Anda di halaman 1dari 11

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN - KESEHATAN MASYARAKAT

PROPOSAL PENELITIAN
STATUS PEKERJAAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
PADA BAYI  DI  KELURAHAN SIMPONG
KABUPATEN BANGGAI
TAHUN 2011

OLEH
KELOMPOK III
          YULIANTI GREFFI D. MARIANA
      FERAWATI. L BEATRIS SALINDEHO
         NURLAELA YUNIARTI KIENG
      SITI RUHANA FIRMANSYAH
   ANGGRAINI PADJU ZULBAIR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT (FKM)


UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK
TAHUN  2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi/anak umur 0-24 bulan melalui
perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh. Ketidaktahuan tentang cara
pemberian makanan bayi dan anak, dan adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara
langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada
anak, khususnya pada umur dibawah 2 tahun (baduta).
Bertambah umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya. Ketika bayi memasuki
usia 6 bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein dan beberapa
vitamin dan mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula tidak lagi mencukupi.
Sebab itu sejak usia 6 bulan, kepada bayi selain ASI mulai diberi makanan pendamping ASI
(MP-ASI) Agar kebutuhan gizi bayi/anak terpenuhi.Dalam pemberian MP-Asi perlu
diperhatikan waktu pemberian MP-ASI ,frekuensi porsi, pemilihan bahan makanan, cara
pembuatan dan cara pemberiannya. Disamping itu perlu pula diperhatikan pemberian
makanan pada waktu anak sakit dan bila ibu bekerja di luar rumah.Pemberian MP-ASI yang
tepat diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga merangsang
keterampilon makan dan merangsang rasa percaya diri.
Beberapa permasalahan pemberian makanan pendamping ASI (MP Asi) antara lain
; pemberian makanan pralaktat sebelum Asi keluar, kolostrum dibuang, pemberian MP Asi
terlalu dini atau terlambat, MP Asi yang diberikan tidak cukup, pemberian MP-Asi sebelum
Asi, frekuensi pemberian MP-Asi kurang, pemberian Asi terhenti karena ibu kembali bekerja,
kebersihan kurang, prioritas gizi yang salah pada keluarga.
Bahaya dari pemberian MP Asi terlalu dini adalah Pemberian MP-Asi dini sama
saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman sebab, system imun
bayi dibawah 6 bulan masih belum sempurna. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil
riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yg mendapatkan MP-Asi
sebelum ia berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas
dibandingkan bayi yg hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan
kesehatan dunia lainnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status
pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan
makanan pendamping Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan, dikarenakan
waktu yang dimiliki olehnya relatif singkat untuk berada bersama bayinya di dalam rumah.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang
baik atau optimal terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang digunakan secara
efisien, sehingga kemungkinan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja
dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensisal. Status gizi lebih terjadi
bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan sehingga menimbulkan efek
toksis. Status gizi kurang atau lebih merupakan gangguan gizi.
Turut sertanya ibu dalam mencari nafkah akan meningkatkan daya beli keluarga,
akan tetapi juga menimbulkan masalah, yaitu pembagian waktu terutama dalam hal waktu
untuk bekerja di luar rumah dengan waktu untuk mengelola rumah tangga serta mengasuh
anak. Peran ganda ibu ini menuntut di satu pihak perlu curahan waktu penuh untuk mengasuh
anak, bersamaan dengan itu perlu sisipan waktu untuk bekerja di luar rumah. Salah satu
peluang untuk mengatasinya adalah anak diasuh oleh pembantu, keluarga atau family yang
ada di rumah. Keterbatasan waktu ibu dalam mengasuh anak dan menyediakan makanan akan
berpengaruh terhadap pola makan anak (bayi) dan konsumsi gizi anak, karena pada usia
anak-anak ini merupakan usia yang membutuhkan konsumsi pangan yang ideal untuk
membantu kecerdasan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Banggai tahun 2010 bahwa
67 % ibu rumah tangga di kelurahan Simpong bekerja di luar rumah.
Data Puskesmas Simpong tahun 2010 diperoleh informasi bahwa cakupan
pemberian Asi Eksklusif di Kelurahan Simpong hanya berjumlah 32,3 %. Hal ini
menandakan bahwa masih tingginya pemberian MP Asi di bawah 6 bulan.
Karena hal-hal tersebut di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada
hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi di bawah  6 bulan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi
dini ?
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi dini di
Kelurahan Simpong.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui status pekerjaan ibu yang berisiko terhadap kurangnya asupan pemberian
Asi Eksklusif.
b.      Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi
dini.

