e kaya macam yang ba


bau tarasi baru ini apa e jagung, nasi kuning
katanya mo mencret-mencret ta kana sama ade” :
(RD, WJ)

64
Selain pernyataan diatas, adapula informan biasa

yang menyatakan bahwa pantangan-pantangan dalam

pemberian ASI Eksklusif yaitu pantangan mengosnumsi es.

Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

“Te bisa minum es barang mo bikin sakit purut ade”


(WR, YL)

Selain pernyataan diatas, terdapat 14 (empat belas)

informan biasa yang menyatakan bahwa didalam budaya

meraka tidak terdapat pantangan-pantangan dalam

pemberian ASI Eksklusif. Berikut pernyataan beberapa

informan biasa yang diwawancarai:

“Te ada” (VP, MY, YB, SR, HP, ED, MM, FB, NR,
RY, MT, AS, NU, SD)

b) Anjuran-anjuran dalam memberikan ASI Eksklusif

Dari pertanyaan penelitian tentang anjuran-anjuran

dalam memberikan ASI Eksklusif, dari 25 (dua puluh lima)

informan biasa yang diwawancarai terdapat 2 (dua)

informan biasa menjawab pertanyaan tersebut dengan

jawaban yang sama bahwa bayinya diberikan madu setelah

lahir untuk menstimulasi bayi agar dapat mengenal putting

payudara ibu. Berikut pernyataan beberapa informan biasa

yang diwawancarai:

65
“Cuman palingan apa madu pas lahir dikase madu,
ini e ba pancing supa dia mau dikasih menete”:
(AS, FB)

Selain pernyataan diatas, terdapat 8 (delapan)

informan biasa yang menyatakan bahwa anjuran selama

pemberian ASI Eksklusif yaitu mengonsumsi sayur yang

berkuah dengan porsi banyak serta mengonsumsi ikan dan

tahu. Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

“Anjurannya banyak makan sayur-sayur yang


bening, ikan, tahu begitu” : (NR, MT, NP, MY, IP,
RD, NJ, MU)

Selain pernyataan diatas, adapula 2 (dua) informan

biasa yang menyatakan bahwa anjuran dalam pemberian

ASI Eksklusif yaitu sebelum memberikan ASI terlebih

dahulu ibu membersihkan payudaranya. Berikut pernyataan

beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Cuman umpamanya kitorang pergi dari luar itu


pas maso e kase bersih dulu payudara sebelum ba
kasi asi tidak langsung tidak kasi bersih dulu pakai
air kan” :(ED, NS)

Selain pernyataan diatas, adapula informan biasa

yang menyatakan bahwa anjuran dalam pemberian ASI

Eksklusif yaitu setelah bayi diberikan ASI ibu disarakan

membantu bayi bersedawa dengan cara menggendong bayi

66
pada posisi kangguru dan kepala bayi harus lurus. Berikut

pernyataan beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Kayak abis ba kase asi dianjurkan dikase


bersendawa bagitu atau posisi kapalanya ade jan
sampe miring jan sampe mo ta kancing disini” (SD)

Selain pernyataan diatas, terdapat 12 (dua belas)

informan biasa yang menyatakan bahwa dalam budaya

meraka tiadak terdapat anjuran dalam pemberian ASI

Eksklusif. Berikut pernyataan beberapa informan biasa

yang diwawancarai:

“Te ada” : (WR, VP, YS, YB, SR, HP, WJ, MM,
YL, RA, RY, NU)

2. Faktor Pemungkin

Dalam pemelitian ini peneliti melakukan teknik wawancara

dan dokumentasi untuk memperoleh informasi biasa mengenai

faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau

tindakan dari seorang ibu adalah ketersedian askses informasi.

Ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi sangat

diperlukan untuk pencapaian pelaksanaan kebijakan pemberian ASI

Eksklusif yang ada pada fasilitas kesehatan atau sumber informasi

lainnya.

Darimana ibu mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 25

(dua puluh lima) informan biasa, terdapat 10 (sepuluh) informan

67
biasa yang memberikan pernyataan yang sama tentang darimana

ibu mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif yaitu dari

internet, puskesmas dan dari pengalaman-pengalaman orang tua.

Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Ya dari internet baca-baca informasi, dari puskesmas,


pengalaman orang-orang tua”: (WJ, WR, ED, MM, RA,
NJ, MU, NR, MT, IP)

Selain pernyataan di atas, adapula pernyataan yang sama

dari 13 (tiga belas) informan biasa tentang darimana ibu

mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif yaitu Sedikit

berbeda dengan jawaban dari 10 (sepuluh) informan biasa dari

bidan dan kader saat posyandu. Berikut pernyataan beberapa

informan biasa yang diwawancarai:

“Dari ses dari kader posyandu”: (HP, AS, SR, YB, YL,
FB, NP, NU, YS, RY, NS, SD, MY)

Adapula salah satu informan biasa yang menyatakan bahwa

informasi biasa tentang ASI Eksklusif didapatkan dari bidan dan

Kementrian Pusat di Jakarta karena menurut informan dari

informan hamil sampai melahirkan informan dipantau terus

melalui via telepon. Berikut pernyataan dari informan tersebut:

