Anda di halaman 1dari 55

1

USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

Tanggal Kegiatan : 16 Maret 2017


Kode Kegiatan : F7 - Mini Project
Uraian Kegiatan : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurangnya
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Posyandu
Kamboja Desa Purnama, Kecamatan Tegalampel,
Kabupaten Bondowoso

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alami pertama untuk bayi dan
menyediakan semua vitamin, nutrisi dan mineral yang diperlukan bayi
untuk pertumbuhan enam bulan pertama, tidak ada cairan atau makanan
lain yang diperlukan. ASI terus tersedia hingga setengah atau lebih dari
kebutuhan gizi anak pada tahun pertama, dan sampai tahun kedua
kehidupan. Selain itu, ASI mengandung antibodi dari ibu yang
membantu memerangi penyakit.1,2,3 ASI yang keluar pada pasca
persalinan atau yang biasa disebut kolostrum mengandung 2,9% lemak,
1,195% protein, 6,5% karbohidrat dan 0,3% mineral. Sedangkan, ASI
yang keluar pada hari ke-15 sampai dengan 15 bulan setelah melahirkan
atau ASI matur mengandung 3% - 5% lemak, 0,8% - 0,9% protein, 6,9%
- 7,2% karbohidrat (dihitung sebagai laktosa), dan 0,2% mineral3.
Protein utama susu manusia adalah imunoglobulin IgA.
Imunoglobulin A ini penting bagi imunitas bayi. Sementara, laktosanya
dapat berfungsi untuk mengontrol flora usus karena kemampuannya
untuk meningkatkan pertumbuhan strain tertentu laktobasilus. Bahkan
semua vitamin, kecuali vitamin K juga ditemukan dalam ASI dengan
konsentrasi gizi yang signifikan.4,5 Selanjutnya, untuk memenuhi
kebutuhan berkembang, bayi harus menerima makanan pendamping
yang bergizi cukup dan aman saat menyusui terus sampai dua tahun.6
Bayi yang tidak mendapat ASI atau mendapat ASI tidak eksklusif
memiliki risiko kematian karena diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan
bayi yang mendapat ASI eksklusif.7 Begitu pula penelitian di Amerika
Latin menyatakan bahwa 13,9% dari semua penyebab kematian bayi
dapat dicegah dengan ASI eksklusif untuk 3 bulan pertama kehidupan.8
Melihat angka kematian bayi di Indonesia yang masih relatif tinggi
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, menyusui
dampaknya sangat signifikan dalam menurunkan kematian anak. Hal ini
berarti memiliki peranan penting dalam pencapaian MDG 4.9
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2007, 46%
kelahiran terjadi di fasilitas kesehatan, dan 79% dibantu oleh tenaga
kesehatan terlatih. Apabila Sepuluh Langkah Keberhasilan Menyusui1
diterapkan di seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah
sakit, klinik bersalin, fasilitas pelayanan kesehatan umum maupun
swasta, sekitar dua juta bayi atau separuh dari jumlah bayi yang lahir
setiap tahun di Indonesia akan mendapatkan hak mereka terhadap inisiasi
menyusui dini dan ASI eksklusif.9 Dengan demikian tempat persalinan
menjadi hal yang menentukan keberhasilan ASI eksklusif itu sendiri.
Perilaku ASI eksklusif di Indonesia secara keseluruhan cenderung
menurun. Berdasarkan Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia
Tahun 2007, pemberian ASI Eksklusif di bawah 6 bulan menurun,
dibandingkan dengan survei yang sama dilakukan pada tahun 2002.9
Sedangkan data Susenas tahun 2004 sampai dengan tahun 2008
menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi
di bawah 6 bulan meningkat dari 58,9% pada tahun 2004 menjadi 62,2%
pada tahun 2007, tetapi kemudian menetap dan sedikit menurun menjadi
56,2% tahun 2008.10 Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi
beberapa hal diantaranya belum optimalnya penerapan 10 Langkah
3

Menuju Keberhasilan Menyusui, pemahaman masyarakat, rendahnya


pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara
menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan
dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang
kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan gencarnya pemasaran
susu formula.3,9
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Th. 2003 Pasal 82 (1)
tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi: Pekerja/buruh perempuan
berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum
saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah
melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan, berarti
bagi ibu yang bekerja hanya mendapat cuti maksimal 3 bulan padahal
ASI eksklusif harus sampai bayi berusia 6 bulan. Hal ini menjadi
penghambat meningkatnya pemberian ASI eksklusif di kalangan
masyarakat karena ibu-ibu lebih memilih untuk memberikan bayinya
susu formula menggantikan ASI.11 Padahal pada kenyataannya, susu
formula yang berasal dari susu sapi tidak direkomendasikan oleh
American Academy of Pediatrics2 untuk anak-anak di bawah 1 tahun.
Bayi yang diberi susu sapi tidak mendapatkan cukup vitamin E, zat
besi, dan asam lemak esensial serta mendapatkan terlalu banyak protein,
natrium, dan kalium. Kandungan protein, natrium dan kalium pada susu
sapi terlalu tinggi bagi ginjal bayi yang belum matur. Selain itu, protein
dan lemak dalam susu sapi lebih sulit dicerna dan diserap oleh bayi.
Itulah yang sering menimbulkan diare pada bayi.12,13 Ibu memerlukan
dukungan dari orang-orang sekitarnya untuk menunjang keberhasilan
perilaku ASI eksklusif, baik itu dari keluarga maupun dari petugas
kesehatan atau yang menolong persalinan.
Peranan keluarga terhadap berhasil tidaknya subjek memberikan
ASI Eksklusif sangat besar. Walaupun ibu mengetahui bahwa pemberian
MP-ASI terlalu dini dapat mengganggu kesehatan bayi namun mereka
beranggapan bahwa jika bayi tidak mengalami gangguan maka
pemberian MP-ASI dapat dilanjutkan. Selain itu kebiasaan memberikan
MP-ASI dini telah dilakukan turun temurun dan tidak pernah
menimbulkan masalah. Faktor-faktor penguat berupa peranan tenaga
kesehatan, dukun bayi, dan keluarga sebagian besar bersifat negatif
sehingga terjadi kegagalan pemberian ASI Eksklusif.14 Sekalipun ASI
begitu sempurna bagi bayi, tidak akan berarti banyak bila perilaku ibu
sendiri tidak mendukung tercapainya ASI eksklusif. Sementara pada
kenyataan di masyarakat saat ini, kuantitas pemberian ASI eksklusif
semakin menurun di daerah-daerah di Indonesia, khususnya di Desa
Purnama, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso. Menurut data
Puskesmas Tegalampel tahun 2016, jumlah anak-anak yang diberikan
ASI non eksklusif adalah sebesar 115 orang, sementara itu jumlah anak-
anak yang diberikan ASI eksklusif sebesar 154 orang. Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 42,75 persen ibu masih tidak
memberikan ASI Eksklusif di daerah Desa Purnama, Kecamatan
Tegalampel, Bondowoso. Berdasarkan hal-hal di atas, maka dianggap
perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku ibu-ibu dalam pemberian ASI ekslusif di Desa Purnama,
Kecamatan Tegalampel, Bondowoso

1.2. Rumusan Masalah


Menurut data kesehatan Indonesia didapatkan jumlah bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif di Indonesia dari 0-5 bulan hanya 15,3%.6
Masalah rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah faktor sosial
budaya dan kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat.
Adapun pertanyaan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Berapa besar presentasi ibu yang memberikan ASI eksklusif di
Desa Purnama, Kecamatan Tegalampel?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku ibu dalam
pemberian ASI eksklusif di Desa Purnama, Kecamatan
Tegalampel?
5

1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk, antara lain:
1. Mengetahui persentase ibu yang memberikan ASI eksklusif di
Desa Purnama, Kecamatan Tegalampel
2. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala ibu tidak
memberikan ASI eksklusif di Desa Purnama, Kecamatan
Tegalampel.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini, antara lain:
1. Memberikan informasi bagi masyarakat tentang pentingnya
memberikan ASI eksklusif dan manfaatnya bagi bayi di masa
pertumbuhan.
2. Memberikan informasi kepada Puskesmas dan Dinas Kesehatan
setempat tentang faktor-faktor yang menjadi kendala bagi ibu
dalam memberikan ASI eksklusif
6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian ASI Eksklusif


Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja,
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim2,4. Tidak ada cairan atau
makanan yang diberikan begitu juga dengan air kecuali larutan rehidrasi
oral, atau vitamin drop/tetes, mineral atau obat-obatan. Pemberian ASI
secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama
6 bulan, dan dapat dilanjutkan sampai 2 tahun. 1,5
ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi di 6 bulan
awal kehidupannya. Ia dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit
seperti diare dan pneumonia, dan memiliki berbagai manfaat untuk ibu
seperti menjarangkan kehamilan, mencegah perdarahan pasca
melahirkan, dan lain-lain.1, 3 ,7, 8

2.2. Kandungan ASI


ASI mengandung komponen nutrien makro dan mikro. Contoh
makronutrien berupa karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan
mikronutrien berupa vitamin dan mineral. ASI tersusun atas 90% air,
volume dan komposisinya dapat berbeda pada setiap ibu menyusu,
bergantung pada kebutuhan bayi. Hal ini dapat terlihat pada masa
menyusu mulai dari kolostrum, ASI transisi, ASI matur, dan ASI saat
penyapihan10, 11, 12. Adapun kandungan ASI antara lain :

2.2.1. Karbohidrat
ASI mengandung laktosa yang merupakan karbohidrat
utama dan berfungsi sebagai sumber energi otak. Kadarnya
hampir 2 kali lipat lebih banyak dalam ASI dibanding susu sapi
maupun susu formula. Laktosa dalam ASI lebih mudah diserap
7

bayi, sehingga menurunkan angka kejadian diare karena tidak


dapat mencerna laktosa ( intoleransi laktosa). Kadar karbohidrat
meningkat terutama pada ASI transisi (7-14 hari setelah
melahirkan) dan cenderung stabil setelahnya.12

2.2.2. Protein
Memiliki kadar yang cukup tinggi dalam ASI.
Komposisinya berbeda dengan protein susu sapi, ia tersusun
lebih banyak protein whey daripada casein. Protein whey lebih
mudah diserap usus bayi, dibandingkan sedangkan casein yang
terdapat dalam susu sapi. 10, 11

2.2.3. Lemak
Lemak memilki kadar yang paling tinggi diantara susu sapi
dan susu formula. Namun jenisnya berbeda pada ASI,
diantaranya kandungan omega 3 dan omega 6 yang bermanfaat
pada perkembangan otak bayi, asam doksoheksanoik (DHA) dan
asam arakidonat (ARA) yang berperan untuk jaringan saraf dan
retina mata. 9, 10
Selain itu ASI juga mengandung asam lemak jenuh dan
tak jenuh dalam komposisi yang seimbang, namun susu sapi
cenderung lebih banyak asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh
ini tidak baik untuk jantung dan pembuluh darah jika
dikonsumsi berlebih. 10,11

2.2.4. Karnitin
ASI mengandung karnitin yang tinggi, terutama di tiga
minggu awal menyusu, kadarnya lebih tinggi didalam kolostrum.
Karnitin ini berfungsi membantu membentuk energi yang
diperlukan oleh tubuh. 10, 11
8

2.2.5. Vitamin K
Vitamin K merupakan zat yang penting bagi tubuh terutama
untuk membantu pembekuan darah. Di dalam ASI kadar vitamin
K hanya seperempatnya dari susu formula. Sehingga bayi yang
hanya mendapat ASI perlu diberikan vitamin K tambahan agar
mengurangi risiko terjadinya perdarahan. 10, 11

2.2.6. Vitamin D
Jumlah vitamin D hanya sedikit dalam ASI, namun
kekurangan vitamin ini dapat disiasati dengan menjemur bayi
pada pagi hari. Sehingga kebutuhan bayi terpenuhi dan dapat
mencegah penyakit tulang karena defisiensi vitamin D.10, 11

2.2.7. Vitamin E
Vitamin E berperan mencegah terjadinya kerusakan sel
darah merah yang dapat menyebabkan anemia (anemia
hemolitik). Kandungan vitamin E tinggi pada ASI terutama
kolostrum dan transisi awal.8

2.2.8. Vitamin A
ASI memiliki vitamin A dan beta karoten dalam jumlah
yang tinggi. Vitamin A berperan untuk pembelahan sel,
kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Sehingga bayi yang
mendapat ASI tumbuh kembang dan daya tahan tubuhnya
baik.10, 11

2.2.9. Vitamin yang Larut dalam Air


Kadar vitamin seperti vitamin B, asam folat, dan vitamin C
terdapat dalam ASI. Kadar vitamin ini jumlahnya bergantung
pada status gizi ibu. Seperti kadar asam folat, vitamin B6, B12
yang rendah pada ibu yang status gizinya kurang. Padahal vitamin
seperti B6 dibutuhkan saat awal perkembangan saraf bayi,
9

sehingga perlu ditambahkan vitamin ini pada ibu yang menyusui.


Kadar vitamin B12 yang rendah dapat diatasi dengan makanan
sehari-hari, kecuali ibu yang vegetarian.11, 12

2.2.10. Mineral
Mineral juga terdapat dalam ASI, namun jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh makanan ataupun status gizi ibu. Mineral dalam
ASI memiliki kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan
terdapat di susu sapi.11, 12
Mineral yang terdapat di ASI yang utama yaitu kalsium.
Kalsium ini berfungsi sebagai pertumbuhan jaringan, otot, dan
rangka. Kadarnya sedikit dalam ASI, namun penyerapannya lebih
besar. Penyerapan ini dipengaruhi oleh fosfor, magnesium,
lemak, dan vitamin D dalam. Kekurangan kalsium dapat
mengakitbatkan kejang otot dan hal ini lebih banyak ditemukan
pada bayi yang mendapat susu formula.11,12
Mineral lainnya yaitu zat besi, kandungannya dalam ASI
lebih sedikit dibanding susu formula, namun sama dengan
kalsium, zat besi dalam ASI lebih mudah diserap,
perbandingannya sekitar 20-50% pada ASI dan hanya 4-7% pada
susu formula. Oleh karena itu, bayi yang mendapat ASI lebih
kecil risikonya terhadap kekurangan zat besi dibanding bayi yang
mendapat susu formula.11, 12
Penyakit seperti acrodermatitis enterophatica, diare kronik,
gelisah, dan gagal tumbuh dapat disebabkan oleh kekurangan zink
dalam tubuh bayi. ASI juga mengandung mineral zink ini, namun
jumlahnya juga lebih sedikit dibanding susu formula. Walaupun
demikian, kadar zink dalam ASI lebih mudah diserap, sekitar
60% pada ASI dan 43-50 % pada susu sapi, dan 27- 32% pada
susu formula. Begitu juga dengan mineral lain yang kadarnya
tinggi dalam ASI, selenium yang diperlukan untuk pertumbuhan
10

anak dengan cepat.11, 12

2.3. Komponen dan Komposisi ASI


Selain memiliki manfaat bagi bayi, ASI juga memiliki kandungan
berbagai macam zat dengan kadar mencukupi bagi bayi. Berikut tabel
berisi komposisi ASI, susu sapi, dan kolostrum. Masing-masing memiliki
kadar yang berbeda-beda.

Tabel 2.1. Komposisi ASI, Kolostrum, dan Susu Sapi Untuk Setiap 100 ml 13
Zat-Zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi
Energi (K Cal) 58 70 65
Protein (g) 2,3 0,9 3,4
- Kasein / whey 1 : 1,5 1 : 1,2
- Kasein (mg) 140 187 -
- Laktamil Bumil 218 161 -
- Laktoferin (mg) 440 167 -
-(mg)Ig A (mg) 364 142 -
Laktosa (g) 5,3 7,3 4,8
Lemak (g) 2,9 4,2 3,9

Vitamin
- Vit A (mg) 151 75 41
- Vit B1 (mg) 1,9 14 43
- Vit B2 (mg) 30 40 145
- Asam Nikotinmik 75 160 82
- Vit B6 (mg) - 12-15 64
(mg)
- Asam Pantotenik 183 246 340
- Biotin 0,06 0,6 2,8
- Asam Folat 0,05 0,1 0,13
- Vit B12 0,05 0,1 0,6
- Vit C 5,8 5 1,1
- Vit D (mg) - 0,04 0,02
- Vit Z 1,5 0,25 0,07
- Vit K (mg) - 1,5 6

Mineral
- Kalsium (mg) 39 35 130
- Klorin (mg) 85 40 108
- Tembaga (mg) 40 40 14
- Zat besi (ferum) 70 100 70
- Magnesium (mg) 4 4 12
(mg)
- Fosfor (mg) 14 15 120
- Potassium (mg) 74 57 145
- Sodium (mg) 48 15 58
- Sulfur (mg) 22 14 30
11

2.4. Waktu Produksi ASI


Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kolostrum
Adalah cairan yang disekresi oleh kelenjar mammae berwarna
kekuningan saat sebelum dan sesudah melahirkan bayi. Kolostrum
disekresi dari hari pertama hingga hari ketiga atau keempat dari masa
laktasi. Kolostrum bermanfaat bagi bayi untuk membersihkan
meconium di usus bayi yang baru lahir agar siap menerima
makanan selanjutnya. Selain itu ia juga bermanfaat karena
mengandung antibodi yang banyak sehingga dapat melindungi bayi di
6 bulan pertama kehidupannya. Volumenya berkisar 150-300 ml/24
jam. 13

2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)


Peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur, ASI ini disekresi
pada hari ke 4 hingga hari ke 10 masa laktasi. ASI ini memiliki kadar
protein yang rendah, namun kadar lemak dan karbohidrat semakin
tinggi jumlahnya.13

3. Air Susu Matur


Pada hari ke 10 dan seterusnya ASI matur disekresi, ASI ini
merupakan makanan yang baik bagi bayi dari segi komposisi
maupun volumenya. Warnanya putih kekuning-kuningan, karena
mengandung casienat, riboflaum, dan karotin. Volume ASI ini 350-
850ml /24 jam. Selain itu ASI ini juga mengandung anti
microbacterial factor seperti Antibodi terhadap bakteri dan virus,
enzim (lysozime, lactoperoxidese), Protein (lactoferrin, B12 binding
Protein), faktor resisten terhadap staphylococcus dan komplemen
(C3 dan C4).13
12

2.5. Manfaat ASI untuk Bayi


1. ASI Sebagai Nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan bayi.
ASI adalah makanan bayi yang kualitas maupun kuantitas yang
sempurna. Oleh karena itu pemberian ASI akan cukup memenuhi
kebutuhan bayi hingga usia 6 bulan.8

2. ASI Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi


Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat
immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya. Namun zat
kekebalan ini akan menurun dengan cepat segera setelah bayi
lahir. Dengan pemberian ASI, zat kekebalan yang menurun ini
dapat didapatkan bayi.
Dalam penelitian terbukti dengan menyusu eksklusif
selama 6 bulan memberikan risiko yang lebih kecil terhadap
penyakit infeksi seperti diare, infeksi saluran napas, infeksi
telinga, pneumonia, infeksi saluran kemih dan penyakit lainnya
(obesitas, diabetes, alergi, penyakit inflamasi saliran cerna,
kanker) di kemudian hari. Keperluan akan rawat inap pun lebih
sedikit pada bayi yang mendapat ASI dibanding bayi yang
mendapat susu formula.10-13

3. ASI Dapat Mengurangi Kejadian Karies Gigi


Kejadian karies gigi lebih banyak ditemukan pada bayi
yang menggunakan susu formula. Hal ini disebabkan adanya
kebiasaan menyusu dengan botol sebelum tidur akan
menyebabkan kontak dengan sisa susu formula menjadi lebih
lama sehingga akan menyebabkan kerusakan pada gigi 10,11,12

4. Kesehatan Saluran Cerna


Dalam tubuh bayi, ASI lebih mudah dicerna dibanding
13

susu formula. ASI juga ikut berperan dalam proses pematangan


saluran cerna dan kaya akan oligosakarida. Oligosakarida ini
berperan dalam pertumbuhan bakteri Bifidobactera dan
Lactobacillus yang merupakan bakteri baik yang dapat
meningkatkan kekebalan tubuh. 12, 13
Selain itu ASI juga dapat membuat suasana asam dalam
saluran cerna, sehingga dapat meningkatkan pembentukan sIgA
dan mukus pada permukaan saluran cerna yang berfungsi untuk
meningkatkan pertahanan saluran cerna dari infeksi. 10

5. Meningkatkan Kecerdasan
Dengan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan akan
menjadi tercapainya perkembangan potensi kecerdasan anak yang
optimal. Hal ini karena sebagai nutrisi yang ideal dengan
komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi,
ASI juga mengandung zat gizi khusus yang diperlukan otak bayi
agar tumbuh optimal12

6. Meningkatkan jalinan kasih sayang


Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena
menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya, ia juga akan
merasakan nyaman dan tentram. Hal ini dikarenakan bayi dapat
mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam
kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang
menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk
kepribadian yang percaya diri12

2.6. Manfaat Menyusui Bagi Kesehatan Ibu


Beberapa manfaat kesehatan bagi ibu dari pemberian ASI antara lain:
1. Mengurangi pendarahan setelah melahirkan
Dengan menyusui bayi, kemungkinan terjadinya
14

perdarahan setelah melahirkan (post partum) dapat berkurang.


Hal ini terjadi karena adanya peningkatan kadar oksitosin
yang juga berguna sebagai vasokonstriksi pembuluh darah
sehingga mempercepat berhentinya perdarahan. Hal ini akan
menurunkan angka kematian ibu karena perdarahan post
partum.13

2. Mengurangi terjadinya anemia


Seperti yang dijelaskan diatas, menyusu dapat mencegah
perdarahan karena reaksi vasokonstriksi dari oksitosin, hal ini
juga dapat mencegah terjadinya anemia pada ibu yang
disebabkan oleh perdarahan pasca melahirkan.13

3. Menjarangkan kehamilan
Dengan menyusu secara eksklusif , dapat menjadi cara
untuk kontrasepsi dengan murah, alami, aman, dan efektif. Cara
ini dikenal dengan istilah Metode Amenorea Laktasi (MAL).
MAL harus memenuhi tiga kriteria yaitu : tidak haid, Ibu
menyusu secara eksklusif, umur bayi kurang dari 6 bulan.13

4. Menyusu akan menyebabkan uterus berkontraksi sehingga


pengembalian uterus kepada kondisi fisiologis sebelum
kehamilan dapat lebih cepat.13

5. Mengurangi risiko terkena penyakit kanker, seperti kanker


payudara dan kanker ovum.13

6. Pemberian ASI lebih praktis , ekonomis dan higienis.13

7. Jalinan ikatan batin antara ibu dan bayi dibentuk dari proses
menyusu.11
15

2.7. Faktor faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Saat ini banyak ibu yang mengeluhkan ASI yang sulit keluar dan
ibu yang merasakan ASInya kurang jumlahnya. Padahal sebenarnya ASI
yang dimiliki ibu itu sudah cukup, namun ibu merasa kurang yakin.9
Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi kurangnya
pemberian ASI pada bayi antara lain :

2.7.1. Faktor Menyusu


Berbagai macam hal yang dapat mempengaruhi
produksi ASI antara lain 1) tidak melakukan inisiasi menyusu
dini 2) ibu menjadwal sendiri pemberian ASI 3) bayi diberi
minum sebelum ASI ibu keluar 4) posisi menyusu ibu yang
kurang baik , dan 5) tidak mengosongkan salah satu payudara.
Banyak ibu yang beranggapan bahwa ASI tidak mencukupi
sehingga memutuskan untuk menambahkan atau mengganti
dengan susu formula. Sebetulnya hampir semua ibu yang
melahirkan akan berhasil menyusui bayinya dengan jumlah
ASI yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan bayinya. Hal
yang harus diperhatikan agar ASI dapat diproduksi dengan
jumlah dan kualitas yang baik adalah teknik menyusu yang
benar, asupan gizi ibu, serta frekuensi menyusu. Semakin
sering bayi menghisap/ menyusu kepada ibunya maka
produksi ASI semakin lancar.10,12
Ibu sebaiknya tidak menjadwal pemberian ASI, ASI
s e b aiknya diberikan sesuai keinginan bayi, walaupun
diwaktu malam sekalipun. Produksi ASI dipengaruhi oleh
seringnya bayi menyusu. Hal ini dilakukan setidaknya 8 kali
sehari.10, 12
Posisi menyusu yang tidak baik juga berpengaruh pada
kondisi bayi dan ibu, sering kali ibu mengeluhkan puting yang
lecet saat menyusu, penggunaan kempeng juga mengganggu
16

bayi dalam menyusu karena hal ini dapat menimbulkan


perlekatan mulut bayi dengan puting ibu yang tidak tepat.10, 12
Pemberian minuman tambahan sebelum pemberian ASI
dapat membuat bayi lebih cepat kenyang akibatnya nutrisi
yang didapat oleh bayi dari ASI cenderung sedikit, sehingga
dapat mempengaruhi produksi ASI ibu.10, 12

2.7.2. Faktor Psikologis Ibu


Dukungan secara psikologis sangat berpengaruh pada
produksi ASI ibu. Dibutuhkan keyakinan dari ibu sendiri agar
tercapai produksi ASI yang maksimal. Kondisi seperti stress,
depresi, lelah, mengakibatkan berkurangnya produksi ASI
ibu.10, 12
Selain itu dengan adanya faktor dukungan suami dan
dukungan positif lainnya dari keluarga, dapat memicu produksi
hormon oksitosin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis bagian belakang. Hormon ini dapat memicu kontraksi
otot di sekeliling payudara dan memeras ASI keluar dari
pabrik ke gudang ASI. Oleh karena itu, hal-hal yang bersifat
mendukung, seperti dukungan suami untuk menyusui, dan
orang selain suami, diperlukan agar kondisi psikologis ibu
tetap baik.10, 12

2.7.3. Kelainan Ibu


Adapun kelainan pada ibu yang sering dijumpai
sebagai penyulit ASI eksklusif yaitu puting datar, puting
luka, payudara bengkak.10
1. Puting lecet/Puting luka
Puting lecet merupakan kendala dalam pemberian ASI
yang disebabkan oleh posisi menyusu bayi yang kurang tepat.
Hal ini dapat menyebabkan bayi menarik, mengigit, dan
17

menggesek kulit payudara ibu, sehingga akan menimbulkan


rasa nyeri bagi ibu. Jika hal ini berlangsung secara terus
menerus, dapat menimbulkan perlukaan atau retak pada
puting.10

Adapun solusi yang dapat dilakukan bagi ibu yang


pertama yaitu memperhatikan posisi bayi dan perlekatannya
saat menyusu. Puting yang retak bisa menimbulkan luka dan
dapat disertai jamur (kandidiasis). Mulut bayi perlu di cek
apakah terdapat jamur yang dapat menganggu menyusu atau
terdapat ikatan bawah lidah yang dapat membuat lidah tidak
menjulur keluar (tongue tie).8, 9, 11
Pemberian pengobatan
harus dilakukan ke ibu dan bayi. Adanya support dan untuk
membangkitkan percaya diri juga diperlukan.10
Posisi menyusu juga perlu diperhatikan. Menyusu dengan
posisi yang baik dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami
ibu. Ibu tidak perlu menghentikan menyusu untuk
mengistirahatkan payudara, tetaplah menyusu secara on
demand. Jika diperlukan ibu dapat memerah ASI nya dan
diberikan ke bayi dengan cangkir. Pengobatan dengan
antibiotik atau antijamur dapat diberikan jika memang perlu.
Hindari penggunaan sabun, salep, lotion, menggosok-gosok
dengan handuk saat membersihkan payudara.10
2. Payudara Penuh dan/atau Bengkak
Ibu sering kali datang ke klinik dengan mengeluhkan
payudaranya bengkak dan terasa nyeri. Hal ini dapat
diakibatkan karena pemberian ASI yang tidak seimbang
antara payudara kanan dan kiri sehingga menyebabkan
bendungan ASI pada payudara yang tidak disusukan. Hal ini
haruslah cepat diatasi agar tidak terjadi abses pada payudara.

2.7.4. Ibu yang Bekerja


18

Ibu bekerja harus meninggalkan bayinya seharian penuh


sehingga ini menjadi alasan ibu menggantikannya dengan susu
formula. Ibu yang bekerja tetap dapat memberikan ASI secara
eksklusif dengan dukungan pengetahuan yang cukup dan benar
dari ibu, perlengkapan memerah ASI, serta dukungan
lingkungan keluarga dan juga lingkungan tempat kerja. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara memerah ASI dan
memberikan ASI yang di perah tadi dengan cangkir disaat bayi
ingin menyusu. Ibu dianjurkan untuk mengunjungi klinik
laktasi agar ibu mengerti apa saja yang harus dilakukan untuk
persiapan menyusu saat ibu kembali bekerja. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Siregar A (2004)
menunjukkan bahwa peningkatan jumlah ibu yang bekerja
menyebabkan turunnya kesediaan menyusu dan lamanya
menyusu.9, 11, 12

2.7.5. Keadaan Ekonomi Keluarga


Terjadinya perubahan sosial-budaya masyarakat dan
keadaan ekonomi yang bermacam-macam, menyebabkan ada
penurunan jumlah ibu yang menyusui bayinya. Pengaruh
hidup yang mewah di kota-kota besar ditemukan
kencenderungan bayi menyusui dengan susu formula lebih
besar dibanding ASI13. Hal ini diakibatkan para ibu yang lebih
memilih karir dibandingkan menyusui bayinya dan beberapa
beranggapan bahwa menyusui ASI merepotkan.
Gencarnya promosi tentang susu formula serta
kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI menyebabkan ibu yang
beranggapan bahwa susu formula sama baiknya atau bahkan
lebih daripada ASI. Padahal tidak ada alasan yang konkrit
bagi ibu untuk beranggapan bahwa susu formula sama
baiknya atau bahkan lebih baik daripada ASI karena begitu
19

banyak manfaat dan kelebihan ASI dibandingkan susu formula,


baik dari sisi kesehatan bayi, kesehatan ibu, ataupun dari sisi
ekonomi.10
Sementara itu, pada kalangan sosial ekonomi rendah,
kurangnya pemberian ASI ekslusif diakibatkan karena
kurangnya pengetahuan dan informasi yang sampai kepada
mereka yang berasal dari berbagai media komunikasi maupun
penyuluhan tenaga kesehatan. Kurangnya pengetahuan ini
mengakibatkan para ibu tidak memahami pentingnya dan
manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi sehingga
menyebabkan bayi mudah terserang berbagai penyakit.11

2.7.6 Umur Ibu


Umur ibu saat hamil menentukan pembentukan ASI dan
pemberiannya kepada bayinya. Usia 16-20 tahun merupakan
umur yang dianggap masih kurang matang secara psikologis
untuk menghadapi kehamilan dan kelahiran. Umur 21-30 tahun
merupakan usia ideal untuk kehamilan secara fisik dan mental.
Sementara itu, usia 31-35 tahun merupakan usia yang
berbahaya untuk merencanakan kehamilan dan kelahiran
dikarenakan tingginya risiko pada saat kehamilan dan
persalinan baik bagi ibu maupun bagi bayi.12

2.7.7 Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh dalam
pola pemberian ASI, makin tinggi pendidikan ibu makin tinggi
prevalensi menyusui. Pendidikan bertujuan untuk mengubah
pengertian, pendapat, konsep-konsep, sikap, dan persepsi, serta
menanamkan tingkah laku/ kebiasaan yang baru11
20

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik
dengan metode cross sectional (potong lintang). Variabel bebas pada
penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, faktor sosial
ekonomi, kondisi kesehatan ibu, dukungan suami, peran kelompok
potensial, dan peran petugas kesehatan. Variabel tergantung pada
penelitian ini adalah perilaku pemberian ASI eksklusif.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Purnama, Kecamatan Tegalampel,
Bondowoso pada 16 Maret 2017. Pengambilan sampel dilakukan pada
tanggal tersebut sesuai dengan agenda Posyandu yang dilaksanakan di
Desa Purnama

3.3. Kriteria Sampel


Kriteria sampel yang memenuhi syarat yaitu :
1. Kriteria inklusi
Sampel merupakan ibu - ibu di Posyandu Balita Desa Purnama
Kecamatan Tegalampel.
2. Kriteria eksklusi
- Sampel yang ijin tidak mengikuti acara
- Sampel yang tidak bersedia mengisi kuisioner
- Sampel yang tidak bisa membaca dan menulis

3.4. Populasi dan Sampel


3.4.1 Jumlah Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang membawa anaknya
ke posyandu.15,16 Sampel adalah yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
21

3.4.2. Jumlah Sampel


Sampel diambil secara accidental sampling . Jumlah sampel yang
diambil sebagai responden sebanyak 25 orang

3.5. Managemen Data


3.5.1. Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari
wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuisioner
yang diberikan kepada responden saat kegiatan Posyandu
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Tegalampel yakni data
mengenai demografi penduduk, data laporan bulanan pelayanan gizi
tingkat Puskesmas, dan laporan triwulan KIA Puskesmas Tegalampel.
3.5.2. Pengolahan Data
Pada penelitian ini dilakukan uji analisis univariat sehingga
akan didapatkan karakteristik data berupa frekuensi dan persentase dari
masing-masing variabel.

3.6. Penyajian Data


Data disajikan dalam bentuk teks, grafik, dan tabel.

3.7. Sarana Penelitian


Sarana penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
tulis, komputer, kuesioner, buku penelitian dan sepeda motor untuk
memudahkan perjalanan ke tempat penelitian.
22

3.8 Definsi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional penelitian


Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala
Operasional ukur
Pengetahuan Pengetahuan Wawancara Kuesioner 1. Jawaban Nominal
Ibu ibu tentang Benar
ASI eksklusif 2. Jawaban salah

Kesehatan Adanya Wawancara Kuisioner 1. Ya (ada Nominal


Ibu gangguan gangguan )
kesehatan ibu 2. Tidak ( tidak
selama ada gangguan
periode )
pemberian
ASI eksklusif

Penghasilan Penghasilan Wawancara Kuesioner 1. <Rp 700.000 Ordinal


per bulan keluarga per (rendah)
bulan sebagai 2. >Rp 700.000
pengaruh dari (tinggi)
faktor
ekonomi suatu
keluarga

Dukunga Sumber Wawancara Kuesioner 1. Ya Nominal


n suami dorongan dari (mendukung
terhadap suami ke ibu )
ASI dalam 2. Tidak (Tidak
eksklusif pemberian mendukung)
ASI eksklusif

Peran Dukungan Wawancara Kuesioner 1. Ya Nominal


kelompok kader (mendukun
potensial kesehatan g)
berupa 2. Tidak
pemberian (tidak
informasi dan mendukung)
motivasi
dalam
pelaksanaan
ASI eksklusif
23

Peran Sumber Wawancara Kuesioner 1. Ya (pernah Nominal


penyuluha informasi bagi mendapat
n ibu mengenai penyuluhan)
2. Tidak (tidak
pentingnya
pernah
pemberian mendapat
ASI eksklusif penyuluhan)
pada bayi

Sikap Peran aktif Wawancara Kuesioner 1. Ya (peran Nominal


petugas petugas aktif)
kesehatan dalam 2. Tidak (tidak
pelaksana ada peran
an dan aktif)
mengatasi
hambatan
pemberian
ASI
eksklusif

Perilaku Tindakan Wawancara Kuesioner 1. Ya Nominal


responden (pemberi
terhadap ASI an ASI
eksklusif dan eksklusif
pemberiannya )
, yaitu tentang 2. Tidak
produksi ASI, (pemberi
Diet, an ASI
Pemberian tidak
ASI yang eksklusif
pertama, dan )
perawatan
khusus pada
payudara.
24

3.9 Alur penelitian

Survey lapangan dan observasi

Identifikasi masalah

Penyebaran kuisioner

Pengambilan data

Pengolahan dan Analisis data

Gambar 3.1 Alur penelitian


25

3.10 Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Kesehatan Ibu

Sosial Ekonomi

Dukungan Suami Pemberian


ASI
Eksklusif
Peran Kelompok Potensial

Peran Penyuluhan

Sikap Petugas Kesehatan

Gambar 3.2 Kerangka konsep penelitian


26

BAB IV. DATA DASAR

4.1. Data Geografis Kecamatan Tegalampel


- Luas Wilayah : 33.86349 km2
- Wilayah dataran rendah : 86,70 %
- Wilayah dataran tinggi : 13,30 %
- Jumlah Desa : 8 desa
- Desa Tegalampel
- Desa Klabang
- Desa Mandiro
- Desa Tanggulangin
- Desa Karanganyar
- Desa Sekar Putih
- Desa Klabang Agung
- Desa Purnama

4.2 Data Demografis Kecamatan Tegalampel


Data hingga bulan Desember tahun 2015 yaitu jumlah penduduk sebanyak
25.617 Jiwa. Laki - laki sebanyak 12.301 jiwa, perempuan sebanyak 13.316 Jiwa
dengan jumlah 9.072 KK dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Jumlah Penduduk di masing-masing Desa/Kelurahan tahun 2015
Jumlah Penduduk Seluruhnya 25.617 orang
Laki laki 12.301 orang
Perempuan 13.316 orang

No. Desa / Kelurahan Jumlah Jumlah


Penduduk Penduduk
Laki-laki Wanita
1. Tegalampel 774 906
2. Klabang 1405 1461
27

3. Mandiro 1652 1983


4. Tanggulangin 1160 1245
5. Karanganyar 2824 2833
6. Sekarputih 2776 2871
7. Klabang Agung 363 544
8. Purnama 1347 1336
Total 12.301 13.316
Sumber : Laporan Bulanan Penduduk Desa/Kelurahan

Tabel 4.2
Data Demografis Kecamatan Tegalampel

Wkt
Jumlah
Luas Jarak ke Tempuh Jumlah Jumlah
NO Kel / Desa RT /
Wilayah Puskesmas ke Rumah KK
RW
Puskesmas

+ 230,750
1 Tegalampel Ha + 3 km + 20 menit 22 / 8 420 564
2 Klabang + 769 Ha + 5 km + 30 menit 16 / 7 1024 1405
+ 431,436
3 Mandiro Ha + 3 km + 15 menit 23 / 5 992 1462
+ 267,61
4 Tanggulangin Ha + 2 km + 10 menit 15 / 4 802 944
5 Karanganyar + 4441 Ha + 1,5 km + 15 menit 26 / 8 1294 1690
+
6 Sekarputih 471,117Ha + 500 m + 5 menit 33 / 8 1288 1594
Klabang + 393,47
7 Agung Ha + 7 km + 15 menit 7/3 313 399
8 Purnama + 365 Ha + 7 km + 25 menit 16 / 8 772 1078
116 /
Total 44 6905 9136
Sumber : Laporan Bulanan Penduduk Desa/Kelurahan
28

Tabel 4.3
Data Desa Tertinggal Kecamatan Tegalampel
No Nama Desa
1. Klabang
2. Mandiro
3. Purnama

4.3 Deskripsi Desa Purnama


4.3.1 Data Geografis Desa Purnama
Desa Purnama terletak di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso,
Provinsi Jawa Timur. Adapun luas wilayah dari Desa Purnama adalah +365 Ha.
Desa Purnama memiliki 7 dusun.

4.3.2 Data Demografis Desa Purnama


Desa Purnama memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.683 orang
Tabel 4.4
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Purnama
Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso s/d Desember 2015
Jenis Jumlah Jiwa
No.
Kelamin Frekuensi Persen (%)
1. Laki-Laki 1.347 50,20
2. Perempuan 1.336 48,80
Jumlah 2.591 100,00

Dari tabel di atas, diketahui bahwa penduduk di Desa Purnama lebih


banyak laki-laki dibanding perempuan persentase sebanyak 50,20 %.
29

4.3.3. Tenaga Kesehatan


Tabel 4.5
Tenaga Kesehatan di Desa Purnama
Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso Tahun 2015
No. Tenaga Kesehatan Jumlah
1. Ponkesdes 1 buah
2. Bidan 1 orang
3. Perawat 1 orang

Dari tabel di atas, diketahui bahwa tenaga kesehatan di Desa Purnama


ialah 2 orang

4.3.4. Data Pelayanan KIA di desa Purnama


Data sasaran program KIA desa Purnama tahun 2016:
Jumlah ibu hamil : 38 jiwa
Jumlah bulin/nifas : 35 jiwa
Jumlah ibu hamil resiko tinggi : 8 jiwa
Jumlah bayi 1 tahun :
o Laki laki : 12 jiwa
o Perempuan : 18 jiwa
Jumlah balita usia 1- 4 tahun :
o Laki laki : 94 jiwa
o Perempuan : 43 jiwa
Jumlah anak usia 5- 6 tahun :
o Laki laki : 29 jiwa
o Perempuan : 44 jiwa
Jumlah remaja : 157 jiwa
Jumlah pra usila : 429 jiwa
Jumlah usila : 168 jiwa
30

4.3.5 Data Bayi dengan ASI Eksklusif dan Non Eksklusif usia 0-6 bulan
Tahun 2016 di Puskesmas Tegalampel
Berdasarkan data LB3KIA Puskesmas Tegalampel, dapat diketahui jumlah
bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif dan Non Eksklusif adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.6
Jumlah Bayi dengan ASI Eksklusif dan Non-Eksklusif Tahun 2016
Bulan ASI Eksklusif ASI Non-Eksklusif
Januari 13 10
Februari 14 13
Maret 13 12
April 11 9
Mei 12 11
Juni 11 10
Juli 12 12
Agustus 16 12
September `3 7
Oktober 13 7
November 12 7
Desember 14 5
Total 154 115
31

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah semua Ibu yang berkunjung ke Posyandu Desa
Purnama pada tanggal 16 Maret 2017.

Tabel 5.1. Gambaran karakteristik responden


Karakteristik Jumlah (n) Presentase (%)
Usia Responden
<30 tahun 18 72
>30 tahun 7 28
Pekerjaan ibu
Bekerja 4 16
Tidak bekerja 21 84
Pendidikan
Tidak tamat SD 2 8
SD 17 68
SMP 6 24
TOTAL 106 100

Hasil diatas menunjukkan berdasarkan usia persentase tertinggi


berada di usia kurang dari 30 tahun.17 Salah satu faktor yang penting
dalam kehamilan adalah umur ibu waktu hamil baik untuk kepentingan
si ibu maupun janin dalam pembentukan ASI. Usia 16 20 tahun
dianggap masih berbahaya meskipun lebih kurang risikonya dibanding
umur sebelumnya, namun secara mental psikologis dianggap masih
belum cukup matang dan dewasa untuk menghadapi kehamilan dan
kelahiran. Umur 20 35 tahun adalah kelompok umur yang paling baik
untuk kehamilan sebab secara fisik sudah cukup kuat juga dari segi
mental sudah cukup dewasa18.
Umur > 35 tahun dianggap sudah mulai bahaya lagi, sebab secara
fisik jika jumlah kelahiran sebelumnya cukup sudah mulai menurun
kesehatan reproduksinya apalagi banyak atau lebih dari tiga, dan
kemampuan ibu untuk menyusui yang usianya lebih tua, produksi ASI-
32

nya lebih rendah daripada yang usianya lebih muda11


Pada variabel pekerjaan didapatkan lebih banyak ibu yang tidak
bekerja yaitu sebesar 84% (21 orang) responden. Ibu yang tidak bekerja
memiliki kemungkinan besar untuk memberikan ASI eksklusif. Bagi ibu
yang bekerja kesulitan untuk menyusui bayinya secara eksklusif
dikarenakan lebih banyak waktu di luar rumah dan tidak adanya fasilitas
khusus untuk memberikan ASI di tempat bekerja, sehingga mereka lebih
memilih memberikan susu formula sebagai pengganti ASI. Keadaan
tersebut menunjukkan bahwa belum dilakukannya Peraturan Bersama
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan (No. 48/Men.PP/XII/2008, No.
PER.27/MEI I/XII/2008 dan No. 1177/Menkes/PB/XII/2008) tentang
peningkatan pemberian air susu ibu selama waktu kerja di tempat kerja.
Di mana ibu-ibu seharusnya memiliki kesempatan untuk menyusui atau
mengeluarkan ASI untuk bayinya di tempat kerja12
Pada variabel pendidikan didapatkan lebih banyak ibu yang
menyelesaikan pendidikan setingkat SD yakni sebesar 68%, sementara
itu terdapat sekitar 8% atau sebanyak 2 orang yang tidak menamatkan
SD, dan pendidikan tertinggi hanya setingkat SMP yakni sebanyak 6
orang atau sekitar 24%. Pendidikan mempengaruhi keterjangkauan
informasi yang didapatkan ibu mengenai ASI Eksklusif. Hal ini
mempengaruhi pemahaman ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada
bayi mereka sehingga ibu memahami manfaat dan pentingnya pemberian
ASI.19 Rendahnya tingkat pendidikan ibu dalam penelitian ini
merupakan salah satu faktor pendukung kurangnya pemberian ASI
Eksklusif kepada bayi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Krist (2011) dimana ada hasil penelitian kualitatif didapatkan bahwa
ibu-ibu ini sebenarnya mengetahui ASI adalah makanan yang terbaik
bagi bayinya, namun pengetahuan yang tidak lengkap atau dengan kata
lain hanya sekedar tahu ternyata tidak cukup untuk membuat ibu-ibu ini
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya10,18.
33

5.2. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif


Sebanyak 76% responden tidak memberikan ASI-nya secara
eksklusif, sedangkan sisanya 24% memberikan ASI secara eksklusif.
Secara rinci, datanya terdistribusi pada diagram batang berikut.

ASI eksklusif ASI non eksklusif


76%

24%

Gambar 5.1 Distribusi kelompok ASI Eksklusif dan ASI Non-Eksklusif

Hasil penelitian di Desa Purnama menunjukkan bahwa lebih


banyak ibu yang memberikan ASI non esklusif kepada bayinya.
Berdasarkan kuisioner yang disebarkan didapatkan bahwa gambaran
pemberian ASI non-ekslusif terlihat dari pemberian ASI yang kurang
dari 6 bulan, serta diberikannya makanan prelakteal bersamaan dengan
waktu pemberian ASI eksklusif. Dari sejumlah 19 orang yang
memberikan ASI non ekslusif, sebanyak 18 orang memeberikan ASI
selama kurang dari 6 bulan dan hanya 1 orang yang memberikan ASI
hingga 6 bulan. Sementara itu, dari total 19 orang dengan ASI non-
eksklusif, sebanyak 5 orang yang memberikan makanan prelakteal
seperti tajin, air gula, air putih, pisang, dan bubur.
34

5.3. Gambaran Faktor Internal Responden yang Mempengaruhi


Pemberian ASI Eksklusif
Beberapa faktor internal yang diteliti dalam penelitian ini yakni
pengetahuan ibu serta kondisi kesehatan ibu. Data disajikan dalam tabel
sebagai berikut

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Internal


Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Pengetahuan Responden
Kurang 7 28
Baik 18 72
Kondisi Kesehatan
Kurang 0 0
Baik 25 100

Berdasarkan kuisioner yang telah dikumpulkan didapatkan hasil


bahwa faktor pengetahuan dan kondisi kesehatan ibu bernilai baik. Pada
penelitian mengenai faktor pengetahuan sebanyak 7 orang memiliki
pengetahuan yang kurang, sementara itu 18 orang lainnya memiliki
pengetahuan yang baik. Sedangkan faktor kondisi kesehatan ibu selama
menyusui, sebanyak 100% responden menyatakan tidak ada gangguan
selama menyusui. Kondisi kesehatan ibu selama menyusui disajikan
melalui diagram berikut.
35

KONDISI KESEHATAN IBU

BAIK
KURANG

Gambar 5.2 Gambaran Kondisi Kesehatan Ibu saat Menyusui

Sementara itu, berdasarkan tingkat pengetahuan didapatkan


bahwa sebanyak 28% responden kurang mengetahui ASI eksklusif.
Berdasarkan pendekatan wawancara yang dilakukan, para responden
mengatakan pernah mendengar namun tidak memahami maksudnya.
Pengetahuan yang kurang inilah yang menyebabkan gagalnya pemberian
ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan Afifah DN (2007) yang
menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat
diperoleh dari berbagai sumber informasi.16
Menurut Keraf dan Dua (2001) yang dikutip dari Afifah DN
(2007) mengatakan bahwa pengetahuan dibagi menjadi 3 macam,yaitu
tahu bahwa, tahu bagaimana, dan tahu akan. Pengetahuan bahwa
adalah pengetahuan tentang informasi tertentu, tahu bahwa sesuatu
terjadi, tahu bahwa ini atau itu memang demikian adanya, bahwa
yang dikatakan memang benar. Jenis pengetahuan ini disebut juga
pengetahuan teoritis, pengetahuan ilmiah, walaupun masih pada tingkat
yang tidak begitu mendalam. Sedangkan tahu bagaimana adalah
menyangkut bagaimana seseorang melakukan sesuatu. Pengetahuan ini
berkaitan dengan keterampilan atau lebih tepat keahlian dan kemahiran
teknis dalam melakukan sesuatu. Tahu akan adalah jenis pengetahuan
yang sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan sesuatu atau
36

seseorang melalui pengalaman atau pengenalan pribadi. Pengetahuan


yang dimiliki oleh ibu-ibu sebatas pada tahu bahwa sehingga ibu-ibu
tidak memahami secara mendalam dan kurang terampil dalam
mempraktekkannya.16,19
Adapun persebaran tingkat pengetahuan pada ibu akan disajikan
dalam diagram berikut.

pengetahuan baik pengetahuan buruk

72%

28%

Gambar 5.3 Distribusi pengetahuan tentang ASI Eksklusif

5.4. Gambaran Faktor Eksternal Responden yang Mempengaruhi


Pemberian ASI Eksklusif
Adapun gambaran faktor eksternal yang diteliti dalam penelitian ini
akan disajikan secara rinci dalam tabel berikut.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal
Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)
Dukungan Suami dalam
pemberian ASI eksklusif
Ya (Mendukung) 21 84
Tidak (kurang mendukung) 4 16
Faktor sosial ekonomi
Cukup 10 40
Kurang 15 60
37

Peran Kelompok Potensial


Ya (peran aktif) 19 76
Tidak (peran pasif) 6 24
Penyuluhan
Ya 15 60
Tidak 10 40
Peran Tenaga Kesehatan
Ya (peran aktif) 18 72
Tidak (peran pasif) 7 28

5.4.1 Dukungan Suami


Dukungan dari suami diukur dengan menjawab pertanyaan yang
menunjukkan ada atau tidaknya dukungan dari suami terhadap
pemberian ASI eksklusif. Hasil menunjukkan 84 % didukung suaminya,
sedangkan 16 % tergolong dalam kategori kurang mendukung.
Dukungan suami ini penting dalam proses pemberian ASI eksklusif,
dikarenakan juga akan mempengaruhi faktor psikologis ibu. Dengan
adanya dukungan suami, ibu akan semakin percaya diri dalam
memberikan ASI eksklusif. Berikut diagram tabel gambaran dukungan
suami terhadap pemberian ASI eksklusif.

dukungan suami baik dukungan suami buruk

84%

16%

Gambar 5.4 Distribusi dukungan suami tentang ASI Eksklusif


38

Hasil penelitian Suhendar (2002) menyatakan ibu memberikan


ASI Eksklusif karena anjuran keluarga, kemauan sendiri, anjuran
tenaga kesehatan, dan anjuran teman.19
Menurut Purwanto dalam Saleh (2011) perilaku manusia berasal
dari dorongan baik dari diri sendiri maupun dari luar, sedangkan
dorongan merupakan suatu usaha untuk memenuhi keinginan individu,
dengan kata lain, dorongan mempengaruhi perilaku. Oleh karena itu,
dorongan dari orang-orang terdekat baik keluarga, petugas kesehatan
dan sebagainya mempengaruhi proses laktasi sehingga dapat membentuk
perilaku ibu dalam menyusu secara eksklusif 15,18.

