Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

“GAMBARAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI


DINI PADA BALITA DI POSYANDU SEKAR
PUTIH DESA MENDALANWANGI
KECAMATAN WAGIR
KABUPATEN MALANG”

OLEH
ELSA FAJIRA
NIM. 17.1.041

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


POLITEKNIK RS. Dr. SOEPRAOEN MALANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah

pemberian makanan dan minuman pada bayi yang berusia < 6

bulan (Wahyuni,2015) Pemberian MP-ASI dini dapat menimbulkan

gangguan pencernaan misalnya ileus obstruksi, namun pada

kenyataannya praktik pemberian MP-ASI dini tetap dilakukan.

Menurut Lailana (2015), perilaku ibu dalam memberikan MP-ASI

dini bertujuan agar anak cepat merasa kenyang dan memiliki

pertumbuhan yang cepat.

Padahal seperti yang kita ketahui bahwa pemberian MP-ASI

terlalu dini akan memberikan dampak buruk yang salah satunya

adalah diare, muntah dan sulit buang air besar (Cott, 2003 dalam

Mariani Nina Nirmaya, 2015) disamping intu pemberian makanan

pendamping ASI juga akan mempengaruhi tingkat kecerdasan otak

setelah dewasa seperti memicu terjadinya obesitas, hipertensi, dan

penyakit jantung koroner (Nadesul, 2005 dalam Mariani Nina

Nirmaya, 2015). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu

memberikan makanan tambahan anatara lain faktor kesehatan

bayi, faktor kesehatan ibu, faktor pengetahuan, faktor pendidikan,

faktor pekerja, faktor petugas kesehatan, faktor budaya dan faktor

ekonomi (Kusmiyati,dkk 2014) dan faktor lain yang mempengaruhi


dalam pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini yang

pertama faktor paritas, faktor kedua adanya kebiasaan masyarakat,

faktor pengetahuan yang dimiliki ibu dan terakhir adalah faktor

dukungan keluarga (Mariani, Nina Nirmaya, dkk 2015).

Pemberian MP-ASI dini di Indonesia memiliki presentase

cukup tinggi, berdasarkan SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia) tahun 2012 bayi usia 4-5 bulan mendapatkan makanan

pendamping ASI secara dini sebesar 57% diberi susu lain 8% dan

diberi air putih 8%. Selain itu terbukti dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh irawati (2007) dalam Mariani Nina Nirmaya (2015)

pada Pusat Pelatihan dan Pengembangan Gizi dan Makanan

Departemen Kesehatan, yang menyatakan bahwa lebih dari 50%

bayi Indonesia mendapatkan makanan pendamping ASI sebelum

usia 1 bulan (Mariani Nina Nirmaya, 2015). Dari 11 ibu yang

diwawancarai di Posyandu Sekarputih Desa Mendalan Kecamatan

Wagir memberikan makanan MP-ASI dini rata rata saat anak

berusia 4 bulan, jenis makanan yang diberikan yaitu nasi tim, bubur

kemasan, biskuit dan pisang. Alasan ibu memberikan MP-ASI dini

dikarenakan produksi ASI sedikit, adanya anjuran dari tetangga,

orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan luar rumah dan

pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain, bayi rewel dan

menangis terus.

Kepercayaan ibu dan masyarakat merupakan tradisi turun

menurun atau pengalaman orang dahulu yang masih diikuti dalam


memberikan makanan pada bayi baru lahir atau usia 0-6 bulan.

Faktor-faktor yang mendorong ibu memberikan MP-ASI dini yaitu

bekerja, pengalaman kehamilan sebelumnya, agar anak cepat

kenyang dan mengurangi rewel saat ditinggal kerja. Dampak

ketidakseimbangan pencernaan bayi dengan apa yang dicerna

sehingga pemberian MP-ASI dini memunculkan beberapa penyakit

seperti ileus obstruksi, diare. Bila tidak tertangani beresiko

mengakibatkan kematian.

Untuk mengubah perilaku dibutuhkan pola pikir yang baik

dan pemahaman. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

pemahaman tentang pemberian MP-ASI salah satunya yaitu

dengan dilakukan pendidikan/penyuluhan kesehatan. Pendidikan

kesehatan merupakan suatu upaya yang direncanakan untuk

menyebarkan pesan menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau

dan bisa melakukan suatu anjuran yang diharapkan untuk

meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit,

mempertahankan derajat kesehatan, memaksimalkan fungsi dan

peran penderita dan keluarga mengatasi masalah kesehatan

(Pratiwi, 2010). Diperlukan juga pendekatan budaya dalam

membahas kepercayaan/tradisi meskipun ibu bayi sudah

mendapatkan edukasi namun apabila tidak dibarengi dengan

sosialisasi budaya dengan arahan yang benar maka MP-ASI dini

akan terus berlangsung.


Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian “Gambaran Perilaku Ibu dalam

Pemberian MP-ASI Dini Pada Balita di Posyandu Sekar Putih Desa

Mendalan Kecamatan Wagir Kabupaten Malang”. Alasan penelitian

ini mengambil di Desa Mendalan Kecamatan Wagir karena banyak

dari perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI yang terlalu dini

sebelum usia 6 bulan pada buah hatinya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana Gambaran Perilaku Ibu Dalam Pemberian MP-ASI Dini pada

Balita Di Posyandu Sekar Putih Desa Mendalanwangi Kecamatan Wagir?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Diketahuinya Gambaran Perilaku Ibu

dalam Pemberian MPASI Dini pada balita Di Posyandu Sekar Putih Desa

Mendalanwangi Kecamatan Wagir.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti


Menjadi pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi penulis

dalam melakukan riset sehingga mampu mengetahui Gambaran

Perilaku Ibu dalam Pemberian MP-ASI Dini pada Balita.

1.4.2 Bagi Petugas dan Pengurus Posyandu

Dapat memberikan informasi dan masukan dalam memberikan

perawatan pada balita terutama untuk mengetahui Gambaran

Perilaku Ibu dalam Pemberian MP-ASI Dini pada Balita.

1.4.3 Bagi Responden

Dapat memberikan motivasi untuk menerapkan Pemberian MP-ASI

Dini pada Balita di Posyandu Sekar putih Desa Mendalanwangi

Kecamatan Wagir.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep Makanan pendamping ASI (MP-ASI)

2.2.1 Definisi MP-ASI Dini

2.2.2 Dampak atau Risiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini

Dalam Lailina (2015) Pemberian MP-ASI harus memperhatikan

Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan kelompok

umur dan tekstur makanan yang sesuai perkembangan pada usia balita.

Terkadang ada ibu-ibu yang sudah memberikannya pada usia dua atau

tiga bulan, padahal di usia tersebut kemampuan pencernaan bayi belum

siap menerima makanan tambahan. Akibatnya banyak bayi yang

mengalami diare. Masalah gangguan pertumbuhan pada usia dini yang

terjadi di Indonesia diduga kuat berhubungan dengan banyaknya bayi

yang sudah diberi MP-ASI sejak usia satu bulan, bahkan sebelumnya.

Pemberian MP-ASI terlalu dini juga akan mengurangi konsumsi ASI, dan

terlambat akan menyebabkan bayi kurang gizi. Sebenarnya pencernaan

bayi sudah mulai kuat sejak usia empat bulan. Bayi yang mengonsumsi

ASI, makanan tambahan dapat diberikan setelah usia enam bulan. Selain

cukup jumlah dan mutunya, pemberian MP-ASI. Prinsip Dasar MP-ASI

untuk bayi usia 6-24 bulan juga perlu memperhatikan kebersihan

makanan agar anak terhindar dari infeksi bakteri yang menyebabkan

gangguan pencernaan. Umur yang paling tepat untuk memperkenalkan


MP-ASI adalah enam bulan, pada umumnya kebutuhan nutrisi bayi yang

kurang dari enam bulan masih dapat dipenuhi oleh ASI. Tetapi setelah

berumur enam bulan bayi umumnya membutuhkan energi dan zat gizi

yang yang lebih dari itu, disamping itu pada umur enam bulan saluran

cerna bayi sudah dapat mencerna sebagian makanan keluarga seperti

tepung.

Bayi yang mendapat MP-ASI kurang dari empat bulan akan

mengalami risiko gizi kurang lima kali lebih besar dibandingkan bayi yang

mendapatkan MP-ASI pada umur empat-enam bulan setelah dikontrol

oleh asupan energi dan melakukan penelitian kobort selama empat bulan

melaporkan pemberian MP-ASI terlalu dini (< empat bulan ) berpengaruh

pada gangguan pertumbuhan berat badan bayi meskipun tidak

berpengaruh pada gangguan pertumbuhan panjang bayi. Pemberian

makanan tambahan terlalu dini kepada bayi sering ditemukan dalam

masyarakat seperti pemberian pisang, madu, air tajin, air gula, susu

formula dan makanan lain sebelum bayi sebelum usia 6 bulan,

Adapun resiko pemberian makanan tambahan terlalu dini, yaitu :

1. Resiko Jangka Pendek

Resiko jangka pendek yang terjadi seperti mengurangi keinginan

bayi untuk menyusui sehingga frekuensi dan kekuatan menyusui

berkurang dengan akibat produksi ASI berkurang. Selain itu pengenalan

sereal dan sayuran-sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerapan zat

besi dan ASI, walaupun konsentrasi zat besi dalam ASI rendah, tetapi

lebih mudah diserap oleh tubuh bayi. Pemberian makanan dini seperti
pisang, nasi di daerah pedesaan di Indonesia sering menyebabkan

penyumbatan saluran cerna/diare serta meningkatnya resiko infeksi

2. Resiko Jangka Panjang

Resiko jangka panjang dihubungkan dengan obesitas, kelebihan

dalam memberikan makanan adalah resiko utama dari pemberian

makanan yang terlalu dini pada bayi. Konsekuensi pada usia-usia

selanjutnya adalah kelebihan berat badan maupun kebiasaan makan yang

tidak sehat. Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah (15

mg/100ml), namun jika masukan dari diet bayi dapat meningkat drastis

jika makanan telah dikenalkan. Konsekuensi di kemudian hari akan

menyebabkan kebiasaan makan yang memudahkan terjadinya gangguan

hipertensi. Selain itu, dalam matangnya sistem kekebalan dari usus pada

umur dini dapat menyebabkan alergi terhadap makanan.

2.2.3 Masalah Dalam Pemberian MP-ASI Dini

Masalah-masalah yang terjadi dalam pemberian MP-ASI dini

menurut Depkes (2010) adalah:

a. Pemberian makanan prelaktal (makanan ASI sebelum keluar).

Prelaktal adalah makanan atau minuman yang diberikan

kepada bayi baru lahir (neonatus) sebelum ASI keluar. Makanan

prelaktal biasanya diberikan kepada neonatus dengan proses

menyusui > 1 jam setelah lahir dengan alasan ASI belum keluar

atau alasan tradisi. Pemberian makanan prelaktal dapat diberikan

oleh penolong persalinan atau oleh orang tua maupun keluarga.


Makanan yang diberikan adalah madu, air kelapa, pisang, air

tajin, air nasi.

b. Kolostrum dibuang.

Kolostrum berwarna kekuning-kuningan dan kental yang

dikeluarkan pada hari pertama menyusui. Kolostrum bermanfaat

untuk melindungi bayi dari serangan penyakit, dikarenakan

kolostrum mengandung antibiotik alami atau zat kekebalan.

c. Pemberian MP-ASI dini.

Pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan mengakibatkan

bayi jarang menyusui kepada ibu dan mengakibatkan produksi

ASI menurun. Pada usia 0-6 bulan nutrisi yang dibutuhkan oleh

bayi di peroleh dari ASI. Pemberian MP-ASI yag kurang tepat.

Hal ini dapat berakibat anak menderita kurang gizi. Seharusnya

ASI dahulu baru MP-ASI

d. Prioritas gizi yang salah pada keluarga

Keluarga lebih memprioritaskan makanan orang dewasa di

bandingkan makanan untuk bayi. Orang tua lebih mendahulukan

makan untuk keluarga dewasa.

2.3 Konsep Perilaku

2.3.1 Definisi Perilaku

Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014) merupakan

suatu tanggapan atau reaksi seseorang terhadap rangsangan. Menurut

Soekidjo N, perilaku merupakan bentuk dari aktivitas yang dilakukan oleh


manusia. Sedangkan menurut Robert Kwick, perilaku adalah sebagai

tindakan seseorang yang dapat dipelajari dan diamati (Donsu, 2017).

Menurut sudut pandang biologis, perilaku adalah suatu aktivitas

seseorang dan perilaku terbentuk berdasarkan pengamatan. Sedangkan

berdasarkan sudut pandang operasional, perilaku merupakan tanggapan

seseorang ketika diberikan rangsangan dari luar. Berbeda dengan

Ensiklopedia Amerika yang mengatakan perilaku adalah bentuk aksi-

reaksi yang dipengaruhi oleh lingkungan. Reaksi inilah yang biasa disebut

rangsangan (Donsu, 2017). Berdasarkan pendapat diatas dapat diartikan

sebagai proses interaksi manusia dengan lingkungannya. Hal inilah yang

menjadi bentuk manifestasi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang

membutuhkan bantuan orang lain untuk bertahan hidup dan

mempertahankan dirinya. (Donsu,2017)

Perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal

ataupun eksternal (lingkungan) sehingga faktor penentu atau determinan

perilaku manusia sulit untuk dibatasi. Perilaku memiliki 3 aspek, yakni

aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit

untuk ditarik garis tegas yang mempengaruhi perilaku (Notoatmojo,2014).

Berikut beberapa teori perilaku menurut para ahli dalam Notoatmojo

(2014), yaitu :

1. Teori ABC
Teori ABC, ditemukan oleh Sulzer, Azaroff, Mayer (1997) yang

mengungkapkan perilaku adalah suatu proses dan sekaligus hasil

interaksi antara antecedent, behavior, dan concequences

a. Antecedent

Antecedent merupakan suatu pemicu atau trigger yang

menyebabkan seseorang berperilaku, yakni kejadian-kejadian di

lingkungan kita. Dapat berupa alamiah (hujan, angin, cuuaca,

dan sebagainya), dan buatan manusia atau “man made”

(interaksi dan komunikasi dengan orang lain )

b. Behavior

Behavior merupakan reaksi atau tindakan terhadap adanya

antecendent atau pemicu tersebut yang berasal dari lingkungan.

c. Concequences

Kejadian yang mengikuti perilaku atau tindakan tersebut disebut

konsekuensi. Konsekuensi dapat bersifat positif maupun negatif.

Jika bersifat positif atau menerima berarti akan mengulang

perilaku tersebut. Sedangkan sifat negatif atau menolak berarti

tidak akan mengulangi perilaku tersebut (berhenti).

2. Teori “Reason Action”

Teori ini dikembangkan oleh Fesbein dan Ajzen yang menekankan

pentingnya peranan dan intention atau niat sebagai alasan atau faktor

penentu perilaku. Niat ditentukan oleh :

a. Sikap
Sikap merupakan penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku

atau tindakan yang akan diambil

b. Norma Subjektif

Norma subjektif merupakan kepercayaan terhadap pendapat

orang lain apakah menyetujui atau tidak menyetujui tentang

tindakan yang akan diambil tersebut

c. Pengendalian Perilaku

Pengendalian perilaku adalah persepsi terhadap konsekuensi

atau akibat dari perilaku yang akan diambil

3. Teori “Preced-Proceed”

Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green yang dirintis sejak

tahun 1980. Lawrence menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor

perilaku (behavior causes) dan faktor dari luar (non-behavior causes).

Kemudian perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yang disingkat

PRECEDE (Predisposing, Enabling, dan Rainforcing Causes in

Educational Diagnosis and Evaluation). Precede merupakan arahan

dalam menganalisis atau diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi

pendidikan (promosi) kesehatan. Selain itu Precede adalah fase diagnosis

masalah.

Sedangkan PROCEED atau Policy, Regulatory, Organizational

Construct in Educational and Environmantal Development merupakan


arahan dalam pencernaan, implementasi, dan evaluasi pendidikan

kesehatan. Proceed merupakan fase perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi promosi kesehatan. Precede menguraikan perilaku dibentuk dari

3 faktor, yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan lain

sebagainya.

b. Faktor pemungkin (enabling factor) yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau

sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat

kontrasepsi dan lain sebagainya

c. Faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) yang

terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

petugas lain, yang termasuk kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

4. Teori “Bevavior Intention”

Teori ini dikembangkan oleh Snehendu Kar (1980) berrdasarkan

analisanya terhadap niatan orang yang bertindak atau berperilaku, Kar

menganalisis perilaku kesehatan sebagai fungsi dari

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan

atau perawatan kesehatan (behavior intention)

b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)

c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan ataupun

frekuensi kesehatan (accessenility of information)


d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil

tindakan atau keputusan (personal autonomy)

e. Situasi yang memugkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak

(action situation)

5. Teori “Thoughs and Feeling”

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (1984) menganalisis

penyebab seseorang berperilaku tertentu adalah karena 4 pokok alasan

yaitu bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, penilaian

seseorang terhadap objek

a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau

pengalaman dari orang lain,

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, nenek,.

Ketika seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan

keyakinan dan tanpa adanya pembentukan terlebih dahulu

c. Sikap

Sikap menggambarkan seseorang menyukai atau tidak suka

terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengetahuan sendiri

atau dan orang lain yang paling dekat. Sikap dapat membuat

seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain

d. Objek penting sebagai referensi

Perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang

yang dianggap penting. Apabila seseorang tersebut penting


untuknya, maka apa yang dikatakan atau perbuatannya

cenderung untuk dicontoh. Orang-orang yang dianggap penting

antara lain guru, alim ulama, kepala adat, kepala desa dan lain

sebagainya

e. Sumber sumber daya (resource)

Sumber daya disini antara lain mencakup fasilitas, uang, waktu,

tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap

perilaku seseorang atau kelompok masyarakat


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah hasil akhir dari satu tahap keputusan yang

dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa

diterapkan. Desain penelitian memberikan prosedur untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan untuk menyusun atau menyelesaikan masalah

dalam penelitian. Desain penelitian merupakan dasar dalam melakukan

penelitian. Oleh sebab itu, desain penelitian yang baik akan menghasilkan

penelitian yang efektif dan efisien (Nursalam, 2010).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan

yakni menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat

(Notoadmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI dini pada balita di

Posyandu Desa Mendalan Kecamatan Wagir Kabupaten Malang.


1.5 Kerangka Konsep

Faktor yang Perilaku Ibu dalam


mempengaruhi pemberian MP-ASI
pemberian MPASI dini pada balita
dini pada bayi
berusia > 6 bulan
adalah agar
kenyang dan tidak
rewel Skala Perilaku Ibu

Deskripsi tentang
perilaku Ibu:
- Tinggi
- Sedang
- rendah
3.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan pentahapan suatu penelitian. Pada

kerangka kerja disajikan alur penelitian terutama variable yang akan

digunakan dalam penelitian.

Populasi: populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Seluruh ibu
yang memiliki balita di Posyandu Sekar putih Desa Mendalan Kecamatan
Wagir Kabupaten Malang sejumlah 11 orang

Sampel: Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Seluruh ibu yang
memiliki balita di Posyandu Sekar putih Desa Mendalan Kecamatan Wagir
Kabupaten Malang sejumlah 11 orang

Desain Penelitian: Deskriptif

Sampling: Total Sampling

Variabel: Perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI dini


pada balita

Instrument pengumpulan data:


Kuesioner dengan skala likert

Pengolahan dan analisa data:


Coding, scoring, tabulasi,analisa
univariate

Penyajian data

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Gambaran Perilaku Ibu Dalam


Pemberian MP-ASI Dini Pada Balita di Posyandu Sekar Putih Desa
Mendalanwangi Kecamatan Wagir Kabupaten Malang.
3.3 Populasi, Sampel, Dan Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

ibu yang memiliki balita di Posyandu sekar putih Desa Mendalanwangi

Kecamatan Wagir Kabupaten Malang sejumlah 11 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (notoatmodjo, 2018). Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Seluruh ibu yang memiliki balita di Posyandu sekar putih Desa

Mendalan Kecamatan Wagir Kabupaten Malang sejumlah 11 orang.

3.3.3 Sampling

Sampling adalah proses seleksi dalam kegiatan observasi. Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini total sampling yaitu teknik

penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel (Sugiyono, 2012). Peneliti menggunakan total sampling karena

peneliti mengambil semua anggota populasi untuk dijadikan sampel.

3.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain

(Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam penelitian ini yakni Perilaku ibu

dalam pemberian MP-ASI.


3.4.2 Definisi Operasional Variabel

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian dari varibel-variabel

yang diamati atau diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi

batasan atau “Definisi Operasional” (Notoatmodjo, 2010).


Variabel DefinisiOperasional Indikator AlatUkur Skor SkalaVariabel

Perilaku ibu dalam Tindakan ibu dalam Perilaku ibu dalam Kuesioner Ordinal a. Pernyataanpositif (+)

pemberian MP-ASI pemberian MP-ASI pemberian MP-ASI  Selalu : score 5

dini dini pada balita usia dini  Sering : score 4

kurang dari 6 bulan  Kadang-kadang : score 3

 Jarang : score 2

 Tidakpernah: score 1

b. PernyataanNegatif (-)

 Selalu : score 1

 Sering : score 2

 Kadang-kadang : score 3

 Tidak pernah : score 4

 Tidak pernah sama

sekali: score 5

1
Tabel 3.2 Definisi Operasional
3.5 Pengumpulan dan Analisa Data

3.5.1 Proses Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini proses pengumpulan data peneliti meminta

surat pengantar penelitian dari Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang,

kemudian ditujukan kepada Puskesmas Wagir kemudian diperintahkan

untuk memberikan surat ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kabupaten Malang setelah mendapat ijin penelitian kemudian

memberikan surat ke Dinas Kesehatan kabupaten Malang setelah

mendapat ijin kemudian dilanjutkan untuk memberikan surat kembali pada

Puskesmas Wagir sehingga diijinkan ikut dalam Posyandu sekar putih

Desa Mendalanwangi. Setelah mendapatkan ijin penelitian dan studi

pendahuluan peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan

gambaran awal masalah penelitian di Posyandu sekar putih Desa

Mendalanwangi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui kuisioner yang dibuat sendiri yang diambil dari tinjauan pustaka

pada bab 2. Digunakan untuk perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI dini

pada balita.

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan

instrument penelitian dengan kuisioner. Penelliti menggunakan kuisioner

dengan skala likert. Hasil pengukurannya pendapat negatif dinyatakan

dakam berbagai tingkat (1-5) : selalu (1), sering (2), kadang-kadang (3),

tidak pernah (4), dan tidak pernah sama sekali (5) (Nursalam, 2013).
3.5.3 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data

Waktu dan tempat penelitian dilakukan pada bulan Agustus di

Posyandu sekar putih Desa Mendalanwangi Kecamatan Wagir Kabupaten

Malang.

3.5.4 Analisa Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data

ringkasan dengan cara atau rumus tertentu. Pengolahan data meliputi :

1. Coding (pengkodean)

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang

termasuk kategori sama.

2. Scoring

Pengukuran sikap penerimaan diri dilakukan melalui kuisioner yang

mencangkup aspek-aspek penerimaan diri. Pada skala penerimaan diri

menggunakan skala likert Dalam penggunaan skala likert, terdapat dua

bentuk pernyataan positif untuk mengukur skala positif, dan bentuk

pernyataan negatif untuk mengukur skala negatif (Maryuliana,2016).

Berdasarkan scorenya, ada lima pilihan skala yaitu :

a. Pertanyaan positif

- Sangat sering : score 5

- Sering : score 4

- Kadang-kadang : score 3

- Jarang : score 2

- Tidak pernah: score 1

b. Pertanyaan Negatif
- Sangat sering : score 1

- Sering : score 2

- Kadang-kadang : score 3

- Jarang : score 4

- Tidak pernah: score 5

Klasifikasi Score:

a. Tinggi : 76%-100%

b. Sedang : 56%-75%

c. Rendah : <56%

3. Tabulasi

Pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi kode sesuai

dengan analisis yang dibutuhkan.

4. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa data

univariate.

3.6 Etika Penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan atau kelompok apapun,

manusia tidak terlepas dari etika atau moral. Demikian juga dalam

kegiatan keilmuan yang berupa penelitian, manusia sebagai pelaku

penelitian dengan manusia yang lain sebagai objek penelitian juga tidak

terlepas dari etika atau sopan santun. Dalam setiap hubungan anatar

kedua belah pihak, masing-masing terikat dalam hak dan kewajibanya.

Contoh yang paling sederhana dalam praktik kedokteran dimana selalu


terkait dnegan hubungan anatar dua pihak: dokter dan pasien. Dimana

masing-masing pihak ini, baik dokter maupun pasien selalu melekat hak

da kewajiban yang harus mereka akui dan patuhi. Apabila pihak yang satu

ingin menuntut haknya, ia juga harus melakukan kewajibanya terhadap

pihak yang lain (notoatmodjo, 2018).

Menurut Notoatmodjo (2018), beberapa prinsip dasar dan kaidah

etika penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity)

Penelti perlu mempertimbangakanhak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan

penelitian tersebut. Disamping itu, peneliti juga memberikan

kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak

memberikan informasi (berpartisipasi).

Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality).

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu dalam memeberikan informasi. Setiap

orang berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya

kepada orang lain.

2. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness).

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan


peneliti dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan

dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama,

etnis, dan sebagainya.

3. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefits).

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi amsyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian

pada khusunya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi

dampak yang merugikan bagi subjek.

Anda mungkin juga menyukai