“Dari sama ses den ada juga yang langsung dari Jakarta
karna kan torang dari hamil kan didata-data kan jadi
torang ditelpon-telpon” (MT)

68
Selain pernyataan diatas, adapula salah satu informan biasa

menyatakan bahwa informan mendaptakan informasi tentang ASI

Eksklusif dari tenaga kesehatan rumah sakit. Berikut pernyataan

beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Iye dari pihak rumah sakit” (VP)

3. Faktor Pendorong

Peneliti melakukan teknik wawancara dan dokumentasi

untuk memperolwh informasi mengenai faktor yang mendorong

atau memperkuat terjadinya perilaku atau yang menjadi tokoh

panutan ibu sehingga ibu dapat mencontohi untuk berperilaku.

a. Dukungan Keluarga

Bentuk dukungan keluarga dalam pemberian ASI

Eksklusif

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap

25 (dua puluh lima) informan biasa terdapat 15 (lima belas)

informan biasa yang mempunyai ungkapan yang sama dalam

menjawab pertanyaan tentang bentuk dukungan keluarga dalam

pemberian ASI Eksklusif bahwa keluarga dari informan-

informan tersebut sangat baik mendukung informan

memberikan ASI Eksklusif dan selalu memberikan motivasi

berupa dorongan harus berikan ASI. Berikut adalah pernyataan

dari 15 (lima belas) informan biasa:

69
“Depe dukungan keluarga baik, orang tua ba suruh
harus kase susu asi eksklusif” : (YS, VP, YB, HP, MM,
YL, FB, RA, NJ, MT, NR, RD, NU, MY,ED)

Selain pernyataan diatas, adapula 7 (tujuh) informan biasa

yang menyatakan bahwa keluarganya sangat mendukung

informan dalam pemberian ASI Eksklusif dan menyediakan

makanan untuk informan agar ASI lancar. Berikut pernyataan

beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Be di dukung skali, pokonya di cari makanan apa


yang untuk penunjang asi itu yang dikase makan sama
saya”:(WJ, WR, NS, RY, SD, NP, IP)

Selain pernyataan diatas, adapula salah satu informan

biasa yang menyatakan bahwa keluarganya sangat mendukung

dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayinya dengan

memberikan motivasi berupa dorongan untuk memompa ASI

saat sedang bekerja agar bayinya tetap mendapatkan ASI

Eksklusif. Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

“Sangat skali ba dukung, malah disuruh-suruh pompa


itu asi supaya bisa dikase minum akan ade kalo sa lagi
pi bakarja” (MU)

Selain pernyataan diatas, adapula 2 (dua) informan

biasa yang menyatakan bahwa informan tidak mendaptkan

dukungan dari keluarga dalam pemberian ASI Eksklusif.

70
Berikut pernyataan beberapa informan biasa yang

diwawancarai:

“Te ada” : (SR, AS)

b. Dukungan Petugas Kesehatan

Bentuk dukungan petugas kesehatan dalam pemberian ASI

Eksklusif

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap

tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi

tentang bentuk dukungan petugas kesehatan kepada ibu

menyusui dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu informan

kunci memberikan dukungan dari informan masih menjadi

calon pengantin sampai menjadi ibu menyusui dengan

memotivasi informan berupa memberikan penjelasan,

penyuluhan dan pengadaan sosialisasi berupa perawatan

payudara, pemberian IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dan tata

cara memompa ASI. Berikut pernyataan dari tenaga kesehatan

selaku informan kunci :

“Kita sudah berikan motivasi dari CATEN (calon


pengantin) kita kan program Kabupaten Banggai ini
mencegah stunting jadi kita siapkan ibu hamil baik
calon pengantinyya kita kasihkan Vitamin Angel kalo
lagi kurang atau lagi diampra kita kasih Vitamin Fe,
nanti kalo dia positif hamil kita sambung lagi dengan
vitamin-vitamin tambahan untuk ibu hamil, dari
CATEN dia sudah mendapatkan penjelasan ditambah
lagi begitu hamil kita lagi memberikan motivasi seperti
peyuluhan tentang makanan-makan bergizi supaya
persiapan untuk ibu hamil sampai melahirkan bayinya

71
serta kita juga memberikan sosialisasi tentang
perawatan payudara untuk mempersiapkan ASI
Eksklusif supaya bisa IMD, jadi ketika ada kendala-
kendala yang tidak bagus kita anjurkan perawatan
payudara sesering mungkin biasa juga ada bermasalah
pada putingnya tidak bisa mengeluarkan ASI kita
ajarkan memompa ASI itu akan keluar ASInya” (NS,
SY)

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 25 (dua

puluh lima) informan biasa, mereka mempunyai ungkapan

yang sama dalam menjawab pertanyaan penelitian bahwa

seluruh informan biasa menyatakan bahwa petugas kesehatan

sangat mendukung dalam pemberian ASI Eksklusif berupa

nasehat dan arahan dalam pemberian ASI Eksklusif . Berikut

pernyataan beberapa informan biasa yang diwawancarai:

“Dukungan mereka itu sangat baik selalu menasehati


atau memberikan arahan asi harus asi karna sufor itu
kurang baik untuk pertumbuhan ini kan” (YL, SR, NJ,
RY, YB, IP, MY, NU, WR, YS, HP, WJ, NS, MM, FB,
RA, NR, RD, SD, AS, VP, NP, MT,MU,ED)

Adapun hasil wawancara yang diperoleh dari tenaga kesehatan di

Pukesmas Simpong :

1. Kendala-kendala dalam menjalankan program-program tersebut

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap

tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang

kendala-kendala dalam menjalankan program-program tersebut.