5.4.2 Kondisi Sosial Ekonomi


Faktor eksternal lain yang berpengaruh dalam pemberian ASI
eksklusif adalah kondisi sosial ekonomi keluarga. Tingkat ekonomi
keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan pola pemberian
ASI. Di daerah pedesaan keadaan ini cukup nyata, makin tinggi tingkat
ekonomi makin berkurang prevalensi menyusui. Namun di negara-negara
industri frekuensi menyusui lebih tinggi di kalangan tingkat sosial
atas8,17. Menurut penelitian Afifah (2007) faktor pendapatan sangat
16
mendukung pemberian ASI eksklusif , Keluarga dengan pendapatan
yang rendah cenderung melakukan pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan pendekatan wawancara yang dilakukan peneliti hal ini
dikarenakan pemberian ASI eksklusif dirasakan lebih murah, hemat dan
mudah. Sementara pada responden yang memiliki tingkat penghasilan
tinggi, tingkat pemberian ASI eksklusif lebih rendah karena
kecenderungan menggunakan susu formula oleh karena dianggap lebih
praktis. Berikut ditampilkan diagram batang kondisi sosial ekonomi pada
ibu-ibu di Posyandu Desa Purnama.
39

Sosek cukup Sosek Kurang

60%
40%

Gambar 5.5. Distribusi kondisi sosial ekonomi

Berdasarkan kuisioner yang telah disebarkan, didapatkan


bahwa kondisi sosial ekonomi di daerah Desa Purnama sebanyak
60%nya tergolong kurang, sementara 40% sisanya tergolong sosial
ekonomi cukup. Kondisi sosial ekonomi dikatakan kurang karena
sebagian responden menyatakan mereka tidak memiliki penghasilan
yang tetap setiap bulannya, dan kisaran pendapatan yang didapatkan
adalah sekitar <700.000,00 / bulan.

5.4.3 Peran Kelompok Potensial


Kelompok potensial yang dimaksudkan dalam kuisioner ini antara
lain kelompok arisan, PKK, dan kader kesehatan. Dukungan kelompok
potensial berupa pemberian informasi maupun motivasi dapat
meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif pada bayi. Dukungan ini
penting selain dukungan dari suami. Adapun gambaran dukungan dari
kelopok potensial di daerah Desa Purnama ditampilkan dalam diagram
batang sebagai berikut.
40

Mendukung Tidak mendukung

76%

24%

Gambar 5.6 Distribusi dukungan kelompok potensial

Sebanyak 76% respondem menyatakan mendapat dukungan baik


berupa informasi maupun motivasi pemberian ASI eksklusif, sementara
itu 24% sisanya menyatakan tidak mendapatkan dukungan dari
kelompok arisan, PKK, maupun kader kesehatan.

5.4.4 Peran Penyuluhan


Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang
dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif sendiri
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik
terencana-terarah dengan peran serta aktif individu maupun kelompok
atau masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan
memperhitungkan faktor sosial ekonomi budaya setempat18
Dengan adanya penyuluhan yang dilakukan pada masyarakat
diharapkan tingkat pengetahuan dapat meningkat. Adapun paparan
penyuluhan pada ibu-ibu Posyandu Desa Purnama dijabarkan sebagai
berikut.
41

Mendapat Penyuluhan Tidak Mendapat Penyuluhan

60%

40%

Gambar 5.7 Distribusi peran penyuluhan

Berdasarkan grafik di atas, sebanyak 60% responden pernah


mendapatkan penyuluhan tentang ASI eksklusif, sedangkan 40% lainnya
menyatakan tidak pernah mendapatkan penyuluhan. Hasil ini
menunjukkan masih banyak ibu-ibu yang kurang mendapatkan paparan
informasi dari tenaga kesehatan mengenai pentingnya pemberian ASI
eksklusif yang kemudian akan mempengaruhi tingkat pencapaian ASI
eksklusif. Dari hasil kuisioner yang dilakukan, sebagian besar responden
menyatakan mendapatkan penyuluhan dari kegiatan Posyandu.

5.4.5 Peran Tenaga Kesehatan


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sebanyak 72%
responden mengatakan petugas kesehatan berperan aktif jika terdapat
kesulitan selama proses menyusui. Sementara itu 28% sisanya
mengatakan peran petugas kesehatan tidak aktif jika terdapat kesulitan
menyusui maupun proses IMD. Adapun peran tenaga kesehatan dalam
pencapaian ASI eksklusif dalam penelitian akan disajikan dalam
diagram batang berikut.
42

Nakes aktif (+) Nakes Pasif

72%

28%

Gambar 5.8 Distribusi dukungan tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan yang dimaksudkan dalam penelitian ini yakni


perawat dan bidan desa merupakan tenaga kesehatan yang terpapar
langsung dengan masyarakat di daerah tersebut. Mereka memiliki peran
penting dalam pencapaian tingkat kesehatan di wilayah. Oleh karena
itu, peran aktif tenaga kesehatan sangat dibutuhkan agar pencapaian
ASI eksklusif dapat terlaksana dengan baik.
Hal ini sesuai dengan penelitian Asmijati dalam Pertiwi (2012)
yang menunjukkan adanya huungan yang bermakna antara dukungan
petugas kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif. Dukungan tenaga
kesehatan akan meningkatkan rasa percaya diri ibu dalam proses
menyusui. Selain itu, petugas kesehatan juga merupakan sumber
informasi terdekat yang dapat membantu ibu jika menemui kesulitan
selama proses menyusui sehingga akan mempermudah ibu mengatasi
keluhan seputar menyusui dan mendorong ibu tetap memberikan ASI
eksklusif.
Berdasarkan beberapa analisis yang telah dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan dari beberapa faktor yang mempengaruhi kurangnya
pemberian ASI eksklusif pada bayi di Desa Purnama antara lain faktor
43

pendidikan ibu dan tingkat sosial ekonomi yang tergolong rendah.


Pendidikan yang rendah menyebabkan ibu memiliki pengetahuan yang
rendah. Akan tetapi dalam penelitian ini tingkat pendidikan ibu tidak
sejalan dengan kuisioner mengenai tingkat pengetahuan, dimana
didapatkan tingkat pengetahuan ibu tergolong baik mengenai
pemberian ASI eksklusif. Akan tetapi pengetahuan yang baik pun
ternyata belum menjamin pemberian ASI eksklusif menjadi meningkat.
Hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan ibu tidak diaplikasikan dalam
penerapannya sehari-sehari, dimana tingkat pengetahuan ini hanya
sebatas ibu tahu bahwa, yang artinya tahu bahwa sesuatu terjadi, tahu
bahwa ini atau itu memang demikian adanya, bahwa yang dikatakan
memang benar namun tidak diikuti dengan tindak lanjut perbuatan.
Faktor kedua yang berpengaruh adalah tingkat sosial ekonomi
yang rendah. Pada beberapa penelitian disebutkan tingkat sosial
ekonomi yang rendah akan mendorong ibu untuk memberikan ASI,
akan tetapi faktor ekonomi ini juga dapat mempengaruhi ibu
memberikan makanan prelakteal dikarenakan takut anaknya kurang
nutrisi. Banyak dari ibu-ibu di pedesaan yang masih salah paham
mengenai pemberian makanan prelakteal dikarenakan faktor budaya
setempat. Hal inilah yang menyebabkan gagalnya pemberian ASI
eksklusif. Beberapa makanan prelakteal yang sering diberikan antara
lain air putih, air gula, tajin, pisang, bubur, dan sebagainya yang sudah
mulai diberikan pada usia <6 bulan.
Sementara itu, faktor lain yang turut berpengaruh yakni tingkat
penyuluhan yang tidak terlalu jauh berbeda antara ibu yang pernah
mendapatkan penyuluhan dan ibu yang tidak pernah mendapat
penyuluhan. Dimana prosentasenya sebesar 60% : 40% antara
responden yang pernah dan tidak pernah mendapat penyuluhan.
Penyuluhan sebagai sarana transfer pengetahuan dapat dilakukan tidak
hanya melalui posyandu saja, namun bisa juga dilaksanakan saat
kegiatan perkumpulan yang lainnya agar hasilnya lebih maksimal.
44

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka disimpulkan bahwa:
1. Ibu-ibu yang memberikan ASI non-eksklusif secara statistik
lebih banyak dibanding ASI eksklusif yaitu sebesar 76%.
2. Gambaran karakteristik dari responden yang mendukung
kurangnya pemberian ASI ekskusif yaitu tingkat pendidikan
yang rendah, dimana pendidikan tertinggi responden adalah
setingkat SMP
3. Gambaran faktor internal yakni tingkat pengetahuan dan
kondisi kesehatan ibu sangat baik dalam penelitian ini.
Sebanyak 72% memiliki pengetahuan baik, dan 100% ibu
dalam kondisi kesehatan yang baik saat menyusui.
4. Gambaran faktor eksternal responden diperoleh tingkat sosial
ekonomi kurang yakni sebesar 60%, dukungan suami yang
baik sebesar 80%, tingkat paparan penyuluhan sebesar 60%,
tingkat peranan kelompok potensial sebesar 76%, dan tingkat
peran aktif tenaga kesehatan sebesar 72%.

6.2. Saran

6.2.1. Pelayanan Kesehatan


1. Meningkatkan edukasi dan pendampingan bagi ibu
menyusui agar dapat mempraktikkan pemberian ASI
Eksklusif dengan baik
2. Meningkatkan hubungan sinergitas antara petugas kesehatan
dengan kelompok potensial di wilayah agar faktor budaya
yang masih salah dapat ditinggalkan dan dilakukan
pemberian edukasi bersama.
45

6.2.2. Penelitian Kesehatan


1. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti lain dianjurkan untuk
menggunakan instrumen penelitian yang telah baku, dan dapat
dilakukan tes terlebih dahulu ke responden agar pertanyaan yang
diberikan dapat dipahami oleh responden.
2. Peneliti juga disarankan agar dapat menghubungkan variabel
faktor internal dan eksternal sehingga dapat diperoleh satu
hubungan yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
3. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk mengambil area
penelitian yang lebih besar agar didapatkan jumlah sampel yang
lebih banyak sehingga hasilnya dan distribusinya dapat baik.

6.2.3. Pendidikan Kedokteran


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan
yang dimiliki oleh ibu tentang ASI eksklusif masih kurang. Hal
ini memberikan masukan kepada pendidikan kedokteran masih
diperlukan edukasi kepada ibu terkait pentingnya ASI eksklusif,
selain itu masih banyak persepsi-persepsi ibu tentang pemberian
makanan tambahan di usia bayi yang belum mencapai 6 bulan.
Perlu adanya pendekatan terkait budaya agar dapat memberikan
penjelasan dan sosialisasi terkait pemberian makanan/minuman
di samping ASI. Sehingga hal ini dapat berguna untuk
mengoptimalkan edukasi yang diberikan.
46

DAFTAR PUSTAKA

1. Jannah, Mahillatul Ana. 2016. Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 6-12
Bulan di Kelurahan Gerem Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Kota
Cilegon Tahun 2015. Jakarta: FK UIN Syarif Hidayatullah
2. Zulaikhah, Siti. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sumowono Kabupaten
Semarang Tahun 2010. Semarang: Universitas Negeri Semarang
3. Purwiyamti, Evi. 2011. Studi Tentang Keberhasilan Pemnerian ASI
Eksklusif pada Daerah dengan Cakupan ASI >80%. Semarang:
Universitas Negeri Semarang
4. Pertiwi, Putri. 2012. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang.
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
5. Susilaningsih, Tutik Inayah. 2013. Gambaran Pemberian ASI
Eksklusif Bayi Usia 0-6 bulan di Wialayah Puskesmas Samigaluh II
Tahun 2013. Yogyakarta: Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol 4 No 2
6. Siregar, Arifin. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian
ASI oleh Ibu Melahirkan. Medan: FKM Universitas Sumatera Utara
7. Siregar, Arifin. 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Medan : FKM Universitas Sumatera Utara
8. Agam, Syam, dan Citrakesumasari. 2011. Faktor faktor yang
Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Tamamaung
Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. Makassar: FKM
Universitas Hasanuddin
9. Josefa, K.G. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu (Studi Kasus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Manyaran, Kecamatan Semarang Barat). Semarang: FK
Universitas Diponegoro
47

10. Mamonto, Tesy. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan


Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotobangon Kecamatan Kotamobagu Timur Kota Kotamobagu.
Manado: FKM Universitas Sam Ratulangi
11. Pratama, Muhammad Fernando. 2013. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusi pada Ibu yang Memiliki
Bayi Usia 0-12 Bulan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013. Jakarta: FK UIN Syarif Hidayatullah
12. Rachmaniah, Nova. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Asi Dengan Tindakan ASI Eksklusif. Surakarta: FK
Universitas Muhammadiyah Surakarta
13. Fahriani, Rohsiswatmo, Hendarto. 2014. Faktor yang Memengaruhi
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Cukup Bulan yang Dilakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Jakarta: Sari Pediatri Vol. 15 No. 6
14. Emilia, Rika Chandra. 2009. Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif
terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil di Mukim Laure-e
Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue (NAD) Tahun
2008. Medan: FKM Universitas Sumatera Utara
15. Vyronica, Wagiyo, dan Purnomo. 2011. Perbedaan Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Sebelum dan Setelah
Diberikan Pendidikan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Manyaran Semarang. Semarang: Poltekes Semarang
16. Afifah DN. 2007. Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik
Pemberian ASI Eksklusif. Semarang: Program Pasca Sarjana UNDIP
17. Hikmawati I. 2008. Faktor Faktor Risiko Kegagalan Pemberian
ASI Selama Dua Bulan (Studi Kasus pada bayi umur 3-6 bulan di
Kabupaten Banyumas). Semarang: Program Pasca Sarjana UNDIP
18. Saleh. 2011. Faktor-faktor yang menghambat praktik ASI eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
19. Suhendar K. 2002. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pemberian
48

ASI ekskusif dan status gizi bayi usia 4-6 bulan. Bogor: Fakultas
Pertanian IPB.
49

Lampiran 1

INFORMED CONSENT

Assalamualaikum Wr. Wb.


Sehubungan akan dilaksanakannya penelitian dengan judul
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi K u r a n g n y a Pemberian
ASI Eksklusif di Desa Purnama, Kecamatan Tegalampel,
Kabupaten Bondowoso, sebagai salah salah satu syarat untuk
memenuhi tugas PIDI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kurangnya
pemberian ASI Ekslusif terhadap gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi p e rilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu-ibu di
Posyandu Desa Purnama Kecamatan Tegalampel
Untuk terlaksananya penelitian ini , saya mengharapkan kepada Ibu
menjadi responden dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan
yang ada dalam kuesioner dengan jujur dan sesuai perilaku pemberian
ASI pada anak ibu.
Informasi yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya. Data-data ini
hanya akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Atas bantuan dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.

Bondowoso, 16 Maret 2017


Wassalamualaikum Wr. Wb.

Responden Peneliti

( ) dr. Asihanti Rosita F


50

Lampiran 2

KUISIONER PENELITIAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI


EKSKLUSIF

Petunjuk :
1. Isilah identitas Anda secara lengkap dengan menuliskan pada tempat yang
tersedia.
2. Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia yang sesuai dengan jawaban
Anda.

KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama : ..................................
2. Umur : ..................................
3. Pendidikan : ..........................
4. Pekerjaan : ...........................

PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF


1. Kolostrum adalah ASI yang berwarna..
( ) Tidak berwarna
( ) Putih
( ) Kekuning-kuningan
2. ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja sampai bayi berusia?
( ) 0-2 bulan
( ) 0-4 bulan
( ) 0-6 bulan
3. Alasan ibu memberi ASI eksklusif adalah?
( ) Bayi doyan
( ) Lebih hemat
( ) Untuk kekebalan, praktis, higienis
51

KONDISI KESEHATAN IBU


4. Apakah ada gangguan kelainan payudara selama ibu menyusui?
( ) Ada, sebutkan......
( ) Tidak ada
5. Apakah ada masalah selama menyusui?
( ) Ada, sebutkan.......
( ) Tidak ada

SOSIAL EKONOMI
6. Apakah dalam 1 bulan keluarga anda mempunyai pendapatan yang tetap?
( ) Tidak.
( ) Ya
7. Berapa pendapat keluarga dalam 1 bulan?
( ) Rp.700.000;
( ) > Rp.700.000;

DUKUNGAN SUAMI
8. Apakah suami mendukung ibu untuk menyusui?
( ) Tidak.
( ) Ya
9. Apakah suami membantu, ketika ibu kesulitan menyusui?
( ) Tidak.
( ) Ya

PERAN KELOMPOK POTENSIAL


10. Apakah pernah mendapat informasi tentang ASI dari kelompok arisan/
PKK?
( ) Tidak
( ) Ya
11. Apakah kader kesehatan pernah memberi motivasi pada ibu agar mau
menyusui secara eksklusif?
52

( ) Tidak.
( ) Ya

PENYULUHAN
12. Apakah pernah mengikuti penyuluhan tentang ASI eksklusif?
( ) Tidak
( ) Ya, di..........

SIKAP PETUGAS
13. Apakah petugas kesehatan membantu ibu saat pertama kali menyusui?
( ) Tidak
( ) Ya
14. Apakah petugas menanggapi saat ibu ada keluhan atau masalah seputar
menyusui?
( ) Tidak
( ) Ya

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


15. Apakah ibu memberikan kolostrum pada bayi?
( ) Tidak
( ) Ya
16. Apakah ibu memberikan ASI saja tanpa tambahan makanan atau
minuman lain (tajin, air gula, air putih, pisang, bubur) sampai bayi berusia 6
bulan?
( ) Tidak
( ) Ya
17. Sampai usia berapa ibu memberikan ASI?
( ) < 6 bulan
( ) 6 bulan
53

Lampiran 3
Foto Kegiatan Penelitian
54

Lampiran 4
Data Pelayanan Gizi Puskesmas Tegalampel
55

Anda mungkin juga menyukai