D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Untuk Institusi pendidikan (kampus)
Dapat menambah referensi bagi perpustakaan dan menjadi data awal bagi peneliti
selanjutnya.
2.      Manfaat Untuk Pemerintah Kelurahan Simpong
Dapat lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan khususnya
masalah gizi masyarakat yang berada di Kelurahan Simpong.
3.      Manfaat Untuk Peneliti
Sebagai penambah ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya untuk masalah-masalah gizi
keluarga terutama zat gizi untuk bayi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.       Tinjauan Umum
1.             Konsep Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping Pada Bayi
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan
kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang
paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai
tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan
zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu
dan bayinya (Sunartyo, 2008).
Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan karena ASI merupakan
makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama 3 – 4 bulan pertama. ASI yang
diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu cairan kental yang berwarna
kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak
antibodi, protein, mineral dan vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan
setiap saat. Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang.
qDisamping itu perlu diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi dan perawatan
payudara. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat terutama ASI
eksklusif (As’ad, 2002).
ASI eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur, biskuit dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka
waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6
bulan harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2000).
Dibandingkan dengan susu lainnya, ASI memiliki beberapa keunggulan yaitu:
1.         Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 3 – 4 bulan pertama.
2.         Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.
3.         Mengandung beberapa zat antibodi, sehingga mencegah terjadinya infeksi.
4.         Mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi.
5.         Tidak mengandung beta laktoglobulin yang dapat menyebabkan alergi.
6.         Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal dan dalam keadaan
segar serta bebas dari kuman.
7.         Berfungsi menjarangkan kehamilan.
8.         Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu dan bayi.

Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6
bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat
setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi
peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-tanda
lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik.
Namun, sebelum diberi makanan tambahan sebaiknya coba diperbaiki dahulu cara
menyusuinya. Cobalah hanya memberi bayi ASI saja tanpa memberi minuman atau
makanan lain. Selain itu, bayi harus sering disusui, perhatikan posisi menyusui. Secara
umum usahakan dahulu agar cara pemberian ASI dilakukan sebaik mungkin. Apabila
setelah 1 – 2 minggu ternyata upaya perbaikan tersebut tidak menyebabkan
peningkatan berat badan, maka pemberian makanan tambahan atau padat diberikan
bagi bayi berusia diatas 4 bulan (Roesli, 2000).
Bila oleh suatu sebab (misalnya ibu bekerja atau hamil lagi) bayi tidak memperoleh
ASI, maka kepada bayi diberikan PASI (Pengganti Air Susu Ibu). PASI dibuat dari susu sapi
yang susunan gizinya sudah diubah menjadi hampir sama dengan susunan gizi ASI, sehingga
dapat diberikan kepada bayi tanpa menyebabkan akibat sampingan. Akan tetapi belum ada
PASI yang tepat menyerupai susunan ASI (As’ad, 2002).
Proses penyapihan dimulai pada saat yang berlainan. Pada beberapa kelompok
masyarakat (budaya) tertentu, bayi tidak akan disapih sebelum berusia 6 bulan. Bahkan
ada yang baru memulai penyapihan setelah bayi berusia 2 tahun. Sebaliknya, pada
masyarkat urban bayi disapih terlalu dini yaitu baru beberapa hari lahir sudah diberi
makanan tambahan (Arisman, 2004).
Menurut Sulistjani (2001), seiring bertambahnya usia anak, ragam makanan yang
diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana penting untuk menunjang tumbuh
kembang dan status gizi anak. Dalam hal pengaturan pola konsumsi makan, ibu mempunyai
peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. Setelah
berumur 6 bulan, bayi memerlukan makanan pendamping karena kebutuhan gizi bayi
meningkat dan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI. Menurut Arisman (2004),
pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi, dari mulai bentuk bubur cair
kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya
makanan padat. Pemberian pertama cukup 2 kali sehari, satu atau dua sendok teh penuh. Pada
usia 6-9 bulan bayi setidak-tidaknya membutuhkan empat porsi. Menginjak usia 9 bulan bayi
telah mempunyai gigi dan mulai pandai menguyah makanan. Sekitar usia 1 tahun bayi sudah
mampu memakan makanan orang dewasa. Anak usia 2 tahun memerlukan makanan separuh
takaran orang dewasa.
Makanan sapihan yang ideal harus mengandung makanan pokok, lauk pauk,
sayur-sayuran, buah-buahan dan minyak atau lemak. Makanan sapihan baru boleh
diberikan setelah bayi disusui atau diantara dua jadwal penyusunan. Sebab, diawal
masa penyapihan, ASI masih merupakan makanan pokok. Sementara makanan sapihan
hanyalah sebagai pelengkap. Kemudian secara berangsur ASI berubah fungsi sebagai
makanan tambahan, sementara makanan sapihan menjadi santapan utama (Arisman,
2004).
Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu
pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak
ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat atau tambahan pada usia
4 – 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang
negatif terhadap kesehatan bayi (Roesli, 2000).
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 6 bulan
sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada
bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan
dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI) harus
mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah
berumur 6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat
mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri
dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007).
Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-
ASI yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-
ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko dan
infeksi lain pada bayi, hasil penelitian Widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di
Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah
pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari
pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI (Depkes online, 2007)
2.      Konsep tentang Pekerjaan Ibu
Kerja adalah aktivitas, gawai, kegiatan, operasi. Sedangkan yang dimaksud dengan
pekerjaan adalah operasi, order, proyek, kewajiban, tugas, aktivitas, kegiatan, kesibukan,
urusan, karier, profesi , pencaharian seseorang. (Tesaurus Bahasa Indonesia)
Merawat anak, mulai dari memandikan, menyuapi sampai mengasuh hampir
semuanya dilakukan oleh ibu. Merawat anak dan menyediakan keperluan makan dan
minum anak merupakan tugas sehari-hari yang sudah melekat pada diri seorang ibu.
Akan tetapi, tugas itu tidak hanya itu saja bila ibu bekerja diluar rumah. Ibu juga harus
mengingatkan tugas anak-anaknya mengenai pekerjaan yang harus dilakukan atau
belum dilakukan seperti mengingatkan anak supaya mandi, makan dan mengingatkan
waktu bila anaknya bermain (Supanto, 1990). Anak memerlukan berbagai variasi
permainan untuk kebutuhan fisik, mental dan perkembangan emosinya. Bermain bukan
berarti membuang-buang waktu, juga bukan berarti membuat anak menjadi sibuk
sementara orangtuanya mengerjakan pekerjaannya sendiri. Anak harus mempunyai
cukup waktu untuk bermain. Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai
dengan umur dan taraf perkembangannya (Soetjiningsih, 1995).
Program untuk memperbaiki dorongan psikososial melalui pendidikan orang tua
tentang interaksi orang tua dan anak melalui kegiatan kunjungan rumah telah dapat
menurunkan angka kurang gizi pada anak balita. Penelitian lainnya membuktikan bahwa
perubahan pola asuh psikososial telah meningkatkan derajat pertumbuhan anak. Penelitian di
Bogota, Columbia membuktikan bahwa anak-anak yang menderita kurang gizi, dikunjungi
rumahnya setiap minggu selama 6 bulan oleh kader desa, ternyata pertumbuhan pada umur 3
tahun lebih tinggi daripada yang tidak dikunjungi. Dengan dikunjungi rumahnya, ibu- ibu
menjadi lebih memahami kebutuhan anak dan memberi makan pada saat anak sedang lapar.
Didapatkan juga bahwa ibu-ibu yang memahami tentang kebutuhan untuk perkembangan
kognitif anak, anak-anaknya lebih pintar daripada ibu yang lalai dalam pengasuhan anaknya
(Anwar, 2008).         
B.       Kerangka Konsep
1.             Makanan Pendamping Asi (MP-Asi) adalah makanan yang diberikan pada bayi berusia 6
bulan keatas dengan tetap memberikan Asi.
2.             Pekerjaan adalah kesibukan atau aktifitas yang menghasilkan upah yang dilaksanakan oleh
seseorang sebagai upaya untuk kelangsungan hidupnya.
3.             Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status pekerjaan ibu.
Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan makanan pendamping
Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan, dikarenakan waktu yang dimiliki
olehnya relatif singkat untuk berada bersama bayinya di dalam rumah.