Informan kunci menyatakan bahwa masyarakat Luwuk Selatan adalah

masyarakat majemuk sehingga masyarakat di perkotaan punya lebih

72
banyak aktivitas yang menjadi penyebab utama informan kunci

menjalankan program karena masyarakat kurang waktu yang luang

untuk memberikan ASI Eksklusif pada anaknya dan tingkat kejujuran

masyarakat masih kurang, dimana masyarakat tidak mengakui bahwa

anaknya tidak diberikan ASI Eksklusif. Berikut pernyataan dari

informan kunci:

“Wilayah Kecamatan Luwuk Selatan ini wilayah perkotaan


masyarakatnya majemuk jadi kebanyakan ibu-ibu disini di
perkotaan punya banyak aktivitas jadi sebenarnya itu jadi
alasan-alasan yang paling utama jadi memang asi eksklusif
ini kuncinya itu pemahaman sosialisasi rata-rata kalo mo
dilihat sebenarnya kalo saya ibu-ibu yang malah tingkat
pengetahuannya tinggi itu yang lebih memahami untuk
pentingnya asi eksklusif dengan masyarakat yang ekonomi
dibawah ini yang kurang pemahaman tentang asi eksklusif
kebanayakan yang masih menggunakan susu formula
alasannya mereka itu umumnya anak tidak kenyang hanya
dengan asi apalagi anak laki-laki itu harus ada tambahan
susu malahan ada yang so dikase makanan tapi itu yang
masih menjadi pr untuk kita disini untuk tetap dikase
pemahaman. Ini ibu-ibu disini juga biasa dorang di
depannya petugas kesehatan atau macam kader bagitu
dilapangan dorang bilang dorang ada ba kase ASI padahal
kenyatannya diblakangnya torang dorang so kase minum
susu formula sama ade, biasa juga dorang pake alasan anak
laki-laki capat lapar” :(SY, NS)

2. Hal yang perlu ditingkatkan agar ibu menyusui sukses dalam

pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 2

(dua) informan kunci yaitu tenaga kesehatan yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi tentang hal yang perlu ditingkatkan agar ibu

menyusui sukses dalam pemberian ASI Eksklusif. Menurut salah satu

73
informan kunci hal yang perlu ditingkatkan agar ibu menyusui sukses

dalam pemberian ASI Eksklusif membuat inovasi baru yaitu tentara

ASI yang mengawasi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif setiap hari

dan memberikan pemahaman tentang ASI Eskklusif kepada keluarga

ibu menyusui. Berikut pernyataan dari informan kunci SY :

“Kalo dari kami Puksesmas, saya sebenarnya sebelum ada

pandemi ini sempat terpikir waktu itu bikin inovasi mengenai

asi eksklusif salah satunya saya kayak mo bentuk seperti ada

tentara asi maksudnya itu dilapangan tentara asi nah disitu

untuk itu pasti akan melibatkan ibu-ibu PKK dengan kader

dilapangan jadi semua ibu menyusui yang sementara

menjalankan asi itu akan kita pantau setiap hari minimal

satu kali dalam sehari kita pantau bahwa yang bersangkutan

benar-benar memberikan asi dan itu memang terbukti bukan

hanya penyampaian saja tapi tidak dibuktikan baik karna

saya piker ibu-ibu ini pas di sosialisasi iya-iya saja tapi pas

dilapangan kita tinjau dilapangan tidak seperti itu

kenyataannya, harus gencar bukan hanya ibu saja yang

diberikan pemahaman yang diedukasi tetapi keluarga yang

didalam rumah karna memang dukungan dari keluarga itu

sangat penting kadang-kadang ibu-ibu ini e tidak

memberikan asi eksklusif ini karna pengaruh dari orang tua

atau pengaruh dari suami itu sebenarnya” (SY)

74
Selain pernyataan di atas, adapula pernyataan salah satu

informan kunci yaitu hal yang perlu ditingkatakan agar ibu menyusui

sukses ASI Eksklusif adalah meningkatkan keasadaran ibu bahwa ASI

itu sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

Betikut pernyataan dari informan kunci NS :

“Sebenarnya yang kita tingkatkan itu dari kesadaran ibunya

sendiri karna nda menjamin pendidikan tinggi dia akan

sadar, kesadaran tanggung jawab ibu itu sendiri bahwa ASI

itu sangat penting bagi anaknya” (NS)

B. Pembahasan

Mengetahui perilaku ibu menyusui yang menyebabkan kegagalan

dalam pemberian ASI Eksklusif dapat membantu memberikan informasi

seputar penyebab kegagalan pemberian ASI Eksklusif sehingga dapat

melakuakan persiapan dan pencegahan secara dini jika timbul masalah

dalam memberikan ASI Eksklusif.

ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI saja kepada bayi tanpa

memberi tambahan makanan yang dicairkan lain seperti susu formula, air

putih, air teh, jeruk maupun madu serta tanpa tambahan makanan yang

padat seperti pepaya, bubuk susu, biskut, bubur nasi, pisang dan bubur tim.

ASI Eksklusif diberikan untuk bayi sejak dilahirkan selama bayi berumur

6 bulan, tanpa mengganti atau menambahkan makanan atau minuman lain

kecuali obat dan vitamin (Fatimah, 2017). Hal yang dapat menyebabkan

ibu menyusui gagal dalam memberikan ASI Eksklusif yaitu perilaku.

75
Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek,

yakni aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari tiga aspek tersebut

sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku

manusia. Faktor determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena

perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor. Lawrence Green

menganalisis, bahwa faktor perilaku sendiri di tentukan oleh tiga faktor

utama, yaitu

1) Faktor Predisposisi

Faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya

perilaku seseorang antara lain pengetahuan, pendidikan, pekerjaan,

sikap dan budaya (Prof. Notoatmodjo, 2014).

Pemberian ASI Eksklusif bagi ibu menyusui, diperlukan

pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang pengertian, durasi

ASI Eksklusif dan manfaat memberikan ASI Eksklusif bagi bayinya.

Di samping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sisitem nilai

masayarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk

memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.

Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dilakukan

informan ibu menyusui sebagian besar perilaku yang menyebabkan

kegagalan pemberian ASI Eksklusif yang terdiri dari faktor

predisposisi. Berikut pernyataan ibu menyusui dari rangkaian faktor

predisposisi :

a) Pengetahuan

76
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada

waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 25 (dua

puluh lima) informan biasa, terdapat 18 (delapan belas) informan

yang kurang memahami tentang pengertian ASI Eksklusif.

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi selama 6

bulan pertama kelahiran tanpa memberikan makanan tambahan,

pemberian ASI Eksklusif pada bayi dapat membantu

meningkatakan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Menurut

hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap 25 (dua puluh

lima) informan, semua ibu menyusui mengetahui manfaat tentang

pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi, tetapi dari 25 (dua

puluh lima) informan terdapat 9 (sembilan) informan yang

beranggapan bahwa bayi yang berumur 0-6 bulan tidak cukup jika

hanya diberi ASI saja. Dari hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa beberapa informan masih kurang pengetahuannya dalam

memahami pengertian pemberian ASI Eksklusif karena informan

tidak tahu bahwa pemberian susu formula dapat menyebabkan

kegagalan ASI Eksklusif serta beberapa informan juga tidak tahu

77
bahwa pemberian ASI saja tanpa memberikan makanan tambahan

sudah cukup membuat bayi kenyang,

Teori Lawrence Green yang menyebutkan bahwa salah satu

yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan,

dimana pengetahuan ini adalah faktor predisposisi seseorang untuk

bertindak yang dalam hal ini adalah pemberian ASI Eksklusif.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Marifah,

2019) bahwa Ibu bayi yang memiliki pengetahuan yang kurang,

sangat berisiko 2,480 kali mengalami kegagalan pemberian ASI

eksklusif dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan

yang baik.

b) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan individu dan

keluarganya. Status pekerjaan merupakan salah satu kegiatan yang

dapat menyita waktu sehingga berpengaruh terhadap kegiatan lain

dan keluarga. Dimana pekerjaan ibu merupakan suatu kegiatan atau

jenis pekerajaan yang dilakukan oleh ibu yang memiliki peran

ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita pekerja

(Marifah, 2019).

Dari hasil penelitian ini terdapat 25 (dua puluh lima)

informan yang diwawancarai, termasuk 21 informan yang paling

banyak memiliki pekerjaan jenis IRT dan dari 25 (dua puluh lima)

78
informan yang diwawancarai terdapat 4 (empat) informan yang

memiliki jenis pekerjaan PNS/Dosen serta jenis pekerjaan

infroman yang paling sedikit yaitu Honorer dan Wirausaha hanya

terdapat 1 informan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja

didalam rumah maupun diluar rumah tetap sama dapat

menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif karena

ibu yang bekerja didalam rumah dengan mengurus rumah dan

keluarga ibu akan mengalami kondisi fisik dan mental yang lelah

hal ini dapat menggangu kelancaran produksi ASI sama halnya

dengan ibu yang bekerja diluar rumah kadang ketika ibu terlalu

sibuk dengan pekerjaannya ibu sudah tidak mau direpotkan dengan

kegiatan memompa ASI, ketegangan dan stress besar dalam

pekerjaan ibu juga dapat menyebabkan terhambatnya kelancaran

produksi ASI.

Dalam penelitian yang dilakukan (Setiawan, 2020) bahwa

sebagian besar ibu tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga

yang waktu terbanyak ada di rumah untuk mengurus anak dan

keluarganya, sebanyak 25 (30,8%) responden memberikan ASI

Eksklusif dan 22 (27,2%) responden yang tidak memberikan ASI

eksklusif. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak

terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan rendahnya

pemberian ASI Eksklusif.

c) Sikap

79
Menurut Newcomb, sikap merupakan suatu reaksi atau

respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus

atau suatu objek, dan merupakan suatu kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak.

Dari hasil penelitian 25 (dua puluh lima) informan biasa

yang diwawancarai terdapat 21 informan yang menyatakan

penyebab tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya karena

produksi ASI yang kurang sehingga ibu memberikan susu formula

atau makanan tambahan lainnya sedangkan 4 (empat) informan

menyatakan penyebab tidak memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya karena sibuk bekerja sehingga memberikan susu formula

pada bayinya.

Kekhawatiran ibu yang menganggap bahwa produksi ASI

tidak dapat mencukupi kebutuhan makanan bayinya, sehingga ibu

mencari alternatif lain dengan memberikan makanan tambahan

pada bayinya (Bidullah, 2018).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Setiawan, 2020)

bahwa hal yang meyebabkan ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas

Lokotoy Kabupeten Banggai Selatan tidak memberikan ASI

Eksklusif pada bayinya karena sebagian besar responden

menyatakan bahwa ASI mereka terlambat keluar atau sama sekali

tidak keluar.

80
Berdasarkan pengakuan dari informan kunci yaitu tenaga

kesehatan Puskesmas Simpong saat diwawancarai penyebab

kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif adalah ibu kurang sabar

terlalu cepat mengambil tindakan alternative dengan memberikan

susu formula pada anaknya, padahal sesering mungkin diberikan

ASI pada bayi maka akan membantu kelancaran produksi ASI.

d) Budaya

Kebudayaan dapat menopang perilaku orang terhadap

kesehatan maupun dapat memperburuk kesehatan seseorang.

Begitupun dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif yang tidak

terlepas dari pandangan budaya yang diwariskan turun-temurun

dalam kebudayaan yang bersangkutan (Amalia, 2018).

Dari hasil penelitian terhadap 25 (dua puluh lima) informan

terdapat 11 (sebelas) informan yang memiliki pantangan dalam

pemberian ASI Eksklusif daiantaranya pantangan dalam

mengonsumsi ubi-ubian, telur dan buah nenas karena dipercaya

akan mempengaruhi kandungan ASI sehingga dapat menyebabkan

bayi terkena gatal-gatal pada tubuhnya, serta buah jagung, pepaya,

makan mengandung pedas, minyak dan santan karena dipercaya

akan mempengaruhi kandungan ASI sehingga menyebabkan bayi

akan terkena diare dan 2 (dua) informan yang dilarang

mengonsumsi es yang dipercaya akan berpengaruh pada komposisi

ASI yang mengakibatkan perut bayi kembung. Sehingga terkadang

81
pantangan-pantangan tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang

menggagalkan informan dalam pemberain ASI Eksklusif seperti

informan yang dilarang mengonsumsi ubi-ubian dari buahnya

sampai daunnya padahal manfaat daun singkong dapat

memperlancar ASI karena daun singkong mengandung vitamin dan

mineral yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI.

Pada budaya informan-informan dalam pemberian ASI

Eksklusif terdapat anjuran-anjurannya seperti 2 (dua) informan

yang dianjurkan memberikan madu pada bayinya setelah lahir atau

sebelum diberikan ASI untuk menstimulasi bayi agar mengenal

putting payudara ibu, hal ini yang menyebabkan ibu gagal dalam

memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Tetapi 11 (sebelas)

informan melakukan anjuran-anjuran dari budaya mereka yang

dapat mensukseskan pemberian ASI Eksklusif seperti anjuran

mengonsumsi sayur-sayuran, ikan dan tahu sebanyak-banyaknya

karena dipercaya akan melancarkan produksi ASI dan dianjurkan

sebelum memberikan ASI kepada bayi terlebih dahulu ibu mencuci

payudaranya karena dipercaya pemberian ASI kepada bayi akan

aman dan terjamin kebersihannya serta setelah diberikan ASI

dianjurkan untuk membantu bayi bersendawa karena dipercaya

dapat mencegah bayi tersedak.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Arsyati & Rahayu,

2019), menyatakan bahwa penyebab gagalnya ibu menyusui di

82
Desa Leuwibatu di Kabupaten Bogor yaitu masih adanya budaya

yang mempercayai bahwa pemberian madu pada bayi yang baru

lahir akan membantu membersihkan kotoran yang ada di dalam

pencernaan bayi sejak bayi dalam kandungan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Oktarina &

Wardhani, 2020), Bahwa pada etnik Madura ada beberapa

pantangan untuk ibu ketika sedang dalam masa menyusui bayi,

Selain itu, ibu juga tidak boleh mengonsumsi cabai terlalu banyak

karena ASI akan terasa pedas dan menyebabkan mata bayi kotor

serta merah.

Adat istiadat dan perilaku masyarakat di satu sisi

merupakan hal yang menunjang kehidupan sosial masyarakat,

karena polanya yang didasarkan atas kebiasaan yang ada pada

masyarakat setempat. Pada sisi lainnya, terkadang adat istiadat

menjadi penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat

di masyarakat seperti gagalnya pemberian ASI Eksklusif karena

pemberian makanan tambahan selain ASI yang belum sampai umur

6 bulan dan larangan-larangan mengonsumsi makanan tertentu

dapat menggagalkan pemberian ASI Eksklusif. Kecukupan gizi

akan memberikan pengaruh pada kualitas dan kuantitas ASI yang

akan dihasilkan oleh seorang ibu menyusui. Seseorang yang

mempunyai kemungkinan lebih besar untuk dapat menghasilkan

83
air susu dalam jumlah maksimal, maka diperkirakan kandungan zat

gizi yang terdapat dalam air susu juga mencukupi.

2. Faktor Pemungkin

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, termasuk fasilitas pelayanan

kesehatan masyarakat. Untuk berperilaku sehat masyarakat

memerlukan sarana dan prasaran mendukung seperti penyediaan akses

informasi tentang pemberian ASI Eksklusif.

Pada penelitian yang dilakukan di wilyah kerja Puskesmas

Simpong terdapat 25 (dua puluh lima) informan yang memberikan

keterangan, bahwa informan mendapatkan informasi ASI Eskklusif

dari tenaga kesehatan, buku kesehatan, internet dan keluarga.

Ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi sangat

diperlukan untuk pencapaian pelaksanaan kebijakan pemberian ASI

Eksklusif yang ada pada fasilitas kesehatan atau sumber informasi

lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh (Derry Trisna Wahyuni,

2021) tentang ketersediaan akses informasi dalam pemberian ASI

Eksklusif yaitu informasi bisa didapat dari ketika ibu akan menikah

sampai dengan ibu melahirkan dan bayi berusia 6 (enam) bulan

diperlukan untuk kelangsungan peningkatan pengetahuan mengenai

pentingnya pemberian ASI Eksklusif dengan kegiatan berupa

sosialisasi, penyuluhan, pembagian leaflet serta konseling.

84
3. Faktor Penguat atau Faktor Pendorong

Faktor ini yang mendorong atau memperkuat terjadinya

perilaku seseorang, seperti sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

tokoh panutan untuk melakukan perilaku sehat masyarakat

memerlukan dukungan dari seseorang yang bisa menjadi panutan atau

seseorang yang dapat mendorong masyarakat berperilaku positif yang

berkaitan dengan peraturan-peraturan atau kebiasaan yang

mengaharuskan berperilaku sehat.

Dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak diperlukan

dukungan baik dari petugas kesehatan maupun dari keluarga dalam

pemberian ASI Eksklusif.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di wilayah Kerja

Puskesmas Simpong terhadap 25 (dua puluh lima) informan yang

diwawancarai tentang bentuk dukungan keluarga dalam pemberian

ASI Eksklusif sehingga terdapat 2 (dua) informan yang tidak

mendapatkan dukungan dalam memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya.

Dalam bentuk dukungan petugas kesehatan terhadap

pemberian ASI Eksklusif semua informan atau 25 (dua puluh lima)

informan mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan seperti

diberikan motivasi dan pengetahuan tentang manfaat ASI Eksklusif

Berdasarkan keterangan informan kunci saat diwawancarai

bahwa pemberian ASI Eksklusif yang dilakukan oleh ibu menyusui

85
menjadi salah satu tanggung jawab besar oleh tenaga kesehatan

sehingga para informan kunci melakukan dorongan atau motivasi

dengan memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada calon ibu dan

ibu menyusui untuk tetap berusaha dengan maksimal memberikan ASI

Eksklusif pada bayinya.

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Sulistyowati et al.,

2020), bahwa hasil penelitian menunjukkan sebagian besar keluarga

tidak mendukung ibu dalam pemberian ASI Eksklusif, sehingga

menyebabkan ibu tidak temotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif

pada bayinya.

Dukungan sosial keluarga dapat berasal dari sumber internal

yang meliputi dukungan dari suami atau istri, atau dukungan dari

saudara kandung dan keluarga besar. Dari semua dukungan bagi ibu

menyusui dukungan suami paling berarti bagi ibu. Suami dapat

berperan aktif dalam keberhasilan ASI eksklusif karena suami akan

turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (milk let down

reflex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.

Dukungan suami merupakan salah satu faktor penting dalam memicu

refleks oksitosin sehingga produksi ASI meningkat (Setiawan, 2020).

86
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Simpong dapat ditarik kesimpulan bahwa Perilaku Ibu

Menyusui Yang Menyebabkan Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di

Wilayah Kerja Puskesmas Simpong Kecamatan Luwuk Selatan Pada

Tahun 2021 sebagai berikut :

1. Faktor Predisposisi

a. Pengetahuan

Konsep pengetahuan informan tentang pemberian ASI

Eksklusif yaitu dari 25 (dua puluh lima) informan terdapat 18

(delapan belas) informan yang kurang memahami pengertian ASI

Eksklusif serta terdapat 9 (Sembilan) informan yang beranggapan

dengan memberikan ASI saja pada bayi tidak cukup tetapi seluruh

informan menganggap ASI Eksklusif sangat penting untuk bayi.

b. Pendidikan

Dari hasil penelitian pada aspek pendidikan informan

menunjukkan bahwa informan yang mempunyai pendidikan pada

tingkat menengah bawah maupun pendidikan tingkat menengah

atas dapat menyebabkan kegagalan pemberian ASI Eksklusif.

87
c. Pekerjaan

Informan yang memiliki pekerjaan di dalam rumah maupun

di luar rumah tetap dapat menyebabkan kegagalan pemberian ASI

Eksklusif karena sama-sama dapat menyebabkan kondisi fisik dan

mental informan lelah, hal ini dapat menyababkan kelancaran

produksi ASI.

d. Sikap

Dari hasil penelitian terhadap 25 (dua puluh lima) informan

yang diwawancarai, terdapat 21 (dua puluh satu) informan tidak

memberikan ASI Eksklusif pada anaknya karena ASI tidak keluar

sehingga bayinya diberikan susu formula serta 4 (empat) informan

memberikan keterangan bahwa penyebab tidak memberikan ASI

Eksklusif karena sibuk bekerja.

e. Budaya

Salah satu faktor ibu gagal dalam memberikan ASI

Eksklusif karena dalam beberapa pandangan budaya bertolak

belakang dengan peraturan pemberian ASI Eksklusif seperti

budaya pantangan mengonsumsi ubi-ubian, telur dan buah nanas

yang dipercayai akan berdampak pada bayi yang mengakibatkan

tubuh bayi gatal-gatal, buah jagung, pepaya, makanan pedas,

bersantan dan berminyak yang dipercayai berdampak pada bayi

yang mengakibatkan bayi terkena diare, serta pantangan minum air

88
es yang dipercaya akan berdampak pada bayi sehingga

menyebabkan perut bayi kembung.

2. Faktor Pemungkin

Ketersediaan akses informasi tentang ASI Eksklusif merupakan

salah satu faktor pemungkin, pada penelitian ini terdapat 25 (dua puluh

lima) informan biasa yang diwawancarai mengakui bahwa mereka

mendapatkan akses informasi kesehatan dari petugas kesehatan, buku

kesehatan, keluarga dan dari internet.

3. Faktor Penguat atau Faktor Pendorong

Dalam penelitian ini, pada faktor penguat terdapat 2 (dua) ibu yang

tidak mendapatkan dukungan dalam memberikan ASI Eksklusif

sehingga menyebbakan ibu tidak termotivasi untuk emmberikan ASI

Eksklusif pada bayinya walaupun adanya dukungan dari petugas

kesehatan berupa motivasi pada 25 (dua puluh lima) ibu.

B. Saran

1. Bagi pihak Puskesmas Simpong Kecamatan Luwuk Selatan diharapkan

untuk segera merealisasikan inovasi tentara ASI, dimana kader

posyandu dan ibu PKK menjadi tentara yang mengontrol ibu menyusui

dalam pemberian ASI Eksklusif setiap hari dan serta meningkatkan

pemahaman tentang pengertian ASI Eksklusif kepada masyarakat.

2. Bagi calon ibu dan ibu menyusui diharapkan untuk lebih banyak

menggali ilmu dalam persiapan menyusui seperti perawatan payudara

agar dapat memperlancar ASI, solusi-solusi untuk mengatasi masalah

89
pemberian ASI Eksklusif dan tingkatkan kesadaran dalam pemberian

ASI Eksklusif.

3. Bagi keluarga calon ibu dan ibu menysusui diharapkan untuk

memberikan dukungan dan perhatian pada calon ibu dan ibu menyusui

dalam pemberian ASI Eksklusif dan tingkatkan pemahaman tentang

ASI Eksklusif.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapakn untuk melakukan penelitian

tentang atau tinjauan kembali secara mendalam terkait Perilaku Ibu

Menyusui Yang Menyebabkan Kegagalan Pemberian Asi Eksklusif di

Wilayah Kerja Puskesmas Simpong Kecamatan Luwuk Selatan Tahun

2021.

90
DAFTAR PUSTAKA

Aini, A. (2017). Gambaran Dukungan dalam pemberian ASI. Universitas


Muhammadiyah Semarang, 8–24.
Amalia, R. (2018). Faktor Budaya Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah
Kerja Pukesmas Lenteng Sumenep. Ir-Perpustakaan Universitas Airlangga.
Surabaya-Jawa Timur, 12–31.
Arsyati, A., & Rahayu, Y. (2019). Budaya Pemberian Makanan Pendamping Asi (
Mp-Asi ) Pada Bayi. HEARTY Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), 9–17.
Bidullah, R. (2018). Perilaku Ibu Bayi Dalam Pemberian ASI Pada Etnis Banggai
Kecamatan Liang.
Bidullah, R. (2020). Perilaku Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Kehamilan (Wiwit
Kurniawan (ed.)). CV. Pena Persada.
BPS, P. K. (2020). Profil Kesehatan Ibu Dan Anak 2020. Badan Pusat Statistik.
Jakarta, 53(9), 111–133.
Cinthia, C. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Makanan
Pendamping Asi (Mp-Asi) Pada Bayi Usia 0-6 Bulan. Program Studi D4
Kebidanan Fakultas Farmasi Dan Kesehatan Institus KEesehatan Helvetia.
Medan, 148(2), 148–162.
Derry Trisna Wahyuni. (2021). Implementasi Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Ekslusif. ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan. Batam, 2(1), 1–8.
Dinkes Banggai. (2020). Profil Kesehatan Kabupaten Banggai 2020.
Dwiawati, N. (2017). Hubungan Asi Eksklusif Dengan Perkembangan Emosi
Pada Anak Usia 48 – 60 Bulan Di Puskesmas Borobudur Kabupaten
Magelang Tahun 2016. In Skripsi, Kebidanan, Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan.
Fadjiriah, R. N. (2020). Model Kie Komperhensif Untuk Kesuksesan Perilaku
Pemberian Asi Eksklusif Di Kota Palu. Program Doktor Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Universitas Hassanuddin. Makassar.
Fatimah, S. (2017). Hubungan Karakteristik Dan Pengetahuan Ibu Dengan
Pemberian ASI. Politeknik Kesehatan Yogyakarta, 10–104.
Harseni, R. (2019). Hubungan Faktor Motivasi Ibu terhadap Pemberian ASI
Eksklusif di Puskesmas Lapai Kota Padang. Jurnal Bidan Komunitas, 2(2),
89.
Ichsan, B., A, J. E., & Wijayanto. (2015). Studi Kualitatif: Faktor-faktor Yang
Menyebabkan Ibu-ibu Mengikuti Program Kelompok Pendukung Ibu Di

91
Wilayah Puskesmas Purwosari Surakarta Gagal Dalam Tindakan ASI
Eksklusif. Gaster. Universitas Muhammadiyah Surakarta, XII(1).
Khosidah, A. (2018). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Kolostrum
Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Baturaden Kabupaten Banyumas Tahun
2016. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 9(1), 75.
Lanyumba, F. S., Dianomo, E., Ebu, Z. Y., Yalisi, R., & Sattu, M. (2019).
Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Ibu Balita di Kecamatan Balantak Selatan Kabupaten Banggai.
Jurnal Kesmas Untika Luwuk : Public Health Journal, 10(2), 57–61.
Marifah, T. K. (2019). Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Pemberian ASI
Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pegandan
Tahun 2019. Jurnal Ilmu Kesehatan Masayarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang, Kesehatan Masyarakat.
Notoatmodjo. (2014). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi.
Jakarta : Rineka Cipta.
Oktarina, O. O., & Wardhani, Y. F. (2020). Perilaku Pemenuhan Gizi pada Ibu
Menyusui di Beberapa Etnik di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 22(4), 236–244.
Peng. Gizi PKM Simpong. (2020). Laporan ASI Eksklusif Puskesmas Simpong
Tahun 2020. Banggai-Sulawesi Tengah, 1–4.
Prahesti, R. (2018). Sikap Ibu Menyusui Dalam Pemberian Asi Terhadap
Keberhasilan Asi Ekslusif Di Puskesmas Kota Gede I Yogyakarta Tahun
2017. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 9(1), 71–75.
Prof. Notoatmodjo. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Puspitawati, S. (2018). Pertumbuhan Balita Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif
dan Konsumsi Gizi Seimbang Pada Balita Umur 12-59 Bulan di desa Beluk
Wilayah Puskesmas Belik Kabupaten Pemalang. Journal of Chemical
Information and Modeling, 110(9), 1689–1699.
Putri, I. M., & Utami, F. S. (2017). ASI dan Menyusui. In Buku (Vol. 13, Issue
26).
Saragih, T. U. H. (2018). Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Kota Rantauprapat. Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
Setiawan, A. (2020). Hubungan Pekerjaan, Pendidikan, Pengetahuan Ibu Dan
Dukungan Suami Terhadap Rendahnya Cakupan Pemberian Asi Eksklusif
Pada Balita Stunting.
Sulistyowati, I., Cahyaningsih, O., & Alfiani, N. (2020). Dukungan Keluarga

92
dalam Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal SMART Kebidanan, 7(1), 47.
Suryani, D., Simbolon, D., Elly, N., Pratiwi, B. A., & Yandrizal, Y. (2017).
Determinants Failure of Exclusive Breast Feeding on Health in the City
Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(2), 304–312.
Tarigan, B. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe. Fakultas
Kedokteran Universitas HKBP Nommensen. Medan-Sumatera Utara, 6(1),
1–8.
Untari, J. (2017). Hubungan antara Karakteristik Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Minggir Kabupaten Sleman. Jurnal
Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, 2(April), 17–23.
Usman. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui
Dengan Keberhasilan ASI Eksklusif. 2, 1–10.
UU RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan.
Widyasari. (2019). Perilaku Pemberian ASI Eksklusif. Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents, 8–33.

93

Anda mungkin juga menyukai