C.       Definisi Operasional
Dimaksudkan dengan pekerjaan ibu dalam penelitian ini adalah pekerjaan ibu
menyusui yang berada di luar rumah dan memakan waktu yang banyak untuk berada di luar
rumah. Seperti menjaga toko, berdagang di Pasar, Karyawan Perusahaan, pegawai negeri
pada instansi pemerintah, dll.
Adapun pemberian MP Asi Dini dalam penelitian ini adalah Makanan Pendamping
yang sudah diberikan pada bayi sebelum berusia genap 6 bulan. Bila MP Asi diberikan pada
H-1 sebelum 6 bulan maka masih termasuk dalam penelitian ini.  
BAB III
METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN
A.    METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode ………………………(analitik, deskriptif atau
kualitatif)
B.     LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Kelurahan Simpong
1.      Gambaran  umum lokasi
………………………………………………………………………………….
C.     WAKTU PENELITIAN
Tanggal mulai dari penyusunan proposal hingga skripsi
D.    POPULASI DAN SAMPEL
         Populasi adalah sasaran penelitian. Misalnya sumur populasinya adalah air sumur.
         Sampel adalah bagian representative dari populasi
1.      Sampel itu siapa ?
2.      Tekniknya bagaimana ?
Teknik pengambilan sampel ; Random sampling, stratified random sampling dan cluster
ramdom sampling, dll
3.      Sampel sizex berapa ?
ngkat kepercayaan : tingkat kesalahan (misalnya 0,05  5 %)  ada rumusnya !!!!
E.     METODE PENGUMPULAN DATA
1.      Cek list
2.      Kuesioner
F.      METODE ANALISIS DATA (UNTUK PENELITIAN ANALITIK- KALO UNTUK
PENELITIAN DESKRIPTIF DISAJIKAN DULU BARU DI ANALISIS)

G.    INSTRUMEN PENELITIAN

         Memakai instrument yang dibuat sendiri jika tidak ada instrument baku yang digunakan.
         Harus kuat pada teori disesuaikan dengan DASAR TEORI
MEMBUAT INTRUMEN PENELITIAN
1.      Mengukur pengetahuan
Apa yang dia ketahui tentang topic
2.      Mengukur sikap
Bagaimaimana sikap dia tetang topic (pendapat, tanggapan, dll)

BAB IV
HASIL PENELITIAN
1.      Jelaskan semua hasil penelitian
2.      Pembahasan ; antar dengan teori penunjang hasil penelitian, sambung dengan hasil penelitian
yang diperoleh, sambung dengan penelitian orang lain yang berhubungan dengan penelitian,
